Anda di halaman 1dari 39

DAFTAR ISI

A.
B.
C.
1.
2.
3.
4.
1.
2.

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Batasan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Membangun Moral Mahasiswa Dengan Penanaman Nasionalisme
Pentingnya Membngun Moral Melalui Penanaman Nasionalisme
Pencegahan Dan Penanggulangan Ancaman Desintegrasi Bangsa
Keanekaragaman Masyarakat Indonesia
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga pendidikan tidak akan lepas dari tudingan masyarakat jika ada kenakalan
remaja atau tawuran antar pelajar, siswa dan antar mahasiswa. Kemerosotan moral peserta didik
yang kerap terjadi seakan-akan merupakan kegagalan lembaga pendidikan untuk membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Terlebih lagi guru agama dan guru PKN, selalu
menjadi sasaran empuk yang dituduh gagal membentuk moral siswa. Sebenarnya penanaman
moral sangat terkait dengan semua guru, orang tua, dan masyarakat.
Kalau dikaji secara detail, penyebab kemerosotan moral pada diri anak bukan hanya
karena adanya penurunan akhlak dan kurangnya pemahaman terhadap nilai agama. Penyebab
kemerosotan moral sering terjadi karena kurangnya perhatian orang tua sehingga anak merasa
terabaikan. Penyebab lain yang besar peranannya terhadap kemerosotan moral siswa adalah
menurunnya rasa nasionalisme[1] dalam diri siswa.

Di sisi lain, sibuknya pemerintah, para pejabat, pemerhati pendidikan, dan masyarakat
tentang persoalan ekonomi yang makin tidak menentu membuat kita lupa untuk terus
menanamkan rasa nasionalisme dalam diri siswa. Kenyataan ini harus kita akui karena rasa
nasionalisme sangat berpengaruh terhadap moral peserta didik. Dengan rasa nasionalisme yang
tinggi, anak akan lebih mencintai dirinya sendiri sehingga kecil kemungkinannya mereka akan
menjerumuskan dirinya untuk hal yang tidak berguna. Terhadap sesama teman, mereka akan
merasa senasib seperjuangan sebagai bangsa Indonesia yang utuh. Adanya rasa persatuan dan
kesatuan yang tinggi antar anak membuat salah satu di antara mereka tidak tega menyakiti yang
lainnya.
Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) yang memiliki keaneka
ragaman baik dilihat dari segi ras, agama, bahasa, suku bangsa dan adat istiadat, serta kondisi
faktual ini disatu sisi merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang membedakannya dengan
bangsa-bangsa lain yang tetap harus dipelihara. Keanekaragaman tersebut juga mengandung
potensi konflik yang jika tidak dikelola dengan baik dapat mengancam keutuhan, persatuan dan
kesatuan bangsa, seperti gerakan separatisme[2] yang ingin memisahkan diri dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan kepentingan yang
dapat mengakibatkan terjadinya disintegrasi bangsa.
Ancaman disintegrasi[3] bangsa dibeberapa bagian wilayah sudah berkembang sedemikian
kuat. Bahkan mendapatkan dukungan kuat sebagian masyarakat, segelintir elite politik lokal
maupun elite politik nasional dengan menggunakan beberapa issue global Issue tersebut meliputi
issu demokratisasi, HAM, lingkungan hidup dan lemahnya penegakan hukum serta sistem
keamanan wilayah perbatasan. Oleh sebab itu, pengaruh lingkungan global dan regional mampu
menggeser dan merubah tata nilai dan tata laku sosial budaya masyarakat Indonesia yang pada
akhirnya dapat membawa pengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk
pertahanan keamanan.
B. Rumusan Masalah
1. Membangun moral mahasiswa dengan penanaman nasionalisme.
2. Pentingnya membangun moral melalui penanaman nasionalisme.
3. Pencegahan dan penanggulangan ancaman desintegrassi bangsa.
4. Keanekaragaman masyarakat Indonesia.

5. Analisis permasalahan dan solusi untuk permasalahan.


C. Batasan Masalah
1.

Pembahasan mengenai pentingnya membangun moral mahasiswa dalam pencegahan


desintegrasi bangsa dengan penanaman nasionalisme.

2. Peranan mahasiswa dalam pencegahan dan penanggulangan ancaman desintegrasi bangsa.


3. Membahas keanekaragaman masyarakat Indonesia.
4.

Pembahasan pencegahan dan penanggulangan ancaman desintegrasi bangsa sebagai rasa


persatuan indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

5. Pembahasan mengenai analisis permasalahan kenapa desintegrasi bangsa bisa terjadi, dan solusi
untuk permasalahannya serta peran serta mahasiswa dalam mengatasi desintegrasi bangsa
tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Membangun Moral Mahasiswa Dengan Penanaman Nasionalisme
Manusia tidak bisa lepas dari kata moral. Karena hanya manusia yang mempunyai
kesadaran untuk berbuat baik atau buruk. Bahwa kata moral mengacu pada baik dan buruknya
manusia terkait dengan tindakannya, sikapnya dan cara mengungkapkannya. Sedangkan
pengertian moral menurut salah seorang sastrawan, adalah nilai-nilai dan norma yang menjadi
pegangan seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
Masalah moral harus diperhatikan setiap manusia, karena baik buruknya moral setiap
pribadi menentukan kualitas suatu bangsa. Nilai moral bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara.
Karena dengan nilai-nilai Pancasila kita dapat bertindak dan bersikap sebagai makhluk
Tuhan serta sebagai bagian dari komunitas sebuah Negara. Dalam hubungannya dengan bangsa
dan negara setiap pribadi juga dituntut untuk mempunyai rasa kebangsaan atau nasionalisme.
Nasionalisme secara teoritis adalah persatuan secara kelompok dari suatu bangsa yang
mempunyai sejarah, bahasa dan pengalaman bersama. Nasionalisme[4] bangsa Indonesia
merupakan perwujudan rasa cinta bangsa Indonesia terhadap Negara dan tanah air berdasarkan
Pancasila. Nasionalisme yang dilandasi Pancasila menuntun kita untuk memiliki sikap
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, tenggang rasa, dan merasa bahwa bangsa Indonesia
merupakan bagian dari seluruh umat manusia.
2. Pentingnya Membangun Moral Melalui Penanaman Nasionalisme
Arus globalisasi dan modernisasi membuat generasi muda hanyut dalam gaya hidup dan
sikap individualis[5], acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar dan tidak peduli dengan tangung
jawab moral. Banyak generasi muda yang hanyut dalam gemerlap dunia, mengisi waktu untuk

kesenangan pribadi tanpa memikirkan masa depannya. Lebih menyedihkan lagi jika mereka lupa
bahwa sebenarnya mereka adalah sumber kekuatan moral yang diharapkan agar selalu
menjunjung kebenaran sesuai hati nurani dan berjiwa patriotisme[6]. Jika pembangunan moral
dengan nasionalisme ini terlaksana, kemungkinan besar mahasiswa tidak membuang waktu
untuk hal yang tidak berguna, apalagi merugikan diri sendiri.
Rasa nasionalisme dapat mendorong mereka untuk lebih menghargai nilai kemerdekaan
dan arti hidup dengan hal-hal yang positif. Terhadap sesama teman akan ada rasa saling asih
mengasih dan semangat untuk selalu bersatu sebagai sesama anak bangsa, yang dilahirkan dan
dibesarkan di tanah air yang sama. Mereka akan merasa bangga dengan adanya kemajemukan
bangsa Indonesia sebagai kekayaan yang harus dipertahankan. Kesadaran akan persatuan dan
kesatuan bangsa penting bagi generasi muda sebagai sistem nilai sehingga secara moral mereka
akan berbuat baik dalam setiap tindakan dan gerak hati nuraninya. Lebih penting lagi mereka
pandai melihat peluang untuk mencapai eminensi dalam hidupnya, kesuksesan masa depannya.
3. Pencegahan dan Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa
Permasalahan konflik yang terjadi saat ini antar partai, daerah, suku, agama dan lainlainnya ditenggarai sebagai akibat dari ketidak puasan atas kebijaksanaan pemerintah pusat,
dimana segala sumber dan tatanan hukum dinegara ini berpusat. Dari segala bentuk
permasalahan baik politik, agama, sosial, ekonomi maupun kemanusiaan, sebenarnya memiliki
kesamaan yakni dimulai dari ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat Indonesia pada
umumnya sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat, terutama bila kita
meninjau kembali kekeliruan pemerintah masa lalu dalam menerapkan dan mempraktekkan
kebijaksanaannya.
Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan dan kesiapsiagaan nasional dalam
menghadapi ancaman disintegrasi bangsa harus ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai
dengan kepentingan nasional bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk mencegah ancaman
disintegrasi bangsa harus diciptakan keadaan stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis
dalam rangka mendukung integrasi bangsa serta menegakkan peraturan hukum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Keanekaragaman Masyarakat Indonesia
Pandangan bahwa pluralitas[7], suku, agama, ras dan antar golongan sebagi penyebab
konflik atau kekerasan massal, tidak dapat diterima begitu saja. Pendapat ini benar mungkin

untuk sebuah kasus, tapi belum tentu benar untuk kasus yang lain. Segala macam peristiwa dan
gejolak sosial budaya termasuk konflik dan kekerasan massal pada dasarnya tidaklah lahir begitu
saja, akan tetapi ada kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam masyarakat yang
beraneka ragam, tetapi bukan tanpa batas dan merupakan hasil dari suatu proses sejarah yang
bersifat khusus.
Faktor lain yang terjadi dikawasan timur Indonesia memiliki komposisi keragaman etnik
yang banyak dalam bentuk kelompok suku-suku kecil dan rentan, sedang kawasan barat
Indonesia di pulau-pulau besar tinggal kelompok suku-suku yang besar yang relatif miskin
sumber daya alam, membuat mereka bergerak mengeksploitasi SDA di kawasan timur
Indonesia, bahkan nyaris menggusur partisipasi penduduk setempat.
Akibatnya terjadi kesenjangan antara pendatang dan penduduk asli.

Keadaan ini

membuat penduduk setempat menjadi antipati terhadap pendatang, sementara pendatang yang
sukses justru memanfaatkan ketertinggalan penduduk setempat sebagai kelemahan mereka.
5.

Pencegahan dan Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa Sebagai Rasa


Persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika
Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar hal ini dapat dilihat dari

banyaknya permasalahan yang kompleks yang terjadi dan apabila tidak dicari solusi
pemecahannya akan berdampak pada meningkatnya eskalasi[8] konflik menjadi upaya
memisahkan diri dari NKRI.
Kondisi ini dipengaruhi pula dengan menurunnya rasa nasionalisme yang ada didalam
masyarakat dan dapat berkembang menjadi konflik yang berkepanjangan yang akhirnya
mengarah kepada disintegrasi bangsa, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan yang
bijaksana untuk mencegah dan menanggulanginya sampai pada akar permasalahannya secara
tuntas maka akan menjadi problem yang berkepanjangan.
Analisa Permasalahan
Dalam rangka merumuskan kebijakan, upaya dan strategi dalam menanggulangi dan
mencegah ancaman disintegrasi bangsa maka perlu mengetahui karakteristik penyebab terjadinya
ancaman disintegasi bangsa yang terjadi saat-saat ini.
Oleh karena itu maka dapat dianalisa melalui beberapa faktor diantaranya sebagai berikut
:
1) Membangun Moral Mahasiswa dengan Penanaman Nasionalisme

2) Pentingnya Membangun Moral Melalui Penanaman Nasionalisme


3) Pencegahan dan Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa
4) Keanekaragaman masyarakat Indonesia
5) Stabilitas Keamanan yang mantap dan dinamis
6) Stabilitas Keamanan yang mendukung Integrasi Bangsa
7) Menegakkan Peraturan Hukum yang berlaku.

Stabilitas Keamanan yang mendukung Integrasi Bangsa


Mencermati masalah keamanan dibeberapa daerah yang cukup serius dan segera harus

diselesaikan melalui langkah-langkah yang komprehensif. Guna mendorong kembalinya


semangatnya persatuan bangsa dan kesatuan wilayah yang telah dimiliki dan guna mencegah
disintegrasi bangsa tidak ada alternatif lain mengembalikan kondisi aman yang didambakan oleh
seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia. Stabilitas keamanan di daerah konflik yang
cenderung mengarah kepada disintegrasi bangsa harus terus diciptakan dengan pendekatan
komprehensif baik dari aspek ekonomi, sosial budaya, politik maupun dari pendekatan hukum
dengan dibantu aparat hukum yang terus melakukan tindakan konkrit dan koordinatif serta tetap
mengedepankan semangat kebersamaan dalam menciptakan keutuhan bangsa dan negara.
Menegakkan Peraturan Hukum yang berlaku
Melihat, memperhatikan dan mencermati kondisi keamanan diberbagai daerah yang
rawan konflik saat ini serta kondisi bangsa supaya tidak terjadi ancaman disintegrasi bangsa
pemerintah pusat, instansi maupun daerah dalam hal ini pihak keamanan/aparat keamanan harus
menegakkan aturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku serta melakukan tindakan
persuasif dan pendekatan keamanan secara bertahap dan disesuaikan dengan kondisi daerah
masing-masing. Guna mendorong kembali semangat persatuan, kesatuan wilayah dan bela
negara sebaiknya pemerintah mencari terobosan lain untuk mensosialisasikan Pancasila agar
dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Namun yang paling penting adalah bagaimana contoh dan ketauladan dari semua
penyelenggara negara, tokoh formal maupun informal terhadap rakyatnya dalam berpikir,
bersikap dan bertindak yang pada berdasarkan Pancasila sebagai ideologi, pandangan hidup serta
dasar negara.
Analisis terhadap Pengaruh Lingkungan Strategi

a.

Dalam mengatasi ancaman separatisme, gerombolan bersenjata, radikal kiri dan kanan
yang sekarang tersebar di wilayah Indonesia seperti RMS, OPM, Eks Para Napol/Tapol
PKI dan lain-lain yang merupakan ancaman serius yang dihadapi bangsa Indonesia
walapun masalah GAM telah terselesaikan dan teratasi tetapi dilain sisi tetap harus terus
dipantau segala bentuk kegiatan yang dilakukannya serta perlu mendapatkan perhatian
khusus. Oleh karena itu pemerintah harus tanggap dan cepat bertindak dalam menghadapi
permasalahan ini, untuk itu pemerintah harus bertindak tegas dalam menyelesaikan
masalah separatis maupun sejenisnya demi keutuhan bangsa dan negara dan tidak
membiarkan kondisi ini terus berlarut-larut.
b.

Sebagai bangsa yang heterogen[9] Indonesia dengan bermacam-macam suku, budaya,


agama dan adat berpeluang terjadinya konflik komunal (SARA).

Solusi
Penanaman moral melalui seruan agama sudah banyak dilakukan oleh para guru di
sekolah dan para dai serta pemuka di lingkungan masyarakat. Tetapi membuka kembali sejarah
berdirinya bangsa dan negara Indonesia banyak terlupakan. Padahal pengalaman nenek moyang
dan para pejuang bangsa merupakan pelajaran yang tak kalah besar peranannya dalam
membentuk moral, watak dan peradaban bangsa yang bermartabat.
Juga bukan salah guru PKN, IPS, atau agama sebagai guru yang diberi tugas
menyampaikan materi seputar akhlakulkarimah dan sejarah perjuangan bangsa. Pembentukan
moral siswa melalui penanaman semangat nasionalisme merupakan tanggung jawab semua
kalangan masyarakat. Tidak hanya di bangku sekolah sebagai lembaga pendidikan, penanaman
rasa nasionalisme dapat dimulai dari lingkungan tempat tinggal mereka. Misalnya, sering kali
memperdengarkan lagu-lagu nasional di rumah atau lingkungan masyarakat dapat mempertebal
rasa nasionalisme.
Upaya mempertebal rasa nasionalisme juga dapat dilakukan dengan penayangan film
sejarah perjuangan bangsa di televisi. Karena ternyata media televisi lebih menarik anak dari
pada ceramah yang dilakukan guru dan pemuka masyarakat. Hal ini dimaksudkan supaya anakanak mengerti betapa berat perjuangan bangsa ini untuk mencapai kemerdekaan.
Upaya lain misalnya dengan mengajak siswa dan memperkenalkan tempat-tempat
bersejarah seperti museum, mengakrabkan nama-nama dan gambar pahlawan pejuang bangsa,
atau mengajak siswa berziarah ke taman makam pahlawan. ziarah ke makam pahlawan perlu

dilakukan agar anak-anak menghargai jasa pahlawan dan menumbuhkan jati diri mereka sejak
dini.
Penanaman nasionalisme juga dapat diwujudkan dengan cara membiasakan memakai
produk dalam negeri sehingga timbul rasa cinta untuk menghargai hasil karya anak negeri
sendiri. Dapat dikatakan, jika nasionalisme kita kurang kuat, akan banyak produk-produk budaya
luar yang menggeser produk budaya kita. Satu hal yang tidak boleh dilupakan juga, bahwa
generasi tua, dalam hal ini guru, harus bisa menjadi panutan bagi generasi muda. Terlebih lagi
anak pada usia dini, biasanya memiliki figur yang ingin diteladani. Tidak dapat dipungkiri kalau
figur tersebut mempengaruhi pembentukan mental siswa yang sedang mencari jati diri.
Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warganegara bila ditinjau dari
kondisi geografi, demografi, dan kondisi sosial yang ada akan terlihat bahwa pluralitas, suku,
agama, ras dan antar golongan dijadikan pangkal penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak
bisa diterima begitu saja..
Kepemimpinan (leadership) dari tingkat elit politik nasional hingga kepemimpinan
daerah, sangat menentukan dalam rangka meredam konflik yang terjadi saat ini. Sedangkan
peredaman konflik pada skala kejadiannya memerlukan tingkat profesionalisme dari seluruh
aparat hukum dan instansi terkait secara terpadu dan tidak berpihak pada sebelah pihak.
Kemerosotan moral generasi muda dapat dikurangi dengan cara menanamkan rasa
nasionalisme sejak usia dini. Rasa nasionalisme tersebut dapat diterapkan dengan sering
memperdengarkan lagu nasional, memperingati hari kemerdekaan dan hari besar nasional,
memperkenalkan gambar-gambar pahlawan pejuang kemerdekaan, mengajak ziarah ke taman
makam pahlawan, dan penayangan film sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Membentuk moral dengan menanamkan nasionalisme penting karena dapat mendorong
generasi muda untuk menghargai arti kemerdekaan dengan hal-hal yang positif, dan agar timbul
kesadaran akan persatuan dan kesatuan bangsa sehingga secara moral mereka terdorong untuk
berbuat baik. Dalam membangun moral dengan penanaman nasionalisme diperlukan kerja sama
dan saling bahu membahu antara semua pihak, yaitu lembaga pendidikan, keluarga, masyarakat
dan pemerintah. Semua pihak hendaknya bisa menjadi contoh teladan bagi siswa sebagai
generasi penerus pembangunan.
Faktor utama perekat persatuan bangsa adalah kebhinekaan budaya Indonesia dan bukan
manjadi halangan untuk mewujudkan persatuan bangsa. Justru budaya yang beraneka ragam tsb

justru amapu berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lainnya secara selaras dan serasi.
Oleh sebab itu perlu selalu disadari dan dipahami bersama bahwa bangsa Indonesia ini memang
bentuk dari suku-suku bangsa yang memiliki budaya yang beraneka ragam. Langkah utama
yang perlu ditempuh dalam rangka membangun kehidupan bagi bangsa Indonesia di masa depan
adalah menggunakan konsepsi kemandirian lokal, yaitu pendekatan kebudayaan sebagai
bagian utama dari strategi pembangunan masyarakat dan bangsa. Implementasi pendekatan
kebudayaan dalam pembangunan bangsa diyakini akan dapat menumbuhkan kebanggan pada
setiap anak bangsa terhadap diri dan budayanya dan pada gilirannya akan menumbuhkan pula
toleransi dan pengertian akan keberadaan budaya lainnya
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi pertahanan serta
upaya-upaya apa yang akan ditempuh, maka disarankan beberapa langkah sebagai berikut :
a.

Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus menerus agar
didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang berbasis multi kultural dapat
dijadikan ajaran untuk mengelola setiap perbedaan agar muncul pengakuan secara
sadar/tanpa paksaan dari setiap warga negara atas kemejemukan dengan segala
perbedaannya.

b.

Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkat tertinggi , dalam membuat
aturan atau kebijakan haruslah dapat memenuhi keterwakilan semua elemen masyarakat
sebagai warga negara.

c.

Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan terhadap semua aturan dan tatanan yang
berlaku, kalau perlu diambil sumpah seperti halnya setiap prajurit yang akan menjadi
anggota TNI dan tata cara penyumpahan diatur dengan Undang-undang.

d. Sebaiknya diadakan suatu konsensus nasional yang berisi pernyataan bahwa setiap warga
negara Indonesia cinta damai, persatuan dan kesatuan dan rela berkorban untuk
mementingkan kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi atau golongan.
e.

Menghimbau para musisi agar mau menciptakan suatu karya musik atau lagu-lagu yang
mengobarkan rasa cinta tanah air dan bangga menjadi Bangsa Indonesia. Berdasarkan
pengalaman sejarah telah membuktikan betapa dahsyatnya sebuah lagu mempunyai
pengaruh terhadap para pejuang kemerdekaan dimasa lalu.

f.

Pendidikan jangka panjang harus memperkenalkan tentang perbedaan umat manusia dan
kemajemukan budaya bangsa Indonesia dari tingkat sekolah yang terendah sampai yang
tertinggi secara bertahap, bertingkat dan berlanjut.

g. Perlu dihimbau semua insan jurnalistik/pers dengan memperkenalkan rasa nasionalisme


diatas segalanya bagi keutuhan NKRI, sehingga dapat memposisikan diri dalam
keikutsertaan meredam konflik dan bukannya memperbesar melalui berita-berita yang
berdampak kebencian dan prsangka buruk bagi setiap warga negara.
h. Menumbuhkan rasa nasionalisme yang mulai luntur, jika perlu mungkin dibuat semacam
deklarasi Nasional oleh pemerintah dengan tekad memelihara keutuhan persatuan dan kesatuan
NKRI. Suatu deklarasi yang tepat akan dapat menjadi pemicu tumbuhnya rasa nasionalisme.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Desintegrasi bangsa tidak bisa kita hindari dan pungkiri, semua pasti terjadi antar
masyarakat

baik

vertikal

maupun

horisontal.

Keanekaragaman

bangsa

Indonesia

mengakibatkan terjadinya desintegrasi bangsa. Nah, ada sebuah pertanyaan untuk kita semua
apakah desintegrasi bangsa di Indonesia ini ada upaya atau cara pencegahan dan
penanggulangannya?
Dalam mengatasi ancaman desintegrasi bangsa yang kerap terjadi di masyarakat
Indonesia maka ada beberapa solusi yang kami berikan, diantaranya sebagai berikut :

a. Membangun moral dalam setiap diri dan pribadi masyarakat.


b. Stabilitas keamanan yang mendukung integrasi bangsa.
c. Menegakkan peraturan hukum yang berlaku.
d. Stabilitas Keamanan yang mantap dan dinamis
e. Adanya integrasi antara pemerintah dan masyarakat.
Dengan upaya-upaya diatas dan dengan penanaman dari poin-poin yang ada dalam diri
dan kepribadian masyarakat yang dilakukan dengan rasa sodaritas yang tinggi dan diiringi
dengan rasa integritas dari seluruh bangsa Indonesia, maka ancaman desintegrasi bangsa bisa
kita cegah dan hindari. Indonesia akan lebih Jaya.
2. Saran
Semoga dengan adanya pembahasan tentang peranan mahasiswa dalam mencegah
disintegrasi bangsa dapat membentuk dan menciptakan nilai moral dalam setiap individu
masyarakat dengan menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap bangsa dan negara.

DAFTAR PUSTAKA
http/www.komunitasdemokrasi.or.id
disintegrasi pasca orde baru, konflik lokal dan dinamika internasional, oleh syamsu hadi, andi
Widjajanto, Rori Permadani U, Nurul Rochayati, Supriyanto, Suzanne Maria A, Wahyu.
Sumber : http://yandisangdebu.blogspot.com/2012/05/peranan-mahasiswa-dalammencegah.html#ixzz3qV75kUy8

D. Pentingnya Pendidikan Multikultural di Indonesia


Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam masyarakat yang berbeda seperti agama,
suku, ras, kebudayaan, adat istiadat, bahasa, dan lain sebagainya menjadikan masyarakat
Indonesia sebagai masyarakat yang majemuk. Dalam kehidupan yang beragam seperti ini
menjadi tantangan untuk mempersatukan bangsa Indonesia menjadi satu kekuatan yang dapat
menjunjung tinggi perbedaan dan keragaman masyarakatnya.
Hal ini dapat dilakukan dengan pendidikan multikultural yang ditanamkan kepada anak-anak
lewat pembelajaran di sekolah maupun di rumah. Seorang guru bertanggung jawab dalam
memberikan pendidikan terhadap anak didiknya dan dibantu oleh orang tua dalam melihat
perbedaan yang terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari. Namun pendidkan multikultural
bukan hanya sebatas kepada anak-anak usia sekolah tetapi juga kepada masyarakat Indonesia
pada umumnya lewat acara atau seminar yang menggalakkan pentingnya toleransi dalam
keberagaman menjadikan masyarakat Indonesia dapat menerima bahwa mereka hidup dalam
perbedaan dan keragaman.
Ada tiga tantangan besar dalam melaksanakan pendidikan multikultural di Indonesia, yaitu:
1. Agama, suku bangsa dan tradisi
Agama secara aktual merupakan ikatan yang terpenting dalam kehidupan orang Indonesia
sebagai suatu bangsa. Bagaimanapun juga hal itu akan menjadi perusak kekuatan masyarakat
yang harmonis ketika hal itu digunakan sebagai senjata politik atau fasilitas individu-individu
atau kelompok ekonomi. Di dalam kasus ini, agama terkait pada etnis atau tradisi kehidupan dari
sebuah masyarakat.
Masing-masing individu telah menggunakan prinsip agama untuk menuntun dirinya dalam
kehidupan di masyarakat, tetapi tidak berbagi pengertian dari keyakinan agamanya pada pihak
lain. Hal ini hanya dapat dilakukan melalui pendidikan multikultural untuk mencapai tujuan dan
prinsip seseorang dalam menghargai agama.
2. Kepercayaan
Unsur yang penting dalam kehidupan bersama adalah kepercayaan. Dalam masyarakat yang
plural selalu memikirkan resiko terhadap berbagai perbedaan. Munculnya resiko dari
kecurigaan/ketakutan atau ketidakpercayaan terhadap yang lain dapat juga timbul ketika tidak
ada komunikasi di dalam masyarakat/plural.
3. Toleransi

Toleransi merupakan bentuk tertinggi, bahwa kita dapat mencapai keyakinan. Toleransi
dapat menjadi kenyataan ketika kita mengasumsikan adanya perbedaan. Keyakinan adalah
sesuatu yang dapat diubah. Sehingga dalam toleransi, tidak harus selalu mempertahankan
keyakinannya.Untuk mencapai tujuan sebagai manusia Indonesia yang demokratis dan dapat
hidup di Indonesia diperlukan pendidikan multikultural.[4]
Adapun pentingnya pendidikan multikultural di Indonesia yaitu sebagai sarana alternatif
pemecahan konflik, peserta didik diharapkan tidak meninggalkan akar budayanya, dan
1.

pendidikan multikultural sangat relevan digunakan untuk demokrasi yang ada seperti sekarang.
Sarana alternatif pemecahan konflik
Penyelenggaraan pendidikan multikultural di dunia pendidikan diakui dapat menjadi solusi
nyata bagi konflik dan disharmonisasi yang terjadi di masyarakat, khususnya di masyarakat
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam unsur sosial dan budaya. Dengan kata laun,
pendidikan multikultural dapat menjadi sarana alternatif pemecahan konflik sosial-budaya.[5]
Struktur kultural masyarakat Indonesia yang amat beragam menjadi tantangan bagi dunia
pendidikan untuk mengolah perbedaan tersebut menjadi suatu aset, bukan sumber perpecahan.
Saat ini pendidikan multikultural mempunyai dua tanggung jawab besar, yaitu menyiapkan
bangsa Indonesia untuk mengahadapi arus budaya luar di era globalisasi dan menyatukan
bangsa sendiri yang terdiri dari berbagai macam budaya.
Pada kenyataannya pendidikan multikultural belum digunakan dalam proporsi yang benar.
Maka, sekolah dan perguruan tinggi sebagai instirusi pendidikan dapat mengembangkan
kurikulum pendidikan multikultural dengan model masing-masing sesuai dengan otonomi
pendidikan atau sekolahnya sendiri.
Model-model pembelajaran mengenai kebangsaan memang sudah ada. Namun, hal itu masih
kurang untuk dapat mengahargai perbedaan masing-masing suku, budaya maupun etnis. Hal ini
dapat dilihat dari munculnya berbagai konflik dari realitas kehidupan berbangsa dan bernegara
saat ini. Hal ini berarti bahwa pemahaman mengenai toleransi di masyarakat masih sangat
kurang.
Maka, penyelenggaraan pendidikan multikultural dapat dikatakann berhasil apabila
terbentuk pada diri setiap peserta didik sikap saling toleransi, tidak bermusuhan, dan tidak
berkonflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya, suku, bahasa, dan lain sebagainya.
Menurut Stephen Hill, pendidikan multikultural dikatakan berhasil apabila prosesnya
melibatkan semua elemen masyarakat. Hal itu dikarenakan adanya multidimensi aspek
kehidupan yang tercakup dalam pendidikan multikultural.

Perubahan yang diharapkan adalah pada terciptanya kondisi yang nyaman, damai, toleran
dalam kehidupan masyarakat, dan tidak selalu muncul konflik yang disebabkan oleh perbedaan
2.

budaya dan SARA.


Agar peserta didik tidak meinggalkan akar budaya
Selain sebagai sarana alternatif pemecahan konflik, pendidikan multikultural juga signifikan
dalam upaya membina peserta didik agar tidak meninggalkan akar budaya yang ia miliki
sebelumnya, saat ia berhubungan dengan realitas sosial-budaya di era globalisasi.
Pertemuan antar budaya di era globalisasi ini bisa menjadi ancaman serius bagi peserta
didik. Untuk menyikapi realitas tersebut, peserta didik tersebut hendaknya diberikan
pengetahuan yang beragam. Sehingga peserta didik tersebut memiliki kemampuan global,
termasuk kebudayaan. Dengan beragamnya kebudayaan baik di dalam maupun di luar negeri,
peserta didik perlu diberi pemahaman yang luas tentang banyak budaya, agar siswa tidak
melupakan asal budayanya.
Menurut Fuad Hassan, saat ini diperlukan langkah antisipatif terhadap tantangan globalisasi,
terutama dalam aspek kebudayaan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat mengandung potensi
kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, ras dan etnis golongan. Hal
tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik sosial.
Dengan semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu pertanda
menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat.
Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang bernuansa
SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri dari NKRI akibat dari
ketidak puasan dan perbedaan kepentingan, apabila kondisi ini tidak segera ditangani dengan
baik akhirnya akan berdampak pada disintegrasi bangsa.
Seperti halnya GAM (Gerakan Aceh Merdeka), yang kini hampir sudah tidak
terngiang lagi di telinga kita. Dulu kelompok ini benar-benar membuat repot bangsa

Indonesia, seandainya GAM berhasil berdisintegrasi dari Indonesia maka tidak ada lagi lagu
Dari Sabang Sampai Merauke, lagu pemersatu bangsa kita. Namun rakyat dan bangsa ini
tidak rela jika Aceh lepas dari pangkuan bunda pertiwi, maka dengan segala upaya dilakukan
bangsa ini untuk menghentikan gerakan ini, baik secara militer maupun diplomatik.
Kemudian apakah peristiwa itu akan terulang lagi untuk yang kesekian kalinya di
Negara kita? Bukankah kita sudah cukup kehilangan ditinggal oleh saudara-saudara kita di
Timor Timur.
Dan apakah konflik di Irian juga tidak akan terselesaikan? Gerakan Papua Merdeka
yang diam-diam menyusun strategi untuk berdisintegrasi dari Indonesia kita biarkan begitu
saja? Dimanakah rasa nasionalisme kita? Dimana rasa persatuan dan kesatuan kita? Lalu
apakah konflik-konflik kecil antar suku, agama, dan kelompok kita biarkan saja? Ada apa
dengan bangsa ini?
Masalah disintegrasi bangsa merupakan masalah yang sangat mengkhawatirkan
kelangsungan hidup bangsa ini. Dimanakah nilai-nilai Pancasila yang dulu dicita-citakan
oleh bapak pendiri bangsa? Sudahkah nilai-nilai Pancasila luntur dari bangsa ini? Untuk itu
inilah PR bagi bangsa ini, bukan hanya pemerintah, bukan hanya TNI dan POLRI tetapi juga
kita seluruh warga Indonesia. Perlunya ditegakkan kembali nilai-nilai Pancasila tidak bisa
ditunda-tunda lagi, bangsa ini sudah krisis dalam segala aspek kehidupan khususnya krisis
moral. Nilai-nilai Pancasila harus dihidupkan kembali dalam setiap aspek kehidupan, bukan
hanya terkristalisasi sebagi ideologi Negara.
Permasalahan disintegrasi ini sangat kompleks sebagai akibat akumulasi
permasalahan Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan keamanan yang saling tumpang
tindih, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan bijaksana untuk menanggulangi
sampai pada akar permasalahannya maka akan menjadi problem yang berkepanjangan.
Untuk itulah, makalah ini disusun dalam rangka menyadarkan kembali akan
pentingnya nilai-nilai Pancasila ditegakkan kembali.

B. Tujuan
Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut ini:

5.

1.

Memahami apa arti dari disintegrasi

2.

Memahami tentang rasa nasionalisme

3.

Memahami arti penting nilai-nilai Pancasila

4.

Menumbuhkan rasa nasionalisme yang kini sudah hilang dari hati kita

Sebagai tugas individu yang wajib diselesaikan dalam mata kuliah pendidikan
kewarganegaraan.

C. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.

Mengapa pada bangsa ini sangat mudah terjadi konflik SARA yang merupakan akar dari
disintegrasi bangsa?

2.

Bagaimanakah solusi dini untuk mencegah disintegrasi bangsa ini?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Disintegrasi dan Faktor-faktor Penyebabnya


1. Disintegrasi Bangsa
Disintegrasi secara harfiah dipahami sebagai perpecahan suatu bangsa menjadi
bagian-bagian yang saling terpisah (Websters New Encyclopedic Dictionary 1996).
Bila dicermati adanya gerakan pemisahan diri sebenarnya sering tidak berangkat dari
idealisme untuk berdiri sendiri akibat dari ketidak puasan yang mendasar dari perlakuan
pemerintah terhadap wilayah atau kelompok minoritas seperti masalah otonomi daerah,
keadilan sosial, keseimbangan pembangunan, pemerataan dan hal-hal yang sejenis.

Kekhawatiran tentang perpecahan (disintegrasi) bangsa di tanah air dewasa ini yang
dapat digambarkan sebagai penuh konflik dan pertikaian, gelombang reformasi yang tengah
berjalan menimbulkan berbagai kecenderungan dan realitas baru. Segala hal yang terkait
dengan Orde Baru termasuk format politik dan paradigmanya dihujat dan dibongkar.
Bermunculan pula aliansi ideologi dan politik yang ditandai dengan menjamurnya partaipartai politik baru. Seiring dengan itu lahir sejumlah tuntutan daerah-daerah diluar Jawa agar
mendapatkan otonomi yang lebih luas atau merdeka yang dengan sendirinya makin
menambah problem, manakala diwarnai terjadinya konflik dan benturan antar etnik dengan
segala permasalahannya.
Penyebab timbulnya disintegrasi bangsa juga dapat terjadi karena perlakuan yang
tidak adil dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah khususnya pada daerah-daerah
yang memiliki potensi sumber daya/kekayaan alamnya berlimpah/ berlebih, sehingga daerah
tersebut mampu menyelenggarakan pemerintahan sendiri dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat yang tinggi.
Selain itu disintegrasi bangsa juga dipengaruhi oleh perkembangan politik dewasa
ini. Dalam kehidupan politik sangat terasa adanya pengaruh dari statemen politik para elit
maupun pimpinan nasional, yang sering mempengaruhi sendi-sendi kehidupan bangsa,
sebagai akibat masih kentalnya bentuk-bentuk primodialisme

Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraan, agar
tercipta kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.
2. Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya primodialisme sempit pada setiap
kebijaksanaan dan kegiatan, agar tidak terjadi KKN.

3. Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-usaha pemecahbelahan dari anasir


luar dan kaki tangannya.
4. Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir-butir Pancasila,
dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa.
5. Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.
6. Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat, TNI dan Polri dalam
memerangi separatis.
7. Melarang, dengan melengkapi dasar dan aturan hukum setiap usaha untuk menggunakan
kekuatan massa.
2.4.3. Upaya Penanggulangan
Dari hasil analisis diperlukan suatu upaya pembinaan yang efektif dan berhasil, diperlukan pula
tatanan, perangkat dan kebijakan yang tepat guna memperkukuh integrasi nasional antara lain :
1. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk bersatu.
2. Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk selalu membangun consensus.
3. Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan norma yang menyuburkan
persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek kehidupan dan
pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah.
5. Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan kepemimpinan yang arif dan
bijaksana, serta efektif.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis penelitian tersebut diatas dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Disintegrasi bangsa merupakan permasalahan kompleks, akibat akumulasi permasalahan politik,
ekonomi dan keamanan yang saling tumpang tindih sehingga perlu penanganan khusus dengan
2.

pendekatan yang arif serta mengutamakan aspek hukum, keadilan, sosial budaya.
Pertarungan elit politik yang diimplementasikan kepada penggalangan massa yang dapat

menciptakan konflik horizintal maupun vertical harus dapat diantisipasi.


3. Kepemimpinan dari elit politik nasional hingga kepemimpinan daerah sangat menentukan
meredamnya konflik pada skala dini. Namun pada skala kejadian diperlukan profesionalisme
aparat kemanan secara terpadu.

