Oleh :
dr. Reza Kurniawan
Pendamping :
dr. Umi Fadilah
: 28 Desember 2015
: F6 - Upaya Pengobatan Dasar
: Portofolio Kasus Sindrom Dispepsia
Nama
Wahana
Topik
: Dispepsia
Tanggal Kasus
: 17 November 2015
Nama Pasien
: Tn. RT
No. RM :
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Bayi
Neonatus
DESKRIPSI :
Manajemen
Masalah
Istimewa
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Tn. RT, laki-laki, 57 tahun, mengeluh mual, muntah, nyeri ulu hati dan perasaan tidak enak
di perut tanpa adanya demam.
Tujuan :
-
Menegakkan diagnosis
Memberikan edukasi pada pasien dan keluarga pasien tentang penyakit, pengobatan
serta prognosisnya
Tinjauan
Bahan Bahasan :
Riset
Pustaka
Cara
Presentasi &
Diskusi
Membahas :
Diskusi
Data Pasien
Nama : Tn. RT
Nama Klinik : PKM Tegal
Telp : (0332)497377
Kasus
Audit
Pos
No. RM :
Terdaftar sejak : 2015
Ampel
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. RT
: 57 Tahun
Alamat
Suku/Bangsa : Madura
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: Petani
:-
ANAMNESIS
Autoanamnesa
Keluhan utama : Pasien mengeluh mual, muntah, nyeri ulu hati
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang mengeluh mual, muntah dan nyeri ulu hati. Keluhan ini
dirasakan pasien sejak 3 hari sebelumnya. Pasien muntah lebih dari 3 kali dalam
sehari ini. Pasien mengatakan keluhan ini sering dirasakan pasien sebelumnya
namun tidak separah saat ini. Sebelumnya biasanya hanya mual dan nyeri ulu hati
dan kembung. Pasien mengatakan keluhan mual dan nyeri ulu hati dirasakan
paling tidak nyaman. Pasien mengatakan tidak ada riwayat makan makanan pedas,
makanan asam berlebihan sebelumnya. Pasien mengatakan juga tidak ada demam
ataupun nyeri kepala. Pasien mengatakan tidak mengeluh adanya diare ataupun
sulit buang air besar sebelumnya. Pasien mengatakan biasanya pasien minum obat
sendiri (promag) keluhan dirasakan berkurang namun saat ini tidak.
Riwayat penyakit dahulu
: 65 kg
Tinggi Badan
: 162 cm
Keadaan umum
Tampak sakit sedang
Status Generalis
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: 140/80 mmHg
Nadi
: 70 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Suhu
: 36,5oC
Paru
S|S
-|-
-|-
V|V
S|S
-|-
-|-
Abdomen
Soepel, bising usus positif normal, shifting dullness(-), hipertimpani
nyeri tekan abdomen - | - | -
- | -| - | -| Ekstremitas
Akral hangat, edema - | - , CRT < 2 detik, Ptekie (-)
-|PEMERIKSAAN PENUNJANG
RESUME
Pasien Laki-laki, 57 th, dengan mual, muntah dan nyeri ulu hati. Keluhan
ini dirasakan pasien sejak 3 hari sebelumnya. Muntah lebih dari 3 kali
dalam sehari ini. Pasien mengatakan keluhan mual dan nyeri ulu hati
dirasakan paling tidak nyaman. Pasien mengatakan juga tidak ada demam
ataupun nyeri kepala. Pasien mengatakan tidak mengeluh adanya diare
ataupun sulit buang air besar sebelumnya
RPD
RPK
RPO
DIAGNOSIS KERJA
Dispepsia fungsional tipe dismotilitas
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Inf RL 7 tpm.
Edukasi
Pasien dianjurkan untuk makan secara rutin dan teratur, kurangi makanan
pedas dan asam yang berlebihan.
Pasien disarankan untuk kontrol rutin dan dianjurkan pola hidup bersih
dan sehat.
DAFTAR PUSTAKA
1. IDI, 2013. Buku Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Tim IDI : Jakarta.
2. Askandar, Prof, 2007. Dispepsia :Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FK UA
: Surabaya
HASIL PEMBELAJARAN
1. Tentang diagnosis Sindrom Dispepsia
2. Penatalaksanaan Sindrom Dispepsia
Subjektif
a. Keluhan utama : Mual, Muntah Nyeri Ulu hati
b. Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengeluhkan keluhan sejak
3 hari sebelumnya, muntah lebih dari 3 kali sehari, pasien tidak
mengeluh adanya demam ataupun gangguan defekasi.
c. Riwayat penyakit dahulu : Pasien pernah menderita sakit seperti
ini sebelumnya.
d. Riwayat pengobatan : Pasien biasa minum obat sendiri untuk
meredakan gejala penyakitnya.
Objektif
Hasil dari pemeriksaan fisik, yang mendukung untuk menegakkan
diagnosis yaitu:
a. Gejala klinis : Mual, Muntah dan Nyeri Ulu Hati
b. Pemeriksaan fisik :
Tanda-tanda vital : tensi 140/80 mmHg, nadi 90 x/m, respiration
rate 18x/m, temperatur 36,9C
Paru: gerakan nafas simetris, stem fremitus D=S
Suara nafas V | V Perkusi:S | S Rhonki - | - Wheezing - | -
V|V
S|S
-|-
-|-
V|V
S|S
-|-
-|-
Plan
Diagnosis : Tidak perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
menegakkan diagnosis. Namun apabila keluhan masih dirasakan dan
semakin parah perlu dilakukan pemeriksaan yang lebih lanjut yakni
endoskopi. Apabila terdapat komplikasi mungkin diperlukan juga
pemeriksaan elektrolit pasien.
Pengobatan : Diberikan penatalaksanaan obat-obatan untuk meredakan
gejala dan melindungi mukosa gaster. Dalam kasus ini diberikan H1
antagonis, anti emetic, dan sitoprotektor. Diperlukan penatalaksanaan
cairan rumatan karena pasien muntah dan keadaan umum cukup
Edukasi : Penjelasan tentang penyakit yang diderita pasien merupakan
sekumpulan gejala ketidaknyamanan di perut yang disebabkan oleh
gangguan pada saluran cerna dalam hal ini lambung. Gejala dan penyakit
yang diderita pasien sangat dipengaruhi oleh gaya hidup dan pola makanan
pasien. Pasien disarankan untuk makan secara rutin dan teratur serta
menjaga pola hidup sehat dengan olahraga teratur.
Konsultasi : Perlu dijelaskan kepada pasien bahwa diperlukan konsultasi
dengan spesialis penyakit dalam apabila keluhan dirasakan semakin
memberat dan semakin sering dirasakan oleh pasien. Untuk menegakkan
secara pasti apakah penyebab sindrom dyspepsia yang dialami pasien
SINDROM DISPEPSIA
BATASAN
Dispepsia adalah kumpulan keluhan nyeri atau perasaan tak enak
(abdominal discomfort) yang bersifat menetap atau berulang, di daerah
epigastrium, yang disertai dengan keluhan keluhan nyeri di belakang dada,
seperti rasa penuh, kembung, mual, muntah, cepat kenyang, tak suka makan, dan
pengeluaran gas berlebihan (bersendawa).
Dispepsia bukan suatu diagnosis, tetapi merupakan keluhan yang
menyebabkan kita menduga adanya suatu kelainan saluran cerna bagian atas.
Banyak penyakit yang menunjukkan keluhan seperti ini, termasuk, antara lain
tukak peptic, esofagitis, kanker lambung atau pancreas, dan juga batu empedu.
Pada sebagian besar kasus, penyebab kelainan patologi dari keluhan ini tidak
dapat ditemukan.
