PSIKOTIK AKUT
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. P
Umur
: 20 tahun
Alamat
: Jl. Pengawu
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Kuli bangunan
Agama
: Islam
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Pasien
: Prio
Dokter Muda
Pasien
: 20 tahun
Dokter Muda
Pasien
: di Pengawu
Dokter Muda
Keluaraga pasien
Dokter Muda
Pasien
Keluarag pasien
Dokter Muda
Pasien
Dokter Muda
Keluarga pasien
Dokter Muda
: oh iya. Prio ada yang bisa saya bantu? Keluhannya apa Prio?
Pasien
Keluarga pasien
Dokter Muda
Keluarga pasien
Dokter Muda
Keluarga pasien
: tiap hari dok, biasa sampai tidak bisa tidur orang dirumah dia
bikin. Tapi kadang-kadang hilang juga, muncul itu kalau dia
sudah diam-diam tidak bikin apa-apa, langsung muncul itu
dok.
Dokter Muda
: oh begitu ya pak, jadi keluhannya ini timbul kalau Prio diamdiam, tapi kalau dia bekerja atau melakukan sesuatu tidak
muncul ya pak? Terus Prio ini susah tidur juga?
Keluarga pasien
: iya dok begitu, Prio ini sudah beberapa malam tidak tidur
dok.
Dokter Muda
Keluarga pasien
Dokter Muda
Keluarga pasien
Dokter Muda
Keluarga pasien
: oh iya dok.
Dokter Muda
Pasien
Dokter Muda
Pasien
Dokter Muda
Pasien
Dokter Muda
Pasien
Dokter Muda
Pasien
Dokter Muda
Pasien
: (tidak menjawab)
Keluarga pasien
: ini dok dulu perna saya dapat dia menangis sendiri, sampai
bengkak mata, waktu saya Tanya Prio kenapa menangis? Ada
yang pukul kau?, Prio tidak menjawab apa-apa, menangis dia
dok.
Dokter Muda
Pasien
: iya merokok
Dokter Muda
Pasien
Dokter Muda
Pasien
: iya perna.
Dokter Muda
Pasien
: waktu SMA
Dokter Muda
Pasien
: sama teman-teman
Dokter Muda
Pasien
Dokter Muda
Pasien
: . (tidak menjawab)
Keluarga pasien
: tinggal sama saya dia dok, Prio ini sudah yatim piatu.
Dokter Muda
Keluarga pasien
Dokter Muda
Keluarga pasien
: sama juga
Dokter Muda
Keluarga pasien
Dokter Muda
: oh begitu pak, jadi Prio ini sudah seperti anak sendiri ya pak.
Hubungan Prio dengan bapak sama istri bagaimana pak?
Apakah Prio ini anak penurut atau suka melawan atau
membantah?
Keluarga pasien
Dokter Muda
Keluarga pasien
: baik juga
Dokter Muda
Pasien
Dokter Muda
Keluarga pasien
Dokter Muda
Pasien
: . (hanya senyum)
Keluarga pasien
Dokter Muda
: iya pak.
1. RIWAYAT PSIKIATRI
a. Keluhan Utama: Gelisa, suka bicara sendiri, dan susah tidur malam
b. Riwayat Gangguan Sekarang (Autoanamnesis)
Pasien Tn. P usia 20 tahun datang ke Poliklinik RSU. Anutapura Palu
yang diantar oleh keluarganya dengan keluhan gelisa, suka bicara sendiri, dan
susah tidur malam yang dirasakan sekitar 3 bulan terakhir. Munculnya
keluhan seperti ini timbul jika pasien sedang berdiam diri atau tidak
melakukan sesuatu, tetapi jika pasien bekerja keluhan tidak muncul.
Awalnya sebelum timbul keluhan pasien sebelumnya didapatkan
sedang menangis sendiri dengan mata yang sudah lebam akibat menangis
tanpa alasan yang jelas. Sejak saat itu keluhan mulai timbul, pasien mulai
gelisa, suka bicara sendiri dan susah tidur malam. Pasien juga sering
mendengarkan bisikan-bisakan suara laki-laki dan perempuan, serta biasa
melihat bayangan-bayangan. Sebelumnya pasien pernah berobat di RSD.
Madani Palu yang diantar oleh keluarganya dengan keluhan yang sama,
setelah berobat keluarga pasien mengatakan ada perbubahan yang didapatkan,
tetapi karena alasan jauh untuk berobat di RSD. Madani, keluarga pasien
berobat kembali di RSU. Anutapura Palu sejak 2 minggu terakhir.
c. Riwayat gangguan sebelumnya
Pasien sudah merokok sejak SMP
Pasien mengkonsumsi alkohol, dan narotika sejak SMA
Pasien memiliki riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya
d. Riwayat Kehidupan pribadi
1. Riwayat perinatal dan antenatal
Pasien dilahirkan dirumah dengan persalinan normal.
2. Riwayat masa kanak-kanak awal (lahir sampai usia 3 tahun)
Pasien sudah kehilangan kedua orang tuanya sejak pasien berusia 1 tahun,
yang diawali oleh kematian ibunya sewaktu melahirkan adik pasien, dan
beberapa bulan kemudian diikuti oleh kematian ayahnya. Pada masa ini
pasien dirawat oleh om dan tentenya, dan dirawat selayaknya anak sendiri.
Pasien tidak memiliki penyakit yang serius pada masa ini.
3. Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (usia 3 sampai 11 tahun)
Pasien mengetahui kalau dia adalah seorang pria. Pada masa ini pasien
bermain dan bergaul selayaknya anak seusianya.
4. Riwayat masa kanak-kanak akhir (pubertas hingga remaja)
Hubungan pasien terhadap saudara dan teman-temannya cukup baik,
meskipun kadang ada selisih paham sedikit, tetapi selisih paham tersebut
tidak perna berlangsung lama. Pada masa ini pasien sudah mengenal
pergaulan bebas, dan sudah merokok.
5. Masa dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Sehari-hari pasien bekerja sebagai kuli bangunan
b. Riwayat hubungan dan perkawinan
Pasien belum menikah.
c. Riwayat pendidikan
Pendidikan terakhir SMA
d. Agama
Pasien memiliki keluarga yang beragama Islam
e. Aktivitas sosial
Pasien mengaku memiliki hubungan sosial yang baik terhadap temantemannya maupun tetangga sekitar rumahnya. Tetapi pergaulan pasien
lebih kearah pergaulan bebas.
f. Situasi kehidupan terkini
Pasien sekarang tinggal di Jl. Pengawu bersama om dan tantenya, serta
saudara-saudaranya dan sepupunya (anak dari om dan tantenya)
e. Riwayat Kehidupan Keluarga
Sejak usia 1 tahun pasien sudah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dan
sejak saat itu pasien dirawat dan dibesarkan oleh om dan tantenya, dan tinggal
bersama sampai sekarang.
f. Situasi Sekarang
Saat ini, menurut keluarga pasien, pasien suka gelisa, bicara sendri, dan susah
tidur malam. Biasanya pasien juga suka mendengarkan bisikan-biskian, serta
bayangan.
2. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien laki-laki wajah sesuai usia, warna kulit berwarna agak kecoklatan.
Memakai kaos berwarna biru hitam dan celana panjang berbahan jeans.
Penampilan cukup, perawatan diri cukup, dan perawakan sedang.
2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan aktivitas motorik
Normal
4. Pembicaraan
Berespon normal terhadap pembicaraan, spontan, dan sedikit
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood : eutimia (Normal)
2. Afek : terbatas
3. Empati : tidak dapat di raba rasakan
C. Fungsi Intelektual atau Kognitif
1. Taraf pendidikan : pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai dengan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
pendidikan pasien
Daya konsentrasi : tggu
Orientasi : Tidak ada disorientasi waktu, tempat dan orang
Daya ingat : baik
Pikiran abstrak : tggu
Bakat kreatif : Kemampuan menolong diri sendiri : Mampu menolong diri sendiri
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : terdapat halusinasi auditorik berupa bisikan suara laki-laki
dan perempuan. Dan halusinasi visual berupa bayangan.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi :Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikir
Produktivitas : miskin ide
Kontinuitas : Relevan, koheren mampu memberikan jawaban sesuai
pertanyaan
Hendaya berbahasa : tidak terdapat hendaya berbahasa
2. Isi Pikiran
Preokupasi : tidak ada
Gangguan isi pikiran : tidak ada
F. Pengendalian impuls
tggu
G. Daya Nilai
1. Norma Sosial : tggu
2. Uji daya nilai : tggu
3. Penilaian Realitas : tggu
H. Tilikan (insight)
Derajat 1 : penyangkalan total terhadap penyakitnya.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internus
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 140/110 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Pernapasan
: 18 x/menit
Suhu
: 37,0 C
B. Emosi yang terlibat
Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien sudah mengalami keluhan ini
selama 3 bulan tetapi belum perna diobati sejak 2 minggu terakhir. Pasien juga
masih berusia muda, dan yatim piatu sejak usia 1 tahun.