4. Efek global, regional dengan faham demokrasi yang bergulir saat ini perlu diantisipasi dengan
penghayatan wawasan kebangsaan melalui edukasi dan sosialisasi.
3.2. Saran
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi pertahanan serta upayaupaya apa yang akan ditempuh, maka disarankan beberapa langkah sebagai berikut :
a. Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus menerus agar didapatkan
suatu rumusan bahwa nasionalisme yang berbasis multi kultural dapat dijadikan ajaran untuk
mengelola setiap perbedaan agar muncul pengakuan secara sadar/tanpa paksaan dari setiap warga
negara atas kemejemukan dengan segala perbedaannya.
b. Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkat tertinggi , dalam membuat aturan
atau kebijakan haruslah dapat memenuhi keterwakilan semua elemen masyarakat sebagai warga
negara.
c. Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan terhadap semua aturan dan tatanan yang berlaku,
kalau perlu diambil sumpah seperti halnya setiap prajurit yang akan menjadi anggota TNI dan
tata cara penyumpahan diatur dengan Undang-undang.
d. Pendidikan jangka panjang harus memperkenalkan tentang perbedaan umat manusia dan
kemajemukan budaya bangsa Indonesia dari tingkat sekolah yang terendah sampai yang tertinggi
secara bertahap, bertingkat dan berlanjut.
e. Menumbuhkan rasa nasionalisme yang mulai luntur, jika perlu mungkin dibuat semacam
deklarasi Nasional oleh pemerintah dengan tekad memelihara keutuhan persatuan dan kesatuan
NKRI. Suatu deklarasi yang tepat akan dapat menjadi pemicu tumbuhnya rasa nasionalisme.
DAFTAR PUSTAKA
http://kbbi.web.id/disintegrasi
http://kbbi.web.id/bangsa
Naimah.2010.65 Tahun Dirgahayu Indonesia:Bayang-Bayang Gelap Ancaman Disintegrasi
Bangsa.Jurnal Universitas Indonesia (1)
http://www.academia.edu/7177422/Upaya_Mengatasi_Konflik_Sosial_untuk_Mencegah_Disintegras
i_Bangsa

MAKALAH PKN. POTENSI DAN ANCAMAN DISINTEGRASI BANGSA

KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami panjatkan puja & Puji syukur atas rahmat & ridho
Allah SWT, karena tanpa Rhmat & RidhoNya, kita tidak dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada Drs. Anwar Sinare selaku dosen pengampu
kewarganegaraan yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah
ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang
selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data untuk
pembuatan Makalah ini.
Dalam makalah ini kami membahas tentang potensi dan ancaman
serta disintegrasi nasional yang sering di alami oleh bangsa kita. Harapan
kami selaku penulis adalah agar para pembaca setelah melihat isi makalah
ini dapat mengerti daan memahami betapa pentingnya menjaga dan
mempertahankan kedaulatan NKRI.
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang
belum kami ketahui,. maka dari itu kami mohon saran & kritik dari temanteman maupun dosen agar kedepannya kami bisa membuat makalah dengan
lebih sempurna.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................

DAFTAR ISI

ii

..........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar belakang...................................................................................

1.2 Rumusan masalah............................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Potensi dan ancaman NKRI...............................................................

2.2 Indonesia dan ancaman disintegrasi................................................

2.3 Cara penanggulangan ancaman disintegrasi bangsa ......................

2.4 Kedudukan dan fungsi ketahanan nasional......................................


10
2.5 Konsepsi ketahanan nasional............................................................
10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................
11
3.2 Saran................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh


bangsa. Sudah sejak lama Indonesia menjadi incaran banyak negara atau

bangsa lain, karena potensinya yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas
dengan kekayaan alam yang banyak. Kenyataannya ancaman datang tidak
hanya dari luar, tetapi juga dari dalam. Terbukti, setelah perjuangan bangsa
tercapai dengan terbentuknya NKRI, ancaman dan gangguan dari dalam juga
timbul dari yang bersifat kegiatan fisik sampai yang idiologis. Meski
demikian, bangsa Indonesia memegang satu komitmen bersama untuk
tegaknya negara kesatuan Indonesia. Dorongan kesadaran bangsa yang
dipengaruhi kondisi dan letak geografis dengan dihadapkan pada lingkungan
dunia yang serba berubah akan memberikan motivasi dlam menciptakan
suasana damai.
Ancaman disintegrasi bangsa dibeberapa bagian wilayah sudah berkembang
sedemikian kuat. Bahkan mendapatkan dukungan kuat sebagian
masyarakat, segelintir elite politik lokal maupun elite politik nasional dengan
menggunakan beberapa issue global Issue tersebut meliputi issu
demokratisasi, HAM, lingkungan hidup dan lemahnya penegakan hukum
serta sistem keamanan wilayah perbatasan. Oleh sebab itu, pengaruh
lingkungan global dan regional mampu menggeser dan merubah tata nilai
dan tata laku sosial budaya masyarakat Indonesia yang pada akhirnya dapat
membawa pengaruh besar terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk
pertahanan keamanan.
Untuk itu pembangunan dan pengamanan wilayah NKRI harus dilakukan
melalui pendekatan beberapa aspek, terutama aspek demarkasi dan
delimitasi garis batas negara, disamping itu melalui pendekatan
pembangunan kesejahteraan, politik, hukum, dan keamanan. Pembangunan
nasional yang diharapkan dapat menghasilkan kemajuan di berbagai bidang
kehidupan masyarakat. Sehingga dapat dijadikan sebagai landasan yang
kokoh dalam upaya mencapai masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri
dalam suasana tentram dan sejahtera lahir dan batin, dalam tata kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara yang berlandaskan Pancasila, pada
kenyataannya belum terwujud.
Pancasila sebagai ideologi negara yang
lahir dari ide-ide bangsa yang mengandung nilai-nilai hakiki semakin terkikis
oleh ideologi asing. Inilah berbagai permasalahan yang kita hadapi dan
menjadi tantangan kita bersama.
Menghadapi situasi dan kondisi demikian kita harus memiliki satu visi. Baik
para pemimpin pemerintahan, sipil maupun militer, juga para elite politik,
tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh partai serta media massa.
Penyamaan visi itu penting untuk mengatasi perbedaan-perbedaan yang ada
dan dapat menimbulkan permusuhan. Karena tidak ada satu negarapun

didunia toleran terhadap aspirasi rakyat di sebagian wilayah teritorial yang


berniat mengembangkan wacana dan berkeinginan memisahkan diri akibat
dari ketidakpuasan yang mendasar, terhadap keadilan sosial, keseimbangan
pembangunan, pemerataan hasil pembangunan dan hal-hal sejenisnya. Oleh
karena itu diharapkan setiap warga negara harus dapat mengendalikan
emosi, sabar, dan tidak terlalu sensitif, sehingga bangsa dan negara kita
dapat terhindar dari semua situasi dan kondisi yang bernuansa konflik dan
dapat mengakibatkan disintegrasi bangsa.

1.2
A.

Rumusan Masalah
Bagaimana potensi dan ancaman di NKRI?

B.

Apa penyebab ancaman disintetegrasi di Indonesia?

C.

Bagaimana cara penanggulangan ancaman disintegrasi bangsa?

D.

Bagaiman kedudukan dan fungsi ketahanan nasional?

E.

Bagaimana konsepsi ketahanan nasional?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Potensi dan ancaman di NKRI


Bela negara adalah upaya setiap warga negara untuk
mempertahankan NKRI terhadap ancaman baik dari dalam maupun dari luar
negeri.
A. Ancaman dari dalam negeri.
Potensi yang dihadapi NKRI dari dalam negeri, antara lain :

a.
b.
c.
d.
e.

Disintegrasi bangsa, melalui gerakan-gerakan separatis berdasarkan


sentimen kesukuan atau pemberontakan akibat ketidakpuasan daerah
terhadap kebijakan pemerintah pusat.
Keresahan sosial akibat ketimpangan kebijakan ekonomi dan
pelanggaran Hak Azasi Manusia yang pada gilirannya dapat menyebabkan
huru hara/kerusuhan massa.
Upaya penggantian ideologi Pancasila dengan ideologi lain yang ekstrim
atau tidak sesuai dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia.
Potensi konflik antar kelompok/golongan baik perbedaan pendapat dalam
masalah politik, maupun akibat masalah SARA.
Makar atau penggulingan pemerintah yang sah dan konstitusional.

Di masa transisi ke arah demokrasi sesuai tuntutan reformasi, potensi


konflik antar kelompok/golongan dalam masyarakat sangatlah besar.
Perbedaan pendapat justru adalah esensi dari demokrasi akan menjadi
potensi konflik yang serius apabila salah satu pihak berkeras dalam
mempertahankan pendapat atau pendiriannya, sementara pihak yang lain
berkeras memaksakan kehendaknya. Contoh kasus FPI dengan Aliansi
Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKB). Namun
cara yang sesungguhnya merupakan ciri khas budaya bangsa Indonesia itu
tampaknya sudah dianggap kuno. Masalahnya, cara pengambilan keputusan
melalui pengambilan suara terbanyakpun (yang dianggap sebagai cara yang
paling demokratis dalam menyelesaikan perbedaan pendapat) seringkali
menimbulkan rasa tidak puas bagi pihak yang kalah, sehingga mereka
memilih cara pengerahan massa atau melakukan tindak kekerasan untuk
memaksakan kehendaknya.

B. Ancaman dari luar negeri.

Dengan berakhirnya Perang Dingin pada awal tahun 1990an, maka


ketegangan regional di dunia umumnya, dan di kawasan Asia Tenggara
khususnya dapat dikatakan berkurang. Meskipun masih terdapat
potensi konflik perbatasan khususnya di wilayah Laut Cina Selatan, misalnya
sengketa kepulauan Spratly yang melibatkan beberapa negara di kawasan
tersebut, namun diperkirakan semua pihak terkait tidak akan menyelesaikan
masalah tersebut melalui kekerasan bersenjata. Dapat dikatakan bahwa
ancaman dalam bentuk agresi dari luar relatif kecil. Potensi ancaman dari
luar tampaknya akan lebih berbentuk upaya menghancurkan moral dan

budaya bangsa melalui disinformasi, propaganda, peredaran narkoba, filmfilm porno atau berbagai kegiatan kebudayaan asing yang mempengaruhi
bangsa Indonesia, terutama generasi muda, dan merusak budaya bangsa.
Potensi ancaman lainnya adalah dalam bentuk penjarahan sumber daya
alam melalui eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkontrol sehingga
merusak lingkungan, seperti illegal loging, illegal fishing, dsb.

Semua potensi ancaman tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan


Ketahanan Nasional melalui berbagai cara, antara lain :
1.

Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat


menangkal pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma
kehidupan bangsa Indonesia.

2.

Upaya peningkatan perasaan cinta tanah air (patriotisme) melalui


pemahaman dan penghayatan (bukan sekedar penghafalan) sejarah
perjuangan bangsa.

3.

Pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi sumber daya nasional serta


terciptanya pemerintahan yang bersih dan berwibawa (legitimasi,
bebas KKN, dan konsisten melaksanakan peraturan/undang-undang).

4.

Kegiatan yang bersifat kecintaan terhadap tanah air serta menanamkan


semangat juang untuk membela negara, bangsa dan tanah air serta
mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara dan UUD 1945sebagai
landasan berbangsa dan bernegara.

5.

Untuk menghadapi potensi agresi bersenjata dari luar, meskipun


kemungkinannya relatif sangat kecil, selain menggunakan unsur komponen
utama (TNI), tentu saja dapat menggunakan komponen cadangan dan
komponen pendukung (UU komponen cadangan dan komponen pendukung
masih dalam proses persetujuan anggota Dewan yang terhormat).
Dapatlah disimpulkan bahwa potensi ancaman terhadapkeamanan
nasional dan pertahanan negara dapat datang dari mana saja. Namun
potensi ancaman yang lebih besar adalah dari dalam negeri. Pengalaman
menunjukkan bahwa instabilitas dalam negeri seringkali mengundang
campur tangan asing baik langsung maupun tidak langsung.

2.2 Indonesia dan ancaman disintegrasi

Bangsa Indonesia yang kaya dengan keragaman yang dimiliki


masyarakatnya menempatkan dirinya sebagai masyarakat yang plural.
Masyarakat yang plural juga berpotensi dan sangat rentan kekerasan etnik,
baik yang dikonstruksi secara kultural maupun politik. Bila etnisitas, agama,
atau elemen premordial lain muncul di pentas politik sebagai prinsip paling
dominan dalam pengaturan negara dan bangsa, apalagi berkeinginan
merubah sistem yang selama ini berlaku, bukan tidak mungkin ancaman
disintegrasi bangsa dalam arti yang sebenarnya akan terjadi di Indonesia.

Maraknya fenomena formalisasi syariat Islam kedalam konstitusi


formal dan tertulis dibeberapa daerah di Indonesia menjadi pro kontra, dan
bukan tidak mungkin ancaman disintegrasi bangsa itu akan berpotensi
muncul. Formalisasi syariat Islam merupakan bentuk pelanggaran kebebasan
beragama dilakukan kelompok agama dominan dengan memberangus,
mengkebiri, dan menghalang, maupun memberikan stigmatisasi terhadapi
penganut agama minoritas atau kelompok agama yang berpemahaman dan
melaksanakan praktek ritus yang berbeda dengan arus dominan. Tidak boleh
hukum publik didasarkan pada ajaran agama tertentu. Sebab, hukum harus
menjamin toleransi hidup beragama yang berkeadaban. Negara tidak bisa
memberlakukan secara formal hukum-hukum agama. Tapi, negara harus
memfasilitasi warga negara yang ingin melaksanakan ajaran agamanya
secara sukarela agar tidak terjadi benturan-benturan atau penelantaran.

Konflik-konflik yang sering terjadi di tingkatan elite, khususnya


menjelang pelaksanaan dan pasca Pilkada, juga sering memicu konflik di
tingkat bawah yang dapat berujung pada kekerasan antar massa pendukung
elite. Masyarakat yang seharusnya di posisikan sebagai subjek, tetapi saat
ini justru lebih banyak yang di jadikan objek dan tumbal untuk kepentingan
pragmatis elite. Sehingga masyarakat bawah yang secara pemahaman
masih cukup ngamblang dan mudah terprovokasi, cenderung dapat berbuat
sesuai arah si pemberi perintah, bahkan termasuk untuk merusak tatanan
ketentraman masyarakat bawah yang selama ini hanya terus- menerus
sebagai obyek eksploitasi.

Mungkin sekilas permasalahan tersebuat nampak biasa saja, namun


apabila hal ini berlarut-larut terus terjadi dan tidak ada usaha atau perhatian

pemerintah untuk menyelesaikan persoalan tersebut, bukan tidak mungkin


disintegrasi yang selama ini di khawatirkan akan terwujud. Pemerintah harus
dapat merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat
dalam aspek kehidupan dan pembangunan bangsa, yang mencerminkan
keadilan bagi semua pihak, semua wilayah.

Untuk membahas lebih lanjut mengenai permasalahan diatas mari kita


ulas 2 hal berikut:

1.

Sejenak Mengulas Sejarah.

Sebenarnya perdebatan mengenai formalisasi syariat Islam sudah


terjadi sejak lama, bahkan sudah dimulai pada masa pra kemerdekaan RI
dengan cakupan yang lebih luas, yaitu sebagai dasar negara. Segenap
funding fathers Indonesia antara pihak Islam dan nasionalis melalui Panitia
Sembilan yang dibentuk oleh BPUPKI pada tanggal 22 Juni 1945 telah
mendiskusikan dan membahas tentang dasar negara Indonesia, yang
kemudian disepakati dan menghasilkan lima point.

Pada sidang kedua tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI, istilah


Muqaddimah diubah menjadi Pembukaan dan butir pertama diganti menjadi
Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena adanya aspirasi dari wilayah Indonesia
timur yang mayoritas non muslim itu menyatakan keberatan dengan bagian
kalimat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar, yang berbunyi Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
Mereka mengakui bahwa bagian kalimat itu tidak mengikat mereka, hanya
mengenai rakyat yang beragama Islam. Tetapi tercantumnya ketetapan
seperti itu di dalam suatu dasar yang menjadi pokok Undang-Undang Dasar
berarti mengadakan diskriminasi terhadap golongan minoritas. Jika
diskriminasi itu ditetapkan juga, mereka lebih suka berdiri di luar Republik
Indonesia. Perubahan isi dari Piagam Jakarta itulah yang sampai saat ini kita
sebutnya dengan Pancasila.

Setelah berakhirnya rezim Orba dan memasuki era Reformasi,


perdebatan mengenai Piagam Jakarta pun kembali mengemuka. Bahkan
keinginan beberapa parpol untuk memasukan isu Piagam Jakarta dalam
agenda sidang MPR hasil Pemilu 1999 sempat terjadi, meskipun gagasan
serta usulan tersebut tidak ditanggapi dan tidak berhasil. Tetapi dari hal
tersebut bukan berati perdebatan berhenti begitu saja. Diluar parlemen
perdebatan tersebut sering dijadikan bahasan yang pokok dan menarik,
terutama di Ormas-Ormas atau Organisasi yang berbasiskan Islam yang
masih mengharapkan Piagam Jakarta. Banyaknya kegagalan dan jalan buntu
untuk mengangkat isu Piagam Jakarta ke dalam isu nasional, itulah yang
kemungkinan bergeser ke arah cakupan yang lebih kecil, sehingga akhirnya
berkembang dalam isu di daerah.

2.

Kembali Ke Pancasila

Berbagai persoalan yang muncul baik yang menyangkut politik, sosial


budaya maupun hukum yang melanda negara kita yang berpotensi
mengancam disintegrasi bangsa, sudah barang tentu kita sikapi secara arif
dan bijaksana. Prinsip persatuan dibutuhkan karena kenyataan bahwa
bangsa Indonesia sangat plural. Keragaman suku, bangsa, agama, dan
budaya yang diwarisi oleh bangsa Indonesia dalam sejarah mengharuskan
bangsa Indonesia bersatu dengan seerat-eratnya dalam keragaman.
Keragaman merupakan kekayaan yang memang harus dipersatukan (united),
tetapi tidak dan bukan untuk diseragamkan (uniformed).

Pancasila yang kita pahami sebagai falsafah bangsa Indonesia sebagai


philosphical way of thingking atau philosophical system, yang
menggambarkan fungsi & peranannya sebagai jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia, serta cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia. Konsep bangsa
Indonesia yang kaya dengan keragaman dan memposisikan sebagai bangsa
yang plural, dan dengan kenekaragaman tersebut lah yang menjadikan
sebuah identitas nasional bangsa Indonesia sekaligus menjadi identitas
kebangsaan. Kebanggaan kita akan sebuah identitas nasional itulah yang
dapat mewujudkan integrasi nasional. Revitalisasi ideologi Pancasila sebagai
pemberdayaan identitas nasional perlu dilakukan, karena didasari keyakinan

bahwa Pancasila merupakan simpul nasional yang paling tepat bagi


Indonesia yang majemuk

2.3 Cara penanggulangan ancaman disintegrasi bangsa

Keinginan masyarakat untuk membangun rasa persatuan dan kesatuan


merupakan bagian dari budaya bangsa melalui kegotong royongannya tetap
ada ,namun disisi lain para pemimpin dan elit politik lebih disibukkan dengan
urusan politik dan kekuasaan. Rasa persatuan dan kesatuan tidak akan bisa
dilaksanakan apabila rasa solidaritas sebagai bangsa tak dapat ditumbuh
kembangkan, karena solidaritas bertumpu atas dasar kepentingan bersama
dalam sejarah perjuangan masa lalu telah dibuktikan untuk bebas dari
penjajah dan membangun bangsa tanpa paksaan muncul kesediaan rela
berkorban demi masa depan bangsa. Solidaritas mencakup upaya-upaya
untuk mempertahankan dan mengembangkan rasa kebersamaan, toleransi,
empati, saling menghormati, mau mengakui kesalahan serta bersedia
mengorbankan kepentingan pribadi, kelompok dan golongsn demi
kepentingan NKRI.

Apabila hal ini dapat dihayati dan diamalkan oleh setiap warga negara
maka akan terbangun rasa cinta tanah air, oleh karena itu perlu
mendefinisikan kembali masa depan kebangsaan dan demokrasi Indonesia
yang menghargai keberagaman dalam berbagai perbedaan sekaligus
menumbuh kembangkan rasa persatuan dan kesatuan dalam bingkai NKRI.
Berikut berbagai ancaman yang dihadapi bangsa:

a.

Ancaman Disintegrasi Bangsa Pasca Reformasi.

Ancaman Pasca reformasi berbagai bentuk kekerasan telah terjadi


diberbagai tempat dalam bingkai NKRI. Citra NKRI sebagai negara yang
ramah dan penuh santun mulai luntur bahkan hilang ditelan gelombang dan
derasnya arus reformasi. Munculnya konflik yang berbasis sentimen
primordial dengan sebab-sebab yang tidak terduga telah memberikan wajah
baru pada NKRI. Konflik yang muncul tidak berada dalam ruang hampa.
Namun berada diatas timbunan dibawah karpet tebal kesatuan dan
persatuan yang menghimpit ke Bhinekaan pada jaman Orde Baru.
Reformasi telah membuka semua saluran yang dimampatkan dengan

pendekatan keamanan, membuat beragam kepentingan yang lama


terpendam mencuat keatas permukaan.

