PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon
tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini
menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang
disebut dengan thyrotoxicosis.1.7.8.9
Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi
hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut
tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1
persen dari penduduk AS memiliki hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin
mengembangkan hipertiroidisme daripada pria. 1.7.8.9
Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari
hipertiroid. Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian
tahunan penyakit Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000 orang selama periode
20-tahun, dengan terjadinya puncak pada orang berusia 20-40 tahun. Gondok
multinodular (15-20% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah defisiensi
yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan
kejadian gondok multinodular kurang dari kejadian di wilayah dunia dengan
defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis.
1.7.8.9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KELENJAR TIROID
1.
bulan pertama kehamilan. Kelenjar tiroid berasal dari lekukan faring antara branchial
pouch pertama dan kedua. Dari berian tersebut timbul diverticulum, yang kemudian
membesar, tumbuh ke arah bawah mengalami migrasi kebawah yang akgirnya
melepaskan diri dari faring sebelum lepas, ia terbentuk sebagai duktus tiroglosus,
yang berawal dari foramen sekum di basis lidah. Pada umumnya duktus ini akan
menghilang pada usia dewasa, tetapi pada beberapa keadaan masih menetap,
sehingga dapat terjadi pada beberapa keadaan masih menetap, sehingga dapat terjadi
kelenjar di sepanjang jalan tersebut, yaitu antara kartilago tiroid dengan basis lidah.
Dengan demikian, kegagalan menutupnya duktus akan mengakibatkan terbentuknya
kelenjar tiroid yang letaknya abnormal yang disebut persistensi duktus tiroglosus.
Persistensi duktus tiroglosus dapat berupa kista duktus tiroglosus, tiroid lingual atau
tiroid servikal. Sedangkan densensus yang terlalu jauh akan menghasilkan tiroid
substernal. Sisa ujung kaudal duktus tiroglosus ditemukan pada lobus piramidalis
yang menempel di ismus tiroid. Branchial pouch keempatpun ikut membentuk bagian
kelenjar tiroid, dan merupakan asal mula sel-sel parafolikular atau sel C, yang
memproduksi kalsitonin.1.2.3.4.5
Kelenjar tiroid terletak dibagian bawah leher, terdiri atas dua lobus, yang
dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin trakea 2 dan 3. Kapsul fibrosa
menggantungkan kelenjar ini pada fasia pratrakea sehingga pada setiap gerakan
menelan selalu diikuti dengan gerakan terangkatnya kelenjar kearah kranial, yang
merupakan ciri khas kelenjar tiroid. Sifat inilah yang digunakan di klinik untuk
menetukan apakah suatu bentukan di leher berhubungnan dengan kelenjar tiroid atau
tidak. Setiap lobus tiroid yang berbentuk lonjong berukuran panjang 2.5-4 cm, lebar
3
1.5-2 cm dan tebal 1-1,5 cm. berat kelenjar tiroid dipengaruhi oleh berat badan dan
masukan iodium. Pada orang dewasa beratnya berkisar antara 10-20 gram.
Vaskularisasi kelenjar tiroid termasuk amat baik. Arteri tiroidea superior berasal dari
arteri karotis komunis atau arteri karotis eksterna, arteri tiroidea inferior dari arteri
subklavia, dan arteri tiroid berasal dari arteri brakiosefalik salah satu cabang arkus
aorta. Ternyata setiap folikel tiroid diselubungi oleh jala-jala kapiler dan limfatik,
sedangkan sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular yang menyatu
dipermukaan membentuk venna tiroidea superior, lateral dan inferior. Aliran darah ke
kelenjar tiroid diperkirakan 5 ml/gram kelenjar/menit, dalam keadaan hipertiroidisme
aliran ini akan meningkat sehingga dengan stetoskop terdengan bising aliran darah
dengan jelas di ujung bawah kelenjar.1.2.3.4.5
Secara anatomis dari dua pasang kelenjar paratiroid, sepasang kelenjar paratiroid
menempel di belakang lobus superior tiroid dan sepasang lagi di lobus medius,
sedangkan nervus laringeus rekuren berjalan di sepanjang trakea dibelakang tiroid.1.2.3
Pembuluh darah bening kelenjar tiroid berhubungan secara bebas dengan pleksus
trakealis. Selanjutnya dari pleksus ini kearah nodus pralaring yang tepat berada di
atas ismus menuju ke kelenjar getah bening brakiosefalik dan sebagian ada yang
langsung ke duktus torasikus. Hubungan getah bening ini penting untuk menduga
penyebaran keganasan yang berasal dari kelenjar tiroid.2.3 (Gambar 1)
Potongan horizontal faring fetus manusia menunjukkan asal kelanjar tiroid dan
paratiroid
ukuran antara 50-500 mm. dinding folikel terdiri dari selapis sel epitel tunggal dengan
puncak menghadap ke dalam lumen, sedangkan basisnya menghadap kearah
membrane basalis. Folikel ini berkelompok-kelompok sebanyak kira-kira 40 buah
untuk membentuk lobules yang mendapat darah dari end artery. Folikel mengandung
bahan yang jika diwarnai dengan hematoksilin-eosin berwarna merah muda yang
disebut koloid dan dikelilingi selapis epitel tiroid. Ternyata tiap folikel merupakan
kumpulan dari klon sel tersendiri.
2.
Hormon T4 dan T3 berasal dari yodinasi cincin fenol residu tirosin yang ada di
tiroglobulin. Awalnya terbentuk mono dan diiodotirosin, yang kemudian mengalami
proses penggandengan (coupling) menjadi T3 dan T4.1.3.4
Proses biosintesis hormon tiroid secara skematis dapat dilihat dalam beberapa
tahap, sebagian besar distimulir oleh TSH, yaitu tahap :
a) Tahap trapping
b) Tahap oksidasi
c) Tahap coupling
d) Tahap penimbunan atau storage
e) Tahap deiyonisasi
f) Tahap proteolisis
g) Tahap pengeluaran hormone dari kelenjar tiroid.
Yodida (I-) bersama dengan Na+ diserap oleh transporter yang terletak di
membrane plasma basal sel folikel. Protein tranporter ini disebut sodium iodide
symporter (NIS), berada di membrane basal, dan kegiatannya tergantung adanya
energi, membutuhkan O2 yang didapat dari ATP. Proses ini distimulir oleh TSH
sehingga mampu meningkatkan konsentrasi yodium intrasel 100-500X lebih tinggi
disbanding kadar ekstrasel. Hal ini dipengaruhi juga oleh tersedianya yodium dan
aktifitas tiroid beberapa bahan seperti tiosianat (SCN -) dan perklorat (CIO4-) justru
menghambat proses ini. Beberapa ion lain dapat menghambat pompa yodida ini
dengan urutan kekuatan sebagai berikut : TcO4, 3SeCN3, NO2Br. Baik TcO4 maupun
perklorat secara klinis dapat digunakan dalam memblok uptake yodida dengan cara
inhibisi kompetitif pada pompa yodium. Meskipun kalah kuat, tetapi nitrit (NO 2) dan
Br juga dapat menghambat, asal kadarnya cukup tinggi. Berdasarkan hal ini maka
perchlorate discharge test dilakukan untuk mendiagnosis adanya defek proses
7
yodinasi yang bersifat kongenital. Pertrchnetat (TcO4-) juga mampu lewat pompa
yang sama, dan dalam klinik pertechnetat radioaktif dimanfaatkan untuk memindai
kelenjar tiroid. 1.3.4
Tiroglobulin satu glikoprotein 660kDa disintesis di reticulum endoplasmic tiroid
dan glikosilasinya diselesaikan di aparat golgi. Hanya molekul Tg tertrntu (folded
molecule) mencapai membran apical, dimana peristiwa selanjutnya terjadi. Adapun
protein kunci lain yang akan berperan adalah tiroperoksidase (TPO). Proses diapeks
melibatkan iodide, Tg, TPO dan hydrogen peroksida (H2O2). Produksi H2O2
membutuhkan kalsium, NADPH dan NADPH oksidase. Yodida dioksidasi oleh H 2O2
dan TPO yang selanjutnya menempel pada residu tirosil yang ada dalam rantai
peptide Tg, membentuk 3-monoiodotirosin (MIT) atau 3,5-diiodotirosin (DIT).
Kemudian, dua molekul DIT (masih berada dan merupakan bagia dari Tg)
menggabung menjadi T4, dengan cara menggabungkan grup diiodofenil DIT, donor,
dengan DIT akseptor dengan perantaraan diphenyl ether link. Dengan cara yang sama
dibentuk T3 dari donor MIT dengan aseptor DIT. 1.3.4
3.
TRANSPORTASI HORMON
Baik T3 maupun T4 diikat oleh protein pengikat dalam serum (binding protein).
Hanya 0,35% T4 total dan 0,25% T3 total berada dalam keadaan bebas. Ikatan T3
dengan protein tersebut kurang kuat dibandingkan dengan T4, tetapi karena efek
hormonnya lebih kuat dan turnover nya lebih cepat, maka T3 ini sangat penting.
Ikatan hormon terhadap protein ini makin melemah berturut-turut TBG (thyroxin
binding globulin), TBPA (thyroxin binding protein prealbumin, disebut pula
transtiretin), serum albumin. Dalam keadaan normal, kadar yodotironin total
menggambarkan kadar hormone bebas, namun pada keadaan tertentu jumlah protein
binding dapat berubah. Meninggi pada neonates, penggunaan estrogen termasuk
kontrasepsi oral, penyakit hati kronik dan akut, naiknya sintesis di hati karena
pemakaian kortikosteroid dan kehamilan, dan menurun pada penyakit ginjal dan hati
8
kronik, penggunaan androgen dan steroid anabolik, sindrom nefrotik, dan dalam
keadaan sakit berat. Penggunaan obat tertentu misalnya salisilat, hidrantoin dan obat
anti inflamasi seperti fenklofenak menyebabkan kadar hormon total menurun karena
obat tersebut mengikat protein secara kompetitif, akibatnya kadar hormon bebas
meningkat. Arti klinis kadar hormone perlu diinterprestasikan dengan memperhatikan
faktor-faktor tersebut. 1.3.4
4.
METABOLISME T3 DAN T4
Waktu paruh T4 di plasma ialah 6 hari sedangkan T3 24-30 jam, sebagian T4
Mekanisme kerja hormon di perifer dapat dilihat pada Gambar 5 dalam panel A
dan panel B. keduanya menggambarkan sel dalam keadaan pasif, sebelum dimasuki
hormone tiroid, dan fase aktif, dimana hormone T3 baik langsung dari sirkulasi
maupun T3, yang masih harus di konversi dari T4 menjadi T3 mempengaruhi
transkripsi gen, sehingga terjadi efek khusus sel. 1.3.4
Panel A. fase inaktif : ikatan TR dimer pada TRE bersama ko-reseptor menghambat
transkripsi gen.
Panel B. fase aktif : hormon bebas masuk ke sel dengan system tranpor khusus. Disel
terjadi konversi T4 ke T3 oleh 5-deyodinasi dan T3 bergerak ke arah inti dan berikatan
dengan TR-LBD dari monomer TR. Ikatan ini menyebabkan lepasnya TR homodimer
dan heterodimerisasi dengan RXR pada TRE dan dilepanya koreseptor. Sebaliknya
terjadi ikatan dengan koaktivator. Dengan adanya kompleks TR-koaktivator ini
terjadi transkripsi gen yang menyebabkan sintesis protein khas sel tersebut.
Hormon tiroid memang satu hormone yang dibutuhkan oleh hampir semua proses
tubuh termasuk proses metabolisme, sehingga perubahan hiper atau hipotiroidisme
berpengaruh atas berbagai peristiwa. Efek metaboliknya antara lain seperti dibawah
ini : 1.3.4
pada
hiperfungsi
tiroid
kolesterol
rendah.
Sebaliknya
pada
6.
12
7.
13
subunit yang sama, namun berbeda subunit -efek pada tiroid akan terjadi
dengan ikatan TSH dengan reseptor TSH (TSHr) di membram folikel. Sinyal
selanjutnya terjadi lewat protein G (khusus Gsa). dari sinilah terjadi perangsangan
protein kinase A oleh cAMP untuk ekspresi gen yang penting untuk fungsi tiroid
seperti pompa yodium, Tg, pertumbuhan sel tiroid dan TPO, serta faktor
transkripsi TTF1, TTF2 dan PAX8. Efek klinisnya terlihat sebagai perubahan
morfologi sel, naiknya produksi hormone, folikel dan vaskularitasnya bertambah
oleh pembentukan gondok, dan peningkatan metabolisme.
T3 intratirotrop mengendalikan sintesis dan keluarnya (mekanisme umpan balik)
sedang TRH mengontrol glikosilasi, aktivasi dan keluarnya TSH. Beberapa obat
bersifat menghambat sekresi TRH : somatostatin, glukokortikoid, dopamine,
agonis dopamine (misalnya bromokriptin), juga berbagai penyakit kronik dan
akut.
