Anda di halaman 1dari 8

IMPETIGO

I.

Defnisi
Impetigo ialah penyakit infeksi piogenik pada kulit yang superficial dan
menular disebabkan oleh Staphylococcus dan atau Streptococcus. Terdapat
dua bentuk dari impetigo yaitu impetigo krustosa dan impetigo bulosa.
Impetigo Krustosa sinomin Impetigo Kontagiosa, Impetigo Vulgaris dan
Impetigo Tillbury Fox. Impetigo Bulosa memiliki Sinomim Impetigo Vesiko
Bulosa, cacar monyet.1,2

II.

Epidemiologi
Impetigo merupakan penyakit infeksi kulit yang paling sering ditemukan
pada anak anak setelah dermatitis dan viral wartz dan paling sering
ditemukan pada praktek dokter umum khususnya pada anak anak umur 1-4
tahun. Di Inggris setiap tahunnya 2,8 % anak usia 0-4 tahun dan 1,5% anak
usia 5-15 tahun datang ke dokter umum dengan keluhan impetigo. Insidensi
impetigo paling tinggi ditemukan di negara negara tropis.3

III.

Etiologi dan Patofisiologi


5070% kasus dari Impetigo krustosa disebabkan oleh Staphylococcus
aureus dan 50 30 % kasus disebabkan oleh Streptococcus pyogenes dan
kombinasi keduanya. Begitu pula pada kasus Impetigo Bulosa biasanya
disebabkan oleh Staphylococcus aureus.3
Patofisiologi
Penyakit ini mengenai kulit pada lapisan superficial ( epidermis). Kuman
penyebab dapat ditemukan dan dibiakkan dari cairan bullanya. Pada impetigo
bulosa, dari cairan bula ditemukan toksik epidermolitik yang dianggap sebagai
penyebab terjadinya bula. Masuknya kuman melalui mikro lesi di kulit dan
menular.1

IV.

Gambaran Klinis
Kebanyakan kasus Impetigo krustosa adalah pada anak anak usia dini
walaupun semua umur dapat terkena, tidak disertai gejala umum seperti
demam, malaise dan anorexia, tempat predileksi di muka, yakni disekitar

lubang hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dari daerah tersebut.
Kelainan kulit berupa eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika
penderita datang berobat yang terlihat ialah krusta tebal berwarna kuning
seperti madu. Jika dilepaskan tampak erosi di bawahahnya kadangkala lesi

terasa nyeri. 1,3


Gambar 1: Impetigo krustosa

Gambar 2: Impetigo krustosa

Impetigo bulosa dapat menyerang semua umur memiliki prediliksi di


ketiak, dada dan punggung, sering bersama sama dengan milaria. Timbul
bula dengan ukuran 1-2 cm yang dapat bertambah besar, kurang cepat pecah
dan bertahan selama 2 3 hari. Isi bula mula mula jernih, kemudian keruh.
sesudah pecah tampak krustosa kecoklatan yang tepinya meluas dan
tengahnya menyembuh sehingga tampak gambaran lesi sirsiner, kadang
kadang waktu penderita datang berobat vesikel dan bula telah memecah
sehingga yang tampak hanya kolerat dan dasarnya masih erimatosa. Kasus

Impetigo streptococcus lebih banyak menyababkan kondisi Glomonefritis


dibandingkan oleh kasus Infeksi dari Streptococcus yang berasal dari saluran
pernafasan.1,4

Gambar 3 : Impetigo bulosa

V.

Pemeriksaan Penunjang
Bila diperlukan dapat memeriksa isi bula dengan pegecatan gram untuk
mencari staphylococcus dan streptococcus.1

VI.

Diagnosis Banding
Pada Impetigo bulosa, jika vesikel atau bula telah pecah dan hanya
terdapat kolerat dan eritema, maka mirip dengan dermatofisitosis. Pada
anamnesis hendaknya ditanyakan apakah sebelumnya terdapat lepuh jika ada
diagnosisnya adalah impetigo bulosa. 2
1. Ektima, persamaannya adalah keduanya berkrusta berwarna kuning
sedangkan perbedaannya adalah impetigo krustosa terdapat pada anak,
berlokasi di muka dan dasar erosi sedangkan pada ektima terdapat pada anak
maupun dewasa tempat predileksi di tungkai bawah, dan dasarnya adalah
ulkus.2

Gambar 4 : Ektima

Gambar 5 : Ektima

2. Pemfigus vulgaris : bulla yang yang lembek, berdinding tipis, mudah pecah
dan timbul pada kulit dan mukosa yang tampaknya normal. Bula yang pecah
menimbulkan erosi yang eksudatif, mudah berdarah dan sukar menyembuh.
Bila sembuh meninggalkan bekas yang hiperpigmentasi.1,2

Gambar 6: Pemfigus Vulgaris

3. Pemfigus bulosa, kelainan kulit terutama terdiri atas bula dapat bercampur
dengan vesikel, berdinding tegang sering disertai eritema, dengan tempat
predileksi di ketiak, lengan bagian fleksor dan lipat paha.
Gambar 7 : Pemfigus Bulosa

4. Varicella, pada varicella gejala klinis mulai gejala prodormal yakni demam
yang tidak terlalu tinggi, malaise dan nyeri kepala, kemudian disusul oleh papul
yang berubah menjadi vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan
menyebar ke tangan kaki dan wajah vesikel akan berubah menjadi pustule dan
kemudian pecah membentuk krusta, sementara proses ini berlansung muncul
vesikel vesikel yang baru sehingga dapat timbul berbagai jeni lesi pada saat
yang sama.