Gambarannya semakin jelas, khususnya pasca reformasi ketika relasirelasi kekuasaan yang semula mapan menjadi tergoyahkan dan batas-batas
identitas kembali digugat. Dalam situasi seperti ini konflik menjadi suatu
keniscayaan, berbagai konflik seperti hal biasa misalnya dalam Pemilihan
Kepala Daerah (PILKADA) dan pemekaran wilayah yang dalam banyak hal
tampaknya lebih didasari kepentingan politik daripada ketimbang
kesejahteraan rakyat.

Karakteristik konflik tak bisa diisolasi satu dengan yang lainnya. Konflik
yang menggunakan sentimen agama dan etnis bisa saja hanya bungkus
untuk menutupi kepentingan lain yang bersifat pragmatis dan kepentingan
jangka pendek. Terkadang inti persoalannya terkait dengan isu-isu politik dan
marjinalisasi masyarakat adat akibat kebijakan pemerintah. Seperti yang
dikatakan Presiden Soekarno bahwa karakter bangsa harus terus-menerus
dibangun melalui pemimpin-peminpin yang memahami peta sosio-kulturalekologis setiap wilayahnya dan masyarakatnya. Hal inipun harus tercermin
dalam berbagai produk per undang-undangan yang menentukan hajat hidup
warga negara. Kondisi NKRI yang terdiri dari ribuan kebudayaan dan tersebar
diribuan pulau dengan perbedaan yang ekstreem, isu yang paling rentan
adalah yang terkait dengan masalah etnis dan agama.

Politisasi identitas dua isu itu yang paling banyak digunakan dalam
konflik dan kekerasan untuk membungkus kepentingan pribadi dan politik
oleh para elit politik. Terkait dengan timbulnya persoaalan yang mendasar
dalam hubungan antara agama dan negara, ketika negara menentukan yang
mana agama dan bukan agama, implikasinya sangat luas. Para penganut
keyakinan diluar enam agama yang resmi akan dicap animisme, bahkan
yang tidak beragama dianggap komunis.

Permasalahan kasus kekerasan terkait dengan kebebasan beragama


saja pada tahun 2007 telah terjadi 185 kasus. Konflik kekerasan yang
bernuansa sentimen agama sangat komplek dan rumit, baik menyangkut
konstruksi paham maupun faktor-faktor sosiologis tak jarang konflik itu
terbungkus dalam relasi sosial yang bersifat hegemonil ketika dihubungkan
antar pemeluk agama berada dalam pola hubungan mayoritas dan minoritas
yang sarat ketegangan.

Keinginan masyarakat untuk membangun rasa persatuan dan kesatuan


merupakan bagian dari budaya bangsa melalui kegotong royongannya tetap
ada ,namun disisi lain para pemimpin dan elit politik lebih disibukkan dengan
urusan politik dan kekuasaan. Rasa persatuan dan kesatuan tidak akan bisa
dilaksanakan apabila rasa solidaritas sebagai bangsa tak dapat ditumbuh
kembangkan, karena solidaritas bertumpu atas dasar kepentingan bersama
dalam sejarah perjuangan masa lalu telah dibuktikan untuk bebas dari
penjajah dan membangun bangsa tanpa paksaan muncul kesediaan rela
berkorban demi masa depan bangsa. Solidaritas mencakup upaya-upaya
untuk mempertahankan dan mengembangkan rasa kebersamaan, toleransi,
empati, saling menghormati, mau mengakui kesalahan serta bersedia
mengorbankan kepentingan pribadi, kelompok dan golongsn demi
kepentingan NKRI. Apabila hal ini dapat dihayati dan diamalkan oleh setiap
warga negara maka akan terbangun rasa cinta tanah air, oleh karena itu
perlu mendefinisikan kembali masa depan kebangsaan dan demokrasi
Indonesia yang menghargai keberagaman dalam berbagai perbedaan
sekaligus menumbuh kembangkan rasa persatuan dan kesatuan dalam
bingkai NKRI.

b.

Keaneka ragaman masyarakat Indonesia.

Pandangan bahwa pruralitas, suku, agama, ras dan antar golongan sebagi
penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak dapat diterima begitu saja.
Pendapat ini benar mungkin untuk sebuah kasus, tapi belum tentu benar
untuk kasus yang lain. Segala macam peristiwa dan gejolak sosial budaya
termasuk konflik dan kekerasan massal pada dasarnya tidaklah lahir begitu
saja, akan tetapi ada kondisi-kondisi struktural dan kultural tertentu dalam
masyarakat yang beraneka ragam, tetapi bukan tanpa batas dan merupakan
hasil dari suatu proses sejarah yang bersifat khusus.

Namun demikian tidak semua kondisi struktural menjadi pemicu atas


munculnya suatu gejolak atau peristiwa, tapi ada kondisi primer dan skunder
maupun pendukung penting dari munculnya gejolak tersebut antara lain
akibat terdesaknya kelompok tertentu dari akses kekuasaan serta adanya
suatu proses yang dianggap tidak adil dan curang. Disisi lain karena
keberadaan pendatang yang berbeda budaya, agama, atau rasnya serta
etnosentrisme dan seklusivisme. Kondisi sekundernya adalah rasa keadlan
masyarakat setempat yang tidak terpenuhi, aparat pemerintah tidak peka
terhadap kondisi yang dihadapi masyarakat, atau malah memihak salah satu
etnik atau kelompok masyarakat lainnya.
Hal ini akan berdampak makin

meruncingnya suatu masalah dan membuat renggangnya rasa persatuan


dan kesatuan.

Faktor lain yang terjadi dikawasan timur Indonesia memiliki komposisi


keragaman etnik yang banyak dalam bentuk kelompok suku-suku kecil dan
rentan, sedang kawasan barat Indonesia di pulau-pulau besar tinggal
kelompok suku-suku yang besar yang relatif miskin sumber daya alam,
membuat mereka bergerak mengeksploitasi SDA di kawasan timur
Indonesia, bahkan nyaris menggusur partisipasi penduduk setempat.
Akibatnya terjadi kesenjangan antara pendatang dan penduduk asli.
Keadaan ini membuat penduduk setempat menjadi antipati terhadap
pendatang, sementara pendatang yang sukses justru memanfaatkan
ketertinggalan penduduk setempat sebagai kelemahan mereka.

Berbagai catatan sejarah membuktikan bahwa benang merah


kekerasan yang terjadi ditingkat elit politik maupun rakyat selalu ada cara
adat untuk menyelesaikannya, bila terjadi konflik mulai masalah personal
sampai keranah publik. Penyelesaian dengan mendamaikan setiap
kerusuhan, konflik, atau perang masa kinipun hal seperti itu tidak dapat
dihindari. Perdamaian dengan cara itu hanya bersifat sementara, karena
rekonsiliasi hanya terjadi dimeja perundingan, bahkan banyak melibatkan
pihak luar. Sementara ditingkat akar rumput yang paling menderita akibat
konflik, tidak banyak mengalami perubahan karena mereka tidak terwakili
dimeja perundingan.
Sebagai contoh, konflik di Ambon dan Maluku misalnya perempuan
banyak berperan sebagai agen perdamaian dengan menghubungkan pihak
bertikay melalui hal yang sangat sederhana dalam kehidupan sehari-hari,
banyak keluarga yang saling melindungi pihak yang dianggap lawan karena
kesadaran akan persaudaraan dan hakekat kemanusiaan.

c.

Konflik-konflik Pacsa Reformasi.

Secara sadar kita harus mengakui bahwa pasca reformasi telah terjadi
ancaman disintegrasi bangsa yang mencakup lima wilayah sbb:
1.

Kekerasan memisahkan diri di Timor-Timor setelah jajak pendapat tahun


1999 yang pada akhirnya lepas dari NKRI, di Aceh sebelum perundingan
Helsinki dan beberapa kasus di Papua.

2.

Kekerasan komunal berskala besar, baik antar agama, intra agama, dan
antar etnis yang terjadi Kalimatan Barat, Maluku, Sulawesi Tengah, dan
Kalimatan Tengah.
3.
Kekerasan yang terjadi dalam skala kota dan berlansung beberapa hari
seperti peristiwa Mei 1998, huru-hara anti Cina di Tasikmalaya, Banjarmasin,
Situbondo dan Makassar.
4.
Kekerasan sosial akibat main hakim sendiri seperti pertikaian antar desa
dan pembunuhan dukun santet di Jawa Timur 1998.
5.
Kekerasan yang terkait dengan terorisme seperti yang terjadi di Bali dan
Jakarta.

Semua itu belum termasuk konflik kekerasan yang diakibatkan Pilkada


dan issu pemekaran yang menggunakan rakyat sebagi objek kepentingan
politik kekuasaan para elit politik baik lokal maupun nasional. Berdasarkan
data GERRY VAN KLINKEN (2007) kekerasan komunal yang berskala besar
ataupun lokal memakan korban paling besar 90 %, dari jumlah itu 57 %
meninggal akibat issu agama, 30 % akibat etnis, 13 % akibat kekerasan
rasial. Semua kejadian tersebut tentu akan berdampak terhadap pecahnya
persatuan dan kesatuan bangsa apabila penanggannya tidak dilaksanakan
dengan cepat, tepat dan tuntas.

d.

Stabilitas Keamanan yang mantap dan dinamis.

Dalam rangka menjaga keutuhan bangsa dan negara kondisi stabilitas


keamanan yang mantap dan dinamis diseluruh wilayah tanah air merupakan
syarat mutlak. Artinya setiap gangguan dan ancaman yang datang
disebagian wilayah NKRI pada hakekatnya ancaman bagi seluruh wilayah
NKRI. Menciptakan keamanan merupakan tanggung jawab semua pihak
(Warga Negara) dengan pihak aparat keamanan (TNI dan POLRI) sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dengan mencermati dan
memperhatikan kondisi keamanan diberbagai daerah saat ini dan
kondisi bangsa yang sedang krisis kepercayaan dan mutlidimensi, maka
terciptanya kondisi stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis amat
diperlukan. Hal ini selain merupakan kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan rasa aman, nyaman, tentram dan adanya tata kehidupan
masyarakat yang tertib juga untuk meningkatkan kepercayaan dunia usaha
yang membutuhkan adanya kepastian dan jaminan investasi. Tanpa adanya
stabilitas keamanan di suatu daerah, sudah dapat dipastikan akan terganggu
roda pembangunan dalam banyak hal. Oleh karena itu gangguan
keamanan/konflik yang terjadi di beberapa daerah perlu dilakukan
penangganan yang serius agar tidak terjadi sikap balas dendam dan luka
yang terus berlanjut bahkan dapat mengancam perpecahan bangsa.

e.

