KLMPK 3
KLMPK 3
PENDAHULUAN
pasien dirawat di Rumah Sakit; c) infeksi pada lokasi yang sama tetapi disebabkan oleh
mikroorganisme penyebab berbeda atau lokasi berbeda.d) infeksi tersebut bukan merupakan
sisa (lanjutan) infeksi sebelumnyalo). Media penularan utama dari sebagian besar bakteri
dan virus penyebab infeksi nosokomial adalah tangan-tangan personil medik yang
terkontaminasi. Cuci
tangan sebelum dan sesudah merawat setiap penderita sangat penting untuk
mengurangi penyebaran infeksi Rumah Sakit. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
infeksi nosokomial terutama pada pasien pasca operasi melibatkan peran peralatan bedah
yang terkontaminasi. Pasien yang sangat potensial terkena infeksi nosokomial adalah pasien
pasca operasi, karena sangat rentan dengan berbagai infeksi sehubungan dengan ada luka
operasi pembedahan, ketidak disiplinan dalam melakukan tindakan aseptik dan antiseptik).
Mengingat masih terbatasnya informasi tentang infeksi nosokomial.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang, dapat dikemukakan permasalahannya adalah:
1. Apa pengertian dari infeksi nosokomial ?
2. Bagaimana cara penyebaran infeksi nosokomial ?
3. Organisme apa saja yang menjadi penyebab infeksi ini ?
4. Menjelaskan definisi PICU?
5. Jelaskan kedaruratan pada infeksi nososkomial di ruangan PICU?
6. Jelaskan penanganan serta pencegahan infeksi nososkomial di PICU?
7. Mengetahui fasilitas dan peralatan di PICU?
8. Mengetahui peran dan tanggung jawab perawat PICU?
9. Jelaskan Fase tindakan intensif PICU pada infeksi nososkomial?
1.3. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui konsep dan kejadian infeksi nosokomial di ruangan Pediatric
Intensive Care (PICU).
A. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui infeksi nosokomial.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penyebaran infeksi nosokomial.
3. Untuk mengetahui organisme apa saja yang menjadi penyebab infeksi ini.
4. Mengetahui apa definisi PICU.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3
Patogenesis
Interaksi antara pejamu (pasien, perawat, dokter, dll), agen (mikroorganisme pathogen)
dan lingkungan (lingkungan rumah sakit, prosedur pengobatan, dll) menentukan
seseorang dapat terinfeksi atau tidak.
Pejamu
Lingku
ngan
Agen
Untuk bakteri, virus, dan agen infeksi lainya agar bertahan hidup dan menyebabkan
penyakit tergantung dari factor-faktor kondisi tertentu harus ada:
AGEN
PEJAMU YANG
RENTAN
WADUK
TEMPAT
TEMPAT
MASUK
KELUAR
Agen memasuki pejamu
CARA
PENGELUARAN
Harus ada orang untuk dapat terjangkit. Untuk dapat terjangkit penyakit infeksi harus
rentan terhadap penyakit itu.
Agen harus punya jalan untuk dapat berpindah dari pejamunya untuk menulasi
pejamu berikutnya, terutama melalui: udara, darah atau cairan tubuh, kontak, fektaloral, makanan, binatang atau serangga.
Mikroorganisme menjadi penyebab infeksi nosokomial tergantung dari factor dalam
agen:
oleh
infeksi,
misalnya
mikroorganisme.
kontaminasi
peralatan
medis
oleh
inang
manusia
yang
sehat,seperti,
Escherichia
Coli,Klebsiella
beberapa
Actinomyces
spp.Mikroorganisme
penyebab
infeksi
Tata-tertib/Panduan
(guidance)
untuk
penanggulangan
(BUKU
PEDOMAN)
b) Tata-tertib cuci tangan dan kebersihan lingkungan RS (pelaksanaan harus diawasi
ketat)
c) Tata-tertib pemasangan alat : infus / transfusi, kateterisasi urin, luka operasi, isolasi
pasien dengan penyakit menular.
d) Pembuangan sampah seperti jarum suntik, alat alat tajam, sampah laboratorium,
produk darah dll.
e) Handwashing / Cuci Tangan
Akan mengurangi jumlah dan penyebaran infeksi dari satu pasien ke pasien
lainnya. Tangan harus digosok dengan sabun sekurang kurangnya selama 10 detik
dan dibilas dengan air mengalir.Harus dilakukan sebelum dan sesudah merawat
9
pasien atau neonatus, sebelum dan sesudah merawat luka dan sebelum melakukan
prosedur penyuntikan dan pemasangan infuse harus sesuai prosedur peyuntikan baik
seperti tranfusi darah. Bila berkontak dengan darah, cairan darah, secret luka, pus,
atau material yg mungkin infeksius, maka tangan harus dicuci untuk 2-3 menit
dengan desinfektan. Surgerical scrub adalah hal yang rutin dilakukan dan dengan
urutan yang bisa bervariasi, akan tetapi tangan dan lengan harus disikat dengan
sabun kira kira 10 menit, lalu dibilas dengan air mengalir dan dengan cairan
antiseptik.
f) Sabun dan kekurangannya
Sabun yg non antimikrobiologis (plain soap) : Sabun ini ternyata gagal untuk
meniadakan bakteri patogen dari tangan, malahan ternyata menambah bacterial
count. Sabun ini bisa terkontaminasi dan menyebabkan tangan petugas kesehatan
mengalami kolonisasi oleh bakteri batang Gram negative.
g) Sanitasi lingkungan Ruangan Di PICU
Penggunaan bahan disinfektansia dengan konsentrasi yang adekuat Pembersihan
lantai dan permukaan serta menggunakan air dan detergen (mengurangi kontaminasi
MO) Pemeriksaan mikrobiologis untuk mengetahui populasi mikroorganisme dari
ruangan di RS (Hospital Strain) dan pola resistensi kuman.
2.2.4 Fasilitas Dan Peralatan di Picu
1. Fasilitas tempat tidur
2. Letak ruang picu dekat ruang resusitasi, emergensi, dan ok (kamar operasi)
3. Suhu kamar diatur oleh ac 220 c
4. Ruang picu harus bersih dan clean zone
5. Sebaiknya dilengkapi fasilitas khusus laboratorium
6. Peralatan :
a. Ventilator servo 900 c, 300 c
b. Monitor ekg, nadi, rr, td, suhu badan
c. Infusion pump, syiring pump
d. Foto portable
e. Cvp set dan alat vena sekdi
f. Emergency trolley, ambubag
2.2.5 Peran dan tanggung jawab perawat PICU
1. Merencanakan perawat fisik secara komprehensif pada pasien yang terkena infeksi
nosokomial
2. Memberikan dukungan emosional pada anak dengan penyakit akut
3. Memberikan dukungan emosional pada anak dengan bersifat empati pada orang tua
dan keluarga
4. Bertindak sebagai pembela anak dalam mempertahankan hak asasinya
10
11
12
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Infeksi nosokomial merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit, yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pelayanan rumah sakit secara
keseluruhan
Upaya untuk mencegah kejadian infeksi nosokomial khususnya di ruangan
Pediatric Intensive Care Unit (PICU) adalah suatu unit pelayanan intensive yang
memberikan perawatan khusus kepada pasien-pasien bayi/balita dan anak yang berada
dalam kondisi membutuhkan pengawasan ketat atau keadaan gawat/kedaruratan yang
sewaktu-waktu
dapat
meninggal.
Kedaruratan
dapat
terjadi
dimanapun
dan
di
ruangan
PICU
akan
meminimalkan
gejala
sisa,
pencegahan,
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Tietjen, L.,dkk (terj. Saifuddin, AB,dkk): Panduan Pencegahan Infeksi : Untuk
Fasilitas Pelayanan Kesehatan PICU dengan Sumber Daya Terbatas
2. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi di ICU, Dep.Kes.RI, Jakarta 2004
3. Kumpulan Makalah Kursus Dasar : Pengendalian Infeksi Nosokomial, PERDALIN
JAYA, Jakarta, Februari 2005
4. Panduan Bagi Pengendalian Infeksi, www.ansellhealthcare.com, Ansell, 2002
5. Australian Dendal Association, Systemic Operating Procedures, ADA,2003
6. Larson, Elaine L,. RN, Phd, FAAN, CIC,. APIC Guidline for Handwashing and Hend
Antiseptic in Healt Care Setting, Washington, 1995.
7. Pengendalian Infeksi Nosokomial di RS Persahabatan, Jakarta. H. Thamrin Hasbullah.
1993.www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf
8. Parhusip. Factor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial serta
Pengendaliannya di BHG UPF Paru RS. Dr. Pirngadi?Lab. Penyakit Paru FKUSU. 1993.www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_082_infeksi_nosokomial_(i).pdf
14