Gambar 8 : Varicella

VII.

Penatalaksanaan
Syarat pengobatan yang baik adalah pengobatan harus efektif, tidak mahal

dan memiliki sedikit efek samping salah satu pengobatan yang efektif adalah
pengobatan topical. Lesi sedikit dan dini, hanya dengan obat topical cukup
menolong

yaitu menggunakan salep natrium fusidat untuk mencegah

penyebaran local, drainage bulla dan pustule yang ditusuk dengan jarum steril.

Mencuci lesinya secara pelan pelan dan melepas krustanya. Bila krusta melekat
kuat dikompres lebih dulu dengan larutan sodium choloride. krusta perlu dilepas
agar obat topikalnya dapat efektif bekerja. 1
Topikal
Muporicin ointment baik digunakan untuk Staphylococcus aureus dan
Streptococcus pyogenes. Pengobatan pada Impetigo bulosa jika hanya terdapat
beberapa vesikel atau bula dipecahkan lalu diberi salep antibiotkc atau cairan
antiseptik. Tetrasiklin topikal juga dapat digunakan untuk mengatasi impetigo
terutama impetigo ringan dan sedang, pengobatan topical dengan tetrasiklin
dapat mengurangi efek samping sistemik. 5,6
Sistemik
Antibiotik oral diberikan untuk kasus dimana pasien sensitif terhadap
antibiotik topikal, lesi lebih luas atau dengan penyakit penyerta yang berat.,
lama pengobatan paling sedikit 7 10 hari.
a. Penisilin G Procain Injeksi, dengan Dosis 0,6 1,2 juta IU IM sehari 1-2
kali Sedangkan pada anak anak : 25.000 50.000 IU kg/ dosis, sehari 1
2 kali.
b. Ampiciline dengan dosis 250 500 mg dosis, sehari 4 kali dan untuk anak
anak 7,5 -25 mg/ kg/ dosis sehari 4 kali ac
c. Amoxicilin dengan dosis 250 500 mg / dosis sehari 3 kali dan untuk anak
anak 7.5 25 mg /kg/ dosis/ , sehari 3 kali ac
d. Cloxacilin Dengan dosis 250 500 mg / dosis / sehari 4 kali a.c dan untuk
anak anak 10 25 mg/kg/ dosis , sehari 3 4 kali a.c
e. Eryhtromicin Dengan dosis 250 500 mg / dosis sehari 4 kali p.c dan
untuk anak anak 12,5-50 mg/kg/dosis sehari 4 kali p.c
f. Clindamycin Dosis 150 300 mg / dosis, sehari 3 4 kali

VIII.

Prognosis
Secara umum prognosis dari penyakit ini baik terutama pada anak anak,

namun jika tidak ditangani dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi.

IX. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah glomerulonefritis pasca streptokokus
yang dapat menyebabkan terjadinya gagal ginjal hal ini terjadi sekitar 1% dari
penderita impetigo. Pengobatan yang tepat tidak menjamin bahwa seseorang yang
mengalami impetigo dapat terhindar dari resiko Glomerulonefritis pasca
streptococcus. 7
X.

Pencegahan
Menjaga kebersihan adalah cara terbaik untuk tetap sehat, cegah infeksi

dengan mencuci bekas luka maupun bekas gigitan serangga. Jika ada seseorang di
keluarga atau seseorang disekitar kita yang terkena impetigo cegah agar tidak
terjadi penularan

dengan cara mencuci semua hal yang bersentuhan dengan

pasien impetigo. Pakaian, handuk, seprei sering diganti dan dicuci dengan
menggunkan air panas dan dipakai sendiri. gunakan sarung tangan ketika
mengoleskan antibiotik dan lakukan cuci tangan.1,7

Daftar Pustaka

1. RS Dr.Soetomo. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Kulit dan


Kelamin Edisi III. Surabaya. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
2005; p 33-35, 84
2. Djuanda S, Sularsito SA. Dermatitis. In : Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 6 rd ed. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2011 ;p. 58 60, 204
3. James DW., Berger TG., Elston DM., Andrews Disease of The Skin: Clinical
Dermatology. Bacteria diseases. 11th edition. British; Saunders Elsevier 2011;
p 260
4. Arthur Rook, D.S. Wilkinson, F.J.G Ebling. Impetigo. Textbook of
Dermatology. 8th edition. 2010 ; p.1359
5. Koning S, Van der Sande R, Verhargen AP, Morris Ad, Berger M. Intervension
for Impetigo. TheCochraneLibrary.2012
6. Kuniyuki, Nakano Kazuhito, Maekawa Naoki and Suzuki ShinsukeTopical
AntibioticTreatmentofImpetigowithTetracycline.DermatologiJVol32.
2005;p788792
7. Oakley Amanda. Management of Impetigo. BPJ J. 2009; p19

Anda mungkin juga menyukai