Anfis LP Print Gluckoma
Anfis LP Print Gluckoma
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Mata
2.1.1 Bola mata
Bola mata berbentuk seperti bola dunia menempati rongga orbita dengan
bagian anteriornya menonjol keluar. Proyeksi keluar dari bagian anterior bola mata ini
mewakili sekitar seperenam dari total luas bola mata dan disebut dengan kornea
(bersifat transparan). Bagian posterior kornea dari depan ke belakang adalah bilik
mata anterior, iris dan pupil, bilik mata posterior, lensa, ruang postrenal (vitreous),
dan retina (Drake, 2004).
Lensa
Lensa terletak dibelakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk
seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi
(terfokusnya objek dekat pada retina) dengan tebal 4 mm dan diameter 9 mm.
Lensa memisahkan seperlima bagian anterior bola mata dari empat-perlima bagian
posteriornya. Lensa bersifat transparan, elastis, dan cembung. Perlekatan lensa ke
lateral ini membuat lensa memiliki kemampuan untuk mengubah kemampuan
refraksinya sehingga dapat mempertahankan tajam penglihatan (Vaughn &
Asbury, 2004; Drake, 2004).
Empat-perlima bagian posterior dari bola mata, dari lensa ke retina, diduduki oleh
ruang postrenal (vitreous). Segmen ini berisi substansi transparan dan mirip agaragar yaitu badan vitreous (vitreous humor). Badan kaca merupakan suatu jaringan
seperti kaca bening yang terletak antara lensa dan retina. Badan kaca tediri dari
99% air dan 1% terdiri dari 2 komponen, yaitu: kolagen dan asam hialuron.
Fungsi badan kaca adalah mempertahankan bola mata agar tetap bulat dan
meneruskan sinar dari lensa ke retina. Substansi ini, tidak seperti humor akuos,
tidak dapat digantikan (Drake, 2004; Vaughn & Asbury, 2004; Ilyas, 2010)
2.1.2 Dinding bola mata
Komponen internal yang mengelilingi bola mata adalah dinding bola mata.
Dinding tersebut terdiri dari tiga lapisan: lapisan fibrosa (luar), lapisan vaskular
(tengah), dan lapisan retina (dalam) (Drake, 2004).
2.1.2.1
Sklera
Selaput mata yang berwarna putih dan berfungsi sebagai pembungkus
dan pelindung isi bola mata. Permukaan luar sklera diselubungi oleh
lapisan tipis dari jaringan yang elastis dan halus, yaitu episklera, yang
banyak mengandung pembuluh darah sedangkan pada permukaan
sklera bagian dalam terdapat lapisan pigmen berwarna coklat, yaitu
lamina fuska, yang membatasi sklera dengan koroid (Vaughn &
Asbury, 2004; Ilyas, 2010).
Kornea
Selaput bening mata yang tembus cahaya. Tebal kornea rata-rata orang
dewasa adalah 0,65 mm di bagian perifer, dan 0,54 mm di bagian
tengah. Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan merupakan
tempat masuknya cahaya ke dalam bola mata menuju ke retina. Kornea
terdiri dari lima lapisan, yaitu : epitel, membran Bowman, stroma,
membran Descement dan endotel (Vaughn & Asbury, 2004).
2.1.2.2
Iris
Badan siliar
Badan siliar dimulai dari pangkal iris ke belakang sampai koroid terdiri
atas otot-otot siliar dan prosesus siliaris. Otot-otot siliar berfungsi
untuk akomodasi, jika otot-otot ini berkontraksi ia menarik proses
siliar dan koroid ke depan dan ke dalam, mengendorkan Zonula Zinnii
sehingga lensa menjadi lebih cembung. Fungsi prosesus siliaris adalah
memproduksi cairan mata (humor akuos) (Ilyas, 2010).
Koroid
Koroid adalah suatu membran yang berwarna coklat tua, yang terletak
diantara sklera dan retina terbentang dari ora serata sampai papil saraf
optik. Berisi pembuluh-pembuluh darah dalam jumlah yang sangat
besar, yang berfungsi untuk memberi nutrisi pada retina bagian terluar
yang terletak di bawahnya (Vaughn & Asbury, 2004; Ilyas, 2010).
2.1.2.3
2.1.3
Vaskularisasi mata
Sistem arteri mata berasal dari beberapa sumber, yaitu arteri silliaris
posterior, arteri siliaris anterior dan arteri retina sentralis. Sedangkan untuk
aliran venanya sebagian besar berhubungan dengan lapisan koroid. Empat
vena besar (the vorticose veins) terlibat dalam proses ini. Vena tersebut keluar
melalui sklera dari masing-masing kuadran posterior bola mata dan masuk ke
vena oftalmika superior dan inferior. Ada juga vena retina sentralis yang
menyertai arteri retina sentralis (Drake, 2004).
Gambar 2.1 Anatomi Mata Manusia (Khurana, 2007)
2.2
tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata, dan tekanan vena episkleral (American
Academy of Opthalmology, 2006). Humor akuos adalah suatu cairan yang jernih yang
mengisi bilik mata anterior dan posterior. Volumenya adalah sekitar 250 L.Humor
akuos diproduksi oleh korpus siliare melalui mekanisme transfer aktif dan pasif.
Cairan ini masuk ke bilik mata posterior dan mengalir ke bilik mata anterior melalui
pupil. Kemudian mengalami proses drainase melalui aliran trabekular dan uveoskleral
(melalui sela-sela sklera). Sebagian besar cairan ini keluar melalui jalinan trabekular
menuju kanal Schlemm dan dilanjutkan ke vena episklera (Vaughn & Asbury, 2004).
Berikut ini adalah gambar dari struktur segmen anterior dan gambar aliran
humor akuos pada mata
Gambar 2.2. Aliran Humor Akuos pada Mata (Medline, 2008)
Humor akuos memiliki peranan penting, yaitu sebagai nutrisi dan juga
berfungsi untuk mengeluarkan sisa metabolismenya, selain itu berfungsi untuk
menjaga bentuk bola mata dan mempertahankan TIO agar tetap berada dalam batas
normal (10 24 mmHg) (Vaughn & Asbury, 2004).
Pada glaukoma kronik sudut terbuka, hambatan akuos humornya terletak pada
jaringan trabekulum. Pada glaukoma akut hambatan terjadi karena iris perifer
menutup sudut mata bilik depan, hingga jaringan trabekulum tidak dapat dicapai oleh
akuos (Ilyas, 2010).
Gambar 2.4 Sudut Tertutup
2.3
2.3.1
Glaukoma
Pengertian glaukoma
Menurut Vaughn & Asbury (2004), glaukoma adalah penyakit saraf optik yang
ditandai oleh adanya kerusakan struktur diskus optikus atau serat saraf retina disertai
kelainan lapang pandangan. Kerusakan saraf optik (neuropati optik) tersebut biasanya
disebabkan oleh efek peningkatan tekanan okular pada papil saraf optik. (James,
Chew & Bron, 2006). Sedangkan Ilyas (2010), mendefinisikan glaukoma sebagai
penyakit mata yang ditandai ekskavasi glaukomatosa, neuropati saraf optik, serta
kerusakan lapang pandangan yang khas dan utamanya diakibatkan oleh tekanan bola
mata yang tidak normal.
Peningkatan tekanan bola mata merupakan faktor risiko yang terutama dan
tidak merupakan penyakit glaukoma itu sendiri. Didalam mata terdapat cairan mata
yang terdiri dari 99,9% air murni (akuos humor) bening yang mengalir terus.
Pengaliran cairan ini didalam bola mata seperti air yang berada di dalam kolam
10
tertutup yang bertukar dan mengalir terus. Bila terjadi gangguan pengeluaran cairan
maka air akan terbendung di dalam kolam. Demikian pula jika cairan mata tidak dapat
keluar maka tekanan di dalam bola mata akan naik dan merusak saraf penglihatan
(Ilyas, 2007).
Gambar 2.6 Peninggian Tekanan di dalam Bola Mata
2.3.2
Klasifikasi glaukoma
11
obat
tertentu
seperti
antidepresan,
influenza,
antihistamin,
antimuntah serta obat yang melebarkan pupil. Keluhan ini hilang bila pasien
masuk ruang terang atau tidur karena terjadi miosis yang mengakibatkan sudut
bilik mata terbuka (Depkes, 2007).
Hanya pembedahan yang dapat mengobati glaukoma sudut tertutup
akut. Tindakan pembedahan harus dilakukan pada mata dengan glaukoma
sudut tertutup akut karena serangan dapat berulang kembali pada suatu saat
(Ilyas, 2010).
