Anda di halaman 1dari 24

Pembimbing:

Dr. Dean W. Spog


Oleh:
Jocliedian G. L.
06-036

Hingga kini terminologi yang masih dipakai ialah dari The


Committee on Terminology of The American College of Obstetrician
and Gynecologist (1972) adalah sebagai berikut:

A.Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang


berhubungan
langsung dengan kehamilan:
1.Preeclampsia
2.Eclampsia
B.Hipertensi dalam kehamilan sebagai penyulit yang tidak
berhubungan langsung dengan kehamilan : Hipertensi kronik
C.Preeclampsia/Eclampsia pada hipertensi kronik/Superimposed
D.Transient hypertension
E.Hipertensi dalam kehamilan yang tidak dapat
diklasifikasikan.

Menurut The Committee on Terminology of The


American College of Obstetrician and
Gynecologist (1972) tersebut masing-masing
gejala dan penyulit dijelaskan terperinci sebagai
berikut:

Hipertensi adalah:
a. kenaikan desakan darah sistolik 30 mmHg dan
b. kenaikan desakan darah diastolik 15 mmHg
c. dan atau desakan darah sistolik lebih dari 140
mmHg dan diastolik diatas 90 mmHg.
Pengukuran desakan darah ini harus dilakukan
sekurang-kurangnya 2x dengan selang waktu 6
jam dan ibu dalam keadaan istirahat.

Akumulasi cairan ekstravaskuler secara


menyeluruh, bersifat independent
mempunyai nilai 1+ pitting edema, setelah
istirahat 12 jam atau terjadi kenaikan berat
badan lebih dari 2 kg per minggu
Dalam keadaan hamil normal setelah
trimester ke-2 tubuh menghimpun cairan
sejumlah 6,5 liter. Dari sejumlah ini 3,5 liter
berasal dari jaringan placenta, janin dan air
ketuban. Sedang sisanya 3 liter berasal dari
kenaikan volume plasma, rahim dan
payudara.

Edema yang terjadi pada kehamilan,


disebabkan :
a.Faktor vaskuler dan hormonal, yaitu
karena peningkatan kapasitas vaskuler
dan volume plasma.
b.Faktor hormonal : estrogen
meningkatkan polysacharida dalam
jaringan luar, sehingga terjadi edema.

1. Adanya konsentrasi protein di dalam urine


sebanyak 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau 1 gr/liter
dalam suatu random sample.
2. Proteinuria merupakan kelainan yang
ditemukan pada fase lanjut preeclampsia dan
jarang sekali ditemukan pada fase dini
preeclampsia. Beberapa kasus preeclampsia
bahkan sampai persalinan selesai belum
menimbulkan proteinuria.
3. Pada waktu terjadi proteinuria, maka urine
mengandung beberapa jenis protein yang
mempunyai berat molekul besar, yaitu
hemoglobin, globulin, dan transferring, sehingga
istilah albuminuria pada keadaan ini tidak tepat.

4. Dalam keadaan hamil normal, jenis2 protein


tersebut tidak dapat menembus glomeruli ginjal.
Pada hamil normal didapatkan proteinuria 0,3
gr/24 jam yang masih dianggap fisiologik.
Proteinuria dapat diukur dalam waktu 24 jam.
5. Bila kadar proteinuria lebih 0,3 gr/liter dalam
urine 24 jam, maka dianggap proteinuria
patologik.
Proteinuria pada preeclampsia merupakan
proses reversible, yang akan kembali normal
setelah 1 minggu persalinan.

Preeclampsia ialah:
Timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan, setelah umur
kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum
20 minggu bila terjadi penyakit
throphoblastik.

Eclampsia ialah:
Timbulnya kejang pada penderita
preeclampsia. Kejang ini bukan akibat
kelainan neurologik.

Hipertensi kronik ialah:


Adanya hipertensi yang persisten oleh sebab apapun juga
yang ditemukan pada umur kehamilan kurang dari 20
minggu atau hipertensi persisten setelah 6 minggu pasca
persalinan.

Superimposed preeclampsia atau eclampsia ialah:


Timbulnya preeclampsia atau eclampsia pada hipertensi
kronik

Transient hypertension ialah:


Timbulnya hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang
desakan darahnya normal dan tidak mempunyai gejalagejala hipertensi kronik atau preeclampsia/eclampsia.
Gejala ini akan hilang setelah 10 hari masa persalinan.

