Oleh:
Kelompok 16
Siti Roslinda Rohman
Amin Ayu Badriyah
Nadifatus Susanna
Sri Indah Novianti
Indah Dwi Rahayu
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi
yang
dikembangkan
pada
kelompok
klien
untuk
meningkatkan
Tujuan
Tujuan umum TAK Stimulasi persepsi yaitu pesertadapat meningkatkan
2.
1.3
1.3.1
Manfaat
Manfaat Bagi Klien
1.3.2
Sebagai
terapi
mengoptimalkan
modalitas
Strategi
yang
Pelaksanaan
dapat
dalam
dipilih
untuk
implementasi
1.3.4
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1
2.1.1
Definisi
Gangguan proses pikir adalah kondisi ketika individu mengalami
gangguan
aktivitas
mental
seperti
alam
sadar,
orientasi
realias,
macam
faktor
mempengaruhi
proses
berpikir
itu,
gangguan
psikotik
yang
bersifat
organik
meliputi
Penyebab
b. Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan
skizoprenia
c. Faktor Psikologis
-
Konflik perkawinan
Sosial budaya
Kemiskinan
kemampuan
mengatasi
masalah
disertai
memungkinkan
Klasifikasi
1) Arus Pikir
a. Koheren : Kalimat / pembicaraan dapat difahami dengan baik.
b. Inkoheren : Kalimat tidak terbentuk, pembicaraan sulit difahami.
satu
dengan
kalimat
yang
lainnya,
dan
klien
tidak
menyadarinya.
f.
j.
2) Isi Pikir
j.
Waham
-
Kebesaran
Klien
mempunyai
keyakinan
yang
dimata-matai
atau
kejelekan
sedang
Waham bizar
3) Bentuk pikir
a. Realistik : Cara berfikir sesuai kenyataan atau realita yang ada
b. Non realistik : Cara berfikir yang tidak sesuai dengan kenyataan
c. Autistik : Cara berfikir berdasarkan lamunan / fantasi / halusinasi /
wahamnya sendiri
d. Dereistik : Cara berfikir dimana proses mentalnya tidak ada sangkut
pautnya dengan kenyataan, logika atau pengalaman.
2.1.4
Manifestasi Klinis
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan
Takut, kadang panik
Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
Ekspresi tegang, mudah tersinggung
2.1.5
Terapi
Memberi layanan pembelajaran pada klien dengan gangguan proses
pikir tentunya banyak menemui hambatan. Namun, ada banyak cara yang bisa
dicoba untuk memdudahkan hal tersebut, yaitu dengan menggunakan terapi
permainan. Ada beberapa peran terapi permainan dalam pembelajaran, yaitu
(Mulya, 2011):
a. Terapi permainan sebagai saranan pencegahan. Mencegah kesulitan,
menambah masalah, dan mencegah terhambatnya proses pembelajaran.
b. Terapi permainan sebagai sarana penyembuhan. Dalam hal ini terapi
permainan dapat mengembalikan fungsi, psiko-terapi, fungsi sosial,
melatih komunikasi, dan lain-lain.
permainan
sebagai
sarana
untuk
mengembangkan
kepribadian.
d. Terapi permainan sebagai saran untuk melatih aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari. Khususnya anak perempuan.
Menurut Sutini dkk (2009), penyuluhan kesehatan untuk keluarga berisi
tentang perkembangan anak untuk tiap tahap usia didukung keterlibatan orang
tua dalam perawatan anak, bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi
perilaku anak yangsulit, informasikan sarana pendidikan yang ada.
2.2 Terapi Aktivitas Kelompok
2.2.1
Definisi kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan
yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (stuart dan
Laraia, 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang
yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut,
kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik
(Yolam, 1995 dalam stuart dan laraia, 2001). Semua kondisi ini akan
mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok memberi dan
menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam
kelompok.
2.2.2
orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. Kekuatan
kelompok ada pada konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam
mencapai tujuannya.
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling
membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.
Kelompok merupakan laboraturium tempat untuk mencoba dan menemukan
hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif.
Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensi nya oleh
anggota kelompok yang lain.
2.2.3
1. Terapi kelompok
berespon
pada
BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI
MEMBACA ARTIKEL
3.1 AKTIVITAS DAN INDIKASI
Aktivitas TAK Stimulasi persepsi dilakukan tiga (3) aktivitas yang melatih
kemampuan klien dalam meningkatkan kemampuan verbal secara bertahap
selama tiga sesi. Klien yang mempunyai indikasi TAK Stimulasi persepsi adalah
klien dengan gangguan sebagai berikut berikut:
1. Klien dengan isolasi sosial dan menarik diri
2. Klien dengan harga diri rendah
3. Klien dengan gangguan proses pikir
4. Klien dengan kurangnya komunikasi verbal
3.2 TUGAS DAN WEWENANG
1. Tugas Leader dan Co-Leader
-
2. Tugas Fasilitator
-
3. Tugas Observer
-
4. Tugas Klien
-
Peringatan lisan
Sasaran
: 45 menit
Tempat
Terapis
:
1. Leader
2. Fasilitator
3. Observer
A. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kembali isi bacaan.
2. Klien dapat memberikan pendapat terhadap isi bacaan.
3. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain.
B. Sasaran
1. Pasien kooperatif
2. Pasien tidak terpasang restrain
C. Setting
D. MAP
K
F
K
F
K
F
Keterangan :
L : Leader
O : Observer
F : Fasilitator
K : Klien
E. Alat
Majalah/Koran/artikel
F. Metode
Dinamika kelompok
G. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.
3. Menanyakan penerapan TAK yang lalu.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu membaca majalah/koran/artikel.
2. Menjelaskan aturan main berikut.
3. Tahap kerja
a. Tentukan bacaan yang akan dibaca.
b. Bacalah isi majalah/koran/artikel selama 10 menit (jika mungkin berikan
foto kopi bacaan pada klien).
c. Tanyakan pendapat seorang klien mengenai isi bacaan.
d. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya.
e. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien memberi pendapat
f.
klien
untuk
melatih
kemampuan
membaca
dan
Nama Klien
klien lain.
3. Mengikuti kegiatan sampai selesai.
Petunjuk:
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (+) jika
ditemukan pada klien atau (-) jika tidak ditemukan.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dinilai klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh catatan: klien mengikuti TAK stimulasi Sensori
(baca), klien mampu memberi pendapat benar tentang bacaan dan memberi
tanggapan terhadap pendapat klien lain serta mengikuti sampai selesai,
anjurkan klien membaca (buat jadwal).
Perseptor Klinik
DAFTAR RUJUKAN
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Damaiyanti, Mukhripah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperatan Jiwa. Gunarsa, Aep
(ed). Bandung : PT Refika Aditama.
Direja. S. H, Ade. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Nuha Medika
Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada
Anak dan Remaja, Widya Medika, Jakarta.
Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang
Rentang Kehidupan, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Hyun Sung Lim and Jae Won Lee. Parenting Stress and Depression among
Mothers of Children with Mental Retardation in South Korea: An
Examination of Moderating and Mediating Effects of Social Support.
Pacific Science Review, 2007; 9 (2): 150-159.
Mulya, Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Klasifikasi Anak
Tunagrahita, (Online), s(http://tunagrahita.com/2011/04/klasifikasi-anaktunagrahita/, diakses 10 Agustus 2011).
Mulya , Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Peran Terapi Permainan
Untuk Anak Tunagrahita, (Online), (http://tunagrahita.com/2011/04/terapipermainan-untuk-tunagrahita/, diakses 10 Agustus 2011).
Peshawaria et al. 2009. Asia Pasific Disability Rehabilitation Journal, 2009: A
Study of Facilitators and Inhibitors That Affect Coping in Parents of
Children
With
Mental
Retardation
in
India,
(Online),
(http://www.dinf.ne.jp/doc/english/asia/resource/apdrj/z13jo0100/z13jo01
08.html, diakses pada 20 Agustus 2011).
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon
Masalah