PENDAHULUAN
dengan
lingkungan
sosial
dan
harus
mampu
remaja
pada
hakekatnya
adalah
usaha
penyesuaian diri yaitu usaha secara aktif mengatasi tekanantekanan dan mencoba mencari jalan keluar dari berbagai
masalah yang dihadapinya. Kemampuan individu mengatasi
1
mempergunakan
pengalaman
yang
diperoleh
dari
merupakan
proses
bagaimana
inidividu
mencapai
jasmani
ataupun
rohani.
Penyesuaian
diri
dalam
untuk
hidup
dan
bergaul
secara
wajar
terhadap
dominasi; ada orang tua yang mendominasi, yang memanjakan, acuh tak acuk dan
oang tua akrab, terbuka, bersahabat. Sikap orang tua yang berhubungan dengan
ambisi dan minat yaitu sikap orang tua yang mengutamakan sukses sosial, milik
keduniawian, suasana keagamaan dan nilai-nilai artistik. Berdasarkan interaksi
keluarga, perlu adanya kematangan emosi untuk melakukan proses
penyesuaian diri.
Young (1950, dalam artikel psikologi, 2005) dalam bukunya Emotion in
Man and Animal memberi pengertian bahwa kematangan emosi adalah
kemampuan seseorang dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya.
Seseorang yang mempunyai ciri emosi yang sudah matang tidak cepat
terpengaruh oleh rangsang stimulus baik dari dalam maupun dari luar. Emosi yang
sudah matang akan selalu belajar menerima kritik, mampu menangguhkan responresponnya dan memiliki saluran sosial bagi energi emosinya, misalnya bermain,
melaksanakan hobinya, dsb. Setelah kematangan emosi sudah dimiliki siswa
diharapkan terdapat perubahan perilaku pada siswa yaitu dapat mengatasi
hambatan-hambatan yang membuat siswa kurang dalam penyesuaian diri.
Berkenaan dengan hal tersebut, dalam upaya meningkatkan penyesuaian
diri bagi siswa kelas VII SMP Negeri 5 Trenggalek. Peneliti tertarik mengadakan
penelitian dengan judul Pengaruh Interaksi Keluarga dan Kematangan Emosi
Terhadap Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Trenggalek Tahun
Ajaran 2015 / 2016.
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
Terdapat beberapa masalah yang dapat diteliti berkaitan dengan judul
yang telah dipilih sebelumnya. Namun dalam penelitian ini hanya membatasi pada
dua variabel, yaitu variabel bebas berupa interaksi keluarga dan kematangan emosi;
yang kedua variabel terikat berupa penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 5
Trenggalek.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada batasan masalah di atas, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut.
a. Adakah pengaruh antara interaksi keluarga dan kematangan emosi terhadap
penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 5 Trenggalek tahun ajaran 2015 /
2016?
E. Tujuan Penelitian
Melihat paparan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah :
b. Secara Praktisi
1. Bagi Guru Pembimbing
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan,
acuan, atau pertimbangan apabila penelitian ini terbukti
bahwa interaksi keluarga dapat meningkatkan penyesuaian
diri terhadap kematangan emosi pada siswa.
pelaksana
pembelajaran,
khususnya
dalam
a) Interaksi yang terjadi dalam keluarga melibatkan paling sedikit dua orang yang
mempunyai sifat, nilai-nilai, pendapat, sikap, pikiran dan perilaku yang khas
dan berbeda-beda. Relasi orang tua dan anak dipengaruhi dan ditentukan oleh
sikap orang tua. Sikap yang berhubungan dengan afeksi dan dominasi; ada
orang tua yang mendominasi, yang memanjakan, acuh tak acuk dan oang tua
akrab, terbuka, bersahabat.
b) Young (1950, dalam artikel psikologi, 2005) dalam bukunya Emotion in Man
and Animal memberi pengertian bahwa kematangan emosi adalah kemampuan
seseorang dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya. Seseorang yang
mempunyai ciri emosi yang sudah matang tidak cepat terpengaruh oleh
rangsang stimulus baik dari dalam maupun dari luar. Emosi yang sudah matang
akan selalu belajar menerima kritik, mampu menangguhkan respon-responnya
dan memiliki saluran sosial bagi energi emosinya.
c) Penyesuaian diri adalah suatu upaya yang dilakukan oleh
seorang individu yang bertujuan untuk mengubah dirinya agar
sesuai
dengan
lingkungan
yang
baru
ditempatinya.
baik
secara
jasmani
ataupun
rohani.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS PENELITIAN
A. Landasan Teori
a. Tinjauan tentang Interaksi Keluarga
i.
