PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang umum
mengenai balita, anak usia sekolah, maupun remaja. Bayi dan anak - anak dengan
usia kurang dari 2 tahun merupakan usia yang memiliki resiko tinggi untuk
mengalami infeksi saluran kemih dan memiliki resiko lebih tinggi untuk
mengalami kerusakan parenkim ginjal. Infeksi saluran kemih umumnya lebih
sering terjadi pada wanita karena memiliki uretra yang lebih pendek daripada pria,
namun pada masa neonatus ISK lebih sering terdapat pada bayi laki - laki
dibandingkan pada bayi perempuan. Infeksi saluran kemih dapat mengenai setiap
lokasi dalam saluran kemih dari ginjal hingga uretra pada bagian distal. Sistem
saluran kemih dibagi menjadi saluran kemih bagian atas dan bawah. Saluran
kemih bagian atas terdiri dari ginjal dan ureter sedangkan pada bagian bawah
terdiri dari vesica urinaria dan uretra. Klinis dari masingmasing infeksi pada
saluran kemih dapat berbeda, begitu juga pada pengobatannya dan seringkali
gejala ISK pada anak - anak tidak begitu jelas dibandingkan dengan gejala pada
orang dewasa. Pada bayi infeksi saluran kemih merupakan penyebab yang paling
sering dari demam dan mungkin menjadi penyebab paling sering dari kerusakan
parenkim ginjal.1,2,3
Infeksi pada saluran kemih dapat disertai dengan kelainan anatomi
maupun kelainan struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik. Namun
ISK paling sering disebabkan oleh bakteri Escherichia Coli, sehingga pada
pengobatannya perlu diberikan antibiotik, namun pada infeksi yang berat dan
sudah menimbulkan kerusakan pada berbagai macam organ, membutuhkan terapi
suportif dan antibiotik yang adekuat. Tujuan terapi pada infeksi organ urogenitalia
adalah mencegah atau menghentikan diseminasi bakteri dan produk yang
dihasilkan oleh bakteri pada sirkulasi sitemik dan mencegah terjadinya kerusakan
organ urogenitalia.3
EPIDEMIOLOGI
Infeksi saluran kemih merupakan penyakit yang relatif sering pada anak.
Kejadian ISK tergantung pada umur dan jenis kelamin. Prevalensi ISK pada
neonatus berkisar antara 0,1% hingga 1%, dan meningkat menjadi 14% pada
neonatus dengan demam, dan 5,3% pada bayi. Pada bayi asimtomatik, bakteriuria
didapatkan pada 0,3 hingga 0,4%. Resiko ISK pada anak sebelum pubertas 3-5%
pada anak perempuan dan 1-2% pada anak laki. Pada anak dengan demam
berumur kurang dari 2 tahun, prevalensi ISK 3-5%. 4
Data studi kolaboratif pada 7 rumah sakit institusi pendidikan dokter
spesialis anak di Indonesia dalam kurun waktu 5 tahun (1984-1989)
memperlihatkan insidens kasus baru ISK pada anak berkisar antara 0,1%-1,9%
dari seluruh kasus pediatri yang dirawat. Di RSCM Jakarta dalam periode 3 tahun
(1993-1995) didapatkan 212 kasus ISK, rata-rata 70 kasus baru setiap tahunnya.4
Infeksi saluran kemih kemih lebih umum terjadi pada bayi laki-laki yang
tidak di khitan. Sesudahnya, infeksi lebih sering mengenai wanita. Infeksi saluran
kemih simtomatis dan asimtomatis terjadi pada 1,2-1,9% pada anak perempuan
usia sekolah dan paling banyak terjadi pada golongan umur 7 sampai 10 tahun,
infeksi sangat jarang terjadi pada laki laki dengan golongan umur yang sama.
ETIOLOGI
Escherichia Coli merupakan bakteri utama penyebab terjadinya ISK, pada
wanita 70-90% penyebab ISK adalah E.Coli, kemudian disebabkan oleh
Klebsiella dan Proteus. Pada beberapa laporan penelitian menyatakan bahwa pada
anak laki - laki yang berumur lebih dari 1 tahun, infeksi akibat proteus sama
banyaknya dengan ISK yang disebabkan oleh E.Coli, laporan lain menyatakan
bahwa suatu organisme gram positif dalam jumlah lebih besar pada laki-laki dan
Staphylococcus Saprophtycus terbukti menjadi patogen pada wanita maupun laki laki.
