Anda di halaman 1dari 5

BAB II

SIFAT FISIK BATUAN

2.1

Tujuan
Untuk mengetahui sifat-sifat fisik dari batuan. Cara ini dapat digunakan

terhadap batuan yang tidak mudah hancur, mengambang, dan melekat satu dengan
yang lainnya, serta yang tidak meresap air bila dipanaskan.

2.2

Teori Dasar
Mekanika tanah adalah salah cabang disiplin ilmu geomekanika yang

mempelajari sifat-sifat mekanik tanah. Tanah merupakan hasil pelapukan dari


batuan. Jika suatu batuan berasal dari material yang tak terkonsolidasi, seharusnya
mengikuti aturan mekanika tanah. Pola perilaku tanah dan batuan dipengaruhi oleh
kehadiran air dan udara; terutama air. Klasifikasi teknis yang umum untuk tanah
berbutir halus melibatkan grafik plastisitas dimana batas likuid diplot berlawanan
terhadap indeks plastisitas.
Dengan diketahui

genesis

tanah,

maka

kekuatannya

ataupun

kelemahannyamakin mudah dipelajari, makin mudah pula diketahui daerah


penyebarannya untuk setiapjenis tanah karena terkait dengan penyebaran batuan
induknya, topografinya, iklimsekitarnya, organisme yang tumbuh/hidup di dalamnya
dan sebagainya, sehingga jelasdapat diketahui penyebaran wilayah tempat
berlangsungnya proses pembentukan tiapjenis tanah yang bersangkutan (perhatikan
pelapukan di daerah basah dan kering).
Jadi Ilmu yang diterapkan dalam geomekanika ini ialah lebih ditekankan pada
kemampuan analisis maupun praktis untuk tujuan penelitian maupun aplikasi praktis
pada proyek-proyek konstruksi bawah tanah (pengumpulan data/test lapangan dan
laboratorium, pemodelan/simulasi, design).

2.2.1

Sifat-sifat Batuan
Batuan digolongkan menjadi tiga bagian besar, yaitu batuan beku, batuan

sedimen, dan batuan metamorf. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari

hasil penyejukan magma yang panas dan cair. Batuan sedimen merupakan batuan
yang paling banyak tersingkap di permukaan bumi, batuan sedimen adalah batuan
yang terbentuk karena proses diagenesis dari material batuan lain yang sudah
mengalami sedimentasi. Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan
sebelum yang mengalami proses perubahan tekanan dan suhu yang tinggi.
Sifat-sifat batuan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu diantaranya adalah :

Heterogen
Jenis mineral pembentuk batuan yang berbeda
Ukuran dan bentuk partikel atau butir berbeda di dalam batuan
Ukuran bentuk dan penyebaran void berbeda di dalam batuan
Discontinu
Massa batuan di alam tidak kontinu (diskontinu) karena adanya bidangbidang lemah (crack, joint, fault, fissure) di mana kekerapan, perluasan

dan orientasi dari bidang-bidang lemah tersebut tidak kontinu.


Anisotrop
Karena sifat batuan yang heterogen, diskontinu, anisotrope maka untuk
dapat

menghitung

secara

matematis

misalnya

sebuah

lubang

bukaanyang disekitarnya terdiri dari batuan B1, B2, B3, diasumsikan


batuanekivalenB sebagai pengganti batuan B1, B2, B3 yang mempunyai
sifat homogen, kontinu dan isotrop.
Terdapat beberapa jenis kekuatan batuan, yaitu :
1. Kuat kompresif tak tertekan (uniaksial) yang diuji dengan suatu silinder atau
prisma terhadap titik pecahnya
2. Kuat tarik (tensile strength) ditentukan dengan uji Brazilian dimana suatu
piringan ditekan sepanjang diameter atau dengan uji langsung yang meliputi
tarikan sebenarnya atau bengkokan dari prisma batuan.
3. Kuat geser (shear strength) yang diuji secara langsung dalam suatu shear
2.2.2

box atau diukur sebagai komponen pecahan kompresi.


