Anda di halaman 1dari 9

HASIL LAPORAN PRAKTIKUM

KUALITAS LINGKUNGAN
(PTA 153)
PEMBUATAN RKL DAN RPL

Oleh :
DIANA SELLA CS
ELEN RIANTI
M. RACHMADI AQIF W
RIZKY CHAIRULLIZA F.
TRI HERIYANTO

JURUSAN TEKNOLIGI PERTANIAN


TEKNIK SUMBERDAYA LAHAN DAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2015

I PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kompos merupakan hasil pelapukan bahan-bahan organik seperti daun-daunan, jerami,
alang-alang, sampah, rumput, dan bahan lain yang sejenis yang proses pelapukannya
dipercepat oleh bantuan manusia. Sampah pasar khusus seperti pasar sayur mayur, pasar
buah, atau pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian besar (95%) berupa sampah organik
sehingga lebih mudah ditangani. Sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat
beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya
anorganik.
Bahan baku pengomposan adalah semua material yang mengandung karbon dan nitrogen,
seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan limbah industri
pertanian. Berikut disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan bahan baku pengomposan.
Asal

Bahan

1. Pertanian
Limbah dan
residu tanaman

Jerami dan sekam padi, gulma, batang dan tongkol jagung, semua
bagian vegetatif tanaman, batang pisang dan sabut kelapa

Limbah & residu


ternak

Kotoran padat, limbah ternak cair, limbah pakan ternak, cairan biogas

Tanaman air

Azola, ganggang biru, enceng gondok, gulma air

2. Industri
Limbah padat

Serbuk gergaji kayu, blotong, kertas, ampas tebu, limbah kelapa


sawit, limbah pengalengan makanan dan pemotongan hewan

Limbah cair

Alkohol, limbah pengolahan kertas, limbah pengolahan minyak


kelapa sawit

3. Rumah tangga
Sampah

Sampah (padat) rumah tangga dan sampah kota rumah tangga

Limbah padat dan


Limbah rumah tangga: Tinja, urin,
cair
4. Pasar
Sampah

Sampah (padat) pasar tradisional dan modern

Limbah padat dan


Limbah Pasar; Tinja dan urin
cair

Jenis-jenis kompos

Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan organik yang
dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing tersebut.

Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa penggilingan tebu di
pabrik gula.

Kompos bokashi.

Manfaat Kompos
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah
dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.
Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan
kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah.
Aktivitas mikroba tanah juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan
penyakit. Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya
daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, seperti menjadikan hasil panen lebih
tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak. Kompos memiliki banyak manfaat
yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari
sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan
sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah

kompos memiliki keunggulan-keunggulan lain yang tidak dapat digantikan oleh pupuk
kimiawi, yaitu kompos mampu :
1
Mengurangi kepekatan dan kepadatan tanah sehingga memudahkan perkembangan
akar dan kemampuannya dalam penyerapan hara.
2
Meningkatkan kemampuan tanah dalam mengikat air sehingga tanah dapat menyimpan
air lebih ama dan mencegah terjadinya kekeringan pada tanah.
3
Menahan erosi tanah sehingga mengurangi pencucian hara.
4
Menciptakan kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan jasad penghuni tanah seperti
cacing dan mikroba tanah yang sangat berguna bagi kesuburan tanah.
5
Kelebihan Mengolah Sampah Organik.
Berikut ini beberapa manfaat pembuatan kompos menggunakan sampah rumah tangga.
1
Mampu menyediakan pupuk organik yang murah dan ramah lingkungan.
2
Mengurangi tumpukan sampah organik yang berserakan di sekitar tempat tinggal.
3
Membantu pengelolaan sampah secara dini dan cepat.
4
Menghemat biaya pengangkutan sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA).
5
Mengurangi kebutuhan lahan tempat pembuangan sampah akhir (TPA).
6
Menyelamatkan lingkungan dari kerusakan dan gangguan berupa bau, selokan macet,
banjir, tanah longsor, serta penyakit yang ditularkan oleh serangga dan binatang pengerat.
Proses Pengomposan
Proses pengomposan akan segera berlansung setelah bahan-bahan mentah dicampur. Proses
pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah
terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan
meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu
akan meningkat hingga di atas 50o - 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu.
Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik, yaitu mikroba yang aktif
pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat
aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan
bahan organik menjadi CO2, uap air dan panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai,
maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan
kompos tingkat lanjut, yaitu pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan
akan terjadi penyusutan volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30
40% dari volume/bobot awal bahan.

Skema Proses Pengomposan Aerobik


Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau anaerobik
(tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik, dimana
mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses
dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik.
Namun, proses ini tidak diinginkan, karena selama proses pengomposan akan dihasilkan bau
yang tidak sedap. Proses anaerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak
sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine),
amonia, dan H2S.