C. Evaluasi
Pengalaman baik, pada saat anamnesis pasien, dan keluarga pasien
terbuka dan kooperatif dalam menjawab pertanyaan.
6. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik : terjadi peningkatan aktivitas dari neurotrasmitter dopamin.
(hiperaktivitas dopamin sentral)
Psikologik : jika pasien hanya berdiam diri dan tidak melakukan sesuatu keluhan
timbul, tetapi jika pasien bekerja keluhan tidak ada.
7. PROGNOSIS
Hal-hal yang meringankan :
Ada dukungan dari keluarga
Hal-hal yang memperberat :
Pasien merasa sehat, dan tidak perlu diobati
Pronosis : ad bonam
8. ANALISIS
Pada pasien ini didapatkan adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif
(Narkotika), yang sudah dikonsumsinya sejak duduk dibangku SMA. Zat
psikoaktif yang digunakan adalah alkohol dan THD. Pasien menggunakan zat
psikoaktif tersebut bersama dengan teman-temannya.
pasien sejak kecil tidak perna mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Jadi pasien sering bergaul dengan teman-teman diluar, untuk mendapatkan
kesenangan. Pasien juga kurang mendapat perhatian dari keluarganya.
Alkohol
Umumnya digunakan dalam bentuk minuman beralkohol. Di Indonesia,
terutama di daerah Indonesia timur dan beberapa tempat di daerah sumatera,
terdapat antra 2-3 juta orang yang menggunakan minuman alkohol dari ringan
sampai berat. Di Amerika Serikat terdapat 12-18 juta orang mengalami adiksi
alkohol dan problem drinkers. Penyalahgunaan alkohol dikalangan remaja sukar
dicegah
karena
kurang
sempurnanya
pengawasan.
Di
banyak
Negara
THD (tryhexyphenidyle)
Tryheksiphenidyle adalah obat golongan antikollinergik atau antimuskuranik.
Obat ini bekerja memblok aksi asetilkolin pada reseptornya. Sehingga
menghasilkan efek mengurangi kekakuan otot, pengluaran air liur yang
berlebihan, tremor, dan meningkatkan kemampuan mengatur gerakan yang
biasanya terjadi pada pasien Parkinson atau pada pasien skizofrenia yang
menggunakan obat anti psikotik. Ia juga turut mengatur pelepasan dopamin.
Obat ini bekerja menghambat reseptor asetilkolin. Diduga, sitem kolinergik
terlibat dalma pengaturan mood seseorang, yang menyebabkan peningkatan
perasaan. Ada beberapa laporan yang mengatakan bahwa obat golongan
antikolinergik yang bereaksi sentral (di otak) memilki efek meningkatkan mood
(euphoria), walaupun efek ini tidak selalu terjadi dan seingkali tidak terkontrol.
Sebenarnya efek halusinogenik yang mungkin ditimbulkan oleh obat ini termasuk
jarang, yaitu 2-4% pasien saja yang akan mengalami, dan pada lansia kejadiannya
bisa mencapai 19% sedangkan efek euphoria baru akan tercapai pada dosis tinggi.
umum tanpa kausa yang dietahui (contohnya, skizofrenia dan gangguan mood),
dan, oleh karena itu, gangguan psikiatri primer dan gangguan yang melibatkan
penggunaan zat mungkin berkaitan. Bila gejala depresi yang tampak pada
beberapa orang yang tidak mengkonsumsi zat yang dapat megubah otak tidak
dapat dibedakan dengan gejala depresi pada orang yang perna mengkonsumsi zat
yang dapat mengubah otak, mungkin terdapat kesamaan berbasis otak antara
perilaku mengkonsumsi zat dengan depresi. Adanya zat dapat mengubah otak
merupakan petunjuk mendasar untuk mengetahui cara otak bekerja baik pada
keadaan normal maupun abnormal.
