Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
PENYERAPAN ANGGARAN TAHUN 2011
DI ENAM KEMENTERIAN/LEMBAGA DAN
SATUAN KERJA PEMERINTAH DAERAH
DI DUA PROVINSI

Kedeputian Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan


Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas
2012
i

ii

KATA PENGANTAR
Penyerapan anggaran yang baik dan sesuai rencana akan mempengaruhi
capaian pembangunan nasional yang baik pula. Sepanjang Tahun Anggaran 2009
hingga 2011 ditemui adanya kecenderungan penurunan penyerapan anggaran. Bila
kita perhatikan, dalam periode tersebut pada bulan yang sama terlihat pula
kecenderungan penyerapan yang semakin rendah. Kecenderungan yang terjadi
harus segera diperbaiki agar tidak menghambat pelaksanaan pembangunan.
Berkaitan dengan itu, Kedeputian Evaluasi Kinerja Pembangunan
mengupayakan langkah-langkah agar lambatnya penyerapan tidak terjadi di
tahun-tahun mendatang. Upaya tersebut diawali dengan Rapat Monitoring dan
Evaluasi Koordinasi Pelaksanaan Pembangunan Triwulan II Tahun Anggaran 2011
dengan 11 Kementerian/Lembaga (K/L) yang mempunyai alokasi anggaran di atas
Rp.10 triliun dan berlangsung pada tanggal 13 September 2011 di Bappenas.
Selanjutnya rapat koordinasi pengendalian pelaksanaan pembangunan terhadap
K/L yang sama dilangsungkan pula pada 7 Desember 2011 guna memantau
penyerapan Triwulan IV dan mengantisipasi permasalahan penyerapan di Tahun
Anggaran 2012. Kedua rapat koordinasi tersebut melibatkan Ditjen Perbendaharaan
Kementerian Keuangan dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah (LKPP).
Sebagai tindak lanjut dari rapat koordinasi tersebut dilakukan kunjungan
lapang untuk memastikan permasalahan yang mengakibatkan lambatnya
penyerapan di K/L dan daerah serta upaya tindak lanjut yang telah dilakukan K/L dan
Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) di daerah. Hasil kunjungan lapang disusun
kembali dalam Laporan Identikasi Permasalahan Penyerapan Anggaran Tahun
2011 di Enam Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja Pemerintah Daerah di Dua
Provinsi.
Kami berharap laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi masukan dalam
penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di waktu mendatang.
Akhirnya, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sejak pelaksanaan Rapat Koordinasi hingga tersusunnya laporan ini.
Jakarta, Januari 2012
Deputi Menteri PPN/Kepala Bappenas
Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan

Edi Eendi Tedjakusuma

iii

DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar

i
iii
iv
v
vi

I
1.1
1.2

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Pelaksanaan Kunjungan Lapang

1
4

II
2.1
2.2
2.2.1
2.2.2
2.2.3
2.2.4
2.2.5
2.2.6
2.2.7
2.2.8
2.2.9

HASIL KUNJUNGAN LAPANG KE KEMENTERIAN/LEMBAGA


Umum
Kelompok Permasalahan
Pemblokiran Anggaran
Pengembalian dana penghematan, pemberian dana reward, dan APBN-P
Dana kontrak multiyears yang tidak dapat dialihkan ke kegiatan TA berikutnya
Tagihan Satker tidak langsung dilakukan
Pelelangan
Lahan
Organisasi
Lambatnya pengumpulan data penyerapan
Permasalahan Lainnya

5
7
7
8
10
10
11
11
12
14
15

III
3.1
3.2
3.2.1
3.2.2
3.2.3

HASIL KUNJUNGAN LAPANG KE SKPD


Umum
Permasalahan SKPD
Dinas PU Cipta Karya Provinsi Sumatera Selatan
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Kalimantan Barat

17
18
18
18
19

IV

KESIMPULAN

21

Lampiran-lampiran

iv

23

DAFTAR GAMBAR
Tabel 1. Pagu dan Penyerapan Angaran Kementerian/Lembaga
Tabel 2. Pagu dan Penyerapan Angaran SKPD

6
18

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.

vi

Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga s.d 8 Agustus 2011


Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga s.d 31 Desember 2011
Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga Menurut Jenis Belanja
s.d 31 Desember 2011

2
3
3

foto
I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Rendahnya realisasi anggaran Kementerian/Lembaga hingga Semester I


Tahun 2011 yang hanya mencapai 26% telah menjadi perhatian Presiden RI yang
disampaikan dalam arahan beliau pada Sidang Kabinet 6 September 2011. Perhatian
dan arahan Presiden RI diutarakan Ibu Menteri PPN/Kepala Bappenas dalam Rapat
Pimpinan Bappenas (menyusuli Sidang Kabinet) dan ditekankan agar menjadi
perhatian bersama. Dalam menindaklanjuti pesan Ibu Menteri, Deputi Evaluasi
Kinerja Pembangunan telah melaksanakan rapat monitoring dan evaluasi koordinasi
pelaksanaan pembangunan Triwulan II TA 2011 dengan 11 Kementerian/Lembaga
(K/L) yang mempunyai alokasi anggaran di atas Rp10 triliun, 2 K/L pelaksana
prioritas pembangunan nasional, Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan
Pengendalian Pembangunan (UKP4) dan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah (LKPP) pada 13 September 2011.
Kondisi penyerapan anggaran K/L hingga akhir Agustus 2011 adalah sebesar
Rp185,91 triliun dari total Pagu DIPA K/L (Rp436 triliun) atau sebesar 43%.
Sementara itu, bila dilihat menurut jenis belanja, dari keempat jenis belanja, yakni
belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, dan bantuan, hanya belanja
pegawai yang memiliki penyerapan anggaran yang cukup tinggi yakni 75%.
1

Sedangkan belanja lainnya masih di bawah 50%, yakni belanja barang 37%, belanja
modal 28%, bantuan sosial 40%. (Gambar 1)
Gambar 1
Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga
s.d. 8 Agustus 2011

Sumber: Paparan Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan pada Rapat Monitoring dan Evaluasi
Koordinasi Pelaksanaan Pembangunan Triwulan II Tahun Anggaran 2011, di Bappenas, 13 September
2011

Tindak lanjut yang telah dilakukan terhadap arahan Presiden dan Ibu
Menteri PPN/Kepala Bappenas di atas berhasil mengidentikasi permasalahan yang
dihadapi terkait penyerapan anggaran sampai dengan Triwulan II TA 2011, dan
menyepakati usulan solusi, beserta rencana tindak lanjutnya. Namun kemudian
ketika pada Triwulan III TA 2011 penyerapan anggaran masih juga rendah, maka
diadakan rapat koordinasi pengendalian pelaksanaan pembangunan pada 7
Desember 2011 dengan K/L yang terlibat dalam pertemuan 13 September 2011.
Rendahnya penyerapan anggaran dan realisasi capaian hingga Triwulan III tahun
2011 disinyalir akibat lemahnya perencanaan dan pengadaan barang dan jasa.
Sampai dengan akhir Desember 2011 kondisi penyerapan anggaran K/L
adalah sebesar Rp473,36 triliun dari total Pagu DIPA K/L sebesar Rp548,46 triliun
atau sebesar 86,31% (Gambar 2). Bila dilihat menurut jenis belanja maka belanja
pegawai memiliki penyerapan anggaran yang paling besar yakni 95,99%, sedangkan
belanja lainnya, yakni belanja barang 79,33%, belanja modal 80,63%, bantuan sosial
86,64% (Gambar 3).
2

Gambar 2
Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga
s.d. 31 Desember 2011

13.69%
86.31%
Realisasi
Sisa Pagu
Sumber: Paparan Wakil Menteri PPN/ Kepala Bappenas pada Kick O Meeting Penyusunan Inpres
Percepatan Pencapaian Prioritas Pembangunan Nasional 2012, di Bappenas 25 Januari 2012 (diolah)

Gambar 3
Penyerapan Anggaran Kementerian/Lembaga, Menurut Jenis Belanja
s.d. 31 Desember 2011

4.01%

Belanja Pegawai

Belanja Barang
20.67%
79.33%

95.99%

Realisasi

19.37%

Sisa Pagu

Belanja Modal
80.63%

Realisasi

Realisasi

13.36%

Sisa Pagu

Belanja Bansos
86.64%

Sisa Pagu

Realisasi

Sisa Pagu

Sumber: Paparan Wakil Menteri PPN/ Kepala Bappenas pada Kick O Meeting Penyusunan Inpres
Percepatan Pencapaian Prioritas Pembangunan Nasional 2012, di Bappenas 25 Januari 2012 (diolah)

Secara umum, permasalahan yang muncul dalam koordinasi pengendalian


pelaksanaan pembangunan Triwulan III TA 2011 masih sama dengan permasalahan
yang teridentikasi dalam monitoring dan evaluasi koordinasi pelaksanaan
pembangunan Triwulan II. Oleh karena itu, untuk mengenali permasalahan
penyerapan anggaran TA 2011 secara lebih mendalam, disusun check list
permasalahan beserta tindak lanjutnya menurut K/L dan SKPD terkait. Check list
akan digunakan dalam kunjungan lapang untuk mencek permasalahan dan upaya
yang telah dilakukan serta tindak lanjut yang direncanakan oleh K/L dan SKPD di
Provinsi. Selain itu, diupayakan pula untuk mengidentikasi permasalahan K/L yang
dalam upaya mengatasinya memerlukan bantuan pendampingan dari Bappenas,
Kementerian Keuangan, LKPP atau Kemenko Perekonomian, termasuk yang terkait
dengan DPR.
1.2

Tujuan Pelaksanaan Kunjungan Lapang

Tujuan kunjungan lapang adalah untuk mengidentikasi masalah


penyerapan anggaran TA 2011 di beberapa K/L dan SKPD serta masalah penyerapan
yang dihadapi di awal pelaksanaan kegiatan TA 2012, seperti pemblokiran,
pelelangan dan sebagainya. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan kegiatan
2012 tidak terkendala dengan permasalahan yang terjadi pada 2011.

foto
II.

HASIL KUNJUNGAN LAPANG KE KEMENTERIAN/LEMBAGA

Permasalahan penyerapan anggaran K/L berdasarkan hasil kunjungan


lapang dibagi dalam dua bagian, yaitu tinjauan secara umum dan tinjauan per
kelompok permasalahan. Hasil kunjungan lapang secara lengkap dituangkan dalam
lampiran laporan ini, yaitu (a) Lampiran III: Rekapitulasi Check List, (b) Lampiran IV:
Hasil kunjungan ke K/L, dan (c) Lampiran V: Hasil kunjungan lapang ke SKPD.
2.1

Delapan permasalahan
penyerapan anggaran

Umum

Rapat monitoring dan evaluasi koordinasi


pelaksanaan pembangunan Triwulan III TA 2011 pada
tanggal 7 Desember 2011 telah menyepakati bahwa
permasalahan utama penyerapan anggaran di 11 K/L
meliputi 8 isu, yaitu: (a) Pemblokiran anggaran; (b)
Pengembalian dana penghematan, pemberian dana
reward dan APBN-P yang keluar pada akhir tahun; (c)
Dana kontrak multiyears yang tidak bisa dialihkan ke
kegiatan dan TA berikutnya; (d) Tagihan Satker:
pencairan tidak selalu langsung dilakukan (ditumpuk
dan dilakukan 2 bulan sekali); (e) Proses Lelang; (f)
5

Lahan, berkaitan dengan readiness criteria; (g)


Perubahan Organisasi (struktur dan pejabat); dan (h)
Lambatnya
pengumpulan
data
penyerapan
anggaran.
Sebagai tindak lanjut rapat monitoring dan evaluasi
koordinasi pelaksanaan pembangunan Triwulan III TA
2011, dilakukan identikasi permasalahan spesik
dari 8 permasalahan utama secara lebih mendalam di
6 K/L pada tanggal 3-6 Januari 2012. Ke-enam K/L
tersebut adalah Kementerian Agama (Kemenag),
Kementerian
Dalam
Negeri
(Kemendagri),
Kementerian
Perhubungan
(Kemenhub),
Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian
Kesehatan
(Kemenkes),
serta
Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Adapun
jadwal kunjungan seperti pada Lampiran I.
Tabel 1
Pagu dan Penyerapan Anggaran K/L
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

K/L
Kementerian
Agama
Kementerian
Dalam Negeri
Kementerian
Perhubungan
Kementerian
Pertanian
Kementerian
Kesehatan
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan

Jumlah Pagu
Rp.35,40 trilyun
Rp.16,95 trilyun
Rp.23,31 trilyun
Rp.16,70 trilyun
Rp.29,13 trilyun
Rp.68,15 trilyun

Penyerapan
88%
(per 28 Desember 2011)
75,52%
(per 30 Desember 2011)
85,022%
(per 4 Januari 2012)
88,80%
(per 30 Desember 2011)
84,630%
(per 2 Januari 2012)
80,15%
(per 5 Januari 2012)

Sumber: Informasi yang diperoleh dalam kunjungan lapang di 6 K/L

Penyerapan anggaran 6
K/L di bawah 90%

Kondisi penyerapan anggaran 6 K/L sebagaimana


pada Tabel 1 menunjukkan angka yang berbeda-beda.
Pada Kemenag, penyerapan anggaran sebesar 88%
(per 28 Desember 2011) dari total anggaran Rp35,4
trilyun dengan jumlah Satker 4.442 Satker.
Selanjutnya, pada Kemendagri, penyerapan anggaran
75,52% (per 30 Desember 2011) dari total anggaran
sebesar Rp16,95 trilyun. Kemudian, pada Kemenhub,
penyerapan anggaran sebesar 85,022% (per 4 Januari
2012) dari total anggaran sebesar Rp23,309 trilyun
dengan 679 Satker. Pada Kementan, penyerapan

anggaran 88,80% (per 30 Desember 2011) dari total


anggaran sebesar Rp16,7 trilyun dan jumlah Satker
2.455 Satker. Selanjutnya, pada Kemenkes,
penyerapan anggaran 84,630% (per 2 Januari 2012)
dari total anggaran sebesar Rp29,134 trilyun dengan
1.003 Satker. Sedangkan, pada Kemendikbud,
penyerapan anggaran 80,15% (per 5 Januari 2012) dari
total anggaran sebesar Rp68,15 trilyun dengan 381
Satker.
2.2

Kelompok Permasalahan

Berdasarkan hasil kunjungan lapang di 6 K/L,


permasalahan dikelompokkan sesuai dengan isu
permasalahan utama penyerapan anggaran hasil
rapat monitoring dan evaluasi koordinasi pelaksanaan
pembangunan Triwulan III TA 2011. Secara lengkap
permasalahan yang muncul di masing-masing K/L
dapat dilihat pada Lampiran III. Matriks Rekapitulasi
Check List.
2.2.1
Pemblokiran anggaran
karena tidak
lengkapnya data
pendukung
menyebabkan
terjadinya
keterlambatan atau
bahkan pembatalan
kegiatan

Pemblokiran Anggaran

Permasalahan umum yang terjadi pada pemblokiran


anggaran adalah tidak lengkapnya data pendukung
yang
akhirnya
menyebabkan
terjadinya
keterlambatan pelaksanaan kegiatan ataupun tidak
dapat dilaksanakannya kegiatan. Ketidaklengkapan
data pendukung terjadi pada 5 K/L yaitu Kemendagri,
Kementan,
Kemenhub,
Kemendikbud,
dan
Kemenkes. Pada Kemendagri, permasalahan tidak
lengkapnya data pendukung yang mengakibatkan
pemblokiran anggaran ini sebenarnya terjadi sejak
dari pengusulan kegiatan namun belum dilengkapi
hingga
terbitnya
dokumen
DIPA. Akibat
ketidaksiapan data pendukung ini maka kegiatan
diblokir hingga data pendukung lengkap. Dengan
proses pencabutan blokir melalui revisi DIPA yang
membutuhkan waktu cukup lama, pelaksanaan
kegiatan dan penyerapan anggaranpun akhirnya
mengalami keterlambatan. Permasalahan ini
ditemukan pada kegiatan tugas pembantuan (TP)
pasar desa di Gunung Kidul, DIY. Selain itu,
pemblokiran anggaran juga terjadi pada kegiatan
PNPM yang dananya baru turun pada akhir tahun
anggaran namun diblokir DPR sehingga tidak terserap
7

karena tidak cukup waktu untuk melakukan revisi


DIPA.
Pada Kementan, teridentikasi akibat data
pendukung yang tidak lengkap terjadi pemblokiran
dana pada Ditjen. Peternakan sebesar Rp.1,12 Trilyun.
Kemudian, pada Kemenhub, karena kurangnya data
pendukung mengakibatkan terjadinya dana blokir
sebesar Rp. 1,008 Triliun atau 4,33% dari total pagu
Kementerian Perhubungan. Selain itu, teridentikasi
adanya pemblokiran anggaran akibat kurang cermat
dalam penyusunan dan penelaahan RKAKL yaitu
kesalahan akun/aplikasi pada saat penyusunan
RKA-KL yang mengakibatkan anggaran tidak dapat
dicairkan, sehingga harus dilakukan revisi DIPA. Pada
Kemenkes, pemblokiran yang disebabkan tidak
lengkapnya data-data pendukung terjadi pada dana
TP yang turun pada bulan Juni-Agustus 2011.
Sedangkan, pada Kemendikbud, permasalahan
pemblokiran anggaran akibat data pendukung yang
tidak lengkap sering terjadi tiba-tiba setelah menjadi
DIPA dan tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu
pada saat penelaahan anggaran.

Data pendukung yang


lengkap memperlancar
penelaahan dan
menutup kemungkinan
pemblokiran

Solusi yang dilakukan pada umumnya adalah dengan


melengkapi dokumen yang diperlukan dan
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada. Di masa
mendatang data pendukung harus sudah lengkap
pada saat penelaahan sehingga tidak terjadi
pemblokiran anggaran dalam DIPA. Sementara itu
Kemendikbud, akan menuangkan hasil kesepakatan
penelaahan dalam suatu Berita Acara untuk
menghindari pemblokiran secara tiba-tiba.
2.2.2 Pengembalian
dana
penghematan,
pemberian dana reward, dan APBN-P

Pengembalian dana
penghematan,
pemberian dana
reward, dan APBN-P
yang cair pada akhir
tahun menyulitkan
pelaksanaan kegiatan
terlebih bila melalui
proses pelelangan dan
revisi DIPA
8

Permasalahan yang timbul pada pengembalian dana


penghematan, pemberian dana reward, dan APBN-P
yang keluar pada akhir tahun anggaran umumnya
adalah sulitnya melaksanakan kegiatan dengan waktu
yang sangat terbatas. Permasalahan ini ditemukan di
seluruh K/L yang dikunjungi, yaitu Kementan,
Kemenhub, Kemenkes, Kemenag, Kemendagri dan
Kemendikbud. Pada Kementan, pengembalian dana
penghematan, pemberian dana reward dan APBN-P
yang cair pada akhir tahun menyebabkan sulitnya

Esiensi/ penghematan
dapat mengakibatkan
rencana kegiatan yang
telah disusun tidak
tercapai dan tidak
efektif

Penambahan dana
seyogyanya diberikan
pada pertengahan dan
tidak di akhir tahun
anggaran

pelaksanaan kegiatan yang harus melalui proses


pelelangan dan kegiatan yang mengalami revisi DIPA.
Permasalahan ini ditemukan pada kegiatan:
Penyelamatan dan Insentive Sapi Betina Produktif di
Kalimantan Barat; Pembangunan RPH di Pare-Pare;
dan Pembangunan litbang perkebunan di Sulawesi
Barat. Hal serupa terjadi pada Kemenhub, khususnya
untuk pelaksanaan kegiatan yang bersifat pengadaan
dan pembangunan dan harus melalui proses
pelelangan. Persetujuan DIPA Pemanfaatan hasil
penghematan anggaran TA 2011 sebesar kurang lebih
83,8% diblokir oleh DJA dan tidak dapat dilaksanakan.
Pada Kemenag, pengembalian dana penghematan
dan pemberian dana reward dan APBN-P yang cair
pada akhir tahun (akhir Oktoberawal November)
menyebabkan sulitnya melaksanakan kegiatan dan
khususnya terjadi pada kegiatan pembangunan sik.
Pada Kemendikbud, dana APBN-P dan pengembalian
dana esiensi yang keluar pada bulan November
menyebabkan berkurangnya penyerapan karena sulit
melaksanakan kegiatan. Di samping itu, esiensi/
penghematan telah mengakibatkan rencana kegiatan
yang telah disusun tidak tercapai dan tidak efektif.
Permasalahan ini ditemukan pada Rehab sekolah,
Unit Sekolah Baru, Block grant, dan peralatan sekolah.
Sedangkan di Kemendagri penambahan pagu di
Triwulan empat menyebabkan sulitnya pelaksanaan
kegiatan
terutama
yang
bersifat
pembangunan/renovasi gedung.
Solusi yang pada umumnya diharapkan oleh K/L
adalah penambahan dana diberikan pada
pertengahan tahun anggaran dan tidak di akhir tahun
anggaran. Kemenkes dan Kementan mengusulkan
tidak perlu dilakukan perubahan pagu anggaran agar
pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran
dapat dilakukan sesuai dengan jadwal. Sementara itu,
dalam rangka mempercepat pelaksanaan kegiatan
dari pagu tambahan ini Kemenag telah
mengupayakan untuk melaksanakan kegiatankegiatan yang tidak memerlukan proses pelelangan.
Namun upaya inipun tidak berhasil karena rekanan
tetap tidak berani melaksanakan mengingat waktu
yang terlalu singkat. Sedangkan Kemendikbud,
mengatasi keterbatasan waktu dengan melakukan
9

persiapan pelaksanaan kegiatan segera setelah


selesai penelaahan, sehingga pada saat DIPA turun
dapat langsung dilaksanakan.
2.2.3 Dana kontrak multiyears yang tidak dapat
dialihkan ke kegiatan TA berikutnya
Permasalahan utama terkait dengan dana kontrak
multiyears yang tidak dapat dialihkan ke kegiatan TA
berikutnya yang dihasilkan pada rapat monitoring
dan evaluasi koordinasi pelaksanaan pembangunan
Triwulan III TA 2012 ini tidak teridentikasi pada K/L
yang dikunjungi.
2.2.4

Pencairan di daerah
kepulauan dan wilayah
Timur tidak bisa
langsung karena jarak
KPPN jauh

Tagihan Satker tidak langsung dilakukan

Terkait dengan permasalahan tagihan Satker karena


pencairan tidak selalu langsung dilakukan (ditumpuk
& dilakukan 2 bulan sekali), 3 K/L yaitu Kementan,
Kemenhub, dan Kemenag mengalami permasalahan
ini. Pada Kementan, pencairan yang tidak selalu
langsung dilakukan umumnya terjadi di daerah
kepulauan dan wilayah timur seperti di Papua, akibat
jarak KPPN yang cukup jauh dan memerlukan biaya
transportasi yang cukup tinggi. Selanjutnya, pada
Kemenhub, pencairan tidak selalu langsung dilakukan
(ditumpuk penagihannya pada akhir pekerjaan)
disebabkan keengganan dari pihak kontraktor untuk
melakukan penarikan tiap bulannya. Terakhir, pada
Kemenag, penumpukan tagihan satker terjadi
terutama pada kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak
ketiga. Hal ini disebabkan rekanan, terutama rekanan
yang besar, menagihkan dana sekaligus setelah
kegiatan selesai.
Solusi yang diharapkan untuk permasalahan ini dari
Kemenag adalah perlunya perlakuan khusus untuk
daerah kepulauan dan daerah yang jaraknya jauh
dengan KPPN, misalnya berupa pemberian anggaran
yang mencukupi untuk biaya transportasi sehingga
laporan dapat disampaikan sesuai jadwal. Sementara
itu, di Kemenhub solusi untuk memecahkan
permasalahan ini adalah dengan upaya meminta
rekanan agar melakukan penarikan sesuai jadwal.
Sedangkan Kemenag melakukan upaya dengan
mengundang dan mengingatkan rekanan untuk
mengajukan penagihan sesuai dengan jadwal yang

10

telah ditentukan. Selain itu juga diharapkan ada


aturan dari Kementerian Keuangan bahwa untuk
tagihan yang tertunda akan diberi sangsi.
2.2.5

Panitia lelang
menghadapi resiko

Pengaturan uang muka


pada multiyears
contract mempengaruhi
penyerapan anggaran

Pelelangan

Upaya melalui pelelangan sebelum anggaran turun


(sesuai Perpres No. 54 Tahun 2010) pada umumnya
tidak dilakukan karena panitia lelang tidak berani
mengambil resiko apabila ternyata kegiatan tidak
disetujui atau kegiatan tersebut mengalami
pemblokiran. Permasalahan ini terjadi pada
Kemenag,
yaitu
pada
kegiatan
bersifat
sik/pembangunan. Permasalahan lainnya yang
terkait dengan lelang adalah pengaturan uang muka
pada multiyears contract (kontrak tahun jamak) yang
lebih kecil, akhirnya mempengaruhi penyerapan
anggaran. Permasalahan ini terjadi pada Kemenhub,
yaitu pada pembangunan JAATS (Peralatan Navigasi
Bandara Soekarno Hatta). Selain itu, terkait dengan
pelaksanaan pelelangan yang dilakukan sebelum
anggaran turun permasalahan yang dihadapi oleh
Kemenhub adalah belum tersedianya dana untuk
pelaksanaan pelelangan.
Solusi untuk mengatasi permasalahan ini, yang telah
dilakukan
oleh
Kemenag
terutama
untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan dengan pagu
tambahan yang baru keluar di akhir tahun anggaran,
adalah dengan upaya mengurangi ada kegiatan yang
harus melalui proses pelelangan. Sementara itu,
Kemenhub mengharapkan adanya penyempurnaan
Perpres No. 54 Tahun 2010, terkait dengan besaran
uang muka untuk kontrak tahun jamak.
2.2.6

Status kepemilikan
tanah yang belum jelas,
menghambat
pelaksanaan kegiatan

Lahan

Permasalahan yang timbul terkait dengan kesiapan


lahan yang mempengaruhi penyerapan anggaran,
terjadi pada 3 K/L yaitu Kementan, Kemenhub, dan
Kemenkes. Pada Kementan, terdapat permasalahan
mengenai status kepemilikan tanah yang belum jelas,
yang pada akhirnya menghambat pelaksanaan
kegiatan. Selain itu, permasalahan juga muncul akibat
adanya perubahan kebijakan Bupati terpilih dalam
pemanfaatan lahan di wilayahnya. Perubahan
kebijakan pemanfaatan lahan terjadi di Kabupaten
11

Penyediaan lahan harus


jelas sebelum kegiatan
dilaksanakan

Asahan, yaitu lahan yang semula telah dianggarkan


untuk cetak sawah berubah peruntukannya untuk
perkebunan kelapa sawit oleh Bupati terpilih yang
tentunya mempengaruhi penyerapan anggaran untuk
cetak sawah. Meskipun ini hanya merupakan kasus
khusus namun hal seperti ini dapat menjadi masalah
besar apabila tidak menjadi perhatian dari sekarang.
Permasalahan terkait dengan kesiapan lahan terjadi
pula pada Balai Diklat di Manokwari dan Sumatera
Barat. Sementara itu, permasalahan lahan yang
terjadi pada Kemenhub adalah status tanah yang
telah dinyatakan oleh Pemda sudah jelas dan selesai
namun pada saat kegiatan akan dimulai (alat berat
mulai didatangkan) terjadi sengketa dan penolakan
masyarakat. Permasalahan ini terjadi pada
pembangunan fasiitas pelabuhan Tanjung wangi Jawa
Timur (penyelesaian dengan memindahkan lokasi
kegiatan); pembangunan Kampus Akademi Pelayaran
Makassar; dan pengadaan Lahan Peti Kemas Tanjung
Priok. Sedangkan permasalahan lahan pada
Kemenkes adalah tidak dapat dibelinya lahan
tersebut pada saat kegiatan akan dilaksanakan. Hal ini
terjadi pada Pembangunan Kantor Kesehatan
Pelabuhan di Bali dan Kantor Litbang Lokal di Garut.
Solusi yang dilakukan oleh Kemenhub terkait dengan
masalah lahan adalah dengan memindahkan lokasi
kegiatan. Sedangkan untuk ke depan, Kemenhub
melakukan pula upaya dengan akan menganggarkan
dana untuk pensertikatan lahan. Sacara umum,
solusi ketiga K/L adalah adanya keharusan kejelasan
lahan sebelum kegiatan dilaksanakan. Untuk itu,
diharapkan
Pemda
dapat
menyelesaikan
permasalahaan lahan sebelum kegiatan dimulai.
2.2.7