B. Sudut tertutup kronik
Pada glaukoma tertutup kronis, iris berangsur-angsur menutupi jalan
keluar cairan mata tanpa gejala yang nyata. Pada keadaan ini perlahan-lahan
terbentuk jaringan parut antara iris dan jalur keluar cairan mata. Tekanan bola
mata akan naik bila terjadi gangguan jumlah cairan keluar akibat
bertambahnya jaringan parut (Ilyas, 2007).
C. Sudut tertutup dengan hambatan pupil
Sudut tertutup dengan hambatan pupil adalah glaukoma dimana
ditemukan keadaan sudut bilik mata depan yang tertutup disertai dengan
hambatan pupil. Bila usia bertambah tua maka lensa akan bertambah cembung
sehingga bilik mata depan akan bertambah dangkal. Posisi lensa yang kedepan
akan mendorong iris ke depan, oleh karena itu diperlukan tekanan yang lebih
tinggi untuk mendorong cairan mata (akuos humor) keluar melalui celah iris
(Ilyas, 2003).
D. Sudut tertutup tanpa hambatan pupil
Glaukoma sudut tertutup tanpa hambatan pupil adalah glaukoma
primer yang ditandai dengan sudut bilik mata depan yang tertutup, tanpa
disertai dengan hambatan pupil. Pada umumnya sudut bilik mata depan sudah
12
kronik (simpleks) 99% hambatan terdapat pada jaring trabekulum dan kanal
Schlemm. Mata tidak merah dan sering penderita tidak memberikan keluhan
sehingga terdapat gangguan susunan anatomik tanpa disadari penderita.
Gangguan akibat tingginya tekanan bola mata terjadi pada kedua mata,
sehingga ditemukan gejala klinik akibat tekanan yang tinggi. Pada glaukoma
simpleks terdapat perjalanan penyakit yang lama, akan tetapi berjalan
progresif sampai berakhir dengan kebutaan (Ilyas, 2003; Ilyas, 2010).
B. Glaukoma steroid
Pemakaian kortikosteroid topikal ataupun sistemik dapat mencetuskan
glaukoma sudut terbuka kronik (simpleks). Gejala dan tampilan klinisnya
mirip dengan glaukoma sudut terbuka primer. Pemakaian kortikosteroid
sistemik dapat meningkatkan TIO pada beberapa individu walaupun lebih
jarang bila dibandingkan pemakaian kortikosteroid topikal. Glaukoma akibat
kortikosteroid dapat berkembang kapan saja selama pemakaian kortikosteroid
jangka panjang (AAO, 2006). Pada pasien glaukoma steroid keadaan mata
yang terlihat dari luar putih atau normal, namun pada pemeriksaan terlihat
kelainan funduskopi berupa ekskavasi papil glaukomatosa dan kelainan pada
lapang pandangan. Bila steroid diberhentikan, biasanya TIO akan menurun
(Ilyas, 2008).
C. Glaukoma tekanan rendah (normal)
Glaukoma bertekanan rendah (normal) adalah suatu keadaan dimana
ditemukan penggaungan papil saraf optik dan kelainan lapang pandangan yang
khas glaukoma tetapi disertai dengan tekanan bola mata yang tidak tinggi
(normal) (Ilyas, 2003).
Penyebab
dari
tipe
glaukoma
bertekanan
rendah
(normal),
arus konveksi humor akuos dan kemudian terjadi fagositosis pigmen oleh
endothelium kornea. Glaukoma pigmen terjadi paling sering pada laki-laki
kulit putih yang menderita miopi antara usia 20 50 tahun. Glaukoma ini
memiliki ciri adanya peningkatan TIO secara luas, yang dapat meningkat
hingga 50 mmHg pada mata yang tidak diterapi. Pada pemeriksaan gonioskopi
ditemukan pigmentasi yang nyata dan padat pada jaring trabekulum. Pada
stadium permulaan ditemukan tekanan intraokuler yang tinggi dan adanya
halo (pelangi disekitar lampu) karena adanya edema pada kornea. Sesudah
stadium permulaan dapat diatasi biasanya TIO dapat terkontrol (Ilyas, 2003;
AAO, 2006).
.
2.3.2.2 Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebab timbulnya.