Pengertian Interaksi Keluarga
Manusia sebagai pribadi maupun makhluk sosial
akan saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu
sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam, dengan
gaya dan cara yang berbeda pula. Interaksi merupakan
dasar dari seluruh interaksi/hubungan antar manusia .
Interaksi
manusia
baik
antara
perorangan,
kelompok
mendefinisikan
bahwa
interaksi
adalah
suatu
pertukaran
Interaksi
keluarga
tidak
sama
dengan
10
yang
lain.
Setiap
keluarga
mempunyai
pola
tua
yang
mengutamakan
sukses
sosial,
milik
industri
relasi
modern
dengan
anak
orang
sering
tuanya
kurang
sehingga
ii.
11
iii.
12
iv.
oleh
rangsang
stimulus
baik
dari
dalam
13
ii.
oleh
beberapa
faktor-faktor
faktor.
yang
Berikut
berpengaruh
ini
akan
terhadap
terjadinya
perubahan
hormonal
tubuh
yang
kelamin
laki-laki,
Mussen
dan
Jones
laki-laki
yang
terlambat
masak
secara
fisik
14
cepat,
setelah
subjek
diperintahkan
untuk
c. Intelegensi
Faktor-faktor intelegensi berpengaruh dalam persepsi diri,
self evaluation, atau penilaian (appraisal) terhadap orang
lain dan situasi lingkungan. Individu dengan inteligensi
tinggi, kemungkinan akan memperoleh insight dalam
pemecahan masalah emosianalnya secara lebih besar.
d. Jenis Kelamin
Perbedaan hormonal maupun kondisi psikologis antara
laki-laki dan wanita menyebabkan perbedaan karakteristik
emosi diantara keduanya. Kahn (dalam Hasanat, 2005)
15
menyatakan
bahwa
wanita
mempunyai
kehangatan
e. Usia
Kematangan emosi seseorang, perkembangannya seiring
dengan
pertambahan
usia.
Hal
ini
dikarenakan
kemasakan
fisik-fisiologis
daripada
seseorang.
juga
belum
tentu
mutlak
sepenuhnya
16
emosi
yang
sama
pula
(www.e-
psikologi.com).
iii.
iv.
17
tantangan
yang
dihadapi.
(www.wikipedia.com)
sosial,
keluarga,
teman
sebaya,
sekolah,
tidak
selamanya
individu
optimal.
tidak
Hambatan-hambatan
tersebut
dapat
18
penyesuaian
diri
diartikan
sama
dengan
mencakup
Pemaknaan
konformitas
penyesuaian
diri
terhadap
sebagai
suatu
suatu
norma.
usaha
konformitas, menyiratkan bahwa disana individu seakanakan mendapat tekanan kuat untuk harus selalu mampu
menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baik
secara moral, sosial, maupun emosional.
c) Penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery),
penyesuaian diri diartikan sebagai usaha penguasaan,
19
yaitu
kemampuan
untuk
merencanakan
dan
konflik-konflik,
kesulitan
dan
frustasi
tidak
terjadi.
Penyesuaian diri dalam arti yang luas dan dapat
berarti: mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan,
tetapi juga: mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan
(keinginan) diri. Penyesuaian diri dalam artinya yang pertama
disebut juga penyesuaian diri yang autoplastis (dibentuk
sendiri), sedangkan penyesuaian diri yang kedua juga disebut
penyesuaian diri yang aloplastis (alo = yang lain). Jadi,
penyesuaian diri ada artinya yang pasif, dimana kegiatan
kita ditentukan oleh lingkungan, dan ada artinya yang aktif,
dimana kita pengaruhi lingkungan (Gerungan, 2009: 59-60).
Penyesuaian diri merupakan perbaikan perilaku
yang dibangun oleh seseorang. Seseorang yang merasa
kalau selama ini perilakunya menyebabkan dirinya sulit untuk
menyatu dan diterima dalam kelompok, maka orang tersebut
akan berusaha untuk memperbaiki perilakunya, sehingga
dapat diterima oleh kelompok (Hurlock, 1994: 278).
