TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Terkait
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau
disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk tetapi tidak dibatasi pada
deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara
Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Dalam pengertian lain,
pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Menurut Bloom (1974) pengetahuan yang dicakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang di temukan sendiri, atau
menggunakan kriteria yang telah ada.
Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang (overt behavior). Karena itu dari pengalaman dan penelitian
ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut
pendapat Rogers (1974) bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru (berperilaku baru) di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni:
1)
2)
3)
4)
demikian
dari
penelitian
selanjutnya
Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahaptahap tersebut di atas.
Menurut Sutanto Priyo Hastono (2001) setelah didapatkan data dari
perhitungan pengetahuan dikategorikan sebagai berikut:
1) Tinggi : bila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden (51%100%).
2) Rendah : bila pertanyaan dijawab dengan benar oleh responden (0%50%).
Pengetahuan tentang keadaan sehat dan sakit adalah pengalaman
seseorang
tentang
keadaan
sehat
dan
sakitnya
seseorang yang
2) Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai
masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini
adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
3) Keterpaparan informasi
Pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary,
adalah that of which one is apprised or told: intelligence, news.
Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang
dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi
sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga
memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU
tekhnologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik
untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,
mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan
tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks,
image, suara, kode, program komputer, databases. Adanya
perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya
informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi
itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data
dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui
komunikasij(http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan).
2. Perilaku
a. Pengertian
Perilaku adalah keadaan jiwa berpendapat, dan untuk memberi respons terhadap
situasi diluar subjek tersebut. Respons ini bisa bersifat pasif atau tanpa tindakan dan
dapat juga bersifat aktif dengan tidakan atau action ( Notoatmojo, S. Dkk 1985 ).
b. Faktor pembentuk perilaku
Bentuk operasional dariperilaku ini dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Perilaku dalam bentuk pengetahuan, yaitu dengan mengetahui situasi atau
rangsangan dari luar.
2) Perilaku dalam bentuk sikap yaitu tanggapan batin terhadap keadaan atau
rangsangan dari luar subjek.
3) Perilaku dalam bentuk tindakan dan sudah konkrit berupa perbuatan terhadap
situasi rangsangan dari luar.
Umumnya seseorang berpendapat bahwa perilaku itu hanya terwujud didalam
perbuatan atau tindakan (action ) yang konkrit saja, sedangkan pengetahuan dan sikap
bukan merupakan perilaku.
Perilaku manusia cenderung bersifat holistik (menyeluruh ) dan merupakan
refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti : keinginan, minat, kehendak,
pengetahuan, emosi, berfikir, sikap, motivasi, reaksi dan sebagainya. Namun
demikian sulit dibedakan refleksi dari gejala kejiwaan yang mana seseorang
berperilaku tertentu.
Apabila ditelusuri lebih lanjut, terdapat berbagai faktor lain yang mempengaruhi
faktor lain yang mempengaruhi gejala kejiwaan yang tercermin dalam tindakan
pemungkin
(Enabling
Factor),
yaitu
merupakan
faktor
yang
rentan (hospes). Sebelum infeksi pulmonari dapat terjadi, organisme yang terhirup
terlebih dahulu harus melawan mekanisme pertahanan paru dan masuk jaringan paru
(Asih, 2003).
b) Penyebab
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang
berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen
mycobacterium tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan
terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme
ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena
itu, mycobacterium tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang
kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk
penyakit tuberkulosis (Somantri, 2008).
Periode inkubasi umum Mycobacterium tuberculosis adalah 4-12 minggu
untuk pembentukan lesi primer ( Brunner & Suddarth: 2002).
c) Faktor resiko
Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu umur,
jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil penelitian yang
dilaksanakan di New York pada panti penampungan orang-orang gelandangan
menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat
secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya
mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru
adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun (Depkes RI 2002).
1) Faktor Jenis Kelamin.
jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu
anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota
keluarga yang lain.
Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya dinyatakan
2
dalam m /orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung dari kualitas
bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya minimum
2
apabila dipancarkan melalui kaca tidak berwarna dapat membunuh kuman dalam
waktu yang lebih cepat dari pada yang melalui kaca berwama. Penularan kuman
TB Paru relatif tidak tahan pada sinar matahari. Bila sinar matahari dapat masuk
dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar penghuni
akan sangat berkurang.
7) Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi, fungsi pertama adalah untuk menjaga
agar aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap
terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam
rumah, disamping itu kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara
di dalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan
penyerapan. Kelembaban ini akan merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri-bakteri patogen/ bakteri penyebab penyakit, misalnya kuman
TB Paru. Fungsi kedua dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di situ selalu terjadi
aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu
mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan kamar tidur selalu
tetap di dalam kelembaban (humiditiy) yang optimum.
Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling sedikit luas lubang ventilasi
sebesar 10% dari luas lantai. Untuk luas ventilasi permanen minimal 5% dari luas
lantai dan luas ventilasi insidentil (dapat dibuka tutup) 5% dari luas lantai. Udara
segar juga diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam
12) Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan
penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara
pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan
akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.
