Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMOROID
A.

DEFINISI
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami
berbagai tipe hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan
diketahui mengawali atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth,
2002)
Hemoroid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa pelebaran
pembuluh (dilatasi) vena pada anus dan rektal. Pembuluh darah tersebut disebut
sebagai venecsia atau varises di daerah anus atau perianus. Pelebaran pembuluh
darah tersebut terjadi disebabkan karena bendungan darah dalam susunan
pembuluh darah vena dan tidak hanya melibatkan pembuluh darah, tetapi juga
melibatkan jaringan lunak dan otot sekitar anorektal (Smeltzer, 2001).
B.

ETIOLOGI
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik
yang menyebabkan gangguan adalah :
a. Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke
hepar sehingga terjadi hipertensi portal. Maka akan terbentuk
kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus hemoroidalis.
b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan
vena sehingga aliranya terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus
tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2. Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor
penyebab timbulnya hemoroid. Faktor faktor yang mungkin berperan :
a. Keturunan atau heriditer
Dalam hal ini yang menurun adalah kelemahan dinding pembuluh
darah dan bukan hemoroidnya.
b. Anatomi
Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga
darah mudah kembali menyebabkan bertambahnya tekanan di
pleksus hemoroidalis.

c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat


antara lain :
Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana
gaya gravitasi akan mempengaruhi timbulnya hemoroid.
Gangguan defekasi dan miksi.
Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
3. Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis
dan Senilis, konstipasi dan kehamilan.
4. Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan
peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang. Umumnya
faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.
C.

PATOFIOLOGI
Distensi vena awalnya merupakan struktur yang normal pada daerah anus,

karena vena ini berfungsi sebagai katup yang dapat membantu menahan beban.
Namun apabila distensi terus menerus akan terjadi gangguan vena berupa
pelebaran-pelebaran pembuluh darah vena. Distensi tersebut bisa disebabkan
karena adanya sfingter anal akibat konstipasi, kehamilan, tumor rektum,
pembesaran prostat. Penyakit hati kronik yang dihubungkan dengan hipertensi
portal sering mengakibatkan hemoroid karena vena hemoroidalis superior
mengalirkan darah kedalam sistem portal. Selain itu portal tidak memiliki katub
sehingga mudah terjadi aliran balik. Fibroma uteri juga bisa menyebabkan
tekanan intra abdominal sehingga tekanan vena portal dan vena sistemik
meningkat kemudian ditransmisi daerah anarektal. Aliran balik dan peningkatan
tekanan vena tersebut di atas yang berulang-ulang akan mendorong vena terpisah
dari otot sekitarnya sehingga vena prolap dan menjadi hemoroid.
Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong
dan bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta
mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap bantalan tersebut yang akan
mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang mengalami prolapsus akan terganggu
aliran balik venanya. Bantalan menjadi semakin membesar dikarenakan
mengedan, konsumsi serat yang tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air
besar, serta kondisi seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan intra
abdominal. Perdarahan yang timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan oleh

trauma mukosa lokal atau inflamasi yang merusak pembuluh darah di bawahnya
(Price & Wilson, 2005).

D.

PATHWAY
1. Pre Hemoroidektomi

2. Post Hemoroidektomi

E.

KLASIFIKASI
Menurut Price & Wilson (2005), hemoroid dibagi menjadi beberapa

klasifikasi diantaranya :
1. Hemoroid internal
Pada hemoroid jenis ini terjadi pembengkakan pleksus hemorodialis
interna yang kemudian terjadi peningkatan yang berhubungan dalam
massa jaringan yang mendukungnya, lalu terjadi pembengkakan vena.
Hemoroid interna dikelompokkan dalam derajat I, II, III dan IV sebagai
berikut :
a. Derajat I
Apabila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal
anus dan hanya dapat dilihat dengan anorektoskop
b. Derajat II
Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk
sendiri ke dalam anus secara spontan
c. Derajat III
Pembesaran hemoroid yang prolaps dan dapat masuk kembali ke
dalam anus dengan bantuan dorongan jari
d. Derajat IV
Prolaps hemoroid yang permanen, rentan dan cenderung untuk
mengalami trombosis dan infark
2. Hemoroid eksternal
Benjolan pada hemoroid ini terletak dibawah linea pectinea. Hemoroid
eksterna dibagi menjadi :
a. Hemoroid akut
Pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan merupakan suatu
hematoma. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena
ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
b. Hemoroid kronis atau skin tag
Hemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah.
F.

MANIFESTASI KLINIS
1

Hemoroid
Tanda dan gejala yang muncul dari hemoroid internal maupun eksternal
menurut Mansjoer (2000) diantaranya :
a Hemoroid internal
Prolaps dan keluar mukus

Perdarahan rektal
Rasa tidak nyaman
Gatal
a Hemoroid eksternal
Rasa terbakar
Nyeri (jika mengalami trombosis)
Gatal
Post Hemoroidektomi :
a. Nyeri pada area luka operasi yang kemungkinan dapat menghambat
Konstipasi
b. Kesulitan BAK, karena takut mengenai luka operasi
c. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
d. Ketidaktahuan klien dalam pemulihan pasca operasi.

G.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hemoroid

adalah :
1

Anoskopi
Untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran
hemoroid
Sigmoidoskopi
Anus dan rektum dapat dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa
banding untuk perdarahan rektal dan rasa tidak nyaman seperti pada fisura

anal dan fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker


Pemeriksaan Barium Enema X-Ray
Pemeriksaan ini dilakukan apda pasien dengan umur diatas 50 tahun dan
pasa pasien dengan perdarahan menetap setelah dilakukan pengobatan
terhadap hemoroid

H.

PENATALAKSANAAN
Pasien yang dirawat dengan diagnosa post operasi hemoroidektomi harus

diperlakuakn langsung sebagai pasien, dan berikan pengobatan sebagai berikut :


1. Konservatif
a. Farmakoterapi, obat-obat farmakoterapi dibagi atas 4 yaitu :
Obat memperbaiki defekasi : Suplemen serat (fiber

supplement), pelincir atau pelicin tinja (stool softener)


Obat simtomatik : Bertujuan menghilangkan atau mengurangi
keluhan rasa gatal, nyeri, pengurangan keluhan sering
dicampur pelumas (lubricant) vasokontriktor, dan antiseptik

lemah. Anastesi lokal digunakan untuk menghilangkan nyeri

serta diberikan kortikosteroid.


Obat menghentikan perdarahan : Dapat diberikan psylium
yang digunakan untuk menghentikan perdarahan pre dan post

op hemoroidektomi.
Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid :
Diberikan diosminthesperidin untuk memperbaiki gejala

inflamasi, kongesti, edema dan prolaps.


b. Non Farmakoterapi
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola
makan dan minum, perbaikan pola / cara defekasi dengan
mengusahakan buang air besar tiap hari (bowel manajemen
program) terdiri dari diet atau pemberian diet tinggi serat jika di
indikasikan

(makanan

berserat),

cairan

(minimal

30-40

ml/kgBB/hari), serat tambahan (suplemen serat ), pelicin feses serta


perubahan perilaku buang air besar seperti mengejan yang
berlebihan, rendam duduk dengan PK dapat dilakukan serta
mobilisasi guna mempercepat penyembuhan.
2. Operatif
a. Sclero terapi dilakukan dengan agen sclerosing diantara sekitar
vena yang akan memproduksi reaksi inflamasi dan menimbulkan
fibrosis. Prosedur ini dapat dilakukan dengan pasien rawat jalan
dengan anjuran 1-4 x injeksi pada pasien selama 5-7 hari , dan
kemudian agen tersebut dapat menimbulakan jaringan parut pada
kanal anus.
b. Hemoroidektomi dapat dilakukan untuk mengangkat semua
jaringan sisa vena hemoroidalis yang melebar yang terlihat dalam
proses ini. Selama pembedahan, spingter rectal biasaya didilatasi
secara digital dan hemorid diangkat dengan klem dan kauter atau
dengan ligasi dan kemudian dieksisi.
c. Laser Nd : YAG digunakan dalam mengeksisi hemoroid, terutama
hemoroid eksterna. Tindakan ini cepat dan kurang menimbulkan
nyeri,

hemoragi

dan

abses

jaringan serta

komplikasi pada periode pasca-operatif.

jarang

menjadi

I.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
Pengkajian

merupakan

suatu

pendekatan

yang

sistematis

untuk

mengumpulkan data atau informasi dan menganalisa sehingga dapat


diketahui kebutuhan penderita tersebut.
1 Pre Operasi
Subjektif
a

Pola makan dan minum


Kebiasaan
Keadaan saat ini
Riwayat kehamilan
Kehamilan dengan frekwensi yang sering akan menyebabkan
hemorrhoid berkembang cepat
Riwayat penyakit hati
Pada hypertensi portal, potensi berkembangnya hemorrhoid
lebih besar.
Gejala / keluhan yang berhubungan

Perasaaan nyeri dan panas pada daerah anus


Perdarahan dapat bersama feces atau perdarahan

spontan (menetes)
Prolaps (tanyakan pasien sudah berapa lama keluhan
ini, faktor-faktor yang menyebabkannya dan upaya
yang dapat menguranginya serta upaya atau obat-

obatan yang sudah digunakan)


Gatal dan pengeluaran sekret melalui anus

Obyektif
a Pemeriksaaan daerah anus

Tampak prolaps hemorrhoid, atau pada hemorrhoid


eksterna

dapat

dilihat

dengan

jelas.

Rasakan

konsistensinya, amati warna dan apakah ada tanda

trombus juga amati apakah ada lesi.


Pemeriksaan rabaan rektum (rectal toucher)

Amati tanda-tanda kemungkinan anemia :

Warna kulit
Warna konjungtiva
Waktu pengisian kembali kapiler
Pemeriksaan Hb

Post Operasi
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan adalah
pengkajian mengenai keadaan lingkungan yang tenang
(nyaman),

pengkajian

mengenai

pengetahuan

tentang

perawatan pre operasi. Selain itu juga penting dilakukan


pengkajian mengenai harapan klien setelah operasi.
b. Pengkajian pola nutrisi metabolik setelah operasi adalah
mengenai kepatuhan klien dalam menjalani diit setelah
operasi.
c. Pengkajian pola eliminasi setelah operasi adalah ada tidaknya
perdarahan. Pengkajian mengenai pola BAB dan buang air
kecil. Pemantauan klien saat mengejan setelah operasi, juga
kebersihan setelah BAB dan buang air kecil.
d. Pengkajian pola aktivitas dan latihan yang penting adalah
mengenai aktivitas klien yang dapat menimbulkan nyeri,
pengkajian keadaan kelemahan yang dialami klien.
e. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah mengenai
gangguan tidur yang dialami klien akibat nyeri.
f. Pengkajian pola persepsi kognitif adalah mengenai tindakan
yang dilakukan klien bila timbul nyeri.
g. Pengkajian pola persepsi dan konsep diri klien adalah
kecemasan yang dialami klien setelah operasi.
b. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan hemoroid meliputi :
Pre operasi
1. Nyeri b.d agen injuri biologis (pembengkakan, trombus pembuluh
darah pada anus)
2. Konstipasi b.d nyeri pada saat defekasi
3. Resti perdarahan b.d. penekanan pada vena hemoroidal akibat
konstipasi.
4. Cemas b.d. rencana pembedahan
5. Kurang pengetahuan b.d. kurang informasi tentang operasi.
Post operasi
1 Nyeri b.d agen injuri fisik (luka insisi post hemoroidektomi)
2 Resiko konstipasi b.d hemoroidektomi
3 Gangguan mobilitas fisik b.d. menurunnya kekuatan/ketahanan
4
5
6

konstruktur nyeri.
Resiko tinggi perdarahan b.d. hemoroidektomi
Defisit perawatan diri b.d. kelemahan, nyeri.
Resiko tinggi infeksi b.d. adanya luka operasi di daerah anorektal.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan b.d. resiko tinggi


perdarahan.

Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil


Masalah Kolaborasi
Nyeri akut berhubungan NOC :
Pain Level,

dengan:
pain control,
Agen injuri (biologi, kimia,
comfort level
fisik, psikologis), kerusakan
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan selama .
jaringan

Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria


DS:
hasil:
- Laporan secara verbal

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,


DO:
- Posisi untuk menahan nyeri
mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi

- Tingkah laku berhati-hati


untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

- Gangguan tidur (mata sayu,


Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
tampak capek, sulit atau

menggunakan manajemen nyeri


gerakan
kacau,
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
menyeringai)

frekuensi dan tanda nyeri)


- Terfokus pada diri sendiri
- Fokus
menyempit Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Tanda vital dalam rentang normal


(penurunan
persepsi
Tidak mengalami gangguan tidur
waktu, kerusakan proses
berpikir,
interaksi

penurunan
dengan

orang

dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi,
contoh

menemui
dan/atau

jalan-jalan,
orang

lain

aktivitas,

aktivitas berulang-ulang)
- Respon autonom (seperti
diaphoresis,

perubahan

tekanan darah, perubahan

NIC :
Lakukan peng

termasuk lok

kualitas dan fa
Observasi reaks
Bantu pasien

menemukan d
Kontrol lingkun

seperti suhu ru
Kurangi faktor
Kaji tipe dan

intervensi
Ajarkan tentang

relaksasi, distr
Berikan analge
Tingkatkan istir
Berikan inform

nyeri, berapa

antisipasi ketid
Monitor vital s

analgesik pert

nafas, nadi dan dilatasi


pupil)
- Perubahan autonomic dalam
tonus

otot

(mungkin

dalam rentang dari lemah


ke kaku)
- Tingkah laku
(contoh
merintih,

ekspresif

gelisah,
menangis,

waspada, iritabel, nafas


panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil


Masalah Kolaborasi
Konstipasi
berhubungan NOC:
Bowl Elimination
dengan
oFungsi:kelemahan
otot Hidration
abdominal, Aktivitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
tidak mencukupi
. konstipasi pasien teratasi dengan kriteria
oPerilaku defekasi tidak teratur
hasil:
oPerubahan lingkungan
Pola BAB dalam batas normal
oToileting tidak adekuat: posisi
Feses lunak
defekasi, privasi
Cairan dan serat adekuat
oPsikologis: depresi, stress Aktivitas adekuat
Hidrasi adekuat
emosi, gangguan mental
antasid,

oFarmakologi:
antikolinergis,

antikonvulsan, antidepresan,
kalsium
besi,

karbonat,diuretik,
overdosis

elektrolit,

hemoroid,

gangguan

neurologis,
obstruksi

pasca

bedah, abses rektum, tumor


oFisiologis: perubahan pola
makan dan jenis makanan,
penurunan
gastrointestnal,
intake

serat

Manajemen kon
- Identifikas
-

konstipasi
Monitor ta
Jelaskan

pada pasie
Konsultas

peningkata
Kolaburas

yang mene
Jelaskan p

serat) terh
Jelaskan p

laxative da
Kolaburas

cairan
Dorong pe
Sediakan p

laksatif,

NSAID, opiat, sedatif.


oMekanis: ketidakseimbangan

obesitas,

NIC :

motilitas
dehidrasi,
dan

cairan

kurang, perilaku makan yang


buruk
DS:
- Nyeri perut
- Ketegangan perut
- Anoreksia
- Perasaan tekanan pada rektum
- Nyeri kepala

- Peningkatan

tekanan

abdominal
- Mual
- Defekasi dengan nyeri
DO:
- Feses dengan darah segar
- Perubahan pola BAB
- Feses berwarna gelap
- Penurunan frekuensi BAB
- Penurunan volume feses
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Bising usus hipo/hiperaktif
- Teraba massa abdomen atau
rektal
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah
Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil


Masalah Kolaborasi
Kecemasan berhubungan NOC :
- Kontrol kecemasan
dengan
- Koping
Faktor

keturunan,

situasional,

Krisis
Stress,

Setelah dilakukan asuhan selama klien

kecemasan teratasi dgn kriteria hasil:


perubahan status kesehatan, Klien
mampu
mengidentifikasi
ancaman

NIC :
Anxiety Reduc

dan

kematian,

mengungkapkan gejala cemas


mengungkapkan
dan
perubahan konsep diri, Mengidentifikasi,
menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
kurang pengetahuan dan
Vital sign dalam batas normal
hospitalisasi
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
DO/DS:
- Insomnia
- Kontak mata kurang
- Kurang istirahat
- Berfokus pada diri sendiri
- Iritabilitas
- Takut
- Nyeri perut
- Penurunan TD dan denyut

kecemasan

Gunakan p
Nyatakan d

pasien
Jelaskan se

selama pro
Temani pas

mengurang
Berikan in

tindakan pr
Libatkan k
Instruksika

tehnik rela
Dengarkan
Identifikas
Bantu
p

menimbulk
Dorong pa

ketakutan,
Kelola pem

nadi
- Diare, mual, kelelahan
- Gangguan tidur
- Gemetar
- Anoreksia, mulut kering
- Peningkatan TD, denyut
nadi, RR
- Kesulitan bernafas
- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Kurang Pengetahuan
Berhubungan dengan

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

keterbatasan

NOC:
: Kowlwdge : disease process
kognitif, Kowledge : health Behavior

interpretasi

terhadap Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .

informasi

yang

NIC :

bagaimana

salah, pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses

kurangnya keinginan untuk penyakit dengan kriteria hasil:


mencari informasi, tidak Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi, prognosis dan
mengetahui sumber-sumber
program pengobatan
informasi.
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan
DS: Menyatakan secara
prosedur yang dijelaskan secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan
verbal adanya masalah
DO:
ketidakakuratan
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
mengikuti

instruksi,

perilaku tidak sesuai

kesehatan lainnya

Kaji tingkat
Jelaskan

dan fisiolog
Gambarkan

pada penyak
Gambarkan
tepat
Identifikasi

yang tepat
Sediakan in

dengan cara
Sediakan

kemajuan pa
Diskusikan
Dukung p

mendapatka

tepat atau di
Eksplorasi k

dengan cara

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Gangguan mobilitas fisik
Berhubungan dengan :
- Gangguan metabolisme sel
- Keterlembatan

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :
Joint Movement : Active
Mobility Level
Self care : ADLs
Transfer performance

perkembangan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
- Pengobatan
- Kurang support lingkungan selama.gangguan mobilitas fisik teratasi dengan
- Keterbatasan
ketahan
kriteria hasil:
kardiovaskuler
Klien meningkat dalam aktivitas fisik
- Kehilangan
integritas
Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
struktur tulang
Memverbalisasikan
perasaan
dalam
- Terapi pembatasan gerak
meningkatkan kekuatan dan kemampuan
- Kurang pengetahuan tentang
berpindah
kegunaan pergerakan fisik
- Indeks massa tubuh diatas Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk
75 tahun percentil sesuai
dengan usia
- Kerusakan persepsi sensori
- Tidak nyaman, nyeri
- Kerusakan muskuloskeletal
dan neuromuskuler
- Intoleransi
aktivitas/penurunan
kekuatan dan stamina
- Depresi mood atau cemas
- Kerusakan kognitif
- Penurunan kekuatan otot,
kontrol dan atau masa
- Keengganan untuk memulai
gerak
- Gaya hidup yang menetap,
tidak

digunakan,

deconditioning
- Malnutrisi selektif
umum
DO:

atau

NIC :
Exercise thera

Monitoring

lihat respon
Konsultasi

rencana am
Bantu klie

berjalan da
Ajarkan p

tentang tek
Kaji kemam
Latih pasie

secara man
Dampingi

bantu penu
Berikan ala
Ajarkan pa

mobilisasi (walker)

berikan ban

- Penurunan waktu reaksi


- Kesulitan merubah posisi
- Perubahan
gerakan
(penurunan

untuk

berjalan,

kecepatan,

kesulitan

memulai

langkah pendek)
- Keterbatasan motorik kasar
dan halus
- Keterbatasan ROM
- Gerakan
disertai

nafas

pendek atau tremor


- Ketidak stabilan posisi
selama melakukan ADL
- Gerakan sangat lambat dan
tidak terkoordinasi

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Defisit perawatan diri
Berhubungan dengan

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :
: Self care : Activity of Daily Living (ADLs)

penurunan atau kurangnya


motivasi,

hambatan

NIC :
Self Care assis
Monitor ke

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .

yang mand
Monitor k

Defisit perawatan diri teratas dengan kriteria hasil:


kerusakan Klien terbebas dari bau badan
muskuloskeletal, kerusakan Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan
untuk melakukan ADLs
neuromuskular,
nyeri,
Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
kerusakan persepsi/ kognitif,

toileting da
Sediakan b

kecemasan, kelemahan dan

utuh untuk
Dorong kl

lingkungan,

untuk keb

hari yang

kelelahan.
DO :
ketidakmampuan
mandi,

beri

ketidakmampuan

untuk

berpakaian,

ketidakmampuan
makan,

untuk

untuk

bant

melakukan
Ajarkan

kemandiria

ketidakmampuan

untuk toileting

dimiliki.
Dorong un

jika pasien
Berikan a

kemampua
Pertimbang

pelaksanaa

Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Risiko infeksi
Faktor-faktor risiko :
- Prosedur Infasif
- Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan
lingkungan
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan
lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
- Penyakit kronik
- Imunosupresi
- Malnutrisi
- Pertahan primer tidak
adekuat (kerusakan kulit,
trauma jaringan,
gangguan peristaltik)

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Setelah

dilakukan

tindakan

NIC :
Pertahankan
Batasi pengu
Cuci tangan
keperawatan

selama pasien tidak mengalami infeksi dengan

kriteria hasil:

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi


Menunjukkan kemampuan untuk mencegah

timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal

Menunjukkan perilaku hidup sehat


Status imun, gastrointestinal, genitourinaria

dalam batas normal

keperawatan
Gunakan b

pelindung
Ganti letak I

petunjuk um
Gunakan ka

infeksi kandu
Tingkatkan i
Berikan terap
Monitor tan

lokal
Pertahankan
Inspeksi ku

kemerahan, p
Monitor adan
Dorong masu
Dorong istira
Ajarkan pas

infeksi
Kaji suhu ba
jam

Diagnosa Keperawatan/

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil


Masalah Kolaborasi
Defisit Volume Cairan
NOC:
Berhubungan dengan:
Fluid balance
-Kehilangan volume cairan Hydration
Nutritional Status : Food and Fluid Intake
secara aktif
-Kegagalan

mekanisme

pengaturan

DS :
-Haus
usia dan BB, BJ urine normal,
DO:
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas
-Penurunan turgor kulit/lidah
normal
-Membran
mukosa/kulit
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, Elastisitas
kering
-Peningkatan denyut nadi,
turgor kulit baik, membran mukosa lembab,
penurunan

tidak ada rasa haus yang berlebihan


Orientasi terhadap waktu dan tempat baik
Jumlah dan irama pernapasan dalam batas

volume/tekanan nadi
normal
-Pengisian vena menurun

Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal


-Perubahan status mental
-Konsentrasi
urine pH urin dalam batas normal
Intake oral dan intravena adekuat
meningkat
-Temperatur
tubuh
meningkat
-Kehilangan berat

badan

secara tiba-tiba
-Penurunan urine output
-HMT meningkat
-Kelemahan

Pertahanka

akurat
Monitor st

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..


defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:
Mempertahankan urine output sesuai dengan

penurunan tekanan darah,

NIC :

mukosa, na

jika diperlu
Monitor h

cairan (BU

total protei
Monitor vi
Kolaborasi
Monitor sta
Berikan ca
Berikan p

(50 100c
Dorong ke
Kolaborasi

muncul me
Atur kemu
Persiapan u
Pasang kat
Monitor in

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E. M., Moorhouse, F. M., & Geisser, C. A. 1999. Rencana Asuhan


Keperawatan. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W. I., & Setiowulan, W. 2001.
Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media Aesculaplus.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012 - 2014. Jakarta: EGC.
Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC
Price, S. A., & Wilson, L. M. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
vol 3. Jakarta: EGC
Suddarth, B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai