CKD DGN DM
CKD DGN DM
Disusun oleh:
Rantiningsih
140300162
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah). CKD merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun.
Diabetes merupakan penyakit metabolik sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif
maupun insulin absolut dalam tubuh, dimana gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat, yang dapat juga menyebabkan gejala klinik akut maupun kronik. Salah satu
komplikasi kronik dari diabetes adalah nefropati. Kerusakan pada nefron akibat glukosa
dalam darah yang tidak dipakai disebut nefropati diabetes. Nefropati ini yang lama kelamaan
dapat menyebabkan CKD. Bila kita dapat menahan tingkat glukosa dalam darah tetap rendah,
kita dapat menunda atau mencegah nefropati diabetes.
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
3. Klasifikasi
Terdapat 8 kelas sebagai berikut :
Klasifikasi penyakit
Infeksi
Penyakit peradangan
Penyakit vascular
Penyakit
Pielonefritis kronik
Glomerulonefritis
Nefrosklerosis benigna
hipertensif
Nefrosklerosis maligna
Gangguan jaringan
penyambung
Gangguan kongenital dan herediter
Penyakit metabolik
Nefropati toksik
Hiperparatiroidisme, Amiloidosis
Penyalahgunaan analgesik
Nefropati obstruktif
Nefropati timbal
Saluran kemih atas : kalkuli, neoplasma
fibrosis retroperitoneal
Saluran
kemih
bawah
hipertropi
Stadium 3
Seseorang yang menderita GGK stadium 3 mengalami penurunan GFR moderat yaitu
diantara 30 s/d 59 ml/min. dengan penurunan pada tingkat ini akumulasi sisa sisa
metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut uremia. Pada stadium ini muncul
komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang.
Gejala- gejala juga terkadang mulai dirasakan seperti :
Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak dapat
lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat penderita
akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau tangan.
Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak cairan yang berada
dalam tubuh.
Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan menjadi
coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa
bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering trbangun untuk buang air
kecil di tengah malam.
Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat dialami
oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik dan infeksi.
Sulit tidur : Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan
munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
Penderita GGK stadium 3 disarankan untuk memeriksakan diri ke seorang ahli ginjal
hipertensi (nephrolog). Dokter akan memberikan rekomendasi terbaik serta terapi
terapi yang bertujuan untuk memperlambat laju penurunan fungsi ginjal. Selain itu
sangat disarankan juga untuk meminta bantuan ahli gizi untuk mendapatkan
perencanaan diet yang tepat. Penderita GGK pada stadium ini biasanya akan diminta
untuk menjaga kecukupan protein namun tetap mewaspadai kadar fosfor yang ada
dalam makanan tersebut, karena menjaga kadar fosfor dalam darah tetap rendah penting
bagi kelangsungan fungsi ginjal. Selain itu penderita juga harus membatasi asupan
kalsium apabila kandungan dalam darah terlalu tinggi. Tidak ada pembatasan kalium
kecuali didapati kadar dalam darah diatas normal. Membatasi karbohidrat biasanya juga
dianjurkan bagi penderita yang juga mempunyai diabetes. Mengontrol minuman
diperlukan selain pembatasan sodium untuk penderita hipertensi.
Stadium 4
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15 30 persen saja dan apabila seseorang
berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam waktu dekat diharuskan menjalani
terapi pengganti ginjal / dialisis atau melakukan transplantasi. Kondisi dimana terjadi
penumpukan racun dalam darah atau uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu
besar kemungkinan muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia,
penyakit tulang, masalah pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 adalah :
Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak
dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat
penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah
atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak cairan
yang berada dalam tubuh.
Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan menjadi
coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa
bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering trbangun untuk buang air
kecil di tengah malam.
Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat dialami
oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik dan infeksi.
Sulit tidur : Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan
munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
Perubahan cita rasa makanan : dapat terjadi bahwa makanan yang dikonsumsi tidak
terasa seperti biasanya.
Bau mulut uremic : ureum yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi melalui bau
pernafasan yang tidak enak.
Sulit berkonsentrasi
Nausea.
Sakit kepala.
Merasa lelah.
Gatal gatal.