(http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/24/faktor-resiko-tbc/).
5) Wheezing
Wheezing terjadi
3) Orang-orang bertaraf hidup rendah dan memiliki akses rendah terhadap fasilitas
kesehatan
4) Pengidap HIV
5) Orang-orang yang berada di negara yang terkena epidemi TBC
6) Orang-orang yang sedang sakit dan turun daya tahan kekebalan tubuhnya
h) Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda-tanda :
1) Tanda-tanda infiltrate (redup,bronchial,ronki basah, dan lain-lain)
2) Tanda-tanda penarikan paru,diagfragma, dan mediastium.
3) Sekret di saluran nafas dan ronki.
4) Suara nafas amforik karena adanya kavitas yang berhubungan langsung dengan
bronkus.
i) Penemuan Pasien TB paru
Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara bermakna akan dapat
menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat.
3) Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak cost efektif (Depkes
RI, 2007).
j) Penegakan Diagnosis pada TB Paru
Apabila seseorang dicurigai menderita atau tertular penyakit TB Paru, Maka ada
beberapa hal pemeriksaan yang perlu dilakukan untuk memeberikan diagnosa yang
tepat antara lain :
1) Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
2) Pemeriksaan fisik secara langsung.
3) Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
4) Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
5) Rontgen dada (thorax photo).
dan Uji tuberculin
Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TB Paru ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme
pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan
bakteri TB paru akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.
Mikobakterium tuberkulosa biasanya berjalan dari paru melalui aliran darah ke
ginjal kemudian menjadi dormant di ginjal selama bertahun- tahun. Proses
tuberculosis biasanya dimulai dari glomerulus dan kemudian menyebar ke seluruh
nefron menyebabkan destruksi renal progresif. Ketika piala ginjal terinfeksi,
organism menyebar kebawah ke kandung kemih dan pada pria dapat juga
menginfeksi prostat, epididimis dan testis ( Brunner & Suddarth: 2002).
Tuberkulosis saluran kemih dapat timbul pada segala usia dari usia muda sampai
usia tua dengan keadaan umum kurang baik. Mikobakterium tuberkulosa mencapai
ginjal atau epididimis secara hematogen dan menyebabkan gambaran patologik yang
khas berupa kelainan granulo matosa yang akhirnya cenderung mengalami kaverne
yaitu rongga. Dari ginjal terjadi penyebaran infeksi secara desendens melalui ureter
yang dapat mengalami striktur fibrosa ( Wim de jong; 2005 ).
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak,
makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan
kuman tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut (Depkes RI, 2007).
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap
dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan
tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel
bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam
paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak).
Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami
pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TB Paru.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak
dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial
ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya
jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari
infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan
jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya
infeksi TB Paru.
TB Paru menular melalui udara apabila orang yang membawa TB Paru dalam
paru-paru atau tenggorokan, batuk, bersin atau berbicara, lalu kuman dilepaskan ke
udara. Apabila orang lain menghirup kuman ini mereka mungkin terinfeksi.
Kebanyakan orang mendapat kuman TB Paru dari orang yang sering berada dekat
dengan mereka, seperti anggota keluarga, teman atau rekan sekerja. TB Paru tidak
menular melalui barang dan peralatan rumah, misalnya sendok garpu, periuk, gelas,
seprai, pakaian atau telepon, jadi barang dan peralatan baru untuk kegunaan sendiri
tidak diperlukan.
Resiko Penularan TB paru tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan
dahak. Pasien TB Paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko
penularan lebih besar dari pasien TB Paru dengan BTA negatif. Resiko penularan
setiap tahunnya ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI)
yaitu proporsi penduduk yang beresiko terinfeksi TB Paru selama satu tahun. ARTI
sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh) orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap
tahun. Infeksi TB Paru dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberkulin negatif
menjadi positif (Depkes RI 2007).
l) Pencegahan penularan
Adalah upaya pasien dalam melakukan pencegahan penularan penyakit TB
Paru terhadap orang-orang lingkungan disekitar.
a) Perilaku pencegahan penularan TB Paru dengan penerapan pola hidup sehat
b) Pengidap TB Paru di paru-paru diminta menutupi hidung dan mulutnya apabila
mereka batuk atau bersin.
c) Pengidap TB Paru menular di paru-paru dipisahkan dari orang lain sampai tidak
bisa menulari lagi.
(4) 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b) Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru dan BTA positif.
Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
(1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negtif.