Glaukoma sekunder dapat disebabkan atau dihubungkan dengan kelainan-kelainan
atau penyakit yang telah diderita sebelumnya atau pada saat itu, seperti : kelainan
lensa, kelainan uvea, trauma, pembedahan dan lain-lain (Ilyas, 2008).
2.3.2.2.1 Glaukoma dibangkitkan lensa
Glaukoma dibangkitkan lensa merupakan salah satu bentuk daripada
glaukoma sekunder. Glaukoma ini terjadi bersamaan dengan kelainan lensa,
dimana terjadi gangguan pengaliran cairan mata (akuos humor) ke sudut bilik
mata akibat mencembungnya lensa mata (Ilyas, 2008).
2.3.2.2.2 Glaukoma neovaskuler
Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma sekunder yang disebabkan
oleh bertumbuhnya jaringan fibrovaskuler (neovaskuler) di permukaan iris.
Neovaskuler ini menuju ke sudut bilik depan dan berakhir pada jaring
trabekulum. Glaukoma neovaskuler dapat diakibatkan oleh berbagai hal,
misalnya: kelainan pembuluh darah, penyakit peradangan pembuluh darah,
penyakit pembuluh darah sistemik, serta penyakit tumor mata (Ilyas, 2003).
2.3.2.2.3 Glaukoma dengan hambatan pupil
Glaukoma dengan hambatan pupil adalah glaukoma sekunder yang
timbul akibat terhalangnya pengaliran cairan mata (akuos humor) dari bilik
mata belakang ke bilik mata depan. Hambatan ini dapat bersifat total dan
relatif. Pada hambatan yang bersifat total, glaukoma terjadi akibat perlekatan
iris dengan lensa ataupun iris dengan badan kaca. Hal ini biasanya terjadi
15
16
17
Glaukoma sudut tertutup dengan hambatan pupil pada orang kulit putih
ditemukan bahwa pria 3 kali berisiko daripada wanita, sedangkan pada
orang kulit hitam, penderita pria sama resikonya dengan wanita (Ilyas ,
2003).
C. Ras
Berdasarkan ras, orang kulit hitam mempunyai resiko 7 kali lebih besar
terserang glaukoma dibandingkan orang kulit putih Hal ini diduga
karena orang kulit hitam memiliki diskus optikus yang lebih lebar dan
serat saraf lebih banyak. Beberapa hipotesis mengatakan peningkatan
ukuran diskus optikus tersebut berhubungan dengan peningkatan stres
mekanik pada daerah saraf optik. Pada orang kulit putih ditemukan
bahwa glaukoma primer sudut terbuka, berisiko 4 kali lebih besar
daripada glaukoma primer sudut tertutup, sedangkan pada orang
Indonesia glaukoma primer sudut tertutup berisiko lebih besar daripada
glaukoma sudut terbuka (Ilyas, 2007; Ilyas, 2008; Ilyas, 2010; AAO,
2006).
D. Riwayat Keluarga
Mempengaruhi
tekanan
intraokular,
mungkin
oleh
karena
glaukoma.
Beberapa
mekanisme
patofisiologi
telah
katarak
atau
radang
mata
dan
lain-lain,
dapat
anatomi
dari
mata
merupakan
faktor
kunci
untuk
19
Pada glaukoma kronik dengan sudut bilik mata depan terbuka kerusakan saraf
optik terjadi perlahan-lahan hampir tanpa keluhan subyektif. Biasanya kalau sudah
memberikan keluhan, keadaan glaukomanya sudah lanjut (Ilyas, 2010).
Glaukoma akut sangat mengancam terjadinya kebutaan karena datangnya tibatiba, atau mungkin didahului gejala prodromal. Gejala prodromal hanya sebentar dan
hilang sendiri. Pasien mengeluh mata kabur sebentar pada satu mata atau melihat
warna pelangi disekitar lampu atau lilin. Kepalanya sakit sedikit di sebelah mata yang
bersangkutan. Bola mata juga terasa agak nyeri. Keluhan-keluhan ini hanya
berlangsung setengah sampai dua-tiga jam untuk kemudian hilang. Prodroma akan
kembali lagi dan tiap kali akan berlangsung lebih lama dan datangnya makin sering
hingga pada suatu saat keadaan tidak pulih lagi tetapi menjadi serangan akut (Ilyas,
2010).
2.3.5 Kerusakan saraf optik
Terdapat 1.200.000 sel saraf optik yang tersusun di belakang bola mata.
Dokter mata dapat melihat saraf optik dengan alat oftalmoskop melalui manik mata
yang dilebarkan. Warna dan bentuk mangkok (papil) optik dapat menentukan adanya
kerusakan akibat glaukoma disertai berat kerusakan yang terjadi (Ilyas, 2007).
Pada glaukoma, tepi mangkok optik luar menjadi tipis akibat mangkok optik
tengah menjadi besar. Bila mangkok optik membesar akibat tekanan bola mata pada
glaukoma berarti terjadi kerusakan dari ribuan saraf yang terdapat pada tepi mangkok
optik. Kerusakan ini biasanya juga disertai dengan perdarahan kecil pada mangkok
optik (Ilyas, 2007).
Ekskavasi papil saraf optik biasanya dinyatakan dalam perbandingan dengan
lebarnya mangkok optik. Bila rasio perbandingan lebih besar dari 0,4 atau c (cup)/d
(disc) rasio > 0,4 maka keadaan ini adalah patologis. Bila terdapat perbedaan gaung
(ekskavasi) dan mangkok optik pada kedua mata maka mata tersebut mungkin
menderita glaukoma (Ilyas, 2007).
2.3.6 Defek lapang pandangan
Gangguan penglihatan terjadi akibat gangguan peredaran darah terutama pada
papil saraf optik. Pembuluh darah retina yang mempunyai tekanan sistolik 80mmHg
dan diastolik 40 mmHg akan kolaps bila tekanan bola mata 40 mmHg. Akibatnya
20
akan terjadi gangguan peredaran darah serabut saraf retina, yang akan mengganggu
fungsinya (Ilyas, 2008).
Pembuluh darah kecil papil akan menciut sehingga peredaran darah papil
terganggu yang akan mengakibatkan ekskavasi glaukomatosa pada papil saraf optik.
Akibat keadaan ini perlahan-lahan terjadi gangguan lapang pandangan dengan
gambaran skotoma khas untuk glaukoma. Akan terlihat skotoma berbentuk busur ke
arah temporal (skotoma Bjerrum), yang bertemu antara busur atas dan bawah pada
rafe saraf yang disebut sebagai skotoma jejaring Rone. Pada suatu keadaan akan
terjadi keadaan sedemikian rupa sehingga seluruh lapang pandangan gelap (Ilyas,
2008).
2.3.7 Diagnosis glaukoma
Untuk mengetahui ada atau tidaknya glaukoma maka dokter mata akan
melakukan pemeriksaan dasar glaukoma seperti pemeriksaan saraf optik, tekanan bola
mata, dan lapang pandangan. Bila dua dari tiga pemeriksaan diatas tidak normal maka
diagnosis glaukoma sudah dapat dibuat (Ilyas, 2007).
Beberapa uji yang sering dilakukan pada mata untuk membuat diagnosis
antara lain :
a) Membuat anamnesis pribadi atau riwayat pada keluarga. Dokter mata akan
menanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita glaukoma.
Dalam anamnesis dibutuhkan pula riwayat medis dan pribadi (Ilyas, 2007).
b) Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata dengan tonometer atau dengan
alat pengukur tekanan bola mata lainnya (Ilyas, 2007). Dikenal empat
bentuk tonometri, untuk mengetahui tekanan intraokular yaitu:
1. Digital (palpasi) tonometri, dengan jari telunjuk, kurang tepat karena
tergantung faktor subyektif (Ilyas, 2010; Ilyas, 2009).
2. Schiotz tonometri, dengan memberi beban atau indentasi pada
permukaan kornea. Menggunakan alat ini pemeriksaannya cepat dan
mudah. Kelemahannya adalah apabila hasil pembacaan menjadi terlalu
rendah, misalnya pada miopia tinggi (Ilyas, 2010; Ilyas, 2009; Ilyas,
2007).
3. Aplanasi
tonometri,
dengan
tonometer
aplanasi
Goldmann,
21
harus diketahui luas penampang yang ditekan alat sampai kornea rata
dan jumlah tenaga yang diberikan (Ilyas, 2009; Ilyas, 2010).
4. Tonometri udara (air puff tonometry), yang paling kurang tepat, kurang
teliti karena dipergunakan di ruang terbuka (Ilyas, 2009).
c) Dokter mata akan melakukan pemeriksaan dan melihat kerusakan yang
terjadi pada saraf optik dengan menggunakan oftalmoskopi. Oftalmoskopi
adalah
alat
untuk
memeriksa
fundus
mata,
khususnya
untuk
memperhatikan keadaan papil saraf optik. Papil saraf optik yang dinilai
adalah warna papil saraf optik dan lebarnya ekskavasi. Pada pemeriksaan
oftalmoskopi, kelainan papil saraf optik ditandai dengan adanya saraf optik
yang pucat atau atrofi dan saraf atrofi tergaung. Rasio penggaungan dan
besar papil (cup/disk ratio) adalah perbandingan antara besarnya
penggaungan papil saraf optik dengan besar atau lebarnya papil. Bila
besarnya rasio cup/disk ini lebih dari 0,4 atau besarnya rasio C/D vertikal
lebih besar dari 0,2 terhadap rasio C/D horizontal maka keadaan ini
dianggap patologis (Ilyas, 2007; Ilyas, 2009; Ilyas, 2010).
d) Kampimetri (pemeriksaan lapang pandangan) (Ilyas, 2009). Akibat yang
ditimbulkan oleh glaukoma dapat dinilai dari kerusakan lapang pandangan,
oleh karena itu pemeriksaan lapang pandangan adalah sangat penting
(Ilyas, 2010). Dua cara pemeriksaan lapang pandangan yang umumnya
dikenal yaitu:
1. Perimeter Goldmann dan Octopus untuk pemeriksaan lapang
pandangan sampai perifer. Pemeriksaan ini lebih berarti kalau
glaukoma sudah lebih lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan
lapang pandangan akan ditemukan di daerah tepi, yang kemudian
meluas ke tengah (Ilyas, 2010; Ilyas, 2009).
2. Layar Bjerrum untuk pemeriksaan lapang pandangan sentral, yang
meliputi daerah luas 30 derajat dari titik fiksasi. Skotoma-skotoma para
sentral (skotoma Bjerrum) dalam tahap dini ditemukan dengan cara ini.
Skotoma ini setengah melingkari titik fiksasi kemudian meluas ke
tengah dan akan bergabung dengan skotoma para sentral. Dalam tahap
seperti ini tajam penglihatan sentral masih tetap normal. Kemudian
kerusakan lapang pandangan akan meluas ke seluruh jurusan dan di
sekitar titik fiksasi yang tadinya masih terhindar, kerusakan akan
22
23
selama 2 jam. Bila terjadi perubahan tekanan bola mata lebih dari 8
mmHg berarti pasien menderita glaukoma (Ilyas, 2008; Ilyas, 2009)
2.3.8 Penatalaksanaan medis terhadap penanggulangan glaukoma
Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan glaukoma, namun pada
kebanyakan kasus glaukoma dapat dikendalikan. Penderita glaukoma dapat dirawat
dengan obat tetes mata, operasi laser dan pembedahan. Menurunkan tekanan pada
mata dapat mencegah kerusakan penglihatan yang lebih lanjut. Oleh karena itu
semakin dini deteksi glaukoma maka akan semakin besar tingkat kesuksesan
pencegahan kerusakan penglihatan (PERDAMI, 2008).
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan untuk penanggulangan terhadap
penderita glaukoma antara lain adalah:
2.3.8.1 Pengobatan glaukoma sudut tertutup
Pertama-tama harus diingat bahwa glaukoma sudut tertutup akut
merupakan masalah pembedahan. Pengobatan dengan obat harus dilaksanakan
sebagai tindakan pertolongan darurat.
1. Pengobatan dengan obat-obatan:
24
2. Bedah laser
Pada glaukoma sudut tertutup terdapat hambatan relatif pengaliran
keluar cairan dari bilik mata belakang melalui pupil ke bilik mata depan.
Iridotomi merupakan suatu tindakan bedah glaukoma yang sering dilakukan
pada glukoma sudut tertutup. Iridotomi laser dilakukan untuk mendapatkan
lubang pada bagian iris yang berwarna. Pada keadaan ini dibuat sebuah lubang
kecil pada selaput pelangi perifer (Ilyas, 2007).
3. Pembedahan
Sebelum pembedahan, tiap glaukoma akut harus diobati terlebih
dahulu. Dengan cara seperti tersebut di atas tekanan bola mata yang tadinya
sangat tinggi diturunkan dahulu sampai di bawah 25 mmHg.
Jenis pembedahan yang dilakukan yaitu:
a. Iridektomi perifer
Indikasi: Pembedahan ini digunakan untuk glaukoma dalam fase
prodromal, glaukoma akut yang baru terjadi atau untuk tindakan
pencegahan pada mata sebelahnya yang masih sehat.
Teknik: Pada prinsipnya dibuat lubang di bagian perifer iris. Maksudnya
adalah untuk menghindari hambatan pupil. Iridektomi ini biasanya dibuat
di sisi temporal atas.
b. Pembedahan filtrasi
Indikasi: Pembedahan filtrasi dilakukan kalau glaukoma akut sudah
berlangsung lama atau penderita sudah masuk stadium glaukoma kongestif
kronik.
Trepanasi Elliot: sebuah lubang kecil berukuran 1,5 mm dibuat di daerah
kornea-skleral, kemudian ditutup oleh konjungtiva dengan tujuan agar
akuos mengalir langsung dari bilik mata depan ke ruang subkonjungtiva.
Sklerotomi Scheie: kornea-skleral dikauterisasi agar luka tidak menutup
kembali dengan sempurna, dengan tujuan agar akuos mengalir langsung
dari bilik mata depan ke ruang subkonjungtiva.
Trabekulektomi yaitu dengan mengangkat trabekulum sehingga terbentuk
celah untuk mengalirkan cairan mata masuk ke dalam kanal Schlemm.
25
Pada
glaukoma sudut terbuka obat-obatan diberikan satu demi satu atau kalau perlu
kemudian baru di kombinasi.
1. Pengobatan dengan obat-obatan (AAO, 2006).
Miotik:
-
Simpatomimetik
-
Beta-blocker
-
2. Bedah Laser
Bedah laser pada glaukoma dengan argon laser trabekuloplasti
bertambah populer pada saat ini. Prosedur pelaksanaannya memakan waktu
kira-kira 20 menit tanpa rasa sakit dan tidak perlu dirawat. Tindakan laser
akan menurunkan tekanan pada 80% pasien dengan glaukoma sudut terbuka.
Bedah
laser
yang
sering
dilakukan
26
adalah
trabekuloplasti
laser.
Trabekuloplasti
laser
dilakukan
dengan
membakar
daerah
anyaman
Grup 3
Grup 4
Tabel 2.2
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa Dengan Usia Diatas 18 Tahun
Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention
Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (2003)
Kategori
Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi Stadium 1
Hipertensi Stadium 2
(mmHg)
<120
120 139
140 159
160
(mmHg)
< 80
80 89
90 99
100
Menurut Anderson, ketika tekanan vena pada mata meningkat akibat TIO,
maka perbedaan tekanan arteriovenosus menjadi berkurang, dan suplai nutrisi
dipertahankan hanya karena autoregulasi aliran darah. Iskemik yang diinduksi TIO
dapat terjadi bila autoregulasi mengalami gangguan, baik akibat adanya defisiensi
bawaan atau sebagai akibat dari penyakit vasospastic. Autoregulasi juga bisa
terganggu jika suatu penyakit lain telah banyak menggunakan kapasitas autoregulasi,
sehingga hanya sedikit yang tersisa untuk menanggapi masalah tambahan dari TIO.
Pada Glaukoma, terjadinya peningkatan TIO lebih tinggi dari tekanan vena orbita
akan mengurangi tekanan perfusi dari intraokular, yang akan menyebabkan
permasalahan pada sirkulasi.
Beberapa mekanisme patofisiologi telah diusulkan untuk menjelaskan
hubungan antara hipertensi dan Glaukoma. Kerusakan langsung mikrovaskuler dari
hipertensi sistemik bisa menganggu aliran darah ke diskus optikus. Gagasan ini
didukung oleh studi yang menghubungkan glaukoma dengan aliran darah okular yang
abnormal, dan penyempitan pembuluh darah retina. Hipertensi dapat pula menganggu
autoregulasi dari sirkulasi arteri siliaris posterior, yang memang sudah terganggu pada
penyakit Glaukoma.
29