Pada morbus Graves, salah satu penyakit autoimun TSHr ditempati dan
dirangsang oleh immunoglobulin, antibody-anti-TSH (TSAb = thyroid
stimulating antibody, TSI = thyroid stimulating immunoglobulin), yang secara
fungsional tidak dapat dibedakan oelh TSHr dengan TSH endogen. Rentetan
peristiwa selanjutnya juga tidak dapat dibedakan dengan rangsangan akibat TSH
endogen.
c. TRH (Thyroid Releasing Hormone)
Hormon ini satu tripeptida, dapat disintesis neuron yang korpusnya berada di
nucleus paraventrikularis hipotalamus (PVN). TRH ini melewati median
eminence, tempat ia disimpan dan dikeluarkan lewat sistem hipotalamohipofiseal
ke sel tirotrop hipofisis. Akibatnya TSH meningkat. Meskipun tidka ikut
menstimulasi keluarnya growth hormone dan ACTH, tetapi TRH menstimulasi
keluarnya prolactin, kadang FSH dan LH. Apabila TSH naik dengan sendirinya
kelenjar tiroid mengalami hiperplasia dan hiperfungsi.
14
8.
15
atirotik
menderita hipotiroidisme.
16
B. HIPERTIROIDISME
1. Definisi
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis
dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid
berlebihan. Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari
produksi tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan.1.6.8
Perlu dibedakan antara pengertian tirotoksikosis dengan hipertiroidisme.
Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormone tiroid yang beredar dalam
sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid
yang hiperaktif. Apapun sebabnya manifestasi klinisnya sama, karena efek ini
disebabkan ikatan T3 dengan reseptor T3-inti yang makin penuh. Rangsang oleh TSH
atau TSH-like substances (TSI, TSAb), autonomi intrinsik kelenjar menyebabkan
tiroid meningkat, terlihat dari radioactive neck-uptake naik. Sebaliknya pada
destruksi kelenjar misalnya karena radang, inflamasi, radiasi, akan terjadi kerusakan
sel hingga hormon yang tersimpan dalam folikel keluar masuk dalam darah. Dapat
pula karena pasien mengkonsumsi hormone tiroid berlebihan. Dalam hal ini justru
radioactive neck-uptake turun. Membedakan ini perlu, sebab umumnya peristiwa ke
dua ini, toksikosis tanpa hipertiroidisme, biasanya self-limiting disease. 1.6.8
Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor
pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress
emosi, penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru,
penyakit serebrovaskular/stroke, palpasi tiroid terlalu kuat. 1.6.8
2. Epidemiologi
Penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari hipertiroid di Amerika Serikat,
yaitu 60-80 % dari kasus tirotoksikosis. Kejadian tahunan penyakit Graves ditemukan
0,5 kasus per 1000 penduduk pada usia 20 tahun, dengan puncak usia ira-kira 20 40
tahun.
17
Semua penyakit tiroid lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Graves
karena autoimun ratio pria dan wanita 1 : 5-10.
3. Etiologi
Penggolongan sebab tirotoksikosis dengan atau tanpa hipertoroidisme amat
penting, di sampng pembagian berdasarkan etiologi, primer maupun sekunder. Kirakira 70% tirotoksikosis karena penyakit graves, sisanya karena gondok multinoduler
toksik dan adenoma toksik. Etiologi lainnya baru dipikirkan setelah sebab tiga di atas
disingkirkan. 1.6.8.9
Hipertiroidisme Primer
Tirotoksikosis tanpa
hipertiroidisme
Penyakit
Graves,
Gondok multinoduler
toksik.
Adenoma toksik, Obat :
yodium lebih, litium.
Karsinoma tiroid
Struma ovarii (ektopik)
Mutasi TSH-r
Hormone
tiroid
berlebih (Tirotoksikosis
faktisia)
Tiroiditis
subakut (viral atau De
Quervain.
Silent thyroiditis
Destruksi kelenjar :
amiodaron
I-131,
radiasi,
adenoma, infark
Hipertiroidisme Sekunder
TSH-secreting tumor
chGH secreting tumor
Tirotoksikosis gestasi
(trimester pertama)
Resistensi
hormone
tiroid.
