Gangguan Somatisasi
Pembimbing:
Dr.Isa, SpKJ
Disusun Oleh:
Vera Octasia
030.05.225
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama: Nn. D
Usia : 21 tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Mahasiswi
Alamat : Jl. Tawakal
II.
RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis tanggal 3 april 2014 pukul 17.00
wib, bertempat di rumah pasien.
a. Keluhan Utama
Pasien dengan keluhan perut terasa sakit, mual, dan muntah.
b. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dengan keluhan seluruh bagian perut terasa sakit, pasien mengeluhkan
sering sakit-sakitan sudah sejak 3 tahun yang lalu. Dan keluhan ini belum menghilang
sampai sekarang. Pasien juga merasakan sakit perut seperti ditusuk-tusuk, perut terasa
kembung, mual, dan muntah. BAB tidak lancar. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala,
pegal-pegal pada badan, sakit pada bagian mata, batuk, dan sakit tenggorokan. Pasien
mengatakan keluhan tersebut muncul saat mendekati ujian dan tanggal tua.
Pasien mengatakan sering berobat apabila keluhannya datang. Keluhan ini
muncul saat pasien pertama kali masuk kuliah dan tidak tinggal bersama orang tua.
Pasien menyangkal pernah mendengar suara-suara yang membisikinya dan
orang lain tidak mendengarnya. Pasien menyangkal pernah melihat adanya penampakan
atau bayangan yang hanya dilihat oleh pasien. Pasien juga tidak pernah merasakan
menghidu bau-bauan yang hanya dihidu oleh dirinya sedangkan lingkungan sekitarnya
tidak menghidu bau yang dikeluhkan pasien. Pasien mengatakan tidak merasakan
halusinasi pada indera pengecapannya. Pasien juga mengungkapkan tidak pernah
merasakan disekujur tubuhnya seperti ada yang meraba atau merayapi.
Pasien tidak pernah merasa bahwa dia bukan dirinya dan tidak pernah
merasa seolah-olah rumah pasien menjadi lebih besar atau lebih kecil daripada
biasanya. Pasien menyangkal adanya rasa sedih berlebihan, kehilangan minat, dan rasa
mudah lelah. Pasien juga menyangkal adanya rasa gembira berlebihan, aktivitas fisik
mental yang berlebihan. Pasien menyangkal ada sesuatu yang masuk ke dalam dirinya,
menyangkal ada sesuatu pikiran yang masuk ke dalam kepalanya, pasien menyangkal
bahwa pembawa acara televise membicarakannya atau mengajaknya berbicara,
menyangkal merasa pikirannya ditarik keluar, dan pasien juga menyangkal bahwa ada
sesuatu kekuatan yang mengendalikan ataupun mempengaruhi pasien.
Pasien mengatakan bahwa sejak 3 tahun pasien masuk perguruan tinggi dan
tidak tinggal bersama orang tua lagi, keluhan ini baru di dapat. Pasien pernah
memeriksakan sakitnya ini ke dokter bagian penyakit dalam kemudian dilakukan
pemeriksaan rontgen dan laboratorium dan hasilnya masih normal. Pasien hanya
diberikan obat dan di suruh rawat jalan. Tetapi apabila pasien hendak mendekati ujian
dan praktikum, keluhan ini sering dialami pasien.
Pasien merasa lelah untuk berobat karena penyakitnya tidak sembuh-sembuh.
Pasien meredakan keluhannya ini dengan istirahat, tiduran, memakai selimut, dan
meminum obat-obatan penghilang rasa nyeri namun keluhannya tidak menghilang.
Pasien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. Saudara kandung pasien masih
hidup semua. Pasien masih memiliki sanak saudara di Jakarta tetapi tidak terlalu dekat.
Orang tua pasien berada di Kalimantan tengah dan jarang bertemu. Pasien hanya dekat
dengan pacar dan teman-teman kuliahnya saja.
Pasien merupakan seorang mahasiswi dan belum menikah. Pasien tinggal di
kosant yang dekat dengan kampus pasien. Pasien saat ini belum bekerja dan
mendapatkan uang bulanan dari orang tua pasien. Tetapi pasien mengatakan uang yang
diberikan tersebut sering kurang. Apalagi dengan kebutuhan kuliah pasien yang cukup
banyak.
Aktivitas pasien saat ini sudah tidak seperti dulu. Pasien mengatakan sering
mudah lelah.
Pasien tidak pernah mengalami riwayat trauma sampai geger otak sehingga
kemungkinan besar tidak ada gangguan mental organic. Pasien bukan seorang perokok
ataupun pengguna obat-obatan terlarang (NAPZA) dan alkohol. Pasien mengaku
dilahirkan secara normal, tanpa ada cacat bawaan. Pasien pada masa kanak-kanak
sampai remaja tidak mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan. Pasien
tidak menutup diri dengan terhadap anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya. Pasien
dapat bersosialisasi dengan baik terhadap lingkungannya dan mempunyai banyak
teman. Penilaian terhadap waktu, tempat, dan personal baik. Selama wawancara
berlangsung pasien cenderung untuk terbuka terhadap semua pertanyaan.
c. Riwayat Gangguan sebelumnya
1. Riwayat gangguan psikiatri
Tidak terdapat riwayat gangguan psikiatri sebelumnya.
2. Riwayat gangguan medik
Tidak ada riwayat gangguan medic sebelumnya.
3. Riwayat penggunaan zat psikotropika/ alkohol
Tidak terdapat riwayat penggunaan zat psikotropika/ alkohol.
Pasien saat ini berumur 21 tahun, hidup sendiri di Jakarta di rumah kost-kostan.
Pasien memiliki orang tua yang tinggal di Kalimantan tengah. Hubungan pasien
dengan orang tuanya masih baik-baik saja.
Pasien mendapatkan biaya dari orang tuanya. Yang setiap bulan selalu diberikan.
Tapi uang tersebut, pasien mengatakan selalu kurang.
Pasien masih mengikuti aktivitas sosial di kampusnya. Pasien mengatakan ia masih
berinteraksi dan bersosialisasi dengan baik.
g. Persepsi Pasien terhadap dirinya.
Pasien berharap dapat sembuh dari penyakitnya.
III.
STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Perempuan berusia 21 tahun, penampilan pasien tampak sesuai dengan
usianya, berpakaian rapi, ekspresi tenamg, perawatan diri baik, dan warna
kulit sawo matang.
2. Kesadaran umum: Compos mentis
3. Kontak psikis: dapat dilakukan pasien dan cukup wajar.
4. Perilaku dan aktivitas psikomotor
a.cara berjalan: baik
b. aktifitas psikomotor: pasien kooperatif, selama wawancara kontak mata
baik, pasien duduk tenang, tidak ada gerakan involunter, dan dapat
menjawab pertanyaan dengan baik dan cukup jelas.
5. Pembicaraan
a.kuantitas: baik, pasien dapat menjawab pertanyaan dokter dan dapat
mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
b. kualitas: bicara spontan, volume bicara cukup, artikulasi jelas, dan
pembicaraan terarah dan dapat dimengerti.
6. Sikap terhadap pemeriksa: pasien kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood: eutym
IV.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Status generalis
1. Keadaan umum: baik, compos mentis
g. Pasien tidak pernah mengalami riwayat trauma. Pasien bukan seorang perokok
ataupun pengguna obat-obatan terlarang (NAPZA) dan alkohol.
h. Penilaian terhadap uji daya nilai, orientasi terhadap waktu, tempat, personal baik.
i. Selama wawancara berlangsung pasien cenderung terbuka terhadap semua
pertanyaan.
j. Pasien lahir secara normal, tanpa ada cacat bawaan,. Pasien pada masa kanak-kanak
dan remaja tidak mengalami gangguan perkembangan dan pertumbuhan.
k. Pasien dapat bersosialisasi dengan baik terhadap lingkungannya dan mempunyai
banyak teman.
l. Pasien menenmouh pendidikan hingga SMA dan sekarang sedang melanjutkan
pendidikan di perguruan tinggi.
m. Fungsi kognitif pasien dan pengetahuan pasien luas.
n. Hasil anamnesa, pemeriksaan fisik, dan status neurologis pasien dalam batas normal.
Tekanan darah pasien 120/80 mmHg.
o. Pasien merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Semua saudara pasien adalah
perempuan. Hubungan pasien dengan keluarga terjalin baik.
p. Biaya hidup pasien, masih diberikan dari orang tua pasien.
q. Pada pasien didapatkan beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dan
fungsi, secara umum masih baik.
VI.
FORMULASI DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan pada pasien terdapat kelainan pola
perilaku dan psikologis. Yang secara klinis bermakna yang dapat menyebabkan
timbulnya distress dan disabilitas. Dalam fungsi sehari-hari maka pasien dikatakan
menderita gangguan jiwa.
a. Diagnosis Axis I
-
b. Diagnosis Aksis II
Tumbuh kembang pada masa kanak-kanak sampai dewasa normal. Pasien dapat
berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Sebagaimana orang normal
lainnya. Sehingga pasien bukan penderita gangguan kepribadian. Pasien
menempuh pendidikan dari TK sampai SMA dan sekarang sedang menempuh
pendidikan perguruan tinggi. Dari hasil anamnesis, fungsi kognitif baik,
pengetahuan pasien baik, dan luas, sehingga pada pasien ini bukan penderita
gangguan kognitif dan retardasi mental. Karena bukan penderita gangguan
kepribadian dan bukan penderita gangguan kognitif dan retardasi mental, maka
pasien ini Aksis II tidak terdapat diagnosis.
c. Diagnosis Aksis III
Pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan status neurologis pada pasien ini dalam batas
normal. Tekanan darah pasien 120/80 mmHg. Maka pada aksis Ii pasien ini tidak
terdapat diagnosis.
d. Diagnosis Aksis IV
Pasien merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara dan semua saudara adalah
perempuan. Pasien saat ini tinggal sendiri di rumah kost-kosant di daerah Jakarta.
Pasien baru sejak menempuh pendidikan perguruan tinggi ini hidup tidak bersama
orang tuanya lagi. Maka pada aksis IV terdapat masalah dimana pasien sekarang
hidup sendiri dan pasien adalah anak bungsu.
e. Diagnosis Aksis V
Pada aksis v, dinilai kemampuan penyesuaian diri pasien dengan menggunakan
GAF. Pada pasien ini didapatkan gejala sementara, dan dapat diatasi. Disabilitas
ringan dalam sosial. Maka aksis V didapatkan GAf scale 80-71 yaitu 75.
VII.
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I: Gangguan Somatisasi (F.45.0)
Aksis II: tidak ada diagnosis
Aksis III: tidak ada diagnosis
Aksis IV: terdapat masalah keluarga, dimana pasien sekarang hidup sendiri, sejak 3
tahun ini.
Aksis V: GAF Scale 80-71.
PROGNOSIS
a. Prognosis kearah baik
-
TERAPI
a. Psikofarmaka
tidak diberikan dahulu, Karen apada penderita gangguan somatisasi. Pasien banyak
memiliki pengobatan yang lain yang mengenai sakitnya tersebut.
