Elektif Bedah Mulut B1
Elektif Bedah Mulut B1
INJEKSI ANASTESI
OLEH:
Kelompok B1
Suci Dwi Puspita
Dewi Putri Utami
Helsi Nadia Riani
Hendrik Redhian
Hesti Rahmiati
Repika Ayu Yulanda
Priskilla Rahmiati
Margaret Yunita
04121004005
04121004001
04121004043
04121004007
04121004054
04121004057
04121004046
04121004049
Erni Haryanti
Falensia Octaria
Anna Pratiwi
Rismaulina S
Evi Novianti
Catherine Videllia
Yurika Handayani
04121004002
04121004006
04121004010
04121004011
04121004051
04121004053
04121004013
1. DEFINISI
Anestesi adalah langkah awal yang wajib dilakukan sebelum seseorang menjalani
prosedur pembedahan.
Anestesi diberikan untuk memblokir sementara sensasi rasa sehingga memungkinkan
pasien menjalani operasi dan prosedur kesehatan lainnya tanpa rasa sakit.
Anestesi harus diberikan secara hati-hati karena bekerja pada sistem saraf pusat pasien.
Oleh karena itu, dosis yang tidak benar akan mengganggu kerja seluruh sistem saraf pusat.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, disuntikkan secara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Pemberian injeksi merupakan
prosedur invasif yang harus dilakukan dengan menggunakan teknik steril. Karakteristik
jaringan mempengaruhi kecepatan penyerapan obat dan kerja obat,oleh karenanya sebelum
menyuntik obat harus diketahui volume obat yang akan diberikan, karakteristik obat dan
letak atau anatomi tempat yang akan disuntik
2. TUJUAN
Mempercepat proses penyerapan (absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.
3. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN SAAT INJEKSI
Pemberian obat secara injeksi dapat berfungsi sebagaimana mestinya, maka kita harus
memperhatikan beberapa hal berikut ini :
a)
b)
c)
d)
e)
Salah satu efek yang bisa ditimbulkan dari pemberian obat secara injeksi adalah dapat
menimbulkan infeksi. Adapun cara-cara yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi
selama injeksi dilakukan yaitu :
Untuk mencegah kontaminasi larutan, isap obat dari ampul dengan cepat. Jangan
jarum.
Untuk menyiapkan kulit, cuci kulit yang kotor karena kotoran, drainase atau feses
dengan sabun dan air, lalu keringkan. Lakukan gerakan mengusap dan melingkar
ketika membersihkan luka menggunakan swab antiseptik. Usap dari tengah dan
bergerak keluar dalam jarak dua inci.
Tindakan Pencegahan
a. Mencuci Tangan
Hal-hal yang digunakan saat mencuci tangan:
1. Dekontaminasi tangan rutin dengan sabun dan air mengalir
2. Desinfeksi kulit (hibiscrub, handyclean)
Mencuci tangan harus dilakukan pada waktu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
d. Pemakaian Gwon
Alasan mengenakan gwon adalah mencegah agar pakain tidak kotor selama kontak
dengan pasien. Gwon melindungi petugas kesehatan kontak dengan bahan dan darah atau
cairan dari tubuh pasien yang terinfeksi.
e. Menerapkan Teknik Aseptik
Bertujuan untuk membasmi sejumlah mikroorganisme pada permukaan hidup (kulit
dan jaringan) dan obyek mati (alat-alat bedah dan barang-barang yang lain).
f. Memproses Alat Bekas Pakai
Alat dan instrument yang telah dipakai harus disterilkan kembali agar
mikroorganisme patogen yang menempel pada alat dan instrument tidak menjadi penyebab
penularan ke pasien lain pada saat alat dan instrument akan digunakan kembali.Ada tiga
proses/langkah pokok yang dilakukan:
lalu merendam dengan bahan kimia selama 20 menit (larutan klorin 0,1 %)
Sterilisasi dilakukan dengan otoklaf (1200 C) selama 30 menit jika
terbungkus dan cukup 20 menit jika tidak terbungkus. Sedangkan metode
panas kering (1700 C) selama 60 menit.
1. Hati-hati saat melakukan penjahitan agar tidak tertusuk jarum secara tidak sengaja
2. Jangan menutup kembali, memelengkungkan, mematahkan atau melepaskan jarum
yang akan dibuang
3. Buang benda-benda tajam dalam wadah anti bocor dan segel dengan perekat jika
sudah dua pertiga penuh wadah benda tajam tadi harus dibakar dalam insinerator.
4. Jika tidak dapat dibakar dalam insinerator maka jarum harus dibilas 3x dengan
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi. Tutup lagi ujung jarum dengan
penutupnya menggunakan tehnik satu tangan (one hand tehnik) lalu ditanam dalam
tanah.