(TSI), suatu IgG yang dapat merangsang reseptor TSH sehingga meningkatkan
pembentukan dan pelepasan T3 dan T4. Namun, berbeda dengan TSH, TSI tidak
dipengaruhi oleh inhibisi umpan bailk negatif oleh hormon tiroid sehingga
sekresi dan pertumbuhan tiroid terus berlangsung.5 Kelainan ini ditandai
eksoptalmus, akibat reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan
periorbital dan otot-otot ekstraokular yang memiliki reseptor yang sama dengan
TSH.6
B. Inflamasi dari kelenjar tiroid atau tiroiditis
Tiroiditis tidak menyebabkan peningkatan produksi hormon oleh kelenjar tiroid,
namun menyebabkan kebocoran penyimpanan hormon tiroid sehingga bocor dan
keluar dari kelenjar yang meradang dan meningkatkan kadar hormon tiroid di
dalam darah.
C. Masukan iodine yang berlebih
Kelenjar tiroid menggunakan iodine untuk menghasilkan hormon tiroid, jadi
jumlah iodine yang dikonsumsi akan mempengaruhi jumlah hormon tiroid yang
dihasilkan. Ada beberapa obat ada yang mengandung iodine dalam jumlah relatif
banyak, antara lain amiodarone yang digunakan sebagai terapi penyakit jantung,
suplemen yang mengandung ruput laut, dan beberapa jenis sirup obat batuk.
D. Pengobatan dengan hormon tiroid sintetik
Pada penanganan pasien hipotiroid yang memakai hormon tiroid terlalu banyak
dapat menyebabkan terjadinya hipertiroiod. Pada pemakaian tiroid sintetik maka
dibutuhkan monitoring kadar tiroid paling tidak sekali dalam satu tahun.
Beberapa obat juga dapat bereaksi dengan tiroid sintetik sehingga kadar tiroid
dalam darah meningkat.
19
E. Struma
Struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar
tiroid. Pembesaran kelenjar tiroid dapat disebabkan oleh kurangnya diet iodium
yang dibutuhkan untuk produksi hormon tiroid. Terjadinya pembesaran kelenjar
tiroid dikarenakan sebagai usaha meningkatkan hormon yang dihasilkan. Adanya
struma atau pembesaran kelenjar tiroid dapat oleh karena ukuran sel-selnya
bertambah besar atau oleh karena volume jaringan kelenjar dan sekitarnya yang
bertambah dengan pembentukan struktur morfologi baru. Pada struma dapat
terjadi hipertiroid, hipotirooid, dan eutiroid.
F. Hipertiroidisme sekunder
Hipertiroidisme bisa disebabkan oleh tumor hipofisa yang menghasilkan terlalu
banyak TSH, sehingga merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid
yang berlebihan. Penyebab lainnya adalah perlawanan hipofisa terhadap hormon
tiroid, sehingga kelenjar hipofisa menghasilkan terlalu banyak TSH.
4. Patogenesis
Hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3) dibentuk di sel epitel (tirosit) yang
mengelilingi folikel kelenjar tiroid. Pembentukan dan pelepasan T 3 dan T4 serta
pertumbuhan kelenjar tiroid dirangsang oleh tirotropin (TSH) dari hipofisis anterior.
Pelepasannya selanjutnya dirangsang oleh tirolibelin (TRH) dari hipotalamus. Stres
dan esterogen akan meningkatkan pelepasan TSH, sedangkan glukokortikoid,
somastotatin, dan dopamin akan menghambatnya.7.8.9
Efek yang umum dari hormon tiroid adalah mengaktifkan transkripsi inti sejumlah
besar gen. Oleh karena itu, di semua sel tubuh sejumlah besar enzim protein, protein
struktural, protein transpor, dan zat lainnya akan disintesis. Hasil akhirnya adalah
peningkatan menyeluruh aktivitas fungsional di seluruh tubuh. Hormon tiroid
meningkatkan aktivitas metabolik selular dengan cara meningkatkan aktivitas dan
jumlah sel mitokondria, serta meningkatkan transpor aktif ion-ion melalui membran
20
sel. Hormon tiroid juga mempunyai efek yang umum juga spesifik terhadap
pertumbuhan. Efek yang penting dari fungsi ini adalah meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan otak selama kehidupan janin dan beberapa tahun pertama
kehidupan pascalahir. Efek hormon tiroid pada mekanisme tubuh yang spesifik
meliputi peningkatan metabolisme karbohidrat dan lemak, peningkatan kebutuhan
vitamin, meningkatkan laju metabolisme basal, dan menurunkan berat badan.
Sedangkan efek pada sistem kardiovaskular meliputi peningkatan aliran darah dan
curah jantung, peningkatan frekuensi denyut jantung, dan peningkatan kekuatan
jantung. Efek lainnya antara lain peningkatan pernafasan, peningkatan motilitas
saluran cerna, efek merangsang pada sistem saraf pusat (SSP), peningkatan fungsi
otot, dan meningkatkan kecepatan sekresi sebagian besar kelenjar endokrin lain. 7.8.9
Pada penyakit Graves, beredar autoantibodi terhadap reseptor thyrotropin
memberikan stimulasi terus menerus kelenjar tiroid. Antibody ini menyebabkan
pelepasan hormone tiroid thyroglobulin, dan mereka juga merangsang penyerapan
yodium, sintesis protein, dan pertumbuhan kelenjar tiroid. 7.8.9
Patofisiologi yang mendasari Graves ophthalmopathy diakibatkan oleh karena
reaksi antibody terhadap reseptor TSH yang menghasilkan aktivasi sel T terhadap
jaringan di ruang retro-orbital yang berbagi epitope antigenic dengan sel folikel
tiroid. 7.8.9
Reaksi antibody ini juga menyebabkan fase aktif peradangan dengan infiltrasi
limfosit pada jaringan orbital, dan pelepasan sitokin yang merangsang fibroblast
orbital
untuk
berkembang
dan
menghasilkan
mucopolysaccharides
(glikosaminoglikan), yang menyerap air. Karena itu otot ekstraokular menebal dan
peningkatan volume retro-orbital. 7.8.9
21
5. Manifestasi Klinik
Gejala Serta Tanda Hipertiroidisme Umumnya dan pada Penyakit Graves
Sistem
Sistem
Umum
Psikis dan
saraf
Gastrointestinal
Hiferdefekasi,
lapar, makan
banyak, haus,
muntah, disfagia,
splenomegali
Jantung
hipertensi, aritmia,
palpitasi, gagal jantung
Muskular
Rasa lemah
Darah dan
limfatik
Limfositosis, anemia,
splenomegali, leher
membesar
Genitourinaria
Oligomenorea,
amenorea, libido
turun, infertil,
ginekomastia
Skelet
Osteoporosis, epifisis
cepat menutup dan nyeri
tulang
Kulit
Rambut rontok,
berkeringat, kulit
basah, silky hair
dan onikolisis
Tabel 2. Gejala Serta Tanda Hipertiroidisme Umumnya dan pada Penyakit Graves.1
6. Diagnosis
22
Diagnosis suatu penyakit hampir pasti diawali oleh kecurigaan klinis. Untuk ini
telah dilkenal indeks klinis Wayne dan New Castle yang didasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik teliti. Kemudian diteruskan dengan pemeriksaan peninjang untuk
konfirmasi diagnosis anatomis, status tiroid dan etiologi.1.6.7
Untuk fungsi tiroid diperiksa kadar hormon beredar TT4, TT3 (T-total) (dalam
keadaan tertentu sebaiknya fT4 dan fT3) dan TSH, eksresi yodium urin, kadar
tiroglobulin, uji tangkap I131, sintigrafi dan kadang dibutuhkan pula FNA (fine needle
aspiration biopsy), antibody tiroid (ATPO-Ab, Atg-Ab), TSI. Tidak semua
diperlukan. 1.6.7
Untuk fase awal penetuan diagnosis, perlu T4 (T3) dan TSH, namun pada
pementauan cukup diperiksa T4 saja, sebab sering TSH tersupresi terlalu lama pada
sel tirotrop oleh hormon tiroid sehingga lamban pulih (lazy pituitary). Untuk
memeriksa mata disamping klinis digunakan alat eksofthalmometer Herthl. Karena
hormon tiroid berpengaruh terhadap semua sel/organ maka tanda kliniknya
ditemukan pada semua organ kita. 1.6.7
Pada kelompok usia lanjut gejala dan tanda-tanda tidak sejelas pada usia muda,
malahan dalam beberapa hal sangat berbeda. Perbedaan ini antara lain : 1.6.7
a. Berat badan menurun mencolok (usia muda 20% justru naik)
b. Nafsu makan menurun, mual, muntah dan sakit perut.
c. Fibrilasi atrium, payah jantung, blok jantung sering merupakan gejala awal
dari occult hyperthyroidism, takiaritmia
d. Lebih jarang dijumpai takikardia (40%)
e. Eye sign tidak nyata atau tidak ada
f. Bukannya gelisa justru apatis (memberi gambaran masked hyperthyroidism
dan apathetic form).