PATOFISIOLOGI
Hampir semua ISK menyebar secara asendens, pada periode neonatus
bakteri mencapai saluran kemih melalui aliran darah atau uretra yang selanjutnya
bakteri akan naik dari saluran kemih dari bawah. Perbedaan individu dalam
keretanannya terhadap infeksi saluran kemih ditentukan oleh faktor-faktor hospes
dalam menghasilkan antibodi dan faktor - faktor lain yang yang mempengaruhi
perlekatan bakteri pada epitel introitus dan uretra. Awal terjadinya ISK adalah
bakteri berkolonisasi di perineum pada anak perempuan atau di preputium pada
anak laki-laki. Kemudian bakteri masuk kedalam saluran kemih mulai dari uretra
secara asending. Setelah sampai di kandung kemih, bakteri bermultiplikasi dalam
urin dan melewati mekanisme pertahanan antibakteri dari kandung kemih dan
urin. Pada keadaan normal papila ginjal memiliki sebuah mekanisme anti refluks
yang dapat mencegah urin mengalir secara retrograd menuju collecting tubulus.
Akhirnya bakteri bereaksi dengan urotelium atau ginjal sehingga menimbulkan
respons inflamasi dan timbul gejala ISK. 5,6
Bila organisme dapat masuk kedalam kandung kemih, beratnya infeksi dapat
menggambarkan virulensi dari bakteri dan faktor anatomi seperti vesikouretra,
obstruksi, statis urin dan adanya kalkuli. Dengan adanya stagnansi urin,
kesempatan untuk berkembang biak bakteri menjadi meningkat, karena urin
merupakan media biakan bakteri yang sangat baik. Pembesaran kandung kemih
akan mengurangi aliran darah ke dinding kandung kemih dan dapat menurunkan
resistensi alami kandung kemih terhadap infeksi. Stagnansi urin bisa terjadi pada
keadaan, miksi yang tidak teratur atau sering menahan miksi, adanya dilatasi atau
reflux pada sistem urinaria, jaringan atau sel kanker yang nekrosis yang dapat
menjadi tempat persembunyian bakteri sehingga sulit dibersihkan oleh aliran
urine. Mekanisme tubuh terhadap invasi bakteri terdiri dari mekanisme
fungsional,
anatomis
dan
imunologis.
Pada
keadaan
anatomi
normal,
pengosongan kendung kemih terjadi reguler, drainase urin baik dan pada saat
setiap miksi, urin dan bakteri dieliminasi secara efektif. Pada tingkat seluler,
bakteri dihancurkan oleh lekosit polimorfonuklear dan komplemen. Maka setiap
3
asimtomatik
sering
terjadi,
pada
kebanyakan
kasus.
Manifestasi klinis sering kali gagal menunjukkan secara jelas apakah infeksi
sebatas pada saluran kemih atau telah melibatkan ginjal. Gejala klinik ISK pada
anak sangat bervariasi, ditentukan oleh intensitas reaksi peradangan, letak infeksi
(ISK atas dan ISK bawah), dan umur pasien. Sebagian ISK pada anak merupakan
ISK asimtomatik, umumnya ditemukan pada anak umur sekolah, terutama anak
perempuan dan biasanya ditemukan pada uji tapis (screening programs). ISK
asimtomatik umumnya tidak berlanjut menjadi pieolonefritis
dan prognosis
Pada bayi biasanya terjadi demam, berat badan menurun, tidak dapat
tumbuh dengan baik, nausea, muntah, diare dan ikterus. Pada anak dengan demam
tanpa diketahui penyebabnya biakan urin harus diambil untuk mengesampingkan
infeksi saluran kemih. Dalam suatu penelitian pada bayi diruang gawat darurat
dengan suhu lebih dari 38.3oC tetapi tanpa suatu penyebab yang jelas 7.5%
menderita infeksi saluran kemih. Biakan urin harus dilakukan pada bayi yang
demam, kelak pada masa kanak-kanak sering berkemih, sakit selama berkemih,
inkotinensia urin yang berkaitan dengan urgensi, mengompol pada anak yang
sudah tidak lagi mengompol, nyeri perut dan urin yang berbau busuk merupakan
gejala yang sering terjadi. Sistitis kronis atau yang sering kambuh seringkali
menjadi penyebab terjadinya inkotinensia pada siang hari dan manifestasi
ketidakstabilan kandung kemih lainnya yang mungkin menetap walaupun urin