Gambar profil suhu dan populasi mikroba selama proses pengomposan


Tabel organisme yang terlibat dalam proses pengomposan
Kelompok Organisme
Organisme
Mikroflora
Bakteri; Aktinomicetes; Kapang
Mikrofauna
Protozoa
Makroflora
Jamur tingkat tinggi
Makrofauna
Cacing tanah, rayap, semut, kutu, dll
Proses pengomposan tergantung pada :

Jumlah/gr kompos
10 - 109; 105 108; 104 - 106
104 - 105
9

1. Karakteristik bahan yang dikomposkan


2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
3. Metode pengomposan yang dilakukan
Tabel Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses pengomposan (Ryak, 1992)
Kondisi
Rasio C/N
Kelembapan
Konsentrasi oksigen tersedia
Ukuran partikel
Bulk Density
pH
Suhu

Kondisi yang bisa diterima


20:1 s/d 40:1
40 65 %
> 5%
1 inchi
1000 lbs/cu yd
5.5 9.0
43 66oC

Ideal
25-35:1
45 62 % berat
> 10%
bervariasi
1000 lbs/cu yd
6.5 8.0
54 -60oC

4.

II.

METODE PELAKSANAAN

A. Alat dan Bahan


-

Satu buah gentong


Satu buah baskom
Smpah organik( seperti sayuran, nasi , kulit buah dan lain lain)
Batu kerikil , pecahan bata, arang kayu, sekam bakar
Air 2 liter
Gula merah

B. Prosedur Kerja
Pembuatan kompos:
1. Siapkan gentong/ tempayang, bagian dasar dilubangi sekitar diameter 1 cm, yang
berfungsi sebagai ventilasi dari bawah.
2. Tempatkan gentong pada tempat terlindung dari hujan, dan di bawahnya di
ganjaldengan bata untuk rongga ventilasi.
3. Masukkan krikil /pecahan batu bata/arang kayu,/sekam bakar dengan ketinggian
5cm
4. Masukkan di atas nya kompos yang sudah jadi/tanah gemburdengan ketinggian
1/3ketinggian gentong, yang berfungsi sebagain starter.
5. Masukkan sampah organik rumah tangga ,seperti sayuran, nasi, bonggol sayur,
kulit buah dll, yang terlebih dahulu di irisdengan ukuran lebih kecildan di aduk
merata dengan strater

6. Untuk mempercepat dapat ditaburi inokulanpadat atau cair secukup nya.


7. Lalu masukkan sampah organik lagi lagi, lakukan setiap hari sampai
gentongpenuh, apabila sudah penuh tutup dengan tanah.
8. Pantau terus komposnya , apabila terlalu kering siram dan aduk secara berkala.
9. Jika sudah berumur 2-3 bulan sudah menjadi komos, bisa di lakukkan pemanenan,
dengan cara saring dan kering anginkan.
Pembuatan inokulan cair:
1. Masukkan air kedalam jerigen
2. Tambahkan gula merah sebanyak 6-8 sendok makan lalu aduk sampai
semua bahan larut
3. Selanjutnya siramkan larutan gula kedalam gentong
4. Lalu tutup gentong dan tunggu beberapa bulan hingga berbentuk
kompos

III.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Data hasil pengamatan parameter fisik:


-

Tekstur
Warna
Bau
pH
suhu

: bahan organik sudah hantur(menjadi berbentuk tanah gembur)


: coklat mengkilat/menghitam
: sedikit berbau
: 6
: 280

Data dokumentasi hasil kompos:

IV. KESIMPULAN
Bedasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan dapat di simpulkan bahwa, dalam
pembuatan kompos skala rumah tangga dengan ada nya penambahan inokulen, yang setelah
di laksanakan pencampuran semua bahan mulai proses dari minggu pertama hingga 3 tiga
bulan kedepan , komposnya yang kami buat pun jadi, dengan tekstur seperti tanah gembur,
yang memiliki warna coklat mengkilat serta bau yang sedikit busuk, menghasilkan pH 6
dengan suhu 280 sesuia dengan mutu kompos yang berlaku yaitu:

Mutu kompos
1. Kompos yang bermutu adalah kompos yang telah terdekomposisi dengan sempurna
serta tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi pertumbuhan tanaman.
2. Penggunaan kompos yang belum matang akan menyebabkan terjadinya persaingan
bahan nutrien antara tanaman dengan mikroorganisme tanah yang mengakibatkan
terhambatnya pertumbuhan tanaman
3. Kompos yang baik memiliki beberapa ciri sebagai berikut :
o

Berwarna coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah,

Tidak larut dalam air, meski sebagian kompos dapat membentuk suspensi,

Nisbah C/N sebesar 10 20, tergantung dari bahan baku dan derajat
humifikasinya,

Berefek baik jika diaplikasikan pada tanah,

Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan, dan

Tidak berbau.

Anda mungkin juga menyukai