KLASIFIKASI DISPEPSIA
Secara umum dispepsia terbagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik
dan dispepsia fungsional. Dispepsia dapat disebut dispepsia organik apabila
penyebabnya telah diketahui secara jelas. Dispepsia fungsional merupakan
dispepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi merupakan kelainan fungsi dari
saluran cerna
Klasifikasi Dispepsia Berdasarkan Etiologi
A. Organik
I. Obat-obatan
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS), Antibiotik (makrolides,
metronidazole), Besi, KCl, Digitalis, Estrogen, Etanol (alkohol), Kortikosteroid,
Levodopa, Niacin, Gemfibrozil, Narkotik, Quinidine, Theophiline.8-10
II. Idiosinkrasi makanan (intoleransi makanan)
a. Alergi susu sapi, putih telur, kacang, makanan laut, beberapa jenis produk
kedelai dan beberapa jenis buah-buahan
b. Non-alergi
Akhalasia
Obstruksi esophagus
Gastritis erosif dan hemorhagik; sering disebabkan oleh OAINS dan sakit
keras (stres fisik) seperti luka bakar, sepsis, pembedahan, trauma, shock
Karsinoma gaster
Kholesistitis
D. Penyakit pankreas
Pankreatitis
Karsinoma pankreas
E. Penyakit usus
Malabsorbsi
Angina abdominal
Karsinoma kolon
konsensus
Roma
III
(tahun
2006)
dispepsia
fungsional
didefinisikan sebagai:
1. Adanya satu atau lebih keluhan rasa penuh setelah makan, cepat
kenyang, nyeri ulu hati/epigastric, rasa terbakar di epigastrium.
2. Tidak ada bukti kelainan struktural (termasuk didalamnya pemeriksaan
endoskopi saluran cerna bagian atas) yang dapat menerangkan
penyebab keluhan tersebut.
3. Keluhan ini terjadi selama 3 bulan dalam waktu 6 bulan terakhir
sebelum diagnosis ditegakan.
Berdasarkan kemiripan gejala dengan suatu kelainan gastrointestinal tertentu,
Collin-Jones dkk membagi 5 jenis dyspepsia non ulkus:
1. Tipe refluks, Keluhan yang khas ialah rasa tidak enak atau terbakar di
daerah dada
2. Tipe Dismotilitas, Keluhan berupa penumpukan gas, kembung, rasa
penuh, cepat kenyang, mual terutama pagi hari, kadang-kadang sampai
muntah.
3. Tipe Ulkus, Gejala menyerupai tukak peptic, misal terbangun malam
hari karena nyeri, nyeri berkurang setelah makan atau minum antacid,
serangan nyeri hilang timbul, lokasi rasa tidak enak di epigastrium
4. Tipe Aerofagia, keluhan sering kembung, bersendawa, dan penderita
tampak sering melakukan gerakan menelan dan meneguk udara.
5. Tipe Idiopatik
PENGOBATAN DISPEPSIA
Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:
1. Antasid
Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir
sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandungi Na bikarbonat, Al(OH)3,
Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus- menerus, sifatnya
hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam
waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik,
namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa
MgCl2. Sering digunakan adalah gabungan Aluminium hidroksida dan magnesium
hidroksida.Aluminum hidroksida bisa menyebabkan konstipasi dan penurunan
fosfat; magnesium hidroksida bisa menyebabkan BAB encer. Antacid yang sering
digunakan adalah seperti Mylanta, Maalox, merupakan kombinasi Aluminium
hidroksida dan magnesium hidroksida. Magnesium kontraindikasi kepada pasien
gagal ginjal kronik karena bisa menyebabkan hipermagnesemia, dan aluminium
bisa menyebabkan kronik neurotoksik pada pasien tersebut.
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak
selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat
menekan seksresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek
sitoprotektif.
3. Antagonis reseptor H1
Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik
atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis
reseptor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.
5. Sitoprotektif
Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).
Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat
berfungsi
meningkatkan
sekresi
prostoglandin
endogen,
yang
Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmakoterapi (obat antidepresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang
keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan
depresi.
Terapi Dispepsia Fungsional :
1. Farmakologis
pengobatan jangka lama jarang diperlukan kecuali pada kasus-kasus berat.
(regular medication) atau mungkin perlu pengobatan jangka pendek waktu
ada keluhan. (on demand medication)
2. Psikoterapi
a.
Reassurance
b.
Edukasi mengenai penyakitnya
3. Perubahan diit dan gaya hidup
a.
Dianjurkan makan dalam porsi yang lebih kecil
b.
Pengobatan
terhadap
dispepsia
fungsional
adalah
bersifat
terapi