Anda di halaman 1dari 5

BAB I.

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa yang terlihat
dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup
(AHH). Namun, peningkatan UHH/AHH ini turut pula menyebabkan terjadinya
transmisi epidemiologi dalam bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka
kesakitan karena penyakit degeneratif (Departemen Kesehatan [Depkes], 2013).
Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2011, pada tahun 20002005 UHH adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000
sebesar 7,74%). Angka ini diperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
(Depkes, 2013).
Secara global diprediksi populasi lansia akan terus mengalami peningkatan.
Menurut WHO (World Health Organization), populasi lansia di kawasan Asia
Tenggara sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan
jumlah populasi lansia akan meningkat tiga kali lipat dari tahun ini. Pada tahun 2000
jumlah lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total populasi sedangkan pada tahun
2010 jumlah lansia meningkat menjadi 24.000.000 (9,77%) dari total (Depkes, 2013).
Menurut data PBB, Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan jumlah
lansia tertinggi di dunia sebesar 414% hanya dalam waktu 35 tahun (1990-2025)
sedangkan di tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk lansia akan mencapai 25,5
juta jiwa (Soejono, 2006). Data statistik juga menunjukkan bahwa penduduk lansia
Indonesia pada awal abad 21 diperkirakan sekitar 15 juta dan diperkitakan akan
terus meningkat sekitar 30-40 juta jiwa (Probosuseno, 2007). Berdasarkan data yang
dirilis oleh Badan Pusat Statistik RI dalam Susenas (2012), Indonesia termasuk
negara berstruktur tua , hal ini dapat dilihat dari persentase penduduk lansia tahun
2008, 2009 dan 2012 telah mencapai di atas 7% dari keseluruhan penduduk. Jika
dilihat sebaran penduduk menurut provinsi, persentase penduduk lansia di atas 10%
sekaligus paling tinggi ada di provinsi D.I. Yogyakarta (13,04), Jawa Timur (10,40%),
dan Jawa Tengah (10,34%) (Susenas, 2012).
Persentase jumlah lansia di Yogyakarta sebesar 6,24% di kabupaten
Sleman, 7% di kabupaten Bantul, di daerah Kulonprogo sebesar 26% dan 12,62% di

kabupaten Gunung Kidul. Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk lansia di


Yogyakarta mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, jumlah
penduduk lansia sebesar 454.200 jiwa atau sekitar 13,2% dari populasi penduduk.
Jumlah populasi lansia meningkat menjadi 469.200 jiwa (13,3%) di tahun 2011 dan
diperkirakan jumlahnya akan terus meningkat hingga tahun 2020 mendatang (BPS,
2011).
Seiring dengan meningkatnya populasi lansia di Indonesia, semakin
meningkat pula permasalahan kesehatan akibat proses penuaan atau degeneratif.
Peningkatan populasi lansia juga turut menyebabkan bergesernya pola penyakit dari
penyakit menular dan gangguan gizi menjadi penyakit degeneratif, diabetes melitus,
hipertensi, stroke, neoplasma, penyakit jantung koroner. Kondisi usia lanjut
mengalami berbagai penurunan atau kemunduran baik fungsi biologis maupun psikis
yang nantinya berdampak pada mobilitas dan fungsi sosialnya dalam masyarakat.
Dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis akan mengalami penurunan akibat
proses degeneratif sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada lansia.
Pada usia lanjut, sering dijumpai berbagai gangguan diantaranya gangguan daya
ingat (memori), gangguan kecerdasan (kognitif), gangguan fungsi gerak dan rasa
serta gangguan keseimbangan dan koordinasi. Menurut Kemalasari (2010),
setidaknya ada sepuluh masalah kesehatan yang kerap dijumpai pada lansia dan
sering disebut sebagai a series of Is meliputi immobility (imobilisasi) , instability
(instabilitas

dan jatuh), incontinence

(inkontinensia), intellectual

impairment

(gangguan intelektual), infection, impairment of vision and hearing (gangguan fungsi


penglihatan dan pendengaran), isolation (depresi), inanition (malnutrisi), insomnia
(gangguan tidur), hingga immune deficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh).
Dari kesepuluh masalah di atas, gangguan intelektual atau penurunan
kognitif pada lansia merupakan salah satu keluhan yang sering ditemui. Diperkirakan
bahwa sepertiga orang dewasa akan mengalami penurunan fungsi kognitif secara
bertahap

yang

dikenal

sebagai

gangguan

kognitif

ringan

seiring

dengan

bertambahnya usia mereka (Rendah, 2004). Dilaporkan bahwa angka penurunan


fungsi kognitif di Eropa Utara mencapai 70% (Pisani 2003). Padahal, fungsi kognitif
memegang peranan penting dalam memori dan sebagian besar aktivitas sehari-hari.
Dampaknya, fungsi fisik dan psikis lansia akan terganggu. Rasio ketergantungan