telah steril. Pada anakanak usia kurang dari dua tahun memiliki resiko tinggi
luka pada ginjal dibanding usia yang lebih tua, karena tanda yang kurang
menyebabkan keterlambatan pengobatan dengan antibiotik. Bayi sering mendapat
demam dan gejala lainnya, seperti rewel, tak mau menyusu, nyeri perut, muntah
dan diare.5,7
Pada anak-anak yang telah berhasil untuk ke toilet, enuresis merupakan
manifestasi yang lebih sering pada infeksi saluran kemih. Sedangkan pada usia
sekolah, anak - anak dan remaja gejala yang paling sering hadir adalah gejala pada
orang dewasa, termasuk disuria, hematuria, frekuensi kencing, dan urgensi dalam
berkemih. Kadang-kadang tampak hematuria sebagai tanda sistitis hemoragika
yang disebabkan oleh E. Coli. Pada pielonefritis akut biasanya terjadi demam
mengigil, sakit panggul atau perut nyeri tekan. Ginjal dapat membesar, anak anak dengan pielonefritis kronis seringkali tidak bergejala. secara umum, anak anak dan remaja dengan infeksi saluran kemih memiliki pemeriksaan fisik
normal. Namun, bagaimanapun pemeriksaan fisik dapat mengungkapkan suatu
penemuan penting secara klinis. Sebagai contoh, pada palpasi abdomen dapat
ditemukan massa yang menghalangi aliran urin yang normal, seperti pada kasus
adanya impaksi tinja.2
meatus
uretra
dengan
larutan
providone
iodium
dan
membersihkannnya dengan air steril atau garam faali, biasanya memuaskan. Pada
wanita, labia harus dibuka secara manual untuk menghindarkan kontaminasi atau
kontak urin dengan kulit. Pada laki - laki yang tidak dikhitan, prepurtium harus
ditarik ke belakang, bila prepurtium tidak dapat di retraksi, cara pengumpulan urin
6
ini tidak dapat dipercaya. Untuk spesimen dari mid stream urin, hitungan koloni
seringkali digunakan untuk membedakan spesimen yang terinfeksi dan yang
terkontaminasi. Biakan yang menunjukkan lebih dari 10 5 koloni/ml organisme
tunggal spesifikasinya lebih dari 90% untuk infeksi saluran kemih. Namun
demikian harus diketahui bahwa hitungan koloni yang lebih rendah pada penderita
terinfeksi mungkin disebabkan karena kekeringan yang berlebihan, pengosongan
kandung kemih yang terlalu dini atau karena pengobatan dengan antibiotika,
hitungan demikian tidak mengesampingkan infeksi. 5,8
Pada bayi dan anak laki - laki maupun anak wanita muda yang dikhitan,
penerapan penggunaan kantong pengumpul urin steril yang tertutup dan
direkatkan sesudah disinfeksi kulit genitalia merupakan hal yang bermanfaat,
terutama bila hasil biakan steril. Spesifitas biakan ini jauh lebih rendah daripada
biakan spesimen dari mid stream urin. Negatif palsu pada biakan urin dapat
diakibatkan oleh pengobatan antibiotika yang tidak diketahui, pengenceran dari
kekeringan yang berlebihan atau kontaminasi spesimen dengan larutan septik.
Analisis seharusnya diambil dari spesimen yang sama seperti pada biakan.
Kegagalan dalam mendiagnosis infeksi urin secara akurat dapat menyebabkan
keterlambatan pengobatan dan dapat meningkatkan resiko kerusakan parenkim
ginjal. Piuria (leukosit di dalam urin) menimbulkan dugaan adanya infeksi, tetapi
infeksi dapat terjadi tanpa piuria, oleh karena itu penemuan ini lebih konfirmatif
daripada diagnostik, sebaliknya piuria dapat ada tanpa infeksi saluran kemih.
Hematuria mikroskopik adalah hal yang umumnya terdapat pada sistitis
akut. Pada infeksi ginjal akut, leukositosis, neutrofilia dan kenaikan LED serta
protein C-reaktif biasa terjadi, namun pada anak - anak untuk membedakan
infeksi saluran kemih bagian atas dengan bagian bawah seperti deteksi bakteri
yang terselubung dengan antibodi, respons terhadap pengobatan antibiotika dosis
tunggal,
dan
uji
imunologis
dan
biokimiawi
tidak
dapat
dipercaya.
Ketidakmampuan memekatkan urin merupakan hal yang biasa tetapi tidak dapat
dipercaya pada pielonefritis akut dan kronis. Pada 30% bayi dengan infeksi pada
ginjal, kadar kreatinin serum sementara meningkat, karena sepsis biasa terjadi
pada infeksi ginjal, terutama pada bayi dan dengan obstruksi, biakan darah harus
diambil selama demam infeksi. 5,8
Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan jika telah dikonfirmasi dengan kultur urin
kuantitatif.
1. Ultrasonografi (USG)
a) Pemeriksaan USG dari saluran kemih pada bayi, anak kecil atau dewasa
dengan diagnosis pertama pielonefritis akut.
b) USG mungkin terabaikan untuk anak perempuan >2 tahun dengan
episode sistitis akut pertama maupun kedua, bila respon terapi cepat dan
memuaskan.
c) Dengan akut sistitis, USG saluran kemih pada bayi perempuan dan lakilaki pada semua umur dengan ISK pertama kali.
2. Voiding cystourethrogram (VCUG)
a) Lakukan VCUG pada pasien anak dengan pyelonefritis akut yang
belum pernah pencitraan saluran kemih sebelumnya.
b) Beberapa klinisi melakukan VCUG pada pasien yang berusia >4-5
tahun dengan pielonefritis akut yang memiliki pola berkemih yang
normal ketika tak terinfeksi.
c) VCUG tidak diperlukan untuk menilai anak dengan sistitis akut yang
telah berespon cepat terhadap terapi, kecuali USG saluran kemih tak
normal.
d) VCUG dapat dilakukan bila urin bersih dari bakteri dan piuria dan
berkemih telah kembali seperti sebelumnya.
e) Beberapa klinisi merekomendasikan menunggu 4-6 minggu untuk
dilakukan VCUG. Bila anak dalam terapi antibakteri pada masa ini,
rekomendasi ini diterima.
DIAGNOSIS BANDING
Radang pada genitalia eksterna, vulvitis dan vaginitis yang disebabkan oleh
ragi, cacing kremi, dan agen lain dapat disertai gejala yang mirip dengan sititis.
Sititis virus dan kimiawi harus dibedakan dari sititis bakterial berdasarkan atas
riwayat penyakit dan hasil biakan urin. Secara radiografi, ginjal hipoplastik dan
displatik, atau ginjal kecil akibat gangguan vaskuler, dapat tampak sama dengan
pielonefritis kronis namun, pada piolenefritis kronis biasanya terdapat refluks
vesikoureter. Sistitis hemoragik akut seringkali disebabkan oleh E.Coli telah
dihubungkan juga dengan adenovirus type 11 dan 21. Sistitis adenovirus lebih
sering terdapat pada laki-laki, sembuh dengan sendirinya, dengan hematuria yang
berlangsung kira - kira selama empat hari. Sistitis eosinofilik merupakan bentuk
sistitis yang tidak jelas dan kadang - kadang ditemukan pada anak. Gejala umum
adalah sititis dengan hematuria, dilatasi ureter, dan gagalnya pengisian kandung
kemih yang disebabakan oleh massa yang secara histologis terdiri atas infiltrat
radang dengan eosinofil. 5
PENATALAKSANAAN
Tata laksana ISK didasarkan pada beberapa faktor seperti umur pasien,
lokasi infeksi, gejala klinis, dan ada tidaknya kelainan yang menyertai ISK.
Sistitis dan pielonefritis memerlukan pengobatan yang berbeda. Keterlambatan
pemberian antibiotik merupakan faktor risiko penting terhadap terjadinya jaringan
parut pada pielonefritis. Sebelum pemberian antibiotik, terlebih dahulu diambil
sampel urin untuk pemeriksaan biakan urin dan resistensi antimikroba.