Struktur organisasi K/L


yang baru
mempengaruhi
penyerapan anggaran

12

Organisasi

Restrukturisasi organisasi merupakan salah satu


penyebab terjadinya kerterlambatan bahkan tidak
terserapnya anggaran di Kementerian/Lembaga.
Kemenkes dan Kemendikbud adalah kementerian
dengan perubahan struktur organisasi yang akhirnya
mempengaruhi penyerapan anggaran. Akibat adanya
perubahan struktur organisasi terdapat kegiatan di
Kementerian Kesehatan yang telah dialokasikan
namun tidak dapat dilaksanakan karena pada struktur

Pegawai enggan
menjadi pejabat
pengadaan barang dan
jasa

yang baru tidak ada unit kerja yang mempunyai


tupoksi sesuai dengan kegiatan tersebut. Sementara
itu, perubahan struktur organisasi dalam rangka
penyesuaian satu program untuk satu unit kerja
eselon I, menyebabkan dokumen DIPA terlambat
sampai dengan bulan Maret 2011 yang
mempengaruhi penyerapan anggaran. Dengan
adanya perubahan kabinet pada bulan Oktober 2011,
Kementerian Pendidikan Nasional berubah menjadi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam
kaitan itu, saat ini sedang dilakukan perumusan
jumlah unit kerja eselon 1 (satu) yang harus
ditambahkan untuk menjalankan fungsi kebudayaan.
Terkait dengan sulitnya mencari pejabat pengadaan,
terjadi di Kemendagri, Kementan, Kemendikbud, dan
Kemenag. Pada umumnya hal ini disebabkan oleh
rendahnya minat untuk menjadi pejabat pengadaan
dan terbatasnya pegawai yang mempunyai sertikat
pengadaan barang dan jasa untuk memenuhi
persyaratan Perpres 54/2010 bahwa pejabat
pengadaan harus mempunyai sertikat pengadaan
barang dan jasa. Sedangkan terkait dengan kualitas
SDM, pada Kemenag cukup menjadi hambatan yang
menyebabkan sering terjadi kesalahan di Satker
dalam melakukan revisi DIPA, terutama pada saat
esiensi/penghematan anggaran harus dilakukan.
Agar permasalahan tidak terulang kembali,
Kemenkes mengupayakan seluruh kegiatan dapat
ditampung dan sesuai dengan tupoksinya. Sementara
itu, terkait dengan struktur kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, diharapkan kesepakatan antara
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
mengusulkan penambahan 1 (satu) unit kerja eselon I
untuk menangani kebudayaan dengan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebagai induk asal
kebudayaan yang mengusulkan 2 (dua) eselon I di
Kemendikbud untuk menangani kebudayaan dapat
segera tercapai agar tidak mengganggu pelaksanaan
2012. Untuk memenuhi persyaratan Perpres No. 54
Tahun 2010 terkait dengan pejabat pengadaan diatasi
melalui peningkatan jumlah pegawai yang memiliki
sertikat dan mengikutsertakan dalam pelatihan
untuk yang baru. Sedangkan Kemenag, dalam upaya
meningkatkan kualitas SDM dilakukan peningkatan
13

pemahaman melalui sosialisasi dan pelatihan. Selain


itu, Kemenag akan mengusulkan pula kepada LKPP
agar dilakukan perbaikan aturan terkait dengan
kepemilikan sertikat bagi pengelola kegiatan.
2.2.8

Penyampaian data
pendukung penyerapan
anggaran cenderung
lambat

Lambatnya pengumpulan data penyerapan

Ketepatan dan keakuratan data merupakan syarat


utama dan penting yang tidak dapat diabaikan dalam
mengetahui kemajuan suatu kegiatan baik dari sisi
anggarannya maupun sik. Lambatnya pengumpulan
data menjadi permasalahan di Kementerian Agama
dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lambatnya pengumpulan data menyebabkan
informasi penyerapan yang ada di K/L tidak sesuai
dengan realisasi di lapangan pada saat yang
bersamaan.
Kelambatan
ini
dikarenakan
penyampaian laporan dari satker di daerah ke K/L
harus dilakukan secara berjenjang melalui proses
rekonsiliasi terlebih dahulu di setiap tingkatan yang
membutuhkan waktu cukup lama. Sementara itu, hal
yang menyebabkan lambatnya pengumpulan data di
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah (a)
kurangnya komitmen dalam penyampaian data; (b)
banyaknya instrumen yang dikeluarkan oleh
masing-masing unit kerja; dan (c) terbatasnya sarana
dan prasarana untuk menyampaikan laporan.
Untuk mempercepat pengumpulan data, Kemenag
mengusulkan agar selain dilakukan penyampaian
laporan secara berjenjang, setiap satker dapat
menyampaikan pula laporan penyerapan secara
langsung ke K/L pusat. Dengan demikian diharapkan
K/L pusat dapat memperoleh laporan penyerapan
secara cepat, dan rekonsiliasi secara berjenjang pun
dapat dilakukan. Selain itu, untuk mempercepat
proses pengumpulan data Kemendikbud akan
melakukan pengembangan sistem berbasis web
dengan biaya murah dan penyederhanaan instrumen
yang selama ini cukup beragam di masing-masing
unit
kerja.
Dengan
demikian
diharapkan
pengumpulan data dapat dilakukan dengan lebih
cepat sehingga informasi khususnys terkait dengan
penyerapan dapat diketahui dengan cepat.

14

2.2.9
Dana pendamping di
daerah (PHLN) sering
kali belum tersedia

Permasalahan Lainnya

Selain 8 permasalahan utama, terdapat beberapa


permasalahan penyerapan anggaran lainnya, yaitu
terkait dengan penyediaan dana pendamping di
daerah, belum siapnya PHLN sehingga dana
pendamping tidak terserap, proses clearance, dan
pencairan dana sertikasi guru.
Permasalahan terkait dengan penyediaan dana
pendamping daerah terjadi di Kemendagri, yaitu
terdapat 13 Kabupaten/Kota yang tidak menyediakan
dana pendamping untuk kegiatan PNPM.
Kabupaten/kota tersebut adalah Tapanuli Tengah,
Simalungun, Nias Selatan, Nias Barat, Minahasa
Selatan, Gowa, Konawe, Muna, Buton, Konawe
Selatan, Mamuju, Seram bagian Barat, dan P.
Morotai. Hal ini mengakibatkan kegiatan tidak bisa
berjalan dan anggaran tidak terserap. Untuk itu,
sedang dicari penyebab tidak dialokasikannnya dana
pendamping di daerah tersebut.
Permasalahan belum siapnya PHLN terjadi di
Kementan, yaitu pada kegiatan SMATD (proyek
teknologi dan pembangunan) dan WISEM (sarana dan
prasarana pertanian). Pada kedua kegiatan ini dana
pendamping tidak dapat diserap karena loan belum
siap sehingga dilakukan drop loan. Untuk itu,
disarankan agar dalam pengalokasian pagu indikatif
digunakan data yang lebih akurat sehingga hanya
PHLN yang sudah pasti saja yang disediakan dana
pendamping.

Koordinasi antar K/L


diperkuat agar
mempercepat proses
clearance dan
penyerapan anggaran

Selanjutnya, terkait dengan proses lelang


pembangunan gedung teridentikasi adanya
persyaratan clearance yang dilakukan oleh
Kementerian PAN dan RB, BPKP, dan Kementerian
PU. Permasalahan yang terjadi adalah lamanya waktu
yang diperlukan dalam proses clearance dan hasil
clearance oleh ketiga instansi tersebut. Permasalahan
ini ditemuai pada 2 K/L yaitu Kemendagri dan
Kementan. Pada Kemendagri, lamanya proses
clearance sebelum pelelangan terjadi pada
pembangunan gedung,
IPDN di Bukit Tinggi,
Makassar, Manado, dan Rokan Ilir sehingga menjadi
salah satu hambatan dalam pelaksanaan kegiatan.
Sedangkan permasalahan clearance yang terjadi pada
15

Kementan adalah proses clearance yang dilakukan


setelah
dana
dianggarkan
dengan
hasil
pembangunan gedung tidak disetujui sehingga dana
tidak dapat diserap. Diharapkan pada waktu
mendatang proses clearance dapat dilakukan
sebelum tahun anggaran dimulai dan anggaran belum
dialokasikan.
Permasalahan lain yang teridentikasi adalah
hambatan karena proses pencairan anggaran
berkaitan dengan K/L lain. Pada Kemenag, peraturan
pencairan anggaran sertikasi guru baru dapat
dilakukan setelah ada Nomor Registrasi Guru (NRG).
Hal ini mempengaruhi penyerapan karena NRG
dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan memerlukan waktu yang cukup
lama. Untuk itu, diusulkan agar pencairan dana
sertikasi tidak perlu menunggu selesainya NRG oleh
Kemendikbud.

16

foto
III.

HASIL KUNJUNGAN LAPANG KE SKPD

Permasalahan penyerapan anggaran SKPD berdasarkan hasil kunjungan


lapang dibagi dalam dua bagian, yaitu tinjauan secara umum dan tinjauan
masing-masing SKPD.
3.1.