Usulan terakhir tentang pembagian Hipertensi


dalam kehamilan, ialah berdasarkan National
High Blood Pressure Education Program,
Working Group Report on High Blood Pressure
in Pregnancy (2000), maka Hipertensi Dalam
Kehamilan dibagi menjadi :
1. Hipertensi Gestasional.
2. Preeclampsia
3. Eclampsia
4. Hipertensi Kronik dengan
superimposed Preeclampsia
5. Hipertensi Kronik

Desakan darah = 140/90 mmHg, dengan


desakan diastolik berdasar suara Korotkoff V
Kenaikan desakan darah sistolik 30 mmHg
dan kenaikan desakan darah diastolik 15
mmHg tidak dipakai lagi, karena tidak
mempunyai arti yang bermakna dalam
terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Tetapi kenaikan desakan darah sistolik 30
mmHg dan kenaikan diastolik 15 mmHg
tetap perlu perhatian akan kemungkinan
terjadinya hipertensi dalam kehamilan.

1. Adalah sindroma yang spesifik dalam kehamilan, yaitu


menurunnya perfusi pada organ dan jaringan, akibat vasospasme
dan aktivasi sel endothel
2. Gejala-gejalanya adalah :

a. Desakan darah = 140/90 mmHg.


b. Proteinuria: = 300 mg dlm urine 24 jam atau 30 mg/cc pada urine
acak (1+ dipstick). Mengingat derajat proteinuria bervariasi dalam 24
jam, maka satu pemeriksaan urine acak tidak menggambarkan
proteineuri yang sebenarnya.
c. Edema tungkai : tidak dipakai lagi sebagai diagnosis preeclampsia,
karena edema tungkai banyak dijumpai pada kehamilan normal.
d. Proteinuria : timbul bersamaan dengan timbulnya perubahanperubahan abnormal pada glomerulus ginjal, yang terjadi jauh setelah
timbulnya gejala hipertensi, sehingga biasanya baru timbul pada akhir
kehamilan

3. Derajat Preeclampsia:

a. Preeclampsia ringan
b. Preeclampsia berat

Eclampsia adalah terjadinya kejang pada


preeclampsia yang jenis kejang tersebut
tidak dapat dibuktikan oleh sebab lain,
dan biasanya disusul dengan koma.
Kejang berbentuk grand mal, dapat
terjadi pada sebelum, saat, dan setelah
persalinan. Pada nulipara kejang dapat
timbul setelah 24 jam pasca pesalinan,
bahkan sampai 10 hari pasca persalinan.

Penyebab HDK hingga kini belum diketahui dengan jelas.


Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya HDK,
namun tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap
mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak dianut
adalah, (Sibai) :
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
2. Teori Iskemia plasenta, Radikal bebas dan Disfungsi
endotel
3. Teori Intoleransi Imunologik antara ibu dan janin
4. Teori adaptasi kardiovaskuler
5. Teori defisiensi genetik
6. Teori defisiensi gizi
7. Teori inflamasi

1. Fetal growth restriction :


a. Insidens fetal growth restriction, berbanding
langsung dengan derajat hipertensi .
Insidens yang tepat belum diketahui. Bila ibu hamil
dengan hipertensi kronik, dengan desakan diastolik
<110 mmHg, tanpa superimposed, maka insidens
fetal growth restriction sama dengan ,inisdens fetal
growth restriction pada hamil noirmal.
b. Fetal growth restriction disebabkan menurunnya
perfusi uteroplacenta, menimbulkan insufisiensi
placenta.

2. Dampak lain pada janin


Risiko peningkatan preterm birth.
Sibai-1988 : 33 % 763 hipertensi kronik
partus pada > 37 minggu.
18 % sebelum 35 minggu,
3. Kematian perinatal : tidak meningkat
pada hipertensi kronik ringan .
Sibai melaporkan kematian
46 / 1000

1. Tujuan pengelolaan hipertensi kronik dalam kehamilan


adalah : meminimalkan atau mencegah dampak buruk
pada ibu ataupun janin.
Secara umum ini berarti : mencegah terjadi hipertensi
yang ringan menjadi lebih berat. Lagi (pregnancy
aggravated hypertension)
2. Dicapai dengan cara :
a. farmakologik
b. perubahan pola hidup; diet, merokok, alcohol, cocaine,
dan lain substanse abuse.
3. Terapi hipertensi kronik berat, hanya
mempertimbangkan keselematan ibu, tanpa memandang
status kehamilan. Hal ini untuk menghindari terjadinya ;
CVA, infark miokard, disfungsi jantung dan ginjal.

