Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

PSIKOTIK AKUT
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. P

Umur

: 20 tahun

Alamat

: Jl. Pengawu

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Pekerjaan

: Kuli bangunan

Agama

: Islam

Status Pernikahan

: Belum Menikah

Tanggal Pemeriksaan : 10 Agustus 2015


WAWANCARA
Dokter Muda

: selamat pagi pak

Pasien dan keluarga pasien : pagi dok


Dokter Muda

: dengan siapa namanya?

Pasien

: Prio

Dokter Muda

: prio usianya berapa?

Pasien

: 20 tahun

Dokter Muda

: Prio tinggalnya dimana?

Pasien

: di Pengawu

Dokter Muda

: kesini dengan siapa prio?

Keluaraga pasien

: saya omnya dok.

Dokter Muda

: oh bapak omnya prio ya, prio kuliah?

Pasien

: kuliah (sambil senyum-senyum)

Keluarag pasien

: tidak dok (sambil menggelengkan kepala), prio tidak kuliah

Dokter Muda

: loh, katanya kuliah. Jadi aktivitasnya Prio sekarang apa?

Pasien

: kerja, di tempat pembangunan.

Dokter Muda

: oh iya, tapi sekolah SMA lulus?

Keluarga pasien

: iya dok SMA lulus dia.

Dokter Muda

: oh iya. Prio ada yang bisa saya bantu? Keluhannya apa Prio?

Pasien

: tidak ada (sambil senyum-senyum)

Keluarga pasien

: ini dok, dia ini kesana-kemari terus, susah diatur, kalau


malam semua baju dihambur-hamburkan dilantai, stress orang
dirumah dia bikin. Biasa juga saya dapat dia bicara-bicara
sendiri

Dokter Muda

: oh iya pak, sudah berapa lama keluhannya ini pak?

Keluarga pasien

: sudah lama dok, sudah sekitar kurang lebih 3 bulanan dok.

Dokter Muda

: keluhannya ini tiap hari atau hilang terus timbul lagi?

Keluarga pasien

: tiap hari dok, biasa sampai tidak bisa tidur orang dirumah dia
bikin. Tapi kadang-kadang hilang juga, muncul itu kalau dia
sudah diam-diam tidak bikin apa-apa, langsung muncul itu
dok.

Dokter Muda

: oh begitu ya pak, jadi keluhannya ini timbul kalau Prio diamdiam, tapi kalau dia bekerja atau melakukan sesuatu tidak
muncul ya pak? Terus Prio ini susah tidur juga?

Keluarga pasien

: iya dok begitu, Prio ini sudah beberapa malam tidak tidur
dok.

Dokter Muda

: oh iya, karena keluhannya sudah 3 bulan, apakah sebelumnya


Prio sudah perna dibawa berobat?

Keluarga pasien

: perna dok sekitar 2 minggu yang lalu, sebelum berobat di


RSU. Anutapura. Saya perna bawa prio ini berobat di RSD.
Madani, waktu itu saya bawa kesana sekalian saya rawat
disana saja, tapi kata dokternya disana rawat jalan saja, terus
nanti kontrol kembali lagi. Jadi daripada saya jauh ke RSD.
Madani, mending saya bawa prio berobat di RSU. Anutapura
saja, supaya dekat dengan rumah saya.

Dokter Muda

: oh begitu ya pak. Iya pak memang kalau keadaan pasien


masih tenang, belum terlalu gelisah, biasanya dari keluarga
saja dulu yang awasi. Tetapi jika sudah gelisa sekali dan
mengamuk, itu baru dirawat.

Keluarga pasien

: oh begitu ya dok. Soalnya susah semua orang dibuat dok.

Dokter Muda

: oh iya pak, memang kalau menghadapi pasien seperti ini


harus sabar, terus minum obatnya juga teratur, jangan sampai
putus, kalau bisa kalau mau kontrol berikutnya sebelum obat
habis, sebaiknya datang kontrol dulu.

Keluarga pasien

: oh iya dok.

Dokter Muda

: prio ada dengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinga?

Pasien

: (dengan muka bingung) iya ada.

Dokter Muda

: suara apa itu prio? Suara laki-laki atau perempuan?

Pasien

: (muka bingung) campur-campur.

Dokter Muda

: apa yang dibisikan ke Prio?

Pasien

: kayak suara semut (sambil senyum)

Dokter Muda

: apakah suara-suara itu suara yang suka memerintah prio?

Pasien

: (tidak menjawab, sambil senyum)

Dokter Muda

: kalau bayangan-bayangan Prio perna lihat?

Pasien

: iya bayangan-bayangan ada yang lewat-lewat.

Dokter Muda

: bayangan apa itu Prio lihat?

Pasien

: (tidak menjawab)

Keluarga pasien

: ini dok dulu perna saya dapat dia menangis sendiri, sampai
bengkak mata, waktu saya Tanya Prio kenapa menangis? Ada
yang pukul kau?, Prio tidak menjawab apa-apa, menangis dia
dok.

Dokter Muda

: oh iya pak, Prio waktu sekolah merokok?

Pasien

: iya merokok

Dokter Muda

; dari kapan Prio merokok?

Pasien

: sudah lama, dari SMP

Dokter Muda

: oh iya, mohon maaf sebeumnya ya pak saya tanyakan ini,


Prio perna minum alkohol sama konsumsu obat-obatan?

Pasien

: iya perna.

Dokter Muda

: waktu kapan itu?

Pasien

: waktu SMA

Dokter Muda

: sama siapa itu Prio minum alkohol dan konsumsi obatobatan?

Pasien

: sama teman-teman

Dokter Muda

: terus waktu itu apa yang Prio rasakan?

Pasien

: enak, seperti melayang-layang.

Dokter Muda

: oh iya. Prio dirumah tinggal sama siapa?

Pasien

: . (tidak menjawab)

Keluarga pasien

: tinggal sama saya dia dok, Prio ini sudah yatim piatu.

Dokter Muda

: oh begitu ya pak, ibunya Prio meninggal waktu Prio usia


berapa pak?

Keluarga pasien

: ibunya menggal waktu ibunya ini melahirkan adiknya, kalau


tidak salah waktu Prio usia 1 tahun.

Dokter Muda

: usia 1 tahun ya pak, kalau ayahnya Prio pak?

Keluarga pasien

: sama juga

Dokter Muda

: maksudnya pak? Ayahnya Prio meninggal tidak lama setelah


ibunya meninggal? Atau bagamana?

Keluarga pasien

: iya dok, tidak lama habis ibunya meninggal ayahnya lagi


yang meninggal. Jadi Prio ini sy rawat sudah dari dia bayi.

Dokter Muda

: oh begitu pak, jadi Prio ini sudah seperti anak sendiri ya pak.
Hubungan Prio dengan bapak sama istri bagaimana pak?
Apakah Prio ini anak penurut atau suka melawan atau
membantah?

Keluarga pasien

: Prio ini penurut, tapi kadang-kadang membantah juga.

Dokter Muda

: kalau hubungan dengan keluarga dan saudaranya bagaimana


pak?

Keluarga pasien

: baik juga

Dokter Muda

: oh iya pak, Prio bagaimana? Ada masalah dirumah?

Pasien

: tidak ada, baik-baik saja (sambil senyum)

Dokter Muda

: oh iya Prio, bapak, terima kasih atas waktunya ya pak.

Keluarga pasien

: iya dok sama-sama

Dokter Muda

: semoga cepat sembuh Prio ya.

Pasien

: . (hanya senyum)

Keluarga pasien

: iya dok terima kasih juga dok.

Dokter Muda

: iya pak.