Stabilitas Keamanan yang mendukung Integrasi Bangsa.

Mencermati masalah keamanan dibeberapa daerah yang cukup serius


dan segera harus diselesaikan melalui langkah-langkah yang
komprehensif. Guna mendorong kembalinya semangatnya persatuan bangsa
dan kesatuan wilayah yang telah dimiliki dan guna mencegah disintegrasi
bangsa tidak ada alternatif lain mengembalikan kondisi aman yang
didambakan oleh seluruh masyarakat dan bangsa Indonesia. Stabilitas
keamanan di daerah konflik yang cenderung mengarah kepada disintegrasi
bangsa harus terus diciptakan dengan pendekatan komprehensif baik dari
aspek ekonomi, sosial budaya, politik maupun dari pendekatan hukum
dengan dibantu aparat hukum yang terus melakukan tindakan konkrit dan
koordinatif serta tetap mengedepankan semangat kebersamaan dalam
menciptakan keutuhan bangsa dan negara.

f.

Menegakkan Peraturan Hukum yang berlaku.

Melihat, memperhatikan dan mencermati kondisi keamanan


diberbagai daerah yang rawan konflik saat ini serta kondisi bangsa supaya
tidak terjadi ancaman disintegrasi bangsa pemerintah pusat, instansi
maupun daerah dalam hal ini pihak keamanan/aparat keamanan harus
menegakkan aturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku serta
melakukan tindakan persuasif dan pendekatan keamanan secara
bertahap dan disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing. Guna
mendorong kembali semangat persatuan, kesatuan wilayah dan bela negara
sebaiknya pemerintah mencari terobosan lain untuk mensosialisasikan
Pancasila agar dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Namun yang paling penting adalah bagaimana contoh dan
ketauladan dari semua penyelenggara negara, tokoh formal maupun
informal terhadap rakyatnya dalam berpikir, bersikap dan bertindak yang
pada berdasarkan Pancasila sebagai ideologi, pandangan hidup serta dasar
negara.

2.4 Kedudukan dan fungsi ketahanan nasional


Kedudukan dan fungsi ketahanan nasional dapat dijelaskan sebagai berikut :
a)

Kedudukan

ketahanan nasional merupakan suatu ajaran yang diyakini


kebenarannya oleh seluruh bangsa Indonesia serta merupakan cara terbaik
yang perlu di implementasikan secara berlanjut dalam rangka membina
kondisi kehidupan nasional yang ingin diwujudkan, wawasan nusantara dan
ketahanan nasional berkedudukan sebagai landasan konseptual, yang
didasari oleh Pancasil sebagai landasan ideal dan UUD sebagai landasan
konstisional dalam paradigma pembangunan nasional.
b)

Fungsi
Ketahanan nasional nasional dalam fungsinya sebagai doktrin dasar
nasional perlu dipahami untuk menjamin tetap terjadinya pola pikir, pola
sikap, pola tindak dan pola kerja dalam menyatukan langkah bangsa yang
bersifat inter regional (wilayah), inter sektoral maupun multi disiplin.
Konsep doktriner ini perlu supaya tidak ada cara berfikir yang terkotak-kotak
(sektoral). Satu alasan adalah bahwa bila penyimpangan terjadi, maka akan
timbul pemborosan waktu, tenaga dan sarana, yang bahkan berpotensi
dalam cita-cita nasional. Ketahanan nasional juga berfungsi sebagai pola
dasar pembangunan nasional. Pada hakikatnya merupakan arah dan
pedoman dalam pelaksanaan pembangunman nasional disegala bidang dan
sektor pembangunan secara terpadu, yang dilaksanakan sesuai dengan
rancangan program.

2.5 Konsepsi ketahanan nasional

Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi


segenap kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,
hambatan dan gangguan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar,
untuk menjamin identitas, integrasi dan kelangsungan hidup bangsa dan
negar serta perjuangan mencapai tujuan nasional dapat dijelaskan seperti
dibawah ini :
1)

Ketangguhan
Adalah kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat
bertahan, kuat menderita atau dapat menanggulangi beban yang dipikulnya.

2)

Keuletan
Adalah usaha secara giat dengan kemampuan yang keras dalam
menggunakan kemampuan tersebut diatas untuk mencapai tujuan.

3)

Identitas
Yaitu ciri khas suatu bangsa atau negara dilihat secara keseluruhan. Negara
dilihat dalam pengertian sebagai suatu organisasi masyarakat yang dibatasi
oleh wilayah dengan penduduk, sejarah, pemerintahan, dan tujuan nasional
serta dengan peran internasionalnya.

4)

Integritas
Yaitu kesatuan menyeluruh dalam kehidupan nasional suatu bangsa baik
unsur sosial maupun alamiah, baik bersifat potensional maupun fungsional.

5)

Ancaman
Yang dimaksud disini adalah hal/usaha yang bersifat mengubah atau
merombak kebijaksanaan dan usaha ini dilakukan secara konseptual,
kriminal dan politis.

6)

Hambatan dan gangguan


Adalah hal atau usaha yang berasal dari luar dan dari diri sendiri yang
bersifat dan bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak
konsepsional.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :


1.

Kondisi NKRI secara nyata harus diakui oleh setiap warganegara bila
ditinjau dari kondisi geografi, demografi, dan kondisi sosial yang ada akan
terlihat bahwa pluralitas, suku, agama, ras dan antar golongan dijadikan
pangkal penyebab konflik atau kekerasan massal, tidak bisa diterima begitu
saja. Pendapat ini bisa benar untuk sebuah kasus tapi belum tentu benar

untuk kasus yang lain. Namun ada kondisi-kondisi struktural dan kultural
tertentu dalam masyarakat yang beraneka ragam yang terkadang terjadi
akibat dari suatu proses sejarah atau peninggalan penjajah masa lalu,
sehingga memerlukan penanganan khusus dengan pendekatan yang arif
namun tegas walaupun aspek hukum, keadilan dan sosial budaya
merupakan faktor berpengaruh dan perlu pemikiran sendiri.
2.
Pemberlakuan Otonomi Daerah sesuai dengan Undang-Undang No. 32
tahun 2004 merupakan implikasi positif bagi masa depan pemerintahan
daerah di Indonesia namun berpotensi untuk terciptanya sikap fanatisme
primodialisme yang sempit, sektarianisme dan supranasionalisme. Kondisi ini
terjadi karena tidak semua masyarakat mengetahui tujuan pemberlakuan
otonomi daerah bagi sebuah negara kesatuan RI.
3.
PILKADA dan pertarungan elit politik yang diimplementasikan kedalam
bentuk penggalangan massa, dengan alasan untuk kepentingan
kesejahteraan rakyat, namun sarat dengan kepentingan pribadi atau politik
yang pada akhirnya dapat menciptakan konflik horizontal maupun vertikal,
dalam penyelesaiannya tidak pernah tuntas.
4.
Kepemimpinan (leadership) dari tingkat elit politik nasional hingga
kepemimpinan daerah, sangat menentukan dalam rangka meredam konflik
yang terjadi saat ini. Sedangkan peredaman konflik pada skala kejadiannya
memerlukan tingkat profesionalisme dari seluruh aparat hukum dan instansi
terkait secara terpadu dan tidak berpihak pada sebelah pihak.

B. Saran
Adapun beberapa saran yang kami sampaikan kepada pemerintah dengan
harapan adanya perubahan dimasa depan:
1.

Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijakan dan strategi


pertahanan serta upaya-upaya apa yang akan ditempuh, maka disarankan
beberapa langkah sebagai berikut :
2.
Pemerintah perlu mengadakan kajian secara akademik dan terus menerus
agar didapatkan suatu rumusan bahwa nasionalisme yang berbasis multi
kultural dapat dijadikan ajaran untuk mengelola setiap perbedaan agar
muncul pengakuan secara sadar/tanpa paksaan dari setiap warga negara
atas kemejemukan dengan segala perbedaannya.
3.
Setiap pemimpin dari tingkat desa sampai dengan tingkat tertinggi ,
dalam membuat aturan atau kebijakan haruslah dapat memenuhi
keterwakilan semua elemen masyarakat sebagai warga negara.
4.
Setiap warga negara agar memiliki kepatuhan terhadap semua aturan dan
tatanan yang berlaku, kalau perlu diambil sumpah seperti halnya setiap
prajurit yang akan menjadi anggota TNI dan tata cara penyumpahan diatur
dengan Undang-undang.

5.

Sebaiknya diadakan suatu konsensus nasional yang berisi pernyataan


bahwa setiap warga negara Indonesia cinta damai, persatuan dan kesatuan
dan rela berkorban untuk mementingkan kepentingan nasional diatas
kepentingan pribadi atau golongan.
6.
Menghimbau para musisi agar mau menciptakan suatu karya musik atau
lagu-lagu yang mengobarkan rasa cinta tanah air dan bangga menjadi
Bangsa Indonesia. Berdasarkan pengalaman sejarah telah membuktikan
betapa dahsyatnya sebuah lagu mempunyai pengaruh terhadap para
pejuang kemerdekaan dimasa lalu.
7.
Perlu dihimbau semua insan jurnalistik/pers dengan memperkenalkan rasa
nasionalisme diatas segalanya bagi keutuhan NKRI, sehingga dapat
memposisikan diri dalam keikutsertaan meredam konflik dan bukannya
memperbesar melalui berita-berita yang berdampak kebencian dan prsangka
buruk bagi setiap warga negara.

Anda mungkin juga menyukai