Ruang Lingkup Mekanika Batuan
Problem mekanika batuan dapat disebabkan oleh aktivitas manusia dan

gejala alamiah.Persoalan rekayasa yang umumnya berkaitan dengan peran


mekanika batuan mulai dari tahap para-rancangan hingga tahap operasional.Bidangbidang rekayasa dimana disiplin mekanika batuan berperan penting ialah:

Rekayasa pertambangan: penentuan metode penggalian (rock cutting),


pemboran dan peledakan batuan, stabilitas lereng batuan, stabilitas

timbunan overburden, stabilitas terowongan dan lombong (stoping)


Indrustri minyak bumi: pemboran (oil drilling), rock fracturing.
Rekayasa sipil: pondasi jembatan dan gedung bertingkat, undergroung
powerhouse, undergroung stroage,tunnel dangkal dan dalam, longsoran

lereng batu, pelabuhan, airport, bendung, dsd.


Lingkungan hidup: rock fracturing kaitannya dengan migrasi polutan akibat
limbah industri.

2.3

Pengujian Densitas, Porositas, Berat Jenis, Kadar Air, dan Derajat


Kejenuhan
Untuk menentukan sifat fisik batuan, diperlukan perconto batuan untuk

dilakukan pengujian, pembuatannya dijelaskan sebagai beriku :


a. Di Laboratorium
Pembuatan percontoh dilaboratorium dilakukan dari blok batu yang diambil
dari lapangan yang dibor dengan penginti laboratorium. Percontoh yang
didapat berbentuk silinder dengan diameter pada umumnya antara 50-70 mm
dan tingginya dua kali diameter tersebut. Ukuran percontoh dapat lebih besar
dari ukuran yang disebut diatas tergantung dari maksud pengujian.
b. Di Lapangan
Dari hasil pemboran inti (core drilling) langsung kedalaman batuan yang akan
diselidiki dilapangan didapat inti yang berbentuk silinder. Inti tersebut
langsung dapat digunakan untuk pengujian dilaboratorium dengan syarat
tinggi percontoh minimal dua kali diameternya. Setiap percontoh yang
diperoleh kemudian diukur diameter dan tingginya, dihitung luas permukaan
dan volumenya.

2.4

Alat dan Bahan


a. Desikator yang digunakan untuk menyedot udara yang ada pada pori-pori
specimen.
b. Pemanas (oven) dengan temperature 1500C 1100C, digunakan untuk
memanaskan specimen selama kurang lebih 24 jam.
c. Jangka sorong, untuk mengukur diameter dan panjang specimen.

d. Timbangan dengan ketelitian 0.01 gr.


e. Pompa vacuum, untuk menjenuhkan specimen.
f. Stop watch.

2.5

Prosedur
a. Siapkan 6-7 specimen yang berbentuk silinder.
b. Volume batuan di ukur dengan menentukan dimensinya menggunakan
jangka sorong.
c. Specimen dijenuhkan dalam tabung vacuum dengan daya isap kurang dari
0,008 kgf/cm2 selama 24 jam.
d. Batuan diangkat dari tempat pemvacuman setelah penjenuhan selama 24
jam.
e. Batuan dicuci untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada batuan
f.

tersebut dan dikeringka dengan kain lab bersih dan kering.


Kemudian dilakukan penimbangan untuk mengetahui berat jenuh tergantung

pada tiap-tiap batuan.


g. Dilakukan penimbangan berat jenuh pada tiap-tiap batuan.
h. Selanjutnya batuan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 1050C 110oC
i.

selama kurang lebih 24 jam.


Setelah di oven kurang lebih 24 jam batuan diangkat dari oven untuk
melakukan penimbangan berat kering, dilakukan setelah batuan itu di
dinginkan terlebih dahulu.

DAFTARPUSTAKA

Affan, Sifat Fisik Batuan,2014, http://afanmining10.blogspot.com/2014/03/sifatfisik-batuan.html di akses pada tanggal 06 maret 2015
Dasuhas Miner, Sifat Fisik Batuan, https://dasuha.wordpress.com/tag/sifat-fisikbatuan/ di akses pada tanggal 06 maret 2015

Anda mungkin juga menyukai