Penyesuaian diri adalah sebagai suatu proses ke
arah hubungan yang harmonis antara tuntutan internal dan
tuntutan eksternal (Sunarto, 2002: 222- 223). Penyesuaian
diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang
bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan
20
keadaan
di
lingkungan
atau
situasi
yang
baru
penyesuaian
diri
ada
dua
yaitu
21
22
antara satu dengan yang lainnya, dan bertindak sesuai aturan yang
berlaku.
b. Penyesuaian Diri secara Negatif
Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara
positif,
dapat
mengakibatkan
individu
melakukan
berusaha
untuk
mempertahankan
dirinya,
yaitu
suatu
usaha
bertahan
dengan
menekan
menyenangkan;
atau
c)
melupakan
proyeksi
hal
yaitu
yang
suatu
tidak
usaha
23
ucapan
atau
perbuatan
menunjukkan
sikap
24
terhadap
sindiran,
yang
nyata
maupun
yang
25
permusuhan
terhadap
setiap
jenis
kekuasaan;
o)
t)
berusaha
hiperaktifitas
melakukan
difusi;
bunuh
u)
diri;
membicarakan
v)
tindakan
atau
merusak
mendapatkan
perhatian
dan
persetujuan
orang
beberapa
teori
diatas
mengenai
karakteristik
26
tingkat
penyesuaian
yang
tinggi
atau
rendah.
utama
dari
bahan
acuan
sebagai
penyusunan
iii.
memberikan
kemudahan
bagi
perkembangan
intelektual
anak,
27
28
2) Iklim intelektual sekolah, yang merujuk pada sejauh mana perlakuan guru
terhadap siswa dalam memberikan kemudahan bagi perkembangan
intelektual siswa sehingga tumbuh perasaan kompeten, yang mencakup:
29
keluarga,
sekolah
dan
masyarakat
secara
bertahap
iv.
30
31
32
mengendalikan
manfaat
tanpa
sehingga
harus
dapat
menerima
memperoleh
kesedihan
yagn
mendalam.
h) Kesanggupan bertindak secara terbuka dan sanggup
menerima kritik dan tindakannya dapat bersifat murni
sehingga sanggup memperbaiki tindakan-tindakan yang
sudah tidak sesuai lagi.
i) Dapat bertindak sesuai dengan norma yang dianut oleh
lingkungannya
serta
selaras
dengan
hak
dan
kewajbannya.
j) Secara positif ditandai oleh kepercayaan terhadap diri
sendiri, orang lain, dan segala sesuatu di luar dirinya
sendiri sehingga tidak pernah merasa tersisih dan
kesepian.
33
memberikan
pengarahan
kepada
siswa
yang
penjelasan-penjelasan
tentang
proses
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan di atas maka dapat
disusun suatu kerangka pemikiran bahwa interaksi keluarga dan kematangan emosi
merupakan salah satu faktor yang dapat membantu siswa untuk lebih bisa dalam
34
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah merupakan jawaban sementara atas suatu permasalahan.
Berdasarkan permasalahan dan tinjauan pustaka pada penelitian ini, maka peneliti
mengajukan hipotesis yaitu:
a. Ada pengaruh antara interaksi keluarga dan kematangan emosi terhadap
penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 5 Trenggalek tahun ajaran 2015 /
2016.
b. Tidak ada pengaruh antara interaksi keluarga dan kematangan emosi terhadap
penyesuaian diri siswa kelas VII SMP Negeri 5 Trenggalek tahun ajaran 2015 /
2016.
BAB III
METODE PENELITIAN
33
melaksanakan PPL dan informasi dari guru SMP Negeri 5 Trenggalek yang
mengampu di kelas VII dan guru pamong BK SMP Negeri 5 Trenggalek,
bahwa siswa kelas VII kurang penyesuaian diri terhadap lingkungan sekolah.