5. Tempat sampah hitam sampah tidak kontaminasi
6. Tempat sampah kuning sampah terkontaminasi
h. Penanganan Sampah/Limbah
Adapun tujuan penanganan sampah/limbah adalah sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
Kontraindikasi
1. Pasien yang mengalami infeksi pada kulit.
2. Pasien dengan kulit terluka.
3. Pasien yang sudah dilakukan skin tes.
Prosedur
1. Bersihkan daerah penyuntikkan dengan kapas alkohol
2. Regangkan daerah kulit yang akan disuntik, lalu tusukkan ujung jarum suntik dalam
posisi 10 , posisi lubang jarum mengarah ke permukaan atas.
3. Lalu posisi jarum disejajarkan kulit sampai jarum menembus lapisan antara stratum
corneum. Panjang jarum yang masuk tidak perlu seluruhnya ditusukkan tapi
disesuaikan dengan kebutuhan.
4. Jika sudah yakin bahwa jarum sudah berada di antara lapisan kulit, larutan dalam
syringe boleh diinjeksikan.
5. Jika posisi injeksi sudah benar, maka permukaan kulit akan tampak menggembung,
seperti tanda fluktuasi.
6. Setelah semua larutan diinjeksikan, jarum dicabut perlahan-lahan dan kulit daerah
bekas tusukan dihapus dengan menggunakan kapas alkohol.
B. Injeksi Subkutan (SC)
Adalah memasukkan sejumlah zat/cairan ke bawah kulit dengan jarum suntik. Cairan
yang disuntikkan biasanya dalam jumlah kecil.
Indikasi
1.
2.
3.
Kontra Indikasi
1.
2.
3.
4.
Luka
Berbulu
Alergi
Infeksi kulit
Lokasi Penyuntikan
1.
2.
Prosedur
1.
2.
3.
4.
5.
boleh diinjeksikan
Setelah larutan semuanya sudah diinjeksikan, jarum dicabut perlahan-lahan dan
kulit daerah bekas tusukam ditekan denganmenggunakan kapas alkohol.
V. mediana cubiti
V. basilica
V. antebrachial medianus
V. cephalica
Indikasi
1.
Pasien yang membutuhkan, agar obat yang di berikan dapat di berikan dengan
2.
3.
4.
5.
6.
cepat.
Pasien yang terus menerus muntah muntah
Pasien yang tidak di perkenankan memasukkan apapun juga lewat mulutnya.
Typoid
Sesak nafas
Epilepsi atau kejang kejang
Kontraindikasi
1.
2.
Pasien alergi terhadap obat (misalnya mengigil, urticaria, shock, collaps dll)
Pada bekas suntikan dapat terjadi apses, nekrose atau hematoma
Prosedur
1.
2.
3.
Palpasi daerah lengan atau fossa cubiti untuk menetukan lokasi dan memilih vena.
Pasang manset tourniquet sekeliking lengan atas.
Bersihkan kulit tempat menyuntik dengan kapas alkohol.
4.
Lokasi penyuntikan ditahan dengan ibu jari penyuntik, kemudian mulai tusukkan
5.
6.
7.
8.
Indikasi
1. Pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan
Infeksi
Lesi kulit
Jaringan parut
Benjolan tulang
Otot atau saraf besar dibawahnya
Lokasi penyuntikan
1.
2.
3.
Prosedur
1.
2.
3.
4.
dalam posisi 90 atau tegak lurus, tindakannya harus tepat dan cepat
Setelah jarum sepenuhnya masuk, lepaskan pegangan tangan anda
Tarik perlahan pendorong syringe dan lakukan aspirasi untuk memeriksa apakah
jarum syringe yang ditusukkan masuk ke pembuluh darah atau tidak. Jika tampak
darah, jarum segera dicabut dan daerah bekas tusukan ditekan dengan kapas
alkohol. Lalu lakukan injeksi di lokasi lain dengan menggunakan jarum baru.
6. PERALATAN
SPUIT
A. Definisi
Spuit (syringe) adalah satu dari tiga komponen penting peralatan anastesi local (selain
jarum suntik dan cartridge tabung silinder yang berisi bahan anastetikum). Spuit merupakan
sebuah alat yang memindahkan bahan anastetikum dari cartridge ke tubuh pasien melalui
jarum suntik.