Penanganan ISK pada anak yang dilakukan lebih awal dan tepat dapat mencegah
terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut. Sampai saat ini masih belum ada
keseragaman dalam penanganan ISK pada anak, dan masih terdapat beberapa hal
yang masih kontroversi. Beberapa protokol penanganan ISK telah dibuat
berdasarkan hasil penelitian multisenter berupa uji klinis dan meta-analisis,
meskipun terdapat beberapa perbedaan tetapi protokol penanganan ini saling
melengkapi. Secara garis besar, tata laksana ISK terdiri atas:4
1. Eradikasi infeksi akut
2. Deteksi dan tata laksana kelainan anatomi dan fungsional pada ginjal dan
saluran kemih
3. Deteksi dan mencegah infeksi berulang.
hari.
3. Bayi 3 bulan dengan sistitis/ ISK bawah:
Berikan antibiotik oral selama 3 hari berdasarkan pola resistensi
10
kuman setempat. Bila tidak ada hasil pola resistensi kuman, dapat
dilakukan
pemeriksaan
kultur
urin
untuk
melihat
11
PROGNOSIS
Kerusakan ginjal pada komplikasi jangka panjang sebagai konsekuensi
dari ISK kadang-kadang ditemukan di awal abad ke-20, pielonefritis akut menjadi
penyebab tersering terjadinya hipertensi dan ESRD (End Stage Renal Disease)
pada perempuan muda. Adanya hipertensi biasanya memberikan prognosis yang
buruk. Anak dengan resiko komplikasi ini biasanya ditemukan dengan USG
saluran kemih yang menunjukkan hidronefrosis. Penelitian pada neonatus
menyebutkan bahwa kerusakan ginjal terkait dengan obstruksi di saluran keluar
kandung kemih atau hidronefrosis non obstruktif karena VUR yang berat. Anak
ini mungkin mendapat tambahan kerusakan ginjal sebagai hasil dari infeksi, tetapi
ISK bukan faktor utama penyebab komplikasi renal.1,8
KOMPLIKASI
ISK dapat menyebabkan gagal ginjal akut, bakteremia, sepsis, dan
meningitis. Komplikasi ISK jangka panjang adalah parut ginjal, hipertensi, gagal
ginjal, komplikasi pada masa kehamilan seperti preeclampsia. Parut ginjal terjadi
pada 8-40% pasien setelah mengalami episode pielonefritis akut. Faktor risiko
terjadinya parut ginjal antara lain umur muda, keterlambatan pemberian antibiotik
dalam tata laksana ISK, infeksi berulang, RVU, dan obstruksi saluran kemih.1,4
Gambar 1. Daerah yang paling sering mengalami parut ginjal, yang ditandai dengan
12
13
KESIMPULAN
ISK merupakan penyakit yang sering ditemukan pada anak, sering
merupakan tanda kelainan ginjal dan saluran kemih, dan potensial menyebabkan
parut ginjal yang berlanjut menjadi gagal ginjal terminal. Diagnosis dini dan
terapi adekuat sangat penting dilakukan agar penyakit tidak berlanjut. Peranan
pencitraan sangat penting untuk mencari faktor predisposisi, dan jenis
pemeriksaan tergantung pada tujuan dan fasilitas yang tersedia. Deteksi kelainan
saluran kemih, meningkatkan strategi pemanfaatan pemeriksaan pencitraan, dan
penggunaan antibiotik yang tepat akan menurunkan terjadinya parut ginjal dan
komplikasinya. Pengobatan ISK bertujuan untuk mencegah terjadinya parut
ginjal. Keberhasilan penanganan yang efektif ialah diagnosis dini dan pengobatan
antibiotik yang adekuat, serta tindak lanjut yang terprogram.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. J Alan et all . Infection and Inflammation of the Pediatric Genitourinary Tract
in Champbell Wash Urology 10th Edition. Elsevier. p 3084. 2010
2. Mencl Francis, Biesbroeck Daan Urinary Tract Infections in Children and
Adolescents in Pediatric Emergency Medicine. Saundes. Philadelphia. p:643.
2008
3. Purnomo Basuki. Dasar Dasar Urologi. Sagung Seto. Malang. p:51. 2011.
4. IDAI UKK Urologi. Konsensus Infeksi Saluran Kemih Pada Anak. Jakarta.
p.4.2011
5. Behmarn Richard E et all. Infeksi Saluran Kemih dalam Ilmu Kesehatan
6.
584-52011
7. O Connel Theodore. Urinary Tract Infection. Saunders. Philadelphia. p.312-5
2010
8. NICE. Urinary tract Infection in children. Diagnosis, Treatment and Long
15