Keram otot
4. Patofisiologi
Perjalanan umum GGK melalui 3 stadium:
1. Stadium I
: Insufisiensi ginjal
Ringan
40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
b.
Sedang
15% - 40% fungsi ginjal normal
c.
Kondisi berat
2% - 20% fungsi ginjal normal
Source: United States Renal Data System. USRDS 2007 Annual Data Report.
Patofisiologi
DIABETES
Defisiensi insulin
Glukagon
Glukoneogenesis
Hiperglikemia
Nutrisi sel
Lemak
Protein
Glycosuria
Polyphagi
Ketogenesis
BUN
Osmotic diuresis
Polyuri
Ketonemia
Nitrogen urin
Dehidrasi
Polydipsi
pH
Hemokonsentrasi
asidosis
arteriosklerosis
Mual
Muntah
Koma
Kematian
Makrovaskuler
Jantung
IMA
Cerebral
Stroke
ekstremitas
Gangran
Mikrovaskuler
Retina
Ginjal
Retinopati
Nefropati
CKD
retensi Na
sindrom uremia
edema
perpospatemia
pruritus
Gangguan
Integritas
Kulit
urokrom
tertimbun di
kulit
perubahan
warna kulit
Toksisitas
ureum di otak
Enchepalop
ati
Penurunan
kesadaran
Mual
Muntah
Gangguan
nutrisi
alkalosis
respiratorik
Perubahan
pola nafas
kelebihan volume
cairan
sekresi
eritropoitin
produksi Hb dan sel
darah merah
suplai O2
edema paru
ggn. pertukaran
gas
intoleransi
aktivitas
gangguan
perfusi jaringan
intoleransi aktivitas
5. Manifestasi Klinis
Kardiovaskuler
o Hipertensi
o Pitting edema
o Edema periorbital
o Pembesaran vena leher
o Friction rub perikardial
Pulmoner
o KrekelS
o Nafas dangkal
o Kusmaul
o Sputum kental dan liat
Gastrointestinal
o Anoreksia, mual dan muntah
o Perdarahan saluran GI
o Ulserasi dan perdarahan pada mulut
o Konstipasi / diare
o Nafas berbau amonia
Muskuloskeletal
o Kram otot
o Kehilangan kekuatan otot
o Fraktur tulang
o Foot drop
Integumen
o Warna kulit abu-abu mengkilat
o Kulit kering, bersisik
o Pruritus
o Ekimosis
o Kuku tipis dan rapuh
o Rambut tipis dan kasar
Reproduksi
o Amenore, atrofi testis
6. Pemeriksaan Penunjang
Atas dasar penelitian kasus-kasus di Surabaya, maka berdasarkan visibilitas,
diagnosis, manifestasi klinik, dan prognosis, telah dibuat kriteria diagnosis klasifikasi
Nefropati Diabetika tahun 1983 yang praktis dan sederhana. Diagnosis Nefropati Diabetika
dapat dibuat apabila dipenuhi persyaratan seperti di bawah ini:
1. DM
2. Retinopati Diabetika
3. Proteinuri yang presisten selama 2x pemeriksaan interval 2 minggu tanpa penyebab
proteinuria yang lain, atau proteinuria 1x pemeriksaan plus
kadar kreatinin serum >2,5mg/dl.
Data yang didapatkan pada pasien antara lain pada:
1. Anamnesis
Dari anamnesis kita dapatkan gejala-gejala khas maupun keluhan tidak khas dari gejala
penyakit diabetes. Keluhan khas berupa poliuri, polidipsi, polipagi, penurunan berat badan.
Keluhan tidak khas berupa: kesemutan, luka sukar
ginekomastia, impotens.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada Nefropati Diabetika didapatkan kelainan pada retina yang merupakan tanda
retinopati yang spesifik dengan pemeriksaan Funduskopi, berupa :
1. Obstruksi kapiler, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dalam kapiler retina.
2. Mikroaneusisma, berupa tonjolan dinding kapiler, terutama daerah kapiler vena.
3. Eksudat berupa :
Cotton wool patches. Berwarna putih, tak berbatas tegas, dihubungkan dengan
iskhemia retina.
4. Shunt artesi-vena, akibat pengurangan aliran darah arteri karena obstruksi kapiler.
5. Perdarahan
bintik
atau
perdarahan
bercak,
akibat
gangguan
permeabilitas
Cor _ cardiomegali
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urin
-
Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
b. Darah
-
Kalium: meningkat
Magnesium;
Meningkat
Kalsium ; menurun
b) Dialysis
-
peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan
mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan :
c) Operasi
-
Pengambilan batu
transplantasi ginjal
Diet protein 0,6 /KgBB/hari dimaksudkan untuk mengurangi sindrom uremik dan
memperlambat penurunan GFR. Diet rendah garam dimaksudkan untuk mengurangi
retensi natrium yang dapat mengakibatkan hipertensi dan edema. Diet rendah kalium
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya hiperkalemia yang dapat menimbulkan aritmia
jantung yang fatal.
f) Diuretik
Diuretik diberikan untuk mengurangi cairan akibat dari retensi Na dan air. Pemberian
diuretik pada pasien ini dimaksudkan untuk mengurangi gejala sesak napas akibat edema
paru . Diuretik yang diberikan furosemid 40 mg 1 tab/hari. Selain itu diuretik juga
digunakan untuk menurunkan tekanan darah. Target tekanan darah yang dianjurkan adalah
<130/80
g) Anti hipertensi
Pemberian antihipertensi diperlukan untuk mengurangi tekanan darah pada pasien, karena
hal ini dapat memperberat proses sklerosis glomerulus dan menambah beban jantung
sehingga jantung bekerja lebih berat lagi dan akhirnya menimbulkan dekompensasi
kordis. Anti hipertensi yang diberikan pada pasien ini awalnya methyldopa 250 mg 3x1,
kemudian digantikan dengan amlodipine 5 mg 1x/hari. Amlodipine termasuk dalam
golongan Ca antagonis non dihydropiridine, yang berfungsi sebagai venodilator vas eferen
h) Statin
Statin diberikan pada keadaan dislipidemia dengan target LDL kolestrol <100mg/dl pada
pasien DM dan <70 mg/dl bila sudah ada kelainan kardiovaskular. Pada pasien ini
diberikan simvastatin 10 gr, malam hari. 5. Terapi pengganti ginjal Terapi ini dilakukan
pada penyakit ginjal kronik stadium 5 yaitu pada LFG <15 ml/mnt. Terapi pengganti
tersebut berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.
Manajemen terapi
GGK
(penyakit ginjal terminal)
Dialysis
terpi konservatif
Transplantasi ginjal
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis
selama mungkin.
Intervensi diit. Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik
merupakan hasil pemecahan protein yang akan menumpuk secara cepat dalam darah jika
terdapat gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus bernilai biologis
(produk susu, telur, daging) di mana makanan tersebut dapat mensuplai asam amino untuk
perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan diperbolehkan 300-600 ml/24 jam.
Kalori untuk mencegah kelemahan dari KH dan lemak. Pemberian vitamin juga penting
karena pasien dialisis mungkin kehilangan vitamin larut air melalui darah sewaktu dialisa.
Hipertensi ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume intravaskule.
Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner perlu pembatasan cairan, diit rendah
natrium, diuretik, digitalis atau dobitamine dan dialisis. Asidosis metabolik pada pasien
CKD biasanya tanpa gejala dan tidak perlu penanganan, namun suplemen natrium
bikarbonat pada dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis.
Anemia pada CKD ditangani dengan epogen (erytropoitin manusia rekombinan).
Anemia pada pasaien (Hmt < 30%) muncul tanpa gejala spesifik seperti malaise, keletihan
umum dan penurunan toleransi aktivitas. Abnormalitas neurologi dapat terjadi seperti
kedutan, sakit kepala, dellirium atau aktivitas kejang. Pasien dilindungi dari kejang.
Pada prinsipnya penatalaksanaan Terdiri dari tiga tahap :
Penatalaksanaan konservatif : Pengaturan diet protein, kalium, natrium, cairan
Terapi simptomatik : Suplemen alkali, transfusi, obat-obat local&sistemik, anti hipertensi
Terapi pengganti : HD, CAPD, transplantasi
9. Diagnosa Keperawatan
1.
prosedur dialysis.
2.
Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,
perikarditis
3.
Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin, retensi cairan dan natrium.
4.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang
kesehatan.
6.
Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh primer, tindakan invasive
7.
8.
PK : Anemia
9.
10. Intervensi
No
Diagnosa
Tujuan/KH
Intervensi
1 Intoleransi aktivitasSetelah dilakukan askep ...NIC: Toleransi aktivitas
B.d
jam
Klien
ketidakseimbangan
dapatmenoleransi
psikis / motivasi
Kriteria Hasil:
Berpartisipasi
dalam
Warna
kulit
Memverbalisasikan
efektif
hiperventilasi,
penurunan
kelemahan
bertahap,
berpartisipasi
dapat
diri
Pastikan klien mengubah posisi secara
bertahap.
Monitor
gejala
intoleransi
aktivitas
Mengekspresikan
Ketika
membantu
klien
berdiri,
pentingnya
istirahat
nafas
klien
secara
pucat,
Pola
Tingkatkan aktivitas
RR yang sesuai
pengertian
biarkan
bertahap
kesesuaian
Kaji
klien sehari-hari
pusing,
gangguan
Meningkatkan toleransi
aktivitas
tidakSetelah dilakukan askep .....Monitor Pernafasan:
b.djam
pola
nafas
menunjukkan ventilasi
klien
yg
energi,adekuat dg kriteria :
Atur
posisi
tidur
klien
untuk
maximalkan ventilasi
Monitor
status
pernafasan
dan
Kelebihan
volumeSetelah
cairan
mekanisme
b.d.askep
..... jam
pasien
mengalamikeseimbangan
dari
Monitor
adanya
indikasi
overload/retraksi
hidrasi (kelembaban
edema
anasarka, efusi
Monitor status
Fluit monitoring:
Monitor RR, HR
Monitor
turgor
kulit
dan
adanya
kehausan
4 Ketidakseimbangan Setelah
dilakukan
klien
menunjukanstatus
nutrisi
adekuatdengan kriteria
hasil :
Kolaborasi
BB stabil
Tidak
dg
ahli
gizi
untuk
mal
nutrisi
kebutuhan klien.
Masukan
nutrisi
adekuat
Yakinkan
diet
yang
dikonsumsi
Monitor Nutrisi
Monitor
BB
setiap
hari
jika
memungkinkan.
makanan
misalnya
perawatan dan
keluarga meningkat dg
pengobatan nya
b.d.KH:
sumberPasien mampu:
informasi,
Menjelaskan
terbatasnya kognitif
klien
tentang
kembali
penyebab.
pengetahuan
penyakitnya
kurangnya
Kaji
kebutuhan
digunakan
untuk mencegah
komplikasi
Resiko
infeksi
tindakan
pengobatan
b/dSetelah dilakukan askep ...Kontrol infeksi
invasive,jam risiko
infeksi
Bebas
dari
tanda-tanda
infeksi
Ps mengatakan tahu
tentang tanda-tanda dan
Batasi pengunjung
Cuci
tangan
sebelum
dan
gejala infeksi
proteksi infeksi:
Amati
faktor-faktor
yang
bisa
meningkatkan infeksi
7
Monitor VS
Pantau tanda dan gejala insuf renal
peningkatan
BJ
urine,
peningkatan
Berikan
dorongan
untuk
pantau
tanda
dan
gejala
asidosis
PK: Anemia
terjadinya
komplikasi anemia :
Pantau
perdarahan,
anemia,
hipoalbuminemia
Monitor tanda-tanda anemia
Anjurkan untuk meningkatkan asupan
nutrisi klien yg bergizi
Hb >/= 10 gr/dl.
Akral hangat
perawatan diri
(makan,
berpakaian,
kebutuhan
akan
personal
toileting,
ambulasi)
Kebersihan
Monitor
aktivitas
kebersihan,
Bantu
klien
dalam
memenuhi
kebutuhannya.
diri
pasien
terpenuhi
Anjurkan
klien
aktivitas
untuk
melakukan
sehari-hari
sesuai
kemampuannya
Evaluasi
kemampuan
klien
dalam
Daftar Pustaka
Rindiastuti, Yuyun. 2006. Deteksi Dini Dan Pencegahan Penyakit Gagal Ginjal Kronik
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
volume 2. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.