(2) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
(3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
(4) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
B. Penelitian Terkait
1. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Wahyudi tahun 2006 dengan judul Hubungan
Antara Pengetahuan Tentang Penyakit TB Paru Dengan Tindakan Pencegahan Penularan
Pada Keluarga Penderita TB Paru (Studi Pada Keluarga Penderita Tb Paru Di Wilayah
Kerja Puskesmas Ponorogo Utara Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo). Jenis
penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain
penelitian cross sectional. Sampel adalah Anggota keluarga penderita TB Paru yang
tercatat di Wilayah Kerja Puskesmas Ponorogo Utara sebanyak 70 orang dengan
menggunakan tehnik simple random sampling. Untuk mengetahui adanya hubungan
antara variabel digunakan uji statistik chi square. Hasil penelitian menunjukkan 40 %
responden berumur 41 60 tahun, 62,9% pendidikan responden adalah SMA, (58,57 %)
responden mempunyai hubungan penderita dalam keluarga sebagai ayah penderita tingkat
pengetahuan tinggi sebanyak 40 responden (57,1%) dan tindakan pencegahan penularan
yang benar sebanyak 37 responden (52,9%). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
hubungan antara pengetahuan dengan tindakan pencegahan penularan diperoleh nilai
X2=4,970 nilai p=0,026 dengan tingkat kemaknaan a = 0,05 sehingga p < a berarti ada
hubungan antara pengetahuan tentang penyakit TB Paru dengan tindakan pencegahan
penularan pada keluarga penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas Ponorogo Utara
(http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s1-2006-wahyudieka-).
2. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Yuyun Indah Kurnia tahun 2004 dengan judul
Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga pasien Tuberkulosis Paru Tentang Pencegahan
penularan Dengan Prosentase Anggota keluarga Yang Tertular Di Rumah Sakit Umum
daerah Paru. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional. Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah keluarga pasien Tuberkulosis Paru, sedangkan
sampel yang di ambil dengan cara total sampling yaitu keluarga yang menunggu penderita
diruangan TB paru pria di Rumah Sakit Umum Daerah Paru Batu yang berjumlah 20
orang. Untuk mencari hubungan antara kedua variabel digunakan analisa Product Moment
dari Pearson dan diperoleh hasil kondisi tingkat pengetahuan keluarga tentang pencegahan
TB paru dalam kondisi baik (80%) dan prosentase keluarga yang tertular TB paru
terbanyak adalah dalam kategori sedang (55%).Untuk analisis hubungan antara kedua
variabel didapatkan nilai =0,1507, jadi kesimpulannya ada hubungan antara tingkat
pengetahuan keluarga pasien TB Paru tentang pencegahan penularan dengan prosentase
anggota keluarga yang tertular TB Paru di Rumah Sakit Umun Daerah Paru Batu. Dari
hasil tersebut dapat disarankan pengetahuan keluarga tentang pencegahan penularan TB
paru harus terus dipertahankan, disebarluaskan serta diterapkan dalam kehidupan seharihari. (http://digilib.umm.ac.id/go.php?id=jiptummpp-gdl-s12004- yuyunindah-441).
3. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Muzaidi tahun 2000 dengan judul
Hubungan
kesembuhan
penderita
tuberkulosis
dewasa
BTA (basil tahan asam) positif di kota salatiga tahun 2003. Metode penelitian ini
merupakan jenis penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif. Data yang diperlukan
dalam penelitian ini diperoleh dalam bentuk data sekunder, dengan cara mencatat apa
yang sudah tertulis dalam buku status penderita yang terdapat di buku program TB Paru
nasional di dinas kesehatan (dinkes) kota Salatiga. Hasil penelitiannya adalah penderita
baru kasus TB Paru kota salatiga tahun 2003 sebanyak 82 penderita, penderita
tuberkulosis BTA positif berjumlah 48 penderita sedangkan BTA negatif berjumlah 34
penderita, dari penduduk kota salatiga yang berjumlah 108.653 jiwa didapati insidensi
penderita tuberkulosis BTA positif sebesar 0,044% dengan tingkat kesembuhan sebesar
87,5%. Kesimpulan insidensi penderita tuberkulosis BTA positif di kota salatiga tahun
2003 sebesar 0,044% dengan tingkat kesembuhan sebesar 87,5%. Penderita perempuan
lebih banyak daripada penderita laki-laki, penderita berumur 20-24 tahun merupakan
penderita
yang
terbanyak
dan
penderita
terbanyak
terdapat
di
BP4
(Medicine.uii.ac.id/.../insidensi-dan-tingkat-kesembuhan-penderita-tuberkulosis-dewasa).
5. Penelitian terkait yang dilakukan oleh putranto perdana yang berjudul faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan berobat penderita TB Paru selama pengobatan di
Puskesmas Kecamatan Ciracas Jakarta Timur pada tahun 2008 Penelitian ini bertujuan
C. Kerangka Teori
Untuk lebih jelasnya kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut :
Factor Pemudah
- Umur
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
- Pengetahuan
- Pendidikan
Factor Pemungkin
- Paparan media
- Informasi
Perilaku
pencegahan
penularan TB Paru
Factor Penguat
Dukungan
keluarga
- Pelayanan
perawat
puskesmas
- Kebijakan
pemerintah
-
Variable terikat
Diteliti
Gambar 2.4 Skema Kerangka Teori Penelitian