b. Psikoterapi
-
TINJAUAN PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan somatisasi adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik ( sebagai
fisik (sebagaicontohnya,
nyeri,
mual,
tidak
dapat ditemukan
penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk
menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada
kemampuan pasien unt untuk berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis
gangguan somatoform mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu
penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah
tidak disebabkan oleh pura- pura yang disadari atau gangguan buatan.1
Ganguan ini ditandai dengan adanya keluhan-keluhan berupa gejala fisik yang bermacammacam dan hampir mengenai semua sistem tubuh. Keluhan ini biasanya sudah berlangsung lama
dan biasanya keluhannya berulang-ulang namun berganti-ganti tempat. Pasien biasanya telah
sering pergi ke berbagai macam dokter ( doctor shopping ). Beberapa pasien bahkan ada yang
sampai dilakukan operasi namun hasilnya negatif. Keluhan yang paling sering biasanya
berhubungan dengan sistem organ gastrointestinal ( perasaan sakit, kembung, bertahak, mual dan
muntah ) dan keluhan pada kulit seperti rasa gatal, terbakar, kesemutan, baal dan pedih.
Pasien juga sering mengeluhkan rasa sakit di berbagai organ atau sistem tubuh, misalnya nyeri
kepala, punggung, persendian, tulang belakang, dada atau nyeri saat berhubungan badan. Kadang
juga terdapat keluhan disfungsi seksual dan gangguan haid. 2
Gangguan ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Biasanya bermula sebelum
usia 30an dan telah berlangsung beberapa tahun. Pasien biasanya tidak mau menerima pendapat
dokter bahwa mungkin ada dasar psikologis yang mendasari gejalanya.k berfungsi di dalam
peranan sosial atau pekerjaan.
BAB. II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Kata somatoform ini di ambil dari bahasa Yunani soma, yang berarti tubuh. Dalam
gangguan somatoform, orang memiliki simtom fisik yang mengingatkan pada gangguan fisik,
namun tidak ada abnormalitas organik yang dapat ditemukan penyebabnya. Gangguan
somatoform berbeda dengan malingering, atau kepura-puraan simtom yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil yang jelas. Gangguan ini juga berbeda dengan gangguan factitious yaitu
suatu gangguan yang ditandai oleh pemalsuan simtom psikologis atau fisik yang disengaja tanpa
keuntungan yang jelas. Selain itu gangguan ini juga berbeda pula dengan sindrom Muchausen
yaitu suatu tipe gangguan factitious yang ditandai oleh kepura-puraan mengenai simtom medis.3
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik
(sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis.
Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional
yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam
peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform mencerminkan penilaian
klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan
durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau
gangguan buatan.3
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini sering didapatkan , berkisar antara 2-20 dari 1000 penduduk. Lebih banyak
pada wanita. Pasien pada umumnya mempunyai riwayat keluhan fisik yang banyak. Biasanya
dimulai sebelum berumur 30 tahun. Sebelumnya pasien telah banyak mendapat diagnosis, makan
banyak obat, dan banyak menderita alegi. Pasien ini terus mencari penerangan medis untuk
gejala yang dideritanya dan bersedia untuk melakukan berbagai test medis, pembedahan, uji
klinik, walaupun
dia tahu hal tersebut jarang yang memberikan hasil, biasanya hasilnya adalah normal, atau ada
gangguan kecil.4
Fenomena ini dapat berupa spectrum yang ringan yang akan memperberat gangguan
somatisasi, pasien yang benar benar masuk kriteria biasanya telah hidup dengan didominasi
dengan pengalaman
medik
dan
mungkin
telah
mengalami
gangguan
hubungan
interpersonal. Riwayat keluarga biasanya menunjukkan hal yang sama terutama pada wanita,
dan riwayat anti sosial pada pria.4
2.3 Klasifikasi 5
Adapun bentuk gangguan tersebut adalah sebagai berikut :
1.Gangguan konversi
Merupakan bentuk perubahan yang mengakibatkan adanya perubahan fungsi fisik yang tidak
dapat dilacak secara medis. gangguan ini muncul dalam konflik atau pengalaman traumatik yang
memberikan keyakinan akan adanya penyebab psikologis.
2. Hipokondriasis
Terpaku pada keyakinan bahwa dirinya menderita penyakit yang serius. Ketakutan akan adanya
penyakit terus ada meskipun secara medis telah diyakinkan. Sensasi atau nyeri fisik biasa sering
diasosiasikan dengan gejala penyakit kronis tertentu.
3. Gangguan Somatisasi
Keluhan fisik yang muncul berulang mengenai simtom fisik yang tidak ada dasar organis yang
jelas. Gangguan ini menyebabkan seseorang untuk melakukan kunjungan medis berkali-kali atau
menyebabkan hendaya yang signifikan dalam fungsi.
a.
b.
c.
d.
Gambaran klinis
Pasien dengan gangguan somatisasi mungkin memiliki banyak keluhan somatic dan riwayat medis
yang lama dan sulit. Mual dan muntah (selain selama kehamilan), kesulitan menelan, nyeri di lengan
dan tungkai, nafas pendek yang tidak berhubungan dengan aktivitas, amnesia, dan komplikasi
kehamilan dan menstruasi adalah gejala yang paling sering. Keyakinan bahwa seseorang telah sakit
pada sebagian besar kehidupannya juga sering.
2.4.2 Kriteria diagnostik untuk Gangguan Konversi
A. Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik yang
mengarahkan pada kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
B. Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awal atau
eksaserbasi gejala atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.
C. Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada
gangguan buatan atau berpura-pura).
D. Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan sepenuhnya
oleh kondisi medis umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau
pengalaman yang diterima secara kultural.
E. Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan pemeriksaan
medis.
F. Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata
selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebih baik oleh
gangguan mental lain.
Sebutkan tipe gejala atau defisit:
-Dengan gejata atau defisit motorik
-Dengan gejala atau defisit sensorik
-Dengan kejang atau konvulsi
-Dengan gambaran campuran
2.4.3 Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis
A. Pereokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit serius
tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada
gangguan dismorfik tubuh).
D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan
obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau
gangguan somatoform lain.
2.4.4 Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh
A. Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali
tubuh, kekhawatiran orang tersebut adalah berlebihan dengan nyat.
B. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
C. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya,
ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa).
2.4.5 Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri
A. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan cukup
parah untuk memerlukan perhatian klinis.
B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi
sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan, eksaserbasi
atau bertahannnya nyeri.
D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Gangguan somatisasi adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik ( sebagai
fisik(sebagaicontohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan
medis yang adekuat3
-Klasifikasi gangguan somatisasi adalah: gangguan konversi, gangguan hipokondriasis,
gangguan somatisasi, gangguan dismorfik body, gangguan nyeri.5
- DSM-IV menyederhanakan kriteria diagnostik yang diajukan di dalam DSM-III-R. Untuk
diagnosis gangguan somatoform, DSM-IV mengharuskan onset usia sebelum 30 tahun. Selama
perjalanan penyakit, pasien harus telah mengeluhkan sekurangnya empat gejala nyeri, dua gejala
gastrointestinal, satu gejala seksual, dan satu gejala neurologis semu, yang semuanya tidak ada
yang dapat dijelaskan sepenuhnya melalui pemeriksaan fisik atau laboratorium.6
DAFTAR PUSTAKA
1. Pardamean E, Somatoform, di unduh dari http://www.idijakbar.com/prosidim/gangguansomatisasi.htm di akses april 2014
2. . Medika G, Gangguan Somatoform, http://chanantha.wordpress.com/2014/04/01/gangguansomatisasi di akses Maret 2014
3. Hartati N, Gangguan Disosiatif dan Somatoform, di unduh dari
hhtp://catatankuliah.wordpres.com/2014/04/01.gangguan-disosiatif-dan-somatisasi// di akses
maret 2014
4.Iskandar Yul, Somatoform, di unduh dari http
://www.dryuliskandar.Multyply.com/journal//item//53 diakses maret 2014