Siswa kelas VII SMP Negeri 5 Trenggalek tersebut menunjukkan
karakrakteristik kurangnya penyesuaian diri.
b. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 5 Trenggalek, yang terletak
di JL.RA.KARTINI 98 TELP (0355) 791388 Kecamatan Trenggalek
Kabupaten Trenggalek. Peneliti tertarik mengadakan penelitian di SMP
tersebut dikarenakan sebelum peneliti mengadakan penelitian di SMP Negeri 5
Trenggalek, peneliti sudah mengadakan observasi selama PPL (Praktek
Pengalaman Lapangan) yang diadakan selama bulan September sampai
Nopember dan kondisi siswa di SMP Negeri 5 Trenggalek lah yang
memungkinkan untuk diteliti karena ada beberapa siswa yang memiliki
perilaku yang menunjukkan kurangnya penyesuaian diri. Alasan yang kedua
yaitu, keharmonisan antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun
siswa dengan perangkat sekolah lainnya. Dan masyarakat begitu mendukung
berdirinya sekolah tersebut.
Secara geografis, SMP Negeri 5 Trengalek terletak sekitar 200m
dari jalan raya. Hal ini mempermudah siswa yang menggunakan transportasi
umum untuk sampai di sekolah. Dari segi ekonomi, sebagian besar orang tua
siswa mepunyai pekerjaan sebagai petani, pedagang dan buruh walaupun ada
sebagian kecil yang bekerja sebagai Pegawai Negeri. Keberagaman pekerjaan
orang tua siswa tidak membuat jurang pemisah antar siswa yang mempunyai
ekonomi tinggi dengan ekonomi menengah ke bawah.
34
Kegiatan
Pengajuan Judul
Pengajuan
Proposal
Penulisan Bab 1
Penulisan Bab II
Penulisan Bab III
Penyusunan
angket
Pengambilan data
Analisis data
Penulisan Bab IV
dan V
Penyusuanan
Laporan Hasil
B. Desain Penelitian
Waktu
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2
35
Keterangan :
36
O1
O2
37
E. Instrumen Penelitian
Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang ditetapkan yaitu angket.
Angket digunakan untuk mengungkapkan data tentang penyesuaian diri siswa.
Angket disusun oleh peneliti dalam bentuk angket tertutup. Peneliti menggunakan
38
angket tertutup karena pertanyaan atau pernyataan dalam angket, jawabannya telah
diatur oleh peneliti sehingga siswa hanya memilih jawaban yang sesuai dengan
keadaan dirinya.
Jumlah item yang disediakan adalah 20 item. Menggunakan satu seri
angket, disebarkan pada waktu ada jam kosong yang peniliti manfaatkan untuk
membagikannya. Angket tertutup dibuat oleh peneliti dengan dikonsultasikan
kepada pembimbing. Dalam penyebaran angket melibatkan peneliti dan konselor.
Skala pengukuran angket disusun dengan menggunakan skala likert
sebagai alat ukur sikap responden terhadap pernyataan atau pertanyaan yang
diberikan. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok orang tentang konsekuensi sosial.
Bentuk instrument angket berupa pilihan ganda dengan cara memberi
tanda lingkaran atau tanda silang pada pilihan jawaban yang tersedia. Peneliti
menyusun instrumen berupa pertanyaan dan pernyataan tersebut berdasarkan
variabel penelitian. Cara penetapan skor hasil isian angket ditunjukkan pada tabel.
Jawaban
Selalu
Sering
Skor positif
Skor negatif
4
1
3
2
Kadangkadang
2
3
Tidak
pernah
1
4
39
N rx ( x )( y )
{N x ( x )}{N y ( y ) }
2
Keterangan :
rxy
= Variabel x
= Variabel y
2. Uji Reliabilitas
Untuk mengukur reliabilitas instrumen menggunakan rumus alpha
sebagai berikut :
40
][
r 11 =
1 2b
( k1 )
t
Keterangan :
r11
= Reliabilitas instrumen
( X )
2
b
2
t
Keterangan :
b2
= Varians butir
( Y )
41
t2
= Varians total
= Skor butir
= Skor total
= Jumlah responden
Keterangan :
Md
xd
= Banyaknya subyek
Nilai dari t ditentukan dari jumlah sampe (N) 20 siswa dan tingkat
signifikansi 5% Ha diterima dan Ho ditolak jika nilai t hitung t tabel pada (N) 20
siswa dengan taraf signifikansi 5%.
42
43
DAFTAR PUSTAKA
Rineka Cipta.
Nuryoto,
Kematangan
Emosional
Remaja,
http://id.wikipedia.org.html, 2008.
Cecep Darmawan. (2007). Pendidikan Keluarga dalam Perspektif
Moral dan
Global
dalam
Perspektif
Keluarga
Pendidikan
Sekolah
dan
Kesejahteraan
Masyarakat.