lanjut usia yang bisa digolongkan dalam penurunan kemandirian adalah 13,72 di
tahun 2008 (Susenas 2009).
Karena tingginya prevalensi penurunan fungsi kognitif pada lansia di
masyarakat maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian terkait faktor resiko
yang turut mempercepat penurunan fungsi kognitif pada lansia. Dengan mengetahui
faktor resiko tersebut maka dapat diupayakan tindakan preventif untuk mencegah
penurunan fungsi kognitif sehingga kualitas hidup lansia akan meningkat.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di atas, maka
rumusan

masalah

yang

dapat

ditegakkan

adalah

faktor

apa

saja

yang

mempengaruhi penurunan fungsi kognitif pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
Unit Abiyoso Pakem, Sleman, Yogyakarta.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif pada lansia di Panti Tresna Werdha
Unit Abiyoso Pakem, Sleman, Yogyakarta.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi mengenai berbagai faktor yang dapat menyebabkan
penurunan fungsi kognitif pada lansia.
1.4.2. Bagi Institusi yang Bersangkutan
Memberikan gambaran mengenai berbagai faktor yang menyebabkan
penurunan fungsi kognitif pada lansia pada institusi terkait. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan tambahan informasi pada tenaga medis maupun
perawat

agar

mampu

melakukan

tindakan-tindakan

pencegahan

memperlambat timbulnya penurunan fungsi kognitif pada lansia.


1.4.3. Bagi Peneliti

untuk

Melalui penilitian ini, peneliti medapatkan pengetahuan lebih dalam


mengenai berbagai faktor yang mengakibatkan penurunan fungsi kognitif pada
lansia.
1.4.4. Bagi Peneliti Berikutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan memberikan tambahan informasi
terkait faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan fungsi kognitif pada lansia.
Peneliti juga berharap agar penelitian ini dapat dikembangkan untuk kepentingan
ilmu pengetahuan serta dijadikan sebagai sumber bagi penelitian-penelitian
berikutnya.
1.5. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sejenis yang pernah dilakukan
diantaranya :
Judul Penelitian
Hubungan Asupan Gizi
dengan Status Kognitif
Pada Lansia di Kota
Yogyakarta
(Prasetyaningrum,
2008)

Persamaan
-

Hubungan Gangguan
Kognitif
Terhadap
Aktivitas Dasar Seharihari Pada Lansia di
Panti Tresna Werdha
Unit
Abiyoso,
Yogyakarta
(Mufida,

Perbedaan

Populasi
yang
diambil adalah para
lansia yang tinggal di
Yogyakarta
Menjelaskan
hubungan
fungsi
kognitif dengan faktor
terkait
Metode
penelitian
yang
digunakan
berupa
analitikobservasional
dan
jenis
rancangan
cross sectional
Variabel penelitian ;
variabel
terikat
:
fungsi kognitif pada
lansia

Tempat
penelitian
berada
di
Panti
Sosial
Tresna
Werdha Unit Abiyoso
Yogyakarta
Merupakan
jenis
penelitian

Populasi
dalam
penelitian adalah
para lansia yang
tinggal di rumah
masing-masing
Hanya
terfokus
pada satu faktor
saja (asupan gizi)
Waktu dan tempat
pengambilan
sampel
Variabel
penelitian
:
variabel bebas :
asupan gizi

Waktu penelitian
Variabel
penelitian ;
Gangguan
kognitif sebagai
variabel
bebas
dan ADL sebagai

2010)
-

Hubungan
Tingkat
Pendidikan
dan
Aktivitas Fisik Dengan
Fungsi Kognitif Pada
Lansia di Kelurahan
Darat (Rizky, 2011)

Faktor-Faktor
yang
Berhubungan dengan
Kelainan Kognitif pada
Lansia
di
Dusun
Sumber
Lor,
Kecamatan Ponjong,
Kabupaten
Gunung
Kidul
(Rachmawati,
2010)

observasional
dengan
rancangan
cross sectional
Subyek adalah para
lansia yang tinggal di
Sosial
Tresna
Werdha Unit Abiyoso
Yogyakarta

variabel terikat

Variabel
penelitian:
variabel dependen :
fungsi
kognitif;
variabel independen :
aktivitas fisik

Desain
penelitian:
observational, cross
sectional, deskriptifanalitik

Waktu dan tempat


penelitian
Instrumen
penilaian fungsi
kognitif : MMSE
dan
Addenbrookes
Cognitive
Examination
Waktu dan tempat
penelitian
Variabel
bebas:
BMI,
aktivitas
bekerja

Anda mungkin juga menyukai