Anda di halaman 1dari 19

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

STIMULASI PERSEPSI MEMBACA ARTIKEL


DI RUANG 23J RSUD DR.SAIFUL ANWAR
Untuk Memenuhi Tugas kelompok Profesi Departemen Jiwa

Oleh:
Kelompok 16
Siti Roslinda Rohman
Amin Ayu Badriyah
Nadifatus Susanna
Sri Indah Novianti
Indah Dwi Rahayu
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu bentuk kegiatan terapi

psikologik yang dilakukan dalam sebuah aktivitas dan diselenggarakan secara


kolektif dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, perilaku dan
pencapaian adaptasi optimal pasien. Dalam kegiatan aktivitas kelompok. Tujuan
ditetapkan berdasarkan kebutuhan dan masalah yang dihadapi oleh sebagian
besar klien dan sedikit banyak dapat diatasi dengan pendekatan terapi aktivitas
kolektif.
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) persepsi merupakan terapi modalitas
yang dapat digunakan sebagai upaya untuk menstimulasi semua panca indra
(persepsi) agar memberi respon yang adekuat. TAK stimulasi persepsi yang
akandilakukan ditujukan pada kelompok klien dengan masalah yang sama, yang
dalam hal ini adalah gangguan proses pikir. Terapi modalitas ini merupakan
terapi

yang

dikembangkan

pada

kelompok

klien

untuk

meningkatkan

kemampuan verbal klien sehingga diharapkan dengan TAK asuhan keperawatan


jiwa adalah asuhan keperawatan spesialistik namun tetap holistik.Sehingga
pada proposal ini kelompok berkeinginan mengajukan TAK Stimulasi persepsi
untuk penderita gangguan proses pikir sebagai terapi modalitas untuk
meningkatkan kemampuan menangkap informasi yang sesuai realita penderita
gangguan proses pikir di ruang 23j RSUD dr Saiful anwar.
1.2

Tujuan
Tujuan umum TAK Stimulasi persepsi yaitu pesertadapat meningkatkan

kemampuan komunikasi verbal dalam kelompok secara bertahap. Sementara,


tujuan khususnya adalah:
1.

Peserta mampu mempersepsikan stimulus yang dipaparkan dengan


tepat

2.

Peserta mampu menyelesaikan masalah dari stimulus yang dialami

1.3
1.3.1

Manfaat
Manfaat Bagi Klien

Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan


ganguan proses pikir untuk berkomunikasi secara verbal dengan
orang lain dalam kelompok secara bertahap

1.3.2

Manfaat Bagi Terapis

Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa


secara holistik

Sebagai

terapi

mengoptimalkan

modalitas
Strategi

yang

Pelaksanaan

dapat
dalam

dipilih

untuk

implementasi

rencana tindakan keperawatan klien


1.3.3

Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai informasi untuk pihak akademisi, pengelola dan sebagai


bahan kepustakaan, khususnya bagi mahasiswa PSIK sebagai
aplikasi dari pelayanan Mental Health Nurse yang optimal pada
klien dengan gangguan proses pikir

1.3.4

Manfaat Bagi ruang 23j RSUD dr. saiful anwar

Sebagai masukkan dalam implementasi asuhan keperawatan


yang holistik pada pasien dengan gangguan proses pikir pada
khususnya, sehingga diharapkan keberhasilan terapi lebih
optimal.

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1

Gangguan Proses Pikir

2.1.1

Definisi
Gangguan proses pikir adalah kondisi ketika individu mengalami
gangguan

aktivitas

mental

seperti

alam

sadar,

orientasi

realias,

pemecahan masalah, penilaian, dan pemahaman karena kondisi koping,


kepribadian, dan/atau mental yang terganggu (Carpenito, 2009).
Proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan (judgment),
pemahaman (comprehension), ingatan serta penalaran (reasoning).
Proses berpikir yang normal mengandung arus idea, symbol dan asosiasi
yang terarah kepada tujuan dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah
atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu penyelesaian yang
berorientasi kepada kenyataan.
Berbagai

macam

faktor

mempengaruhi

proses

berpikir

itu,

umpamanya faktor somatic (gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik


(gangguan emosi, psikosa) dan faktor sosial (kegaduhan dan keadaan
sosial yang lain) yang sangat mempengaruhi perhatian atau konsentrasi si
individu. Terdapat aspek proses berpikir yaitu bentuk pikiran, arus pikiran
dan isi pikiran, ditambah dengan pertimbangan
Kelompok

gangguan

psikotik

yang

bersifat

organik

meliputi

demensia (Alzheimer, vaskular, penyakit lain yang terdiri dari sindrom


amnesik organik (selain kausalitas alkohol, zat psikoaktif lain), delirium,
gangguan mental organik (dengan kausa kerusakan otak, disfungsi otak,
dan penyakit fisik), gangguan kepribadian dan perilaku (akibat penyakit,
kerusakan dan disfungsi otak). Sedangkan kelompok gangguan psikotik
yang bersifat fungsional meliputi gangguan skizofrenia, gangguan
skizotipal dan gangguan waham (APA, 1994; PPDGJ III, 1993; Sadock,
dalam Febriyanti, 2012)
2.1.2

Penyebab

(1) Faktor Predisposisi


a. Faktor Biologis
-

Gangguan perkembangan otak, frontal dan temporal

Lesi pada korteks frontal, temporal dan limbic

Gangguan tumbuh kembang

Kembar monozigot, lebih beresiko dari kembar dua telur

b. Faktor Genetik
Gangguan orientasi realita yang ditemukan pada klien dengan
skizoprenia
c. Faktor Psikologis
-

Ibu pengasuh yang cemas/over protektif, dingin, tidak sensitivitas

Hubungan dengan ayah tidak dekat/perhatian yang berlebihan

Konflik perkawinan

Komunikasi double bind

Sosial budaya

Kemiskinan

Ketidak harmonisan sosial

Stress yang menumpuk

(2) Faktor Presipitasi


a. Stressor sosial budaya
Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan stabilitas
keluarga, perpisahan dengan orang yang paling penting, atau
diasingkan dari kelompok.
b. Faktor biokimia
Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin, lindolomin, zat
halusinogen diduga berkaitan dengan orientasi realita
c. Faktor psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang
terbatasnya

kemampuan

mengatasi

masalah

disertai

memungkinkan

berkurangnya orientasi realiata.


2.1.3

Klasifikasi

1) Arus Pikir
a. Koheren : Kalimat / pembicaraan dapat difahami dengan baik.
b. Inkoheren : Kalimat tidak terbentuk, pembicaraan sulit difahami.

c. Sirkumstansial : Pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada


tujuan pembicaraan.
d. Tangensial : Pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada
tujuan pembicaraan.
e. Asosiasi longgar : Pembicaraan tidak ada hubungan antara kalimat
yang

satu

dengan

kalimat

yang

lainnya,

dan

klien

tidak

menyadarinya.
f.

Flight of ideas : Pembicaraan yang melompat dari satu topik ke topik


lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada
tujuan.

g. Blocking : Pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal


kemudian dilanjutkan kembali
h. Perseverasi : Berulang-ulang menceritakan suatu ide, tema secara
berlebihan.
i.

Logorea : Pembicaraan cepat tidak terhenti.

j.

Neologisme : Membentuk kata-kata baru yang tidak difahami oleh


umum.

k. Irelefansi : Ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan


atau dengan hal yang sedang dibicarakan.
l.

Assosiasi bunyi : Mengucapkan perkataan yang mempunyai


persamaan bunyi

m. Main kata-kata : Membuat sajak secara tidak wajar.


n. Afasi : Bisa sensorik (tidak mengerti pembicaraan orang lain),
motorik (tidak bisa atau sukar berbicara)

2) Isi Pikir

a. Obsesif : Pikiran yang selalu muncul meski klien berusaha


menghilangkannya
b. Phobia : Ketakutan yang pathologis / tidak logis terhadap obyek /
situasi tertent
c. Ekstasi : Kegembiraan yang luar biasa
d. Fantasi : Isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang
diinginkan
e. Bunuh diri : Ide bunuh diri
f.

Ideas of reference : Pembicaraan orang lain, benda-benda atau


suatu kejadian yang dihubungkan dengan dirinya.

g. Pikiran magis : Keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan


hal-hal yang mustahil / diluar kemampuannya
h. Preokupasi: pikiran yang terpaku pada satu ide
i.

Alienasi : Perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda atau


asing

j.

Rendah diri : Merendahkan atau menghina diri sendiri, menyalahkan


diri sendiri tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah
dilakukan

k. Pesimisme : Mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak


hal dalam hidupnya
l.

Waham
-

Agama : Keyakinan terhadap suatu agama secara


berlebihan dan diucapkan secara berulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan

Somatik : Klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya


dan dikatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan
kenyataan

Kebesaran

Klien

mempunyai

keyakinan

yang

berlebihan terhadap kemampuannya yang disampaikan


secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan
-

Curiga : klien mempunyai keyakinan bahwa ada


seseorang atu kelompok yang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang
dan tidak sesuai dengan kenyataan

Nihilistik : Klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada


didunia atau meninggal yang dinyatakan secara berulang
yang tidak sesuai dengan kenyataan

Kejaran : Yakin bahwa ada orang / kelompok yang


mengganggu,

dimata-matai

atau

kejelekan

sedang

dibicarakan orang banyak


-

Dosa : Keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau


kesalahan yang besar yang tidak bisa diampuni

Waham bizar

Sisip pikir : klien yakin ada pikiran orang lain yang


disisipkan di dalam pikiran yang disampaikan secara
berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan

Siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa


yang dia pikirkan walaupun dia tidak menyatakan kepada
orang tersebut yang dinyatakan secara berulang dan
tidak sesuai dengan kenyataan

Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrololeh


kekuatan dari luar.

3) Bentuk pikir
a. Realistik : Cara berfikir sesuai kenyataan atau realita yang ada
b. Non realistik : Cara berfikir yang tidak sesuai dengan kenyataan
c. Autistik : Cara berfikir berdasarkan lamunan / fantasi / halusinasi /
wahamnya sendiri
d. Dereistik : Cara berfikir dimana proses mentalnya tidak ada sangkut
pautnya dengan kenyataan, logika atau pengalaman.

2.1.4

Manifestasi Klinis
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,
kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan
Takut, kadang panik
Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
Ekspresi tegang, mudah tersinggung

2.1.5

Terapi
Memberi layanan pembelajaran pada klien dengan gangguan proses

pikir tentunya banyak menemui hambatan. Namun, ada banyak cara yang bisa
dicoba untuk memdudahkan hal tersebut, yaitu dengan menggunakan terapi
permainan. Ada beberapa peran terapi permainan dalam pembelajaran, yaitu
(Mulya, 2011):
a. Terapi permainan sebagai saranan pencegahan. Mencegah kesulitan,
menambah masalah, dan mencegah terhambatnya proses pembelajaran.
b. Terapi permainan sebagai sarana penyembuhan. Dalam hal ini terapi
permainan dapat mengembalikan fungsi, psiko-terapi, fungsi sosial,
melatih komunikasi, dan lain-lain.

c. Terapi permainan sebagai saranan untuk mempertajam penginderaan.


Misalinya

permainan

sebagai

sarana

untuk

mengembangkan

kepribadian.
d. Terapi permainan sebagai saran untuk melatih aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari. Khususnya anak perempuan.
Menurut Sutini dkk (2009), penyuluhan kesehatan untuk keluarga berisi
tentang perkembangan anak untuk tiap tahap usia didukung keterlibatan orang
tua dalam perawatan anak, bimbingan antisipasi dan manajemen menghadapi
perilaku anak yangsulit, informasikan sarana pendidikan yang ada.
2.2 Terapi Aktivitas Kelompok
2.2.1

Definisi kelompok
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan

yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (stuart dan
Laraia, 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang
yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut,
kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik
(Yolam, 1995 dalam stuart dan laraia, 2001). Semua kondisi ini akan
mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok memberi dan
menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam
kelompok.
2.2.2

Tujuan dan Fungsi Kelompok


Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan

orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptif. Kekuatan
kelompok ada pada konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam
mencapai tujuannya.
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman dan saling
membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.
Kelompok merupakan laboraturium tempat untuk mencoba dan menemukan
hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif.
Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensi nya oleh
anggota kelompok yang lain.
2.2.3

Jenis Terapi Kelompok

1. Terapi kelompok

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam


rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan
tertentu. Fokus terapi kelompok adalah membuat sadar diri (selfawareness), peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan,
atau ketiganya.
2. kelompok terapeutik
Kelompok terapeutik membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik
krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian sosial, misalnya, kelompok
wanita hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit
terminal. Banyak kelompok terapeutik yang dikembangkan menjadi selfhelp-group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut:
a. mencegah masalah kesehatan
b. mendidik dan mengembangkan potensi anggota kelompok
c. mengingatkan kualitas kelompok. Antara anggota kelompok saling
membantu dalam menyelesaikan masalah.
3. Terapi Aktivitas Kelompok
Wilson dan Kneisl (1992), menyatakan bahwa TAK adalah manual, rekreasi,
dan teknik kreatif untik menfasilitasi pengalaman seseorang serta
meningkatkan respon sosial dan harga diri. Aktivitas yang digunakan
sebagai erapi didalam kelompok yaitu membaca puisi, seni, musik, menari,
dan literatur. Terapi aktivitas kelompok dibagi menjadi empat, yaitu terapi
aktivitas kelompok stimulasi kognitif/Sensori, terapi aktivitas kelompok
stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi realita, dan terpi
aktivitas kelompok Stimulasi Sensori.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/Sensori melatih memSensorikan
stimulus yang disediakan atau stimulud yang pernah dialami, diharapkan
respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif.
Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori digunakan sebagai stimulus
pada sensori klien. Terapi aktivitas kelompok orientasi realita melatih klien
mengorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien. Terapi aktivitas
kelompok Stimulasi Sensori untuk membantu klien melakukan Stimulasi
Sensori dengan individu yang ada disekitar klien.
2.3 Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi persepsi

Terapi aktivitas kelompok (TAK) Stimulasi persepsi adalah upaya untuk


menstimulasi semua panca indra (persepsi) agar memberi respon yang adekuat.
Tujuan :
Tujuan umum TAK Stimulasi persepsi yaitu klien dapat

berespon

stimulus panca indra yang diberikan. Sementara tujuan khususnya adalah:


1. Klien mampu berespon terhadap suara yang didengar
2. Klien mampu berespon terhadap artikel yang dibaca
3. Klien mampu mengungkapkan pendapat mengenai artikel yang dibaca

pada

BAB III
PELAKSANAAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI
MEMBACA ARTIKEL
3.1 AKTIVITAS DAN INDIKASI
Aktivitas TAK Stimulasi persepsi dilakukan tiga (3) aktivitas yang melatih
kemampuan klien dalam meningkatkan kemampuan verbal secara bertahap
selama tiga sesi. Klien yang mempunyai indikasi TAK Stimulasi persepsi adalah
klien dengan gangguan sebagai berikut berikut:
1. Klien dengan isolasi sosial dan menarik diri
2. Klien dengan harga diri rendah
3. Klien dengan gangguan proses pikir
4. Klien dengan kurangnya komunikasi verbal
3.2 TUGAS DAN WEWENANG
1. Tugas Leader dan Co-Leader
-

Memimpin acara; menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan.

Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan klien

Memberikan motivasi kepada klien

Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan

Memberikan reinforcemen positif terhadap klien

2. Tugas Fasilitator
-

Ikut serta dalam kegiatan kelompok

Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi klien

Menghindarkan klien dari distraksi selama kegiatan berlangsung

Memberikan stimulus/motivasi pada klien lain untuk berpartisipasi aktif

Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan klien lainnya

Membantu melakukan evaluasi hasil

3. Tugas Observer
-

Mengamati dan mencatat respon klien

Mencatat jalannya aktivitas terapi

Melakukan evaluasi hasil

Melakukan evaluasi pada organisasi yang telah dibentuk (leader, co


leader, dan fasilitator)

4. Tugas Klien
-

Mengikuti seluruh kegiatan

Berperan aktif dalam kegiatan

Mengikuti proses evaluasi

3.3 PERATURAN KEGIATAN


1. Klien diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir
2. Klien tidak boleh berbicara bila belum diberi kesempatan; perserta tidak
boleh memotong pembicaraan orang lain
3. Klien dilarang meninggalkan ruangan bila acara belum selesai
dilaksanakan
4. Klien yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi :
-

Peringatan lisan

Dihukum : Menyanyi, Menari, atau Menggambar

Diharapkan berdiri dibelakang pemimpin selama lima menit

Dikeluarkan dari ruangan/kelompok

3.4 TEKNIK PELAKSANAAN


TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI
SESI 1: Membaca Artikel
Tema

: Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

Sasaran

: Pasien gangguan proses pikir

Hari/ tanggal : Sabtu, 10 Oktober 2015


Waktu

: 45 menit

Tempat

: Di ruang rehabilitasi medis 23j RSUD dr saiful anwar

Terapis

:
1. Leader

: Sri Indah Novianti

2. Fasilitator

:Amin Ayu Badriyah


Nadifatus Susanna
Siti Roslinda

3. Observer

: Indah Dwi Rahayu

A. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan kembali isi bacaan.
2. Klien dapat memberikan pendapat terhadap isi bacaan.
3. Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain.
B. Sasaran
1. Pasien kooperatif
2. Pasien tidak terpasang restrain
C. Setting

Terapis dan pasien duduk bersama dalam satu ruangan

Ruangan nyaman dan tenang

D. MAP

K
F

K
F

K
F

Keterangan :
L : Leader
O : Observer
F : Fasilitator
K : Klien
E. Alat

Majalah/Koran/artikel

Buku catatan dan pulpen

Jadwal kegiatan klien

F. Metode

Dinamika kelompok

Diskusi dan tanya jawab

G. Langkah-Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien.
b. Evaluasi/validasi
1. Menanyakan perasaan klien saat ini.
2. Menanyakan masalah yang dirasakan.
3. Menanyakan penerapan TAK yang lalu.
c. Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu membaca majalah/koran/artikel.
2. Menjelaskan aturan main berikut.

Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,harus meminta izin


kepada terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja
a. Tentukan bacaan yang akan dibaca.
b. Bacalah isi majalah/koran/artikel selama 10 menit (jika mungkin berikan
foto kopi bacaan pada klien).
c. Tanyakan pendapat seorang klien mengenai isi bacaan.
d. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien sebelumnya.
e. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien memberi pendapat
f.

Ulangi c,d dan e sampai semua klien mendapat kesempatan.

g. Beri kesimpulan tentang bacaan.


4. Tahap terninasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.


b. Tindak lanjut.
1. Menganjurkan

klien

untuk

melatih

kemampuan

membaca

dan

mendiskusikannya pada orang lain.


2. Membuat jadwal membaca.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang.
2. Menyepakati waktu dan tempat.
I. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap
kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan
TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi umum Sesi 2, kemampuan yang diharapkan
adalah memberi pendapat tentang bacaan, memberi tanggapan terhadap
pendapat klien lain dan mengikuti kegiatan sampai selesai. Formulir evaluasi
sebagai berikut.
Sesi 1: TAK
Stimulasi persepsi membaca artikel
Kemampuan persepsi: Bacaan
No
.
1.
2.

Aspek yang Dinilai

Nama Klien

Memberikan pendapat tentang bacaan


Memberi tanggapan terhadap pendapat

klien lain.
3. Mengikuti kegiatan sampai selesai.
Petunjuk:
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAK.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi tanda (+) jika
ditemukan pada klien atau (-) jika tidak ditemukan.
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dinilai klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh catatan: klien mengikuti TAK stimulasi Sensori
(baca), klien mampu memberi pendapat benar tentang bacaan dan memberi
tanggapan terhadap pendapat klien lain serta mengikuti sampai selesai,
anjurkan klien membaca (buat jadwal).

Malang, 8 Oktober 2015


Mengetahui,
Perseptor Akademik

Perseptor Klinik

Ns. Ridhoyanti. S.Kep

Ns. Rus Yuliati S.kep

DAFTAR RUJUKAN
Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003
Damaiyanti, Mukhripah & Iskandar. 2012. Asuhan Keperatan Jiwa. Gunarsa, Aep
(ed). Bandung : PT Refika Aditama.
Direja. S. H, Ade. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta. Nuha Medika
Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada
Anak dan Remaja, Widya Medika, Jakarta.
Hurlock, E. 1998. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang
Rentang Kehidupan, Edisi 5, Erlangga, Jakarta.
Hyun Sung Lim and Jae Won Lee. Parenting Stress and Depression among
Mothers of Children with Mental Retardation in South Korea: An
Examination of Moderating and Mediating Effects of Social Support.
Pacific Science Review, 2007; 9 (2): 150-159.
Mulya, Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Klasifikasi Anak
Tunagrahita, (Online), s(http://tunagrahita.com/2011/04/klasifikasi-anaktunagrahita/, diakses 10 Agustus 2011).
Mulya , Lara Asih. 2011. Tunagrahita/Retardasi Mental: Peran Terapi Permainan
Untuk Anak Tunagrahita, (Online), (http://tunagrahita.com/2011/04/terapipermainan-untuk-tunagrahita/, diakses 10 Agustus 2011).
Peshawaria et al. 2009. Asia Pasific Disability Rehabilitation Journal, 2009: A
Study of Facilitators and Inhibitors That Affect Coping in Parents of
Children

With

Mental

Retardation

in

India,

(Online),

(http://www.dinf.ne.jp/doc/english/asia/resource/apdrj/z13jo0100/z13jo01
08.html, diakses pada 20 Agustus 2011).
Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon

Masalah

Keperawatan, Sagung Seto, Jakarta.


Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing,
8th edition, Mosby, St. Louis.
Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth
edition, Mosby, St.Louis.
Tim Direktorat Keswa. Standart asuhan keperawatan kesehatan jiwa.Edisi 1.
Bandung: RSJP.2000

Anda mungkin juga menyukai