Indeks Wayne.6
23
Gejala Subjektif
Nilai
Gejala Objektif
Ada
Tidak Ada
Dispneu deffort
+1
Tiroid teraba
+3
-3
Palpitasi
+2
Bising tiroid
+2
-2
Mudah lelah
+2
Exopthalmus
+2
-5
Hiperkinesis
+4
-2
+5
Tremor jari
+1
Keringat berlebihan
+3
Tangan panas
+2
-2
Gugup
+2
Tangan basah
+1
-1
+3
Fibrilasi atrial
+4
-3
+1
-3
Nadi teratur
< 80 kali/menit
-3
80.90kali/menit
> 90 kali/menit
+3
+3
< 11 : Eutiroid
11 18 : Normal
> 19 : Hipertiroid
Tanda
Ada
Nilai
24
1.
Age Of Onset
15 24
25 34
35 44
45- 54
> 55
0
+4
+8
+12
+16
2.
Psicological Presipitation
Present
Absent
-5
0
3.
Frequen Cheking
Present
Absent
-3
0
4.
Present
Absent
-3
0
5.
Increased Appatie
Present
Absent
+5
0
6.
Goiter
Present
Absent
+3
0
7.
Thyroid Bruit
Present
Absent
+18
0
8.
Exopthalmus
Present
Absent
+9
0
9.
Lid Retraction
Present
Absent
+2
0
10.
Present
Absent
+7
0
11.
> 90
80 90
< 80
+16
+8
0
7. Pemeriksaan Penunjang
25
Laboratorium : TSHs, T4 atau fT4, T3 atau fT3, TSH Rab, kadar leukosit (bila
8. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang
berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan
tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).1.6.7.9
A. Obat antitiroid.
26
Pemeliharaan (mg/hari)
Karbimazol
30-60
5-20
Metilmazol
30-60
5-20
Propiltiourasil
300-600
50-200
Efeknya
Indikasi
Menghambat
Pengobatan lini
Propiltiourasil (PTU)
sintesis hormone
pertama pada
Metilmazol (MMI)
Graves. Obat
imunosupresif
jangka pendek
(PTU juga
prabedah/pra-RAI
27
Antagonis adrenergic-
menghambat
konversi T4 T3
B-adrenergic-antagonis
Mengurangi
Obat tambahan
Propanolol
dampak hormone
kadang sebagai
Metoprolol
tiroid pada
Atenolol
jaringan
tiroiditis
Menghambat
Persiapan
Kalium iodida
keluarnya T4 dan
tiroidektomi. Pada
Solusi Lugol
T3.
Natrium Ipodat
Menghambat T4
untuk penggunaan
Asam Iopanoat
dan T3 serta
rutin.
Nadolo
produksi T3
ekstratiroidal
Obat lainnya
Menghambat
Bukan indikasi
Kalium perklorat
transport yodium,
Litium karbonat
sintesis dan
Glukokortikoids
keluarnya
krisis tiroid.
hormone.
Memperbaiki efek
hormone di
jaringan dan sifat
imunologis
Tabel 4. Efek berbagai obat yang digunakan dalam pengelolahan
tirotoksikosis.1
29
BAB III
KASUS
A. Identitas
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Alamat
Tanggal Pemeriksaan
Ruangan
: Ny. Nr
: Perempuan
: 34 Tahun
: Jln. PE. Martadinata. Lrg Kompas I. No. 2 A
: 23 September 2015
: Paviliun Seroja
B. Anamnesis
Keluhan Utama : jantung berdebar-debar
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien perempuan usia 34 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan jantung
berdebar-debar dialami sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu, disertai dengan
perasaan cemas dan lemas seluruh badan. Sesak nafas (-), sakit kepala (-), sakit
ulu hati (+), mual (+), muntah (-), nafsu makan baik, BAB dan BAK pasien biasa.