Etiologi
- Faktor psokodinamik
Kisaran teori psikodinamik tentang penyalahgunaan zat mencerminkan
berbagai teori popular selama 100 tahun terakhir. Menurut teori klasik,
penyalahgunaan zat merupakan ekivalen masturbasi (misalnya kebutuhan
untuk orgasme), defense terhadap impuls ansietas atau menifestasi regresi oral
(mislanya dependensi). Formulasi psikodinamik terkini menghubungkan
penggunaan zat sebagai reflesi fungsi ego yang terganggu (misalnya
ketidakmampuan mengatasi kenyataan).
-
Teori prilaku
Beberapa model prilaku penyalahgunaan zat memfokuskan pada
perilaku mencari zat disbanding pada gejala dependensi fisik. Sebagian besar
penyalahgunaan zat menimbulkan pengalaman positif setelah penggunaan
pertama, dan oleh karena itu, zat tersebut bertindak sebagai penguat positif
perilaku mencari zat.
Faktor genetik
Bukti kuat penelitian terhadap anak kembar, anak adopsi, dan saudara
kandung yang dibesarkan secara terpisah mengidikasikan bahwa kausa
penyalahgunaan
alkohol
memiliki
komponen
genetik.
Tipe
lain
polimorfisme
panjang
fragmen
dalam
studi
mengenai
Faktor neurokimiawi
Reseptor dan sistem reseptor. Dengan pengecualian alkohol, para
peneliti
telang
mengidentifikasi
neurotransmitter
atau
reseptor
penghargaan dan mungkin menjadi mediator utama efek zat seperti seperti
amfetamin dan kokai. Lokus seruleus, kelompok neuron adrenergic terbesar,
mungkin memerantai efek opioid. Jaras ini secara kolektif disebut sebagai
sirkuit penghargaan otak.
Penanganan dan Rehabilitasi
Beberapa orang yang mengalami masalah terkait zat dapat sembuh tanpa
pengananan formal, terutama seiring dengan bertambahnya usia mereka. Untuk
pasien dengan gangguan yang tidak begitu parah, seperti kecanduan nikotin,
intervensi yang relatif singkat sering kali sama efektivitasnya dengan penaganan
yang lebih intesif. Oelh karena intervensi singkat ini tidak mengubah lingkungan
perubahan otak terinduksi zat, atau memberi keterampilan baru, perubahan
motivasi pasien (perubahan kognitif) mungkin paling dapat menjelaskan
dampaknya pada perilaku menggunakan obat. Untuk individu yang tidak
merespons atau ketergantungannya lebih parah, berbagai intervensi tampaknya
efektif.
Membedakan prosedur dan teknik yang spesifik (contoh, terapi individu,
terapi keluarga, terapi kelompok, pencegahan relaps, dan farmakoterapi) dengan
program penaganan, sangat membantu sebagian besar program menggunakan
sejumlah prosedur spesifik dan melibatkan beberapa disiplin professional dan
juga nonprofessional yang memiliki keterampilan khusus atau pengalaman
pribadi dengan masalah zat yang sedang ditangani. Program penaganan terbaik
menggabungkan prosedur dan disiplin yang spesifik untuk memenuhi kebutuhan
pasien secara individual setelah dlakukan pengkajian yang cermat.
Program sering kali dikelompokkan secara luas berdasarkan satu atau lebih
karakteristik yang menonjol, apakah program hanya bertujuan mengontrol
keadaan putus zat akut dan konsekuensi penggunaan oabt saat ini (intosikasi) atau
difokuskan pada perubahan perilaku jangka panjang, apakah program tersebut
menerapkan penggunaan luas intervensi farmakologis, serta derajat sejauh mana
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA, 2010, Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis
Ed.2, EGC, Jakarta.
2. Elvira SD, Hadisukanto G, 2010. Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit FKUI,
Jakarta.
3. Amir N, 2007. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan
Penatalaksanaan. Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
4. Maslim R, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III, FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
5. Maslim, R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi
ketiga.Nuh Jaya : Jakarta.
Disusun oleh:
M. ADJIS RASYIDI
10 777 038
PEMBIMBING KLINIK: dr. Andi Soraya, M.Kes, Sp.KJ
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2015