Umum

Identikasi permasalahan penyerapan anggaran secara spesik telah


dilakukan pada tiga SKPD di dua provinsi. Adapun SKPD tersebut adalah: Dinas PU
Cipta Karya Provinsi Sumatera Selatan, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat,
dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kalimantan Barat. (Jadwal kunjungan
pada Lampiran II).
Dalam hal realisasi penyerapan anggaran hingga 22 Desember 2011, Dinas
PU Cipta Karya Provinsi Sumatera Selatan telah mencapai 90,8% dari alokasi
anggaran Rp.397.917,6 juta, dan diharapkan akan meningkat hingga lebih dari
93,0% jika seluruh laporan dari Satker sudah masuk. Sementara itu, alokasi dana
Dekonsentrasi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat sebesar Rp.38.516,9 juta
dengan realisasi anggaran sebesar Rp.29.762,9 juta atau 78,4%. Sedangkan alokasi
dana Dekonsentrasi dan Perbantuan di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
17

pada tahun 2011 sebesar Rp.25.177,5 juta dengan realisasi anggaran sebesar
Rp.11.973,0 juta atau 47,6 %.
Tabel 2. Pagu dan Penyerapan Anggaran SKPD
No.
1.

2.

3.

3.2.

SKPD
Dinasu PU Cipta
Karya Provinsi
Sumatera Selatan
Dinas Kesehatan
Provinsi
Kalimantan Barat
Dinas Peternakan
dan Kesehatan
Hewan di
Kalimantan Barat

Pagu Anggaran

Penyerapan

Rp.397.917,6 juta

90,8%

Rp.38.516,9 juta

78,4%

Rp.25.177,5 juta

47,6 %

Permasalahan SKPD
3.2.1. Dinas PU Cipta Karya Provinsi Sumatera
Selatan

Eskalasi harga
menghambat kegiatan
yang dibiayai oleh
pinjaman luar negeri

Secara umum Dinas PU Cipta Karya Provinsi


Sumatera Selatan tidak menemui permasalahan
dalam pelaksanaan pembangunan. Provinsi Sumatera
Selatan hanya terkendala oleh satu masalah, yaitu
eskalasi harga, yang terjadi pada Kegiatan RIS PNPM
Mandiri, Program Infrastruktur Perdesaan. Eskalasi
harga terjadi karena kegiatan dibiaya oleh pinjaman
sehingga pencairan dana tidak bisa dilaksanakan
sesuai dengan pagu anggaran DIPA 2011. Hal ini
sangat mempengaruhi kemajuan kinerja satker di 11
kabupaten/kota yang ada di Prov. Sumsel.
Isu lain yang ada tetapi sesungguhnya tidak menjadi
persoalan di Dinas PU Cipta Karya namun perlu
dicatat, yaitu terkait dengan adanya APBN-P yang
mengakibatkan DIPA Perubahan baru turun pada
Triwulan-3. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Dinas
PU Cipta Karya Provinsi Sumatera Selatan melakukan
upaya melalui percepatan pelaksanaan sik di
lapangan.
3.2.2. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat
Beberapa permasalahan yang dihadapi, antara lain:
(1) Penentuan pelaksana SKPD terlambat akibat Surat
Keputusan pelaksana kegiatan baru terbit pada
pertengahan tahun anggaran berjalan; (2) Seringnya

18

Keterlambatan
penyelesaian dokumen
APBN-P menyulitkan
pelaksanaan kegiatan
karena terbatasnya
waktu pelaksanaan

terjadi mutasi pegawai, sehingga dalam pelaksanaan


kegiatan kekurangan tenaga teknis sesuai dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan; (3) Petunjuk
teknis dan petunjuk pelaksanaan kegiatan yang
disampaikan terlambat dan baru diterima oleh dinas
pada pertengahan Juni 2011; (3) Keterlambatan
penyelesaian dokumen APBN-P yang baru selesai
pada bulan September-Oktober 2011, menyulitkan
pelaksanaan kegiatan karena terbatasnya wakttu
pelaksanaan; dan (4) Pelaksanaan kegiatan
bersamaan dengan kegiatan yang dilaksanakan di
Pusat, sehingga pemerintah daerah tidak dapat
melaksanakan kegiatan yang telah disusun.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat mengusulkan
beberapa hal untuk pelaksanaan kegiatan tahun
berikutnya, yaitu: (1)Penetapan pelaksanaan kegiatan
oleh pemerintah daerah dapat ditentukan pada awal
pelaksanaan kegiatan; (2) Pemerintah Daerah dapat
mendistribusikan pegawai yang memiliki sertikat
pengadaan barang dan jas secara merata kepada
seluruh dinas; (3) Penyampaian petunjuk teknis dan
petunjuk pelaksanaan kiranya dapat dilakukan pada
awal pelaksanaan kegiatan; (4) Penyelesaian
dokumen APBN-P pada pertengahan tahun anggaran
berjalan; dan (5) Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah perlu mempersiapkan perencanaan yang
lebih baik dalam pelaksanaan kegiatan.
3.2.3. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Kalimantan Barat

Dana dibintang
(diblokir),
mengakibatkan
pelaksanaan terhambat

Permasalahan penyerapan anggaran yang terjadi


pada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
dikarenakan oleh beberapa hal, antara lain: (1) Alokasi
dana sebagian besar dibintang (diblokir), yang baru
dapat dilaksanakan pada pertengahan tahun
sehingga mengakibatkan waktu pelaksanaan yang
terbatas. Selain itu, dengan waktu yang terbatas
pelaksanaan kegiatan juga terkendala dengan adanya
aturan yang mengatur (Perpres No. 54 Tahun 2010)
pencairan dana menggunakan pola 40:30:30 untuk
kegiatan bantuan sosial; (2) Penyampaian pedoman
umum dan petunjuk pelaksanaan pada beberapa
kegiatan disampaikan terlambat, yaitu pada bulan
19

Oktober-November; (3) Pelaksanaan kegiatan pusat


tidak sesuai dengan kondisi daerah, sehingga
beberapa kegiatan tidak dapat dilaksanakan; (4)
Ketersediaan sumber daya manusia di Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan yang memiliki
kemampuan teknis pelaksanaan terbatas; serta (5)
Revisi kegiatan yang bersifat strategis dengan jumlah
alokasi dana yang cukup besar tidak mendapat
persetujuan.

Penyampaian Juknis
dan Juklak oleh
Kementerian sebaiknya
dilakukan pada awal
pelaksanaan kegiatan
dimulai

20

Untuk
mengatasi
permasalahan-permasalahan
tersebut, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
mengusulkan dan mengupayakan beberapa hal
sebagai berikut: (1) Penghapusan tanda bintang
(pemblokiran) kiranya dapat dilakukan pada saat
pertengahan tahun anggaran, sehingga pemerintah
daerah dapat mempersiapkan pelaksanaan kegiatan
lebih baik; (2) Penyampaian Juknis dan Juklak oleh
kementerian sebaiknya dilakukan pada awal
pelaksanaan kegiatan dimulai; (3) Pelaksanaan
kegiatan di daerah sebaiknya disesuaikan dengan
kondisi daerah sehingga dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut tidak terkendala dengan kondisi yang ada;
(4) Diperlukan penambahan tenaga teknis pelaksana
kegiatan; serta (5) Melaksanakan revisi dokumen
anggaran yang disebabkan oleh adanya perbedaan
satuan output antara dokumen DIPA dengan Petunjuk
Teknis, yaitu satuan output dalam dokumen anggaran
adalah ekor sedangkan dalam petunjuk teknis
satuannya adalah kelompok. Berkenaan dengan hal
tersebut, Dinas telah melakukan konsolidasi dengan
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
Perwakilan Provinsi Kalimantan Barat dan Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, bahwa
dokumen anggaran harus sesuai dengan petunjuk
teknis.

foto
IV.

KESIMPULAN

Berdasarkan kunjungan lapang yang telah dilakukan, terhadap 6 K/L dan 3


SUPD telah ditemui berbagai permasalahan terkait dengan penyerapan anggaran.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh masing-masing K/L, namun perlu tindak lanjut
agar masalah penyerapan rendah tidak terulang kembali di tahun-tahun
mendatang.
Dari kedelapan kelompok permasalahan, hanya permasalahan dana kontrak
multiyears yang tidak bisa dialihkan ke kegiatan dan TA berikutnya saja yang tidak
ditemui pada enam K/L dan tiga SKPD yang dikunjungi. Sedangkan pemblokiran
anggaran dan pengembalian dana penghematan, pemberian dana reward dan
APBN-P yang keluar pada akhir tahun merupakan masalah yang ditemui hampir di
seluruh K/L dan tiga SKPD yang dikunjungi. Kedua permasalahan tersebut saling
berkaitan, dan untuk mengurangi permasalahan tersebut pada umumnya keenam
K/L dan ketiga SKPD yang dikunjungi menginginkan agar penambahan anggaran
diberikan sebelum pertengahan tahun dan bukan di Triwulan III atau di akhir tahun.
Bila penambahan anggaran baik berupa pemberian dana reward, pengembalian
dana penghematan, ataupun APBN-P dikeluarkan pada Triwulan III atau setelahnya,
seyogyanya penambahan anggaran ini tidak perlu dilakukan.
21

Tindak lanjut yang diperlukan agar penyerapan anggaran rendah tidak


terjadi lagi, perlu disusun disbursement plan dan procurement plan bagi setiap K/L
sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan. Terkait dengan blokir anggaran akibat
data pendukung tidak lengkap, di masa mendatang data pendukung harus sudah
lengkap pada saat penelaahan DIPA. Sementara itu, untuk mengantisipasi
keterbatasan waktu pelaksanaan, persiapan pelaksanaan kegiatan agar segera
dilakukan setelah selesai penelaahan sehingga pada saat DIPA turun kegiatan dapat
langsung dilaksanakan. Sedangkan untuk mempercepat pelaksanaan kegiatan, K/L
dapat melakukan pelelangan sebelum anggaran turun (sesuai Perpres No. 54 Tahun
2010). Terkait dengan lahan, upaya yang harus dilakukan adalah memastikan
kejelasan kepemilikan lahan sebelum melaksanakan kegiatan. Selanjutnya, dalam
memenuhi persyaratan Perpres No. 54 Tahun 2010 terkait dengan pejabat
pengadaan perlu dilakukan peningkatan jumlah pegawai yang memiliki sertikat
dan mengikutsertakan pegawai baru dalam pelatihan. Sedangkan untuk mengatasi
keterlambatan data dapat dilakukan melalui upaya pengembangan sistem berbasis
web dengan biaya murah.