Awalnya kurang lebih 1 tahun yang lalu pasien perna memiliki penyakit yang
sama seperti ini, dan didiagnosis sebagai hipertiroid, saat itu pasien mengeluhkan
leher sedikit membesar dan mata agak menonjol keluar, jantung berdebar-debar,
cepat capek, sesak kalau jalan jauh, berat badan menurun meskipun banyak
30
Mulut
Leher :
31
KGB
Tiroid
JVP
Massa Lain
Dada :
Paru-paru :
- Inspeksi
- Palpasi
: Limfadenopati (-)
: Simetris, mengikuti gerakan menelan, pembesaran (+) 1B
: R5 + 0 cm H2O
: Tidak ada
NILAI RUJUKAN
WBC
8.5.0 x 103/mm3
4,8-10,0
RBC
4.75 x 106/mm3
4,00-5,00
PLT
152 x 10 /mm
150-450
HCT
43.2 %
30,0-47,0
HGB
14.0 g/dl
12,0-18,0
32
MCV
90,9 fl
75,0-118,0
MCH
29,5 pg
23,2-38,7
MCHC
32,4 g/dl
31,9-37,0
LYM #
1,2 x 103/mm3
0,6-3,5
LYM %
1,2 %
14,0-53,0
MON #
0,8 x 10 /mm
0,1-0,9
MON %
0,8 x 103/mm3
3,0-16,0
GRA %
85,7 %
1,3-6,7
KIMIA DARAH
(23 September 2015)
HASIL
NILAI RUJUKAN
T4
> 300,0
60 120 nmol/L
TSH
< 0,10
E. Resume
Pasien perempuan usia 34 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan jantung
berdebar-debar dialami sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu, disertai dengan
perasaan cemas dan lemas seluruh badan. nyeri ulu hati (+), dan mual (+).
Awalnya kurang lebih 1 tahun yang lalu pasien perna memiliki penyakit
yang sama seperti ini, dan didiagnosis sebagai hipertiroid, saat itu pasien
mengeluhkan leher sedikit membesar dan mata agak menonjol keluar, jantung
berdebar-debar, cepat capek, sesak kalau jalan jauh, berat badan menurun
meskipun banyak makan, dan sering berkeringat. Pasien juga sudah
mengkonsumsi obat-obatan hipertiroid seperti PTU yang sudah dikonsumsinya
selama 1 tahun terakhir, tetapi beberapa bulan terakhir pasien tidak rutin untuk
mengkonsumsinya lagi karena pasien merasa penyakitnya sudah sembuh.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien dengan keadaan sakit sedang TD :
120/70 mmHg, Napas 22x/menit, Nadi 110x/menit, Suhu 26,9 0C. Exofthalmus,
pemebesaran kelenjar tiroid tingkat 1B.
33
Diagnosis Akhir :
Graves Disease
J.
Prognosis :
Dubia et Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
34
35
Pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah, IVFD RL 18 + drips sohobion
yaitu untuk memenuhi kebutuhan cairan dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.
Propiltiourasil (PTU) menghambat sintesis hormon tiroid dan berefek imunosupresif,
PTU juga menghambat konversi T3 menjadi T4. Propanolol golongan beta bloker
mengurangi dampak hormon tiroid pada jaringan. Ranitidin golongan anti histamin
reseptor 2 menghambat pompa proton, dan memblok energi untuk keluarkan HCL
dari kanalikuli sel parietal.1.7.8
DAFTAR PUSTAKA
36
REFERAT
HIPERTIROID
37
Disusun oleh:
M. ADJIS RASYIDI (10777038)
PEMBIMBING:
dr. Sarniwaty K, Sp. PD
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik di Bagian
Ilmu Penyakit Dalam
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT
PALU
2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
BAB II.....................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3
A. KELENJAR TIROID3
1. Anatomi dan Fisiologi..3
2. Biosintesis Hormon Tiroid...7
38
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Transportasi Hormon....8
Metabolisme T3 dan T49
Efek Metabolisme Hormon Tiroid..11
Efek Fisiologis Hormon Tiroid...11
Pengaturan Faal Kelenjar Tiroid.13
Hubungan Kelenjar Tiroid dengan Beberapa Kelenjar Endokrin Lain...15
HIPERTIROID...................................................................................................... 17
1.
2.
3.
4.
Definisi...17
Epidemiologi..17
Etiologi...18
Patogenesis.20
5. Manifestasi Klinik..22
6. Diagnosis23
7. Pemeriksaan Penunjang..26
8. Penatalaksanaan .27
9. Prognosis30
BAB III..................................................................................................................31
KASUS..................................................................................................................31
BAB IV..................................................................................................................37
PEMBAHASAN....................................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................38
39
HALAMAN PENGESAHAN
Nama
: M. Adjis Rasyidi
No. Stambuk
: 10 777 038
Fakultas
: Kedokteran
: Alkhairaat
Judul Referat
: Hipertiroid
Bagian
: Penyakit Dalam
Bagian Penyakit Dalam
RSU ANUTAPURA Palu
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat
Palu, 22 Oktober 2015
40
Pembimbing
Mahasiswa
41