Anda di halaman 1dari 1

Dari data di atas, dapat disimpulkan angka kehamilan di luar nikah meningkat tiap tahunnya.

Selain perhatian orang tua, dalam kasus ini juga dibutuhkan peran pemerintah, masyarakat, tokoh agama, serta
LSM yang terkait dalam mencegha dan menanggulangi masalah pergaulan bebas pada remaja yang berdampak
pada masa depan mereka.
B. Deskripsi Masalah

Menurut UU RI Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 23 tahun 2002
tentang perlindungan anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan. Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan dari orangtuanya tidak terkecuali. Dari teori psikologi
menyatakan bahwa masa anak-anak adalah masa dimana ia meniru apa yang mereka lihat, oleh karena itu orangtua
juga harus mendampingi anak-anak dalam tumbuh kembangnya. Anak haruslah dididik mulai dari nilai dan budi
pekertinya, diasuh dengan kasih sayang (parenting), dan didukung bakat minatnya.
Keluarga merupakan awal kehidupan dan tempat pertama untuk memperoleh pengetahuan. Namun pada
realitanya tidak semua keluarga dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Masih banyak keluarga yang
menghadapi problematika sehingga berimbas pada anak.Apabila seorang anak tidak terpenuhi haknya, maka anak
akan keluar dari masanya. Keluar dari masanya yang dimaksud adalah ketika anak tidak ada pengawasan dan kasih
sayang dari orangtua maka anak akan melakukan hal-hal negatif atau menyimpang dari norma yang berlaku.
Daerah Wonosobo dikabarkan 300 anak hamil di luar nikah. Ini merupakan sentilan bagi keluarga maupun
pemerintah setempat dalam memberikan kebijakan maupun wewenang di daerah tersebut. Beberapa lembaga di
daerah tersebut seperti Dinas Sosial, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Lembaga Kesejahteraan Sosial
Anak (LKSA), dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) perlu dipertanyakan kinerjanya. Di sisi lain, Negara
juga perlu melakukan langkah-langkah penyelamatan bagi generasi bangsa.
D sisi lain, peran stakeholder yang belum maksimal berdampak pada kebijakan yang dikeluarkan. Di antara
kebijakan yang perlu ditinjau kembali terdapat dalam UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak:
Pasal 11
Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul, dengan anak yang sebaya,
bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan
diri.
Pada pasal diatas menurut kami masih sangat ambigu dikarenakan, secara tidak langsung walaupun tidak
tertulis dapat menimbulkan penafsiran yang ganda. Dijelaskan bahwa anak bebas bermain dan bergaul dengan
teman sebayanya. Namun anak dalam hal ini membebaskan diri bermain tanpa tahu batasan-batasan yang
semstinya. Sehingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dari penggunaan waktu bermain yang tidak terkontrol.
Pasal 23 ayat 2
Negara dan pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak.

Fakultas Dakwah dan Komunikasi


Ilmu Kesejahteraan Sosial

Anda mungkin juga menyukai