22

Lampiran
I.
II.
III.
IV.

V.

Jadwal Kunjungan Lapang K/L


Jadwal Kunjungan Lapang ke SKPD
Matriks Rekapitulasi Check List Permasalahan per K/L dan SKPD
Hasil Kunjungan ke K/L
(1)
Kementerian Agama
(2)
Kementerian Dalam Negeri
(3)
Kementerian Perhubungan
(4)
Kementerian Pertanian
(5)
Kementerian Kesehatan
(6)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Hasil Kunjungan ke SKPD
(1)
Dinas PU Cipta Karya, Provinsi Sumatera Selatan
(2)
Dinas Kesehatan, Provinsi Kalimantan Barat
(3)
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Provinsi
Kalimantan Barat

Lampiran I. Jadwal Kunjungan Lapang ke K/L

No.
1.
2.
3.

K/L
Kementerian Agama
Kementerian Dalam
Negeri
Kementerian
Perhubungan

Tanggal
Kunjungan
3 Januari 2012
3 Januari 2012
4 Januari 2012

4.

Kementerian Pertanian

5 Januari 2012

5.

Kementerian Kesehatan

5 Januari 2012

6.

Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan

6 Januari 2012

Diterima oleh
Jabatan
Kepala Bagian IV
Nur Mahmudah
Anggaran
Kepala Bagian
Suharyono
Monitoring dan Evaluasi
Marta
Kepala Bagian
Hardisuwarno
Pelaksanaan Anggaran
Kepala Bagian Kebijakan
Suwandi
Program dan Wilayah
Kasubbag Evapor Bagian
Susiyo Luchito
APBN3
Kepala Bagian Sistem
Budi Purwaka
Informasi
Nama

23

Lampiran II. Jadwal Kunjungan Lapang ke SKPD

SKPD
Dinasu PU Cipta Karya
Provinsi Sumatera
Selatan
Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Barat
Dinas Peternakan dan
Kesehatan Hewan di
Kalimantan Barat

1.
2.
3.

24

Tanggal Kunjungan
22 Desember 2011

Diterima oleh
Nama
Rina Anggraeni

17 Januari 2012

Herman

17 Januari 2012

Wahyudi

Jabatan
Kasubag Renevapor
Dinas PU Cipta
Karya
Kepala Sub Dinas
Kesehatan
Kepala Seksi
Perencanaan dan
Evaluasi

Lampiran III. Matriks Rekapitulasi Check List Permasalahan per K/L dan SKPD

Dinas Peternakan
dan Kesehatan
Hewan Prov. Kalbar

Dinas Kesehatan
Prov. Kalbar

Dinas PU Cipta
Karya Prov. Sumsel

POLRI

Kemen PU

Kemenkes

Kemenag

Kemendikbud

SKPD

Kemenhub

KESDM

Kementan

Kemenkeu

Kemenhan

Permasalahan Penyerapan
Anggaran Tahun 2011

Kemendagri

Kementerian/Lembaga

a) Pemblokiran anggaran:
Tidak lengkapnya data
pendukung
Eskalasi harga
Kesalahan aplikasi pada saat
*
penyusunan RKA-KL
b) Pengembalian dana
penghematan, pemberian dana
reward dan APBN-P yang keluar
pada akhir tahun
c) Dana kontrak multiyears yang
tidak bisa dialihkan ke kegiatan
dan TA berikutnya
d) Tagihan Satker: pencairan tidak
selalu langsung dilakukan
(ditumpuk & dilakukan 2 bulan
sekali).
e) Lelang
Sebagian besar pelaksana
lelang belum berani
melaksanakan lelang sebelum
anggaran turun.
Rumitnya persyaratan yang
diatur dalam Perpres 54 yang
menyebabkan gagal lelang
Pengaturan uang muka yang
lebih kecil sehingga
mempengaruhi penyerapan
anggaran.
Adanya persyaratan clearance
dari BPKP sebelum
pelelangan yang memakan
*
waktu lama
Belum tersedianya dana
untuk pelelangan tidak
mengikat untuk kegiatan
*
tahun berikutnya
b) Lahan, berkaitan dengan
readiness criteria sbb:
DED (Detail Engineering
Design)
Kesiapan lahan
Ketersediaan dana daerah
untuk program bersama

25

Dinas Peternakan
dan Kesehatan
Hewan Prov. Kalbar

Dinas Kesehatan
Prov. Kalbar

Dinas PU Cipta
Karya Prov. Sumsel

POLRI

Kemen PU

Kemenag

Kemenkes

Kemenhub

KESDM

Kementan

Kemenkeu

SKPD

Kemendikbud

c)

Kemenhan

Permasalahan Penyerapan
Anggaran Tahun 2011

Kemendagri

Kementerian/Lembaga

Terdapatnya instansi
pengelola pascakonstruksi
Output dan outcome yang
jelas
Organisasi
Adanya restrukturisasi
organisasi
Sulitnya mencari pejabat
pengadaan dan adanya pola
mutasi kepegawaian yang
tidak terstruktur
Sinergi pusat daerah

Kualitas SDM
Kesulitan dalam menetapkan
pengelola kegiatan karena
*
harus memiliki sertikat
d) Lambatnya pengumpulan data
e) Hambatan karena proses
pencairan anggaran berkaitan
*
dengan K/L lain.
f) Tidak adanya dana pendamping
dari daerah untuk program
*
bersama
*
g) Tidak siapnya dana PHLN

Keterangan.
*
Merupakan Permasalahan baru yang ditemukan pada saat melakukan kunjungan ke
Kementerian/Lembaga.
Merupakan Kementerian/Lembaga yang belum dikunjungi

26

Lampiran IV. Hasil Kunjungan ke K/L


1. Kementerian Agama
No

Permasalahan

Total anggaran sebesar Rp. 35,4 trilyun,


Penyerapan 88% per 28 Desember 2011
Jumlah Satker 4.442 Saker
1 Pengembalian dana penghematan, pemberian
dana reward dan APBN-P yang keluar pada akhir
tahun
Turunnya tambahan dana di akhir Oktober awal
November menyebabkan sulitnya melaksanakan
kegiatan tersebut. Untuk mempercepat proses,
diupayakan kegiatan tidak melali proses lelang.
Namun tetap saja mengalami kesulitan karena
tidak ada rekanan yang sanggup mengerjakan
dengan waktu yang sangat terbatas.
2

Tagihan Satker: pencairan tidak selalu langsung


dilakukan (ditumpuk & dilakukan 2 bulan sekali)
Penumpukan tagihan Satker dilakukan terutama
pada kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak ketiga.
Hal ini disebabkan rekanan terutama yang besar
sering menagihkan dana sekaligus setelah kegiatan
selesai.
Telah dilakukan upaya mengundang dan
mengingatkan kepada rekanan untuk mengajukan
penagihan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.

Lelang
Upaya mempercepat pelaksanaan kegiatan melalui
pelelangan sebelum anggaran turun tidak
dilakukan karena panitia lelang tidak berani ambil
resiko apabila terjadi kegiatan tidak disetujui atau
kegiatan tersebut mengalami pemblokiran.
Kualitas SDM
Rendahnya kualitas SDM menyebabkan seringnya
terjadi kesalahan di Satker dalam melakukan revisi
DIPA, terutama terkait dengan esiensi yang harus
dilakukan.
Peraturan bagi pengelola kegiatan harus memiliki
sertikat menyebabkan kesulitan dalam
menetapkan pengelola kegiatan.

Solusi/Tindak Lanjut

DIharapkan di waktu
mendatang tidak ada dana
yang turun di akhir tahun
anggaran. Apabila DIPA
turun di akhir tahun
anggaran sebaiknya
diberlakukan DIPA
luncuran agar kegiatan
dapat terlaksana.

Kegiatan dan
lokasi

Kegiatan
pembangunan sik

Diusulkan sebaiknya ada


aturan dari Kementerian
Keuangan bagi tagihan
yang tertunda diberi
sangsi.

Diupayakan/mengurangi
adanya proses pelelangan

Untuk kegiatan
bersifat
sik/pembangunan.

Peningkatan pemahaman
melalui sosialisasi dan
pelatihan
Untuk itu akan diusulkan ke
LKPP agar dilakukan
perbaikan aturan terkait
dengan kepemilikan
sertikat bagi pengelola
kegiatan.

27

No

Permasalahan

Lambatnya pengumpulan data


Dengan adanya atran pengumpulan data
penyerapan anggaran secara berjenjang,
menyebabkan panjangnya waktu untuk
mengetahui kondisi penyerapan anggaran. Hal ini
menyebabkan sulit diketahui data penyerapan
anggaran terkini.

Sertikasi Guru
Peraturan pencairan anggaran sertikasi guru yang
baru dapat dilakukan setelah ada Nomor Registrasi
Guru (NRG) telah menyebabkan rendahnya
penyerapan. Hal ini terjadi karena proses
memperoleh NRG yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebuadayaan
membutuhkan waktu yang cukup lama.

28

Solusi/Tindak Lanjut

Kegiatan dan
lokasi

Diusulkan agar satker


dapat memberikan
informasi kepada
Kementerian secara
langsung tidak berjenjang

Akan diusulkan agar


pencairan dana sertikasi
tidak harus menunggu
NRG

Sertikasi Guru

2. Kementerian Dalam Negeri


No

Permasalahan

Total anggaran sebesar Rp. 16,95 trilyun,


Penyerapan 75,52% per 30 Desember 2011
1
Penambahan pagu di Triwulan empat
menyebabkan sulitnya pelaksanaan kegiatan
terutama yang bersifat pembanguan/renovasi
gedung.

