BAB TA Hallusinasi
BAB TA Hallusinasi
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan
Dengan munculnya berbagai masalah dalam perawatan pasien
dengan Halusinasi, maka tujuan dari pembuatan laporan ini adalah :
1. Mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul pada Halusinasi
serta mengetahui faktor penghambat dan pendukung dalam
pemberian asuhan keperawatan.
2. Menganalisa mengapa dapat timbul masalah-masalah pada
Halusinasi
3. Membahas cara perawatan dan penatalaksanaan pada asuhan
keperawatan pasien dengan Halusinasi.
4. Membahas upaya alternatif pemecahan masalah pada asuhan
keperawatan pasien dengan Halusinasi
C. Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini terbagi dalam lima BAB, dengan urutan sebagai
berikut.
BAB I
: Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, tujuan penulisan dan
sistematika penulisan.
BAB II
: Tinjauan Pustaka
Meliputi definisi, rentang respon neurobiologi, Etiologi,
manifestasi klinis, pohon masalah, Penatalaksanaan.
BAB III
: Tinjauan Kasus
Meliputi Pengkajian, Tujuan (Tujuan jangka panjang danTujuan
jangka pendek), Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi.
BAB IV
: Pembahasan
Membahas tentang permasalahan yang ditemui pada pengelolaan
kasus pada BAB I dan dianalisa sesuai dengan konsep Pustaka
dalam BAB II.
BAB V
: Penutup
Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Halusinasi adalah persepsi sensori yang palsu yang terjadi tanpa
rangsang eksternal yang nyata. ( Barbara, 1997 : 575 ).
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada
panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar atau bangun,
dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. ( Maramis,
2004 : 119 ). Menurut Rasmun, 2001 : 23 halusinasi dapat terjadi pada kelima
indra sensoris utama yaitu :
1. Pendengaran terhadap suara
2. Visual terhadap penglihatan
3. Taktil terhadap sentuhan
4. Pengecapan terhadap rasa
5. penghidu terhadap bau
Halusinasi
pendengaran
paling
sering terdapat
pada
klien
halusinasinya
mengancam,
menyalahkan,
keagamaan,
Respon Adaptif
Pikiran logis
Persepsi akurat
Ilusi
Halusinasi
Emosi Konsisten -
Ketidakmampuan untuk -
dengan pengalaman
atau kurang
mengalami emosi
Prilaku sesuai
Ketidakteraturan
Hubungan sosial
Menarik diri
Isolasi sosial
b. Karakteristik
Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman
halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya, isi halusinasi
dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika
pengalaman sensori tersebut berakhir ( Psikotik ).
c. Prilaku klien
-
Lebih
cenderung
mengikuti
petunjuk
yang
diberikan
oleh
B. ETIOLOGI
Menurut Townsend ( 1998 : 156 ), kemungkinan etiologi pada klien
dengan halusinasi adalah :
1. Panik
2. Menarik diri
3. Stres berat yang mengancam ego yang lemah
Faktor pencetus :
1. Biologis
Abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurobiologi yang
maladptif yang baru mulai dipahami, yang termasuk dalam hal ini adalah
sebagai berikut :
a. Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan Skizoprenia.
Lesi pada area kontrol, temporal dan limbik paling berhubugan dengan
prilaku psikotik.
b. Beberapa kimia otak dikaitkan dengan Skizoprenia, hasil penelitian
menunjukkan bahwa :
-
10
Kerusakan komunikasi
Verbal
pada lingkungan.
Penatalaksanaan
regimen terapeutik
tak efektif
Isolasi sosial :
menarik diri
Kurang
pengetahuan
keluarga merawat
klien
11
12
13
14
15
orang
mengungkapkan
lain,
beri
perasaannya
kesempatan
tentang
kepada
keuntungan
klien
untuk
berhubungan
dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain,
diskusikan
bersama
klien
tentang
keuntungan
dan
kerugian
16
dorong
klien
mengungkapkan
parasaannya
bila
17
dapat
melakukan
kegiatan
sesuai
kondisi
sakit
dan
kemampuannya
intervensi : beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan
yang telah direncanakan, beri pujian atas keberhasilan, diskusikan
kemungkinan pelaksanaan dirumah.
18
19
waktu
ansietas,
terjadinya
coba
untuk
halusinasi
dengan
mengalihkan
waktu
pasien
dari
halusinasinya.
c. Isolasi sosial
Sasaran jangka pendek : pasien siap untuk masuk dalam terapi aktivitas
ditemani oleh seorang perawat yang dipercayanya dalam satu minggu
Sasaran jangka panjang : pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu
bersama pasien lain dan perawat dalam aktivitas kelompok di unit rawat
inap.
Intervensi : perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak
yang sering tapi singkat, perlihatkan penguatan positif kepada pasien,
temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktivitas
kelompok yang mungkin hal yang menakutkan atau sukar untuk pasien,
20
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
22
ayah klien dan kakak laki-laki no. 7 klien adalah orang yang paling berarti bagi
klien, klien tidak mempunyai peran serta dalam kelompok atau masyarakat
dilingkungannya karena klien tidak mau berkomunikasi dengan yang lain karena
malu. Klien beragama islam dan selama dirawat di RSJ klien masih menjalankan
ibadah sholat lima waktu.
Faktor presipitasinya adalah saat dirumah klien dikurung oleh ayahnya
karena sering kluyuran.
Selama dirawat klien mengenakan seragam dari RS, penampilan klien
tidak rapi, pembicaraan klien kadang pelan, selama pengkajian klien tampak
murung, namun selama wawancara klien bersikap kooperatif dengan penulis.
Klien mengalami perubahan persepsi sensori : halusinasi, orientasi terhadap
waktu, tempat dan orang baik. Klien mampu menerima penjelasan dan klien
mampu menghitung dengan baik bahkan dalam menghitung mundur. Konsentrasi
klien baik dan klien menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan perawatan.
Selama dirawat, klien mampu memenuhi kebutuhan sehari hari sendiri
seperti kebutuhan makan, mandi dan ganti pakaian. Saat dirawat klien mandi 2x
sehari dan ganti pakaian setiap hari sekali. Makan 3x sehari yang disediakan dari
RSJ.
Klien mengatakan mendengar dan melihat seorang yang memakai baju
pengantin, namun klien lebih sering mendengar suara yang mengatakan cinta
padanya dari pada melihat. Klien sering ragu-ragu menanggapi suara itu, saat
pengkajian klien tampak kebingungan.
23
Keterangan
:
: Laki laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
24
: Hubungan Keluarga
: Tinggal Serumah
Bagan 3 : genogram
Pengambil keputusan dalam keluarga adalah ayah yang dilakukan dengan
cara musyawarah bersama. Dari keluarga tidak ada yang pernah mengalami
gangguan jiwa. Komunikasi dalam keluarga menggunakan bahasa jawa,
sedangkan pola asuhan dalam keluarga adalah bebas terbatas.
Dari pengkajian psikososial didapat klien tidak menyukai tangannya
karena jarinya kecil sehingga klien merasa malu. Klien ingin cepat sembuh agar
cepat pulang dan dapat melanjutkan sekolah lagi. Mekanisme coping klien dalam
menghadapi masalah adalah dengan cara diam, karena klien merasa malu untuk
berkomunikasi dengan orang lain. Daya tilik diri klien, klen menyadari bahwa
dirinya berada di RS dan membutuhkan perawatan.
Obat yang dikonsumsi oleh klien adalah Trihexipenidil 2x 5 mg, telah
dilakukan ECT sebanyak 6x pada tanggal 31 Juli 2004, tanggal 2, 5, 7, 10 dan 12
Agustus 2004. pemeriksaan laboratorium tanggal 28 Juli 2004 didapat lekosit :
10,6 K/uL, Eritrosit : 4,30 m/uL, Limfosit : 1,7% L, LED 1 jam : 8 mm/jam, LED
2 jam : 20 mm/jam, Glukosa sewaktu : 72 mg/100 ml, ureum : 19,3 mg/100 ml,
Creatinin : 0,80 mg/100 ml, kolesterol total : 113 mg/100 ml, trigliserida : 94
mg/100 ml, Protein Total : 7,01 mg/100 ml, Albumin : 4. 57 mg/100 ml. SGOT :
30 Unit/L, SGPT : 22 Unit/L, Uric acid : 5,20 mg/100 ml.
25
Pohon masalah
Dari hasil pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 19 Agustus 2004
pukul 13.30 WIB didapat data subyektif bahwa klien sering mendengar suara
yang mengatakan cinta, klien mendengar suara tersebut pada pagi dan malam hari
saat akan tidur. Data obyektif : klien tampak mendengar suara, klien tampak raguragu, emosim klien tampak labil.
Masalah keperawatan : Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain.
Pengkajian selanjutnya didapatkan data subyektif klien mengatakan masih
sering mendengar suara-suara itu, tapi klien masih ragu benar atau tidak. Data
obyektif : klien diam, menunduk dan tampak merasa malu.
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
Prioritas utama diagnosa keperawatan dari hasil pengkajian diperoleh data
subyektif bahwa klien mendengar suara yang mengatakan cinta, kadang suara itu
membuat klien menjadi ragu-ragu benar atau tidak, data obyektif didapat klien
tampak mendengar suara, klien tampak ragu-ragu, emosi klien tampak labil. Maka
26
27
membantu
klien
mengidentifikasi
halusinasi
yaitu
dengan
28
29
30
dan
31
32
33
BAB IV
PEMBAHASAN
kemungkinan dapat
34
35
36
37
mengevaluasi
kembali
bagaimana
klien
mengatsi
38
menyusun
jadwal
kegiatan
harian,
menganjurkan
klien
39
juga
dituntut
untuk
dapat
menyelesaikan
dokumentasi
proses
40
memutus halusinasi seperti yang telah didiskusikan bersama. Klien juga mau
menyusun jadwal rencana kegiatan harian klien.
2. Perubahan persepsi sensori : halusinasi berhubungan dengan harga diri rendah.
Untuk diagnosa keperawatan yang kedua ini, penulis belum dapat
menyelesaikannya. Hambatan yang penulis rasakan adalah keterbatasan
pengetahuan penulis tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan
halusinasi dan terlalu singkatnya waktu pemberian asuhan keperawatan.
Dalam pemeberian asuhan keperawatan pada Nn. S dengan halusinasi,
ada beberapa masalah keperawatan yang tidak diangkat oleh penulis yaitu
isolasi sosial : menarik diri dan perubahan proses pikir : waham berhubungan
dengan harga diri rendah kronis. Diagnosa tersebut tidak diangkat karena tidak
ditemukan data data yang menunjang munculnya masalah tersebut.
41
IMPLIKASI KEPERAWATAN
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada kasus Nn. S penulis hanya mengangkat dua dari lima diagnosa
yang kemungkinan muncul yaitu Resiko mencederai diri sendiri, orang lain
dan lingkungan berhubungan dengan halusinasi dan Gangguan persepsi
sensori : halusinasi berhubungan dengan harga diri rendah.
Pengambilan
diagnosa
keperawatan
tersebut,
penulis
angkat
berdasarkan data subyektif dan obyektif pada saat pengkajian yaitu klien
mengatakan sering mendengar suara yang mengungkapkan cinta pada klien
dan ingin menikah dengan klien. Klien merasa ragu ragu untuk
mempercayainya sehingga klien tampak murung.
Dalam dua hari melakukan asuhan keperawatan pada klien, penulis
hanya melakukan intervensi pada diagnosa keperawatan pertama yaitu resiko
mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
halusinasi. Dan selama dua hari itu, penlis mampu menyelesaikan sampai
tujuan khusus ketiga yaitu klien mampu mengontrol halusinasinya.
Faktor penghambat dalam pmberian asuhan keperawatan pada klien
Nn. S adalah kurangnya pengetahuan penlis dan keterbatasan
waktu,
43
Dalam memberikan
44
DAFTAR PUSTAKA
45
LAMPIRAN
46
Laporan
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Akhir
Program Diploma III Keperawatan
Disusun oleh :
PUJI SULASMI
NIM.20011383
47
Tanggal
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan
Politeknik Kesehatan Semarang
48
Telah disahkan oleh tim penguji ujian akhir pendidikan tenaga kesehatan
Program Studi Keperawatan Semarang.
Laporan kasus berjudul Asuhan Keperawatan Pada Nn. S Dengan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi akustik dan visual Di Ruang Madrim
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang untuk diajukan dalam memenuhi
tahapan ujian akhir pendidikan tenaga kesehatan Program Studi Keperawatan
Semarang Tahun Akademik 2004/2005.
Pada Hari/Tanggal
Penguji I
Penguji II
Mugi Hartoyo, MN
NIP.
Penguji III
Siti Rochyani
NIP.
Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan
Politeknik Kesehatan Semarang
49
poltekkes
keberhasilan penulis.
semarang
dan
yang
selalu
mengaharap
50
Semarang,
Agustus 2004
Penulis
51
DAFTAR ISI