B. Macam-Macam/Tipe
Terdapat tujuh macam spuit yang digunakan untuk anastesi local dalam dunia
kedokteran gigi, yaitu sebagai berikut :
1. Non-disposable
Breech-loading, metallic, cartridge-type, aspirating
Breech-loading, plastic, cartridge-type, aspirating
Breech-loading, metallic, cartridge-type, self-aspirating
Pressure
Jet injector
2. Disposable
3. safety syringe
C. Indikasi
1. Non-disposable
Non-disposable spuit merupakan spuit yang dapat dipakai beberapa kali setelah
disterilkan terlebih dahulu.
a. Breech-loading, metallic, cartridge-type, aspirating
Breech-loading memiliki arti bahwa cartridge dapat dimasukkan ke dalam
spuit. Metallic berarti spuit terbuat dari bahan logam. Beberapa logam yang
sering dipakai adalah chrome-plated brass dan stainless stell. Cartridge-type
artinya spuit berbentuk cartridge, yaitu berbentuk tabung silinder. Aspirating
berarti spuit memiliki suatu alat seperti tip atau harpoon yang melekat pada
piston dan digunakan untuk penetrasi karet tebal atau silicone rubber pada
ujung yang berlawanan dari cartridge (dari jarum). Secara ringkas, spuit ini
dapat melakukan aspirasi sebelum bahan anastetikum dideposit.
d. Pressure
Indikasi : injeksi periodontal ligament atau injeksi intraligament.
e. Jet injector
Indikasi : anastesi mukosa pada palatum dan injeksi supraperiosteal.
2. Disposable
Disposable spuit adalah spuit yang hanya dapat digunakan untuk satu kali
pemakaian.
3. Safety syringe
Spuit ini dapat meminimalisasi resiko luka pada operator yang disebabkan oleh
tertusuk jarum suntik yang telah terkontaminasi setelah injeksi dilakukan kepada pasien.
JARUM SUNTIK
A. Definisi
Jarum suntik merupakan alat yang berfungsi meyalurkan anastetikum dari
dental catridge ke jaringan sekitar yang berada di ujung jarum suntik. Jarum suntik
terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
a. Bevel, merupakan bagian ujung dari jarum suntik. Biasanya pabrik
membagi ukurannya menjadi long, medium, dan short.
b. Shank atau shaft, terdiri dari diameter jarum suntik dan panjang shank
Gambar 10. A. sebuah ujung jarum non-defleksi yang terletak di tengah shaft
sehingga meminimalkan deflesi(pembelokkan) ketika jarum berpenetrasi ke
dalam jaringan lunak. B. Jarum dental konvensional. Ujung jarum terletak di
tepi bawah shaft jarum, sehingga menghasilkan defleksi ketika jarum melewati
jaringan lunak.
Sedangkan ukuran jarum, semakin kecil nomornya maka semakin besar diameter
jarum suntik tersebut. Ukuran 30 memiliki diameter lubang jarum suntik lebih kecil
dibandingkan ukuran 25. Ada asumsi bahwa dengan menggunakan jarum suntik
berdiameter kecil akan mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh pasien.
Diameter jarum yang lebih besar (ukuran 25) memiliki perbedaan yang khas
dibandingkan dengan jarum ukuran kecil, antara lain adalah penyimpangan atau
pembelokkan yang terjadi saat melewati jaringan sangat kecil. Ini akan menghasilkan
keakuratan sehingga diharapkan injeksi sukses terutama untuk injeksi pada jaringan yang
dalam misalnya alveolar inferior, Gow Gates ,mandibular, Akinosi mandibular dan blok
nervus infraorbital. Selain itu, untuk daerah yang memiliki kemungkinan aspirasi positif
juga disarankan untuk menggunakan jarum suntik berdiameter besar (misalnya ukuran
25).
Berdasarkan fungsi
3.
Kesimpulan
Anestesi diberikan untuk memblokir sementara sensasi rasa sehingga memungkinkan
pasien menjalani operasi dan prosedur kesehatan lainnya tanpa rasa sakit.
Anestesi harus diberikan secara hati-hati karena bekerja pada sistem saraf pusat pasien.
Oleh karena itu, dosis yang tidak benar akan mengganggu kerja seluruh sistem saraf pusat.
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, disuntikkan secara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuan dari injeksi
mempercepat proses penyerapan (absorbsi) obat untuk mendapatkan efek obat yang cepat.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat injeksi. Pemberian injeksi bervariasi
antara lain cutan, subcutan, intravena, dan intramuscular. Serta terdapat berbagai
karakteristik dari spuit maupun jarum suntik. Selain itu yang paling penting adalah terdapat
cara pencegahan infeksi selama injeksi yang harus diperhatikan.
Daftar Pustaka
Fragiskos D. Fragiskos. 2007. Oral surgery. Hiedelberg : Springer, halaman 9.
Idayanti. Hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap penerapan standar
operasional
Arifin Achmad, Pekan Baru. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara. 2008.
Mallamed ,S.F. 2011Handbook of Local Anesthesia. Edisi VI. St. Louis,Missouri. Elsevier
Mosby.