Kendala lain adalah akibat terjadinya


pemblokiran anggaran oleh DPR pada pagu
tambahan ini, maka tidak ada waktu untuk
melakukan revisi DIPA sehigga dana sebesar
RP.1,3 Trilyun tidak terserap.
Dana pendamping daerah
Terdapat 13 Kabupaten/Kota ang tidak
menyediakan dana pendamping untuk kegiatan
PNPM. Hal ini mengakibatkan kegiatan tidak
bisa berjalan dan anggaran tidak terserap.

Proses Clearance
Persyaratan adanya proses clearance sebelum
pelelangan pembangunan gedung oleh
Kementerian PAN dan RB, BPKP, dan
kementerian PU yang memakan waktu cukup
lama merupakan salah satu hambatan dalam
pelaksanaan kegiatan.

Kualitas SDM
Sering terjadi mutasi pegawai di daerah
termasuk pengelola kegiatan/panitia pengadaan
yang menyebabkan terhambatnya pelaksanaan
kegiatan.

Pemblokiran anggaran
Tidak lengkapnya dokumen pendukung
mengakibatkan terjadinya pemblokiran
anggaran. Untuk menghilangkan pemblokiran
setelah data dilengkapi memerlukan waktu yang
cukup lama.
Hal ini merupakan ketidak siapan Kemendagri
dalam mengajukan usulan kegiatan.

Solusi/Tindak Lanjut

Dilakukan percepatan
pelaksanaan sehingga
anggaran dapat terserap di
akhir tahun anggaran.

Kegiatan dan
lokasi

Kegiatan
pembangunan sik
PNPM

Akan dilihat penyebab tidak


dialokasikannnya dana
pendamping

Diharapkan di masa
mendatang proses
clearance dapat dilakukan
sebelum tahun anggaran
dimulai.

PNPM
Lokasi:
Tapanuli Tengah,
Simalungun, Nias
Selatan, Nias
Barat, Minahasa
Selatan, Gowa,
Konawe, Muna,
Buton, Konawe
Selatan, Mamuju,
Seram aagian
Barat, dan P.
Morotai
Pembanguan IPDN
Lokasi:
Bukit Tinggi
Makassar
Menado
Rokan Ilir

Dilakukan penambahan
ujian sertikasi pengadaan
barang dan jasa bagi
pejabat dan staf.
Melengkapi dokumen yang
diperlukan dan mencermati
dan melengkapi dokumen
untuk kegiatan yang akan
datang

Tugas pembantuan
pasar desa di
Gunung Kidul, DIY

29

3. Kementerian Perhubungan
No

Permasalahan

Total anggaran sebesar Rp. 23,309 trilyun,


Penyerapan 85,022% per 4 Januari 2012
Jumlah Satker 679 Satker
1
Pemblokiran anggaran dan revisi anggaran
Akibat penyusunan dan penelaahan RKAKL yang
kurang cermat mengakibatkan terhambatnya
penyerapan pada saat pelaksanaan kegiatan,
yaitu:
1) Terdapat kesalahan akun/aplikasi pada saat
penyusunan RKA-KL yang mengakibatkan
anggaran tidak dapat dicairkan, sehingga
harus dilakukan revisi DIPA.
2) Tingginya dana bertanda bintang (blokir)
akibat kurangnya data pendukung,
mengakibatkan terjadinya blokir sebesar Rp.
1,008 Triliun atau 4,33% dari total pagu
Kementerian Perhubungan.
2
Pengembalian dana penghematan, pemberian
dana reward dan APBN-P yang keluar pada akhir
tahun menyebabkan sulitnya pelaksanaan
kegiatan yang bersifat pengadaan dan
pembanguan yang harus melalui proses
pelelangan.
Persetujuan DIPA Pemanfaatan hasil
penghematan Anggaran TA.2011 sebesar kurang
lebih 83,8% diblokir oleh DJA.
3
Lahan.
Terdapat status tanah (hibah tanah) yang belum
selesai, sehingga mengakibatkan tidak
terserapnya anggarar. Hal yang sering terjadi,
menurut Pemda tanah sudah tidak bermasalah,
namun pada saat pelaksanaan terjadi sengketa.

Solusi/Tindak Lanjut

Kegiatan dan
lokasi

Memperbaiki dan
melengkapi dokumen yang
diperlukan, serta akan
melakukan penyusunan
RKAKL lebih teliti

Diusulkan agar bila ada


pagu tambahan diberikan di
pertengahan tahun
anggaran.

Pemda diminta untuk


menyelasaikan masalah
lahan ini dan akan
disediakan anggaran
pendertikatan tanah.

Pembangunan
fasiitas pelabuhan
Tanjung wangi
Jawa Timur
(penyelesaian
dengan
memindahkan
lokasi kegiatan)
Makassar
Pembangunan
Kampus Akademi
Pelayaran
Pengadaan Lahan
Peti Kemas
Tanjung Priok

30

No
4

Permasalahan
Lelang
Pengaturan uang muka pada multiyears
contract yang lebih kecil mempengaruhi
penyerapan anggaran.
Adanya mekanisme penghematan anggaran
yang menyebabkan terlambatnya proses
pengadaan barang/jasa;
Belum tersedianya dana untuk pelelangan
tidak mengikat untuk kegiatan tahun
berikutnya
Tagihan Satker
Pencairan tidak selalu langsung dilakukan
(ditumpuk penagihannya pada akhir pekerjaan)
yang disebabkan keengganan dari pihak
kontraktor untuk melakukan penarikan tiap
bulannya.

Solusi/Tindak Lanjut
Diusulkan adanya
penyempurnaan Perpres
No. 54 Tahun 2010,
terkait uang muka
kontrak tahun jamak
Sebaiknya tidak perlu
adanya penghematan
Disiapkan anggaran pada
tahun sebelumnya

Kegiatan dan
lokasi
Pembangunan
JAATS (Peralatan
Navigasi Bandara
Soekarno Hatta)

Untuk itu dilakukan upaya


agara kontraktor melakukan
penarikan sesuai jadwal.

31

4. Kementerian Pertanian
No

Permasalahan

Total anggaran sebesar Rp. 16,7 trilyun,


Penyerapan 88,80% per 30 Desember 2011
Jumlah Satker 2.455 Satker
1
Pemblokiran anggaran dan revisi anggaran
Akibat data pendukung yang tidak lengkap
terjadi pemblokiran dana di Ditjen Peternakan
sebesar Rp.1,12 Trilyun.
2

Pengembalian dana penghematan, pemberian


dana reward dan APBN-P yang keluar pada akhir
tahun menyebabkan sulitnya pelaksanaan
kegiatan yang harus melalui proses pelelangan
dan mengalami revisi DIPA.

Tagihan Satker:
Pencairan tidak selalu langsung dilakukan
(ditumpuk & dilakukan 2 bulan sekali). Hal ini
umumnya terjadi di daerah kepulauan dan Papua
akibat jarak KPPN yang cukup jauh dan
memerlukan biaya transportasi yang cukup
tinggi.
Dana Pendamping PHLN
Terdapat dana pendamping yang tidak dapat
diserap karena loan belum siap sehingga
dilakukan drop loan.

Lahan.
Terdapat status kepemilikan tanah yang belum
jelas dan diserobot sehingga menghambat
pelaksanaan kegiatan.
Perubahan kebijakan Bupati terpilih, yang semua
untuk cetak sawah dialihkan menjadi perkebunan
sawit.

32

Solusi/Tindak Lanjut

Kegiatan dan
lokasi

Melengkapi data
pendukung pada bulan Juli,
dan DIPA selesai pada bulan
September.
Sebaiknya tidak perlu

Penyelam
dilakukan perubahan pagu
atan dan Insentive
anggaran dalam DIPA agar
Sapi Betina
pelaksanaan kegiatan dapat
Produktif di
sesuai rencana
Kalimantan Barat
tidak bisa direvisi.

Pembang
unan RPH di Pareare tidak siap untuk
dilaksanakan

Pembang
unanlitbang
perkebunan di
Sulawesi Barat
tidak dapat
dilaksanakan
Perlu dicarikan cara khusus
untuk daerah kepulauan dan
daerah yang KPPN nya
terlalu jauh.
Diharapkan dalam
penyusunan pagu indikatif
mengunakan data yang
lebih akurat.

SMATD (proyek
teknolgi dan
pembangunan)
WISEM (sarana
dan prasarana
pertanian)

Akan lebih dperhatikan


kejelasan kepemilikan dan
kebijakan Pemda atas lahan
sebelum pelaksanaan
kegiatan.

- Balai Diklat di
Manokwari dan
Sumatera Barat.
- Kabupaten
Asahan

No
6

Permasalahan
Kualitas SDM
Sering terjadi mutasi pegawai di daerah termasuk
pengelola kegiatan/panitia pengadaan yang
menyebabkan terhambatnya pelaksanaan
kegiatan.
Proses Clearance
Persyaratan adanya proses clearance sebelum
pelelangan pembangunan gedung oleh
Kementerian PAN dan RB, BPKP, dan
kementerian PU yang dilakukan setelah dana
dianggarkan dengan hasil tidak disetujuinya
pembangunan gedung dana tidak dapat diserap.

Solusi/Tindak Lanjut

Kegiatan dan
lokasi

Sebaiknya clearance
dilakukan sebelum
dianggarkan.

33

5. Kementerian Kesehatan
No

Permasalahan

Total anggaran sebesar Rp. 29,134 trilyun,


Penyerapan 84,630% per 2 Januari 2012
Jumlah Satker 1.003 Satker
1
Pemblokiran anggaran
Pemblokiran dana Tugas Pembantuan yang
disebabkan tidak lengkapnya data-data
pendukung, pada bulan Juni-Agustus 2011.

Pengembalian dana penghematan, pemberian


dana reward dan APBN-P yang keluar pada akhir
tahun.
Dana APBN-P dan pengembalian dana esiensi
yang keluar pada bulan November menyebabkan
rendahnya penyerapan karena sulitnya
pelaksanaan kegiatan.

Organisasi
Terdapat kegiatan yang tidak terlaksana akibat
dalam struktur organisasi yang baru tidak ada
tupoksi yang sesuai dengan kegiatan tersebut.

Lahan.
Terdapat lahan yang tidak dapat dibeli pada saat
kegiatan akan dilakukan.

34

Solusi/Tindak Lanjut

Melengkapi data
pendukung yang
diperlukan.

Kegiatan dan
lokasi

TP BOK
Penyerapan
rendah:
- Pontianak
(8,8%)
- Mentawai (0%)
- Banda Aceh
(20%)
- TP RS
- Pekan Baru
(15%)

Sebaiknya tidak perlu


dilakukan penambahan
pagu anggaran.

Untuk tahun selanjutnya


diharapkan kegiatan sudah
sesuai dengan tupoksi
Akan dilakukan kejelasan
kepemilikan lahan sebelum
pelaksanaan kegiatan

Pembangunan
Kantor Kesehatan
Pelabuhan di Bali
Pembangunan
Kantor Litbang
Lokal di Garut

6. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


No

Permasalahan

Total anggaran sebesar Rp. 68,15 trilyun,


Penyerapan 80,15% per 5 Januari 2012
Jumlah Satker 381 Satker
1
Pemblokiran anggaran
Data pendukung yang tidak lengkap dan sering
terjadi pemblokiran dana tanpa ada
pemberitahuan terlebih dahulu pada saat
penelaahan yang akhirnya mempengaruhi
penyerapan.

Pengembalian dana penghematan, pemberian


dana reward dan APBN-P yang keluar pada akhir
tahun.
- Dana APBN-P dan pengembalian dana
esiensi yang keluar pada bulan November
menyebabkan berkurangnya penyerapan
karena sulitnya pelaksanaan kegiatan.
- Di samping itu dengan esiensi
mengakibatkan rencana kegiatan yang telah
disusun tidak tercapai dan tidak efektif.
Organisasi
Restrukturisasi organisasi dari 7 Eselon I menjadi
9 Eselon I menyebabkan DIPA terlambat sampai
Bulan Maret. Di samping itu, dengan
bertambahnya kebudayaan ke dalam struktur
organisasi Kemndiknas maka akan bertambah
lagi jumlah Eselon I nya.

Sulitnya mencari pejabat pengadaan


Hal ini disebabkan kurangnya minat menjadi
pejabat pengadaan dan terbatasnya pegawai
yang mempunyai sertikat untuk pengadaan.
4

Lambatnya pengumpulan data


Kurangnya komitmen dalam penyampaian
data.
Banyaknya instrumen yang ada.
Terbatasnya sarana dan prasarana untuk
menyampaikan laporan.

Solusi/Tindak Lanjut

Melengkapi data-data
pendukung yang
diperlukan.
Untuk menghindari
pemblokiran secara tibatiba Kemendikbud akan
menuangkan hasil
kesepakatan penelaahan
dalam suatu Berita Acara.
Untuk mempercept
pelaksanaan dilakukan
persiapan setelah
penelaahan sehingga
pada saat DIPA turun
langsung dapat
dikerjakan.
Diusulkan DIPA turun
paling tidak pada Triwulan
III.

Kegiatan dan
lokasi

Hampir di seluruh
kegiatan.

Antara lain untuk:


Rehab sekolah,
Unit Sekolah Baru,
Block grant, dan
peralatan sekolah.

Untuk penambahan eselon I


terkait dengan kebudayaan,
sedang dilakukan
perumusan yang tepat
mengenai jumlah eselon I
yang perlu ditambah.
Kemendikbud mengusulkan
1 Eselon I sedang
Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif
mengusulkan 2 Eselon I
untuk menangani
kebudayaan.
Akan meningkatkan jumlah
pegawai yang memiliki
sertikat dan
mengikutsertakan dalam
pelatihan untuk yang baru.
Pengembangan sistem
berbasis web yang murah.
Simplikasi instrumen
yang ada.

35

Lampiran V. Hasil Kunjungan ke SKPD


1. Dinas PU Cipta Karya, Provinsi Sumatera Selatan
No
Permasalahan
Solusi/Tindak Lanjut
Kegiatan dan lokasi
Realisasi penyerapan anggaran hingga 22 Desember 2011 adalah 90,8%, dan
diharapkan akan meningkat hingga lebih dari 93,0%
1
Pemblokiran Anggaran:
- Adanya Eskalasi Harga karena kegiatan
Segera mengeluarkan pagu RIS PNPM MANDIRI
didanai oleh LOAN sehingga pencairan dana
dana yang diblokir/tidak
tidak bisa dilaksanakan sesuai dengan pagu
bisa dicairkan sehigga
anggaran DIPA 2011, hal ini sangat
progress dapat naik (100%)
mempengaruhi progres satker di 11 kab/kota
yang ada di Provinsi Sumatera Selatan
2
Pengembalian dana penghematan, pemberian
dana reward dan APBN P yang keluar pada akhir Pada intinya, tidak terdapat - Pengembangan
tahun.
permasalahan dalam
Sistem Pengelolaan
- Adanya APBN P mengakibatkan DIPA
pelaksanaan. Namun oleh
Air Minum Ibu Kota
Perubahan baru turun di triwulan ke-3.
karena DIPA Perubahan
Kecamatan (SPAM
baru turun di Tw-3, maka
IKK) Gumawang,
dilakukan percepatan
Kab. OKU Timur
pelaksanaan sik di
- Pengembangan
lapangan.
SPAM IKK Karang
Dapo, Kab. Musi
Rawas.
- Pengembangan
SPAM IKK Muara
Lakitan, Kab. Musi
Rawas.
- Pengembangan
SPAM IKK
Gelumbang, Kab.
Muara Enim.
- Pengembangan
SPAM IKK Tanjung
Jaja, Kab. Ogan Ilir

36

2. Dinas Kesehatan, Provinsi Kalimantan Barat


No
Permasalahan
Solusi/Tindak Lanjut
Alokasi dana dekonsentrasi sebesar Rp.38.516,9 juta dengan realisasi anggaran sebesar
Rp.29.762,9 juta atau 78,4%
1
Pengembalian dana penghematan, pemberian
dana reward dan APBN P yang keluar pada akhir Sebaiknya DIPA APBN P
tahun.
diturunkan pada bulan Juni
- DIPA APBN P selesai pada bulan September
2
Organisasi
Mutasi pegawai yang menguasai administrasi
SDM yang memiliki
kegiatan
sertikasi pengadaan
barang dan jasa
didistribusikan merata
diseluruh dinas
Surat Keputusan SKPD disahkan bulan Juni
Penetapan SK SKPD pada
awal tahun anggaran
Perencanaan lebih berpola top down, sehingga
Koordinasi yang baik antara
banyak kegiatan yang tidak diketahui dinas
pemerintah pusat dan
daerah
Jumlah SDM yang memenuhi persayaratan
Perlu dibentuk unit teknis
sertikasi terbatas
yang melaksanakan
kegiatan dan pelaksanaan
lelang

Kegiatan dan lokasi

Kegiatan Dana
Dekonsentrasi

Kegiatan Dana
Dekonsentrasi

Kegiatan Dana
Dekonsentrasi
Bantuan Bagi
Rumah Sakit Daerah
Kegiatan Dana
Dekonsentrasi

37

3. Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Provinsi Kalimantan Barat


No
Permasalahan
Solusi/Tindak Lanjut
Alokasi dana Dekonsentrasi dan Perbantuan sebesar Rp.25.177,5 juta dengan realisasi
anggaran sebesar Rp.11.973,0 juta atau 47,6 %.
1
Pemblokiran Anggaran
- TOR Payung Hukum Kegiatan dari Pusat
Pusat agar membuat TOR
Belum Siap
Payung sehingga tidak ada
kegiatan yang dibintang
dan daerah tidak terkendala
dalam merealisasikan
kegiatan
2
Lelang
- Petunjuk pelaksanaan dari pusat turun
Pedum dan juklak agar
pertengahan tahun
disampaikan pada awal
tahun
- Pelaksanaan Bansos sesuai dengan Perpres 54 Pencairan kegiatan ke
pencairannya harus dengan pola 40, 30, 30
masyarakat dapat
dilaksanakan sekaligus
3
Organisasi
Perencanaan lebih berpola top down
Pusat memperhatikan hasil
musrenbangnas
Jumlah tenaga SDM teknis peternakan minim
4

Lambatnya pengumpulan data


- Usulan calon lokasi dan penerima bantuan dari
daerah (kab/kota) terlambat

38

Penambahan SDM Teknis


dan pembakuan
kelembagaan di daerah
Usulan agar disampaikan 12 tahun sebelumnya

Kegiatan dan lokasi

Penyelamatan
Sapi/Kerbau Betina
Produktif

Penyelamatan
Sapi/Kerbau Betina
Produktif
Penyelamatan
Sapi/Kerbau Betina
Produktif
Penyelamatan
Sapi/Kerbau Betina
Produktif
Penyelamatan
Sapi/Kerbau Betina
Produktif
Penyelamatan
Sapi/Kerbau Betina
Produktif

Anda mungkin juga menyukai