4. Anti hipertensi diberikan, bila :


a. desakan diastolik >100mHg.
(Lindheimer-1999)
b. terjadi end organ dysfunction,
c. desakan diastolik > 90 mmHg
Pemberian anti hipertensi selain hanya
untuik menurunkan desakan darah,
ternyata pengaruh baik lain tidak ada.
Insidens- Superimposed preeclampsia dan
Perinatal outcome tidak berbeda.

Jenis anti hiperptensi yang dipakai


1. a-Methyldopa:
1. suatu a2 reseptor agonist .
Dosis awal 500mg 3X perhari, maksimal 3 gram perhari

2. -Bloker:
1. Termasuk : Atenolol dan Labetolol (kombinasi a dan antagonist)
a. Atenolol : 50 mg/hari dengan dosis maksimal
200mg/hari
b. Labetolol : dosis awal 100 mg 2 X sehari dengan dosis
maksimal
2400 mg/hari.
2. Calcium channel -blockers
Nifedipin : dosis bervariasi anatara 30 mg 90 mg hari.
3. Diuretik thiazide
Tidak diberikan, karena akan menggangu volume plasma .sehingga menganggu
aliran darah utero-plasenta.

Untuk mengetahui : apakah terjadi


insufiseinsi plasenta akut atau kronik.
1. Nonstress Test : dimulai sejak umur
kehamilan 32 minggu
2. Index cairan amnion : diukur setiap
minggu setelah umur kehamilan 32
minggu.
3. Ultrasonografi ; dikerjakan bila curiga
terjadinya fetal growth restriction atau
terjadi superimposed preeclampsia.

1. Diagnosis superimposed sulit, apalagi


hipertensi kronik disertai kelainan ginjal
dengan proteinuria.
2. Tanda2 superimposed preeclampsia pada
hipertensi kronik, adalah:
a. Proteinuria, gejala2 neurologik, nyeri
kepala hebat, gangguan visus, edema
patologik yang menyeluruh (anasrka),
oliguria, edema paru.
b. Kelainan laboratorium: berupa kenaikan
serum kreatinin, thrombocytoopnia,
kenaikan transaminase serum hepar.

1. Sikap terhadap persalinan ditentukan oleh : derajat


desakan darah, dan perjalanan klinis.
2. Bila pada hipertensi kronik : didapatkan desakan
darah yang terkontrol, perjalanan kehamilan normal,
pertumbuhan janin normal, dan jumlah volume amnion
normal, maka dapat diteruskan sampai aterm.
(Parkland Memorial Hospital, Dallas).
3. Bila terjadi komplikasi dan kesehatan janin
bertambah buruk, maka segera diterminasi dengan
induksi persalinan, tanpa memandang umur kehamilan
4. Secara umum persalianan diarahkan pervagina.
Termasuk; hipertensi dengan superimposed
preeclampsia, dan hipertensi kronik yang tambah
berat.

1. Perawatan postpartum sama seperti preeclampsia.


2. Edema cerebri, edema paru, gangguan ginjal, dapat terjadi
24 - 36jam post partum
3. Setelah persalinan : 6 jam pertama resistensi perifer
meningkat,
4. Akibatnya : terjadi peningkatan kerja ventrikel kiri (left
ventricular work load). Bersamaan dengan itu akumulasi dari
cairan interstitial masuk kedalam intravaskuler. Perlu terapi
lebih cepat dengan atau tanpa diuretic.
5. Banyak wanita dengan hipertensi kronik dan superimposed
preeclampsia, mengalami penciutan volume darah.
6. Bila terjadi perdarahan post partum, sangat berbahaya bila
diberi cairan kristaloid, maupun kolloid, karena telah lumen
pembuluh darah telah mengalami vasokonstriksi. Terapi
terbaik bila terjadi perdarahan, ialah pemberian transfuse
darah.

Anda mungkin juga menyukai