1. RIWAYAT PSIKIATRI
a. Keluhan Utama: Gelisa, suka bicara sendiri, dan susah tidur malam
b. Riwayat Gangguan Sekarang (Autoanamnesis)
Pasien Tn. P usia 20 tahun datang ke Poliklinik RSU. Anutapura Palu
yang diantar oleh keluarganya dengan keluhan gelisa, suka bicara sendiri, dan
susah tidur malam yang dirasakan sekitar 3 bulan terakhir. Munculnya
keluhan seperti ini timbul jika pasien sedang berdiam diri atau tidak
melakukan sesuatu, tetapi jika pasien bekerja keluhan tidak muncul.
Awalnya sebelum timbul keluhan pasien sebelumnya didapatkan
sedang menangis sendiri dengan mata yang sudah lebam akibat menangis
tanpa alasan yang jelas. Sejak saat itu keluhan mulai timbul, pasien mulai
gelisa, suka bicara sendiri dan susah tidur malam. Pasien juga sering
mendengarkan bisikan-bisakan suara laki-laki dan perempuan, serta biasa
melihat bayangan-bayangan. Sebelumnya pasien pernah berobat di RSD.
Madani Palu yang diantar oleh keluarganya dengan keluhan yang sama,
setelah berobat keluarga pasien mengatakan ada perbubahan yang didapatkan,
tetapi karena alasan jauh untuk berobat di RSD. Madani, keluarga pasien
berobat kembali di RSU. Anutapura Palu sejak 2 minggu terakhir.
c. Riwayat gangguan sebelumnya
Pasien sudah merokok sejak SMP
Pasien mengkonsumsi alkohol, dan narotika sejak SMA
Pasien memiliki riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya
d. Riwayat Kehidupan pribadi
1. Riwayat perinatal dan antenatal
Pasien dilahirkan dirumah dengan persalinan normal.
2. Riwayat masa kanak-kanak awal (lahir sampai usia 3 tahun)
Pasien sudah kehilangan kedua orang tuanya sejak pasien berusia 1 tahun,
yang diawali oleh kematian ibunya sewaktu melahirkan adik pasien, dan
beberapa bulan kemudian diikuti oleh kematian ayahnya. Pada masa ini
pasien dirawat oleh om dan tentenya, dan dirawat selayaknya anak sendiri.
Pasien tidak memiliki penyakit yang serius pada masa ini.
3. Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (usia 3 sampai 11 tahun)

Pasien mengetahui kalau dia adalah seorang pria. Pada masa ini pasien
bermain dan bergaul selayaknya anak seusianya.
4. Riwayat masa kanak-kanak akhir (pubertas hingga remaja)
Hubungan pasien terhadap saudara dan teman-temannya cukup baik,
meskipun kadang ada selisih paham sedikit, tetapi selisih paham tersebut
tidak perna berlangsung lama. Pada masa ini pasien sudah mengenal
pergaulan bebas, dan sudah merokok.
5. Masa dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Sehari-hari pasien bekerja sebagai kuli bangunan
b. Riwayat hubungan dan perkawinan
Pasien belum menikah.
c. Riwayat pendidikan
Pendidikan terakhir SMA
d. Agama
Pasien memiliki keluarga yang beragama Islam
e. Aktivitas sosial
Pasien mengaku memiliki hubungan sosial yang baik terhadap temantemannya maupun tetangga sekitar rumahnya. Tetapi pergaulan pasien
lebih kearah pergaulan bebas.
f. Situasi kehidupan terkini
Pasien sekarang tinggal di Jl. Pengawu bersama om dan tantenya, serta
saudara-saudaranya dan sepupunya (anak dari om dan tantenya)
e. Riwayat Kehidupan Keluarga
Sejak usia 1 tahun pasien sudah ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dan
sejak saat itu pasien dirawat dan dibesarkan oleh om dan tantenya, dan tinggal
bersama sampai sekarang.
f. Situasi Sekarang
Saat ini, menurut keluarga pasien, pasien suka gelisa, bicara sendri, dan susah
tidur malam. Biasanya pasien juga suka mendengarkan bisikan-biskian, serta
bayangan.
2. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan

Pasien laki-laki wajah sesuai usia, warna kulit berwarna agak kecoklatan.
Memakai kaos berwarna biru hitam dan celana panjang berbahan jeans.
Penampilan cukup, perawatan diri cukup, dan perawakan sedang.
2. Kesadaran
Berubah
3. Perilaku dan aktivitas motorik
Normal
4. Pembicaraan
Berespon normal terhadap pembicaraan, spontan, dan sedikit
5. Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif
B. Keadaan Afektif
1. Mood : eutimia (Normal)
2. Afek : terbatas
3. Empati : tidak dapat di raba rasakan
C. Fungsi Intelektual atau Kognitif
1. Taraf pendidikan : pengetahuan umum dan kecerdasan sesuai dengan
2.
3.
4.
5.
6.
7.

pendidikan pasien
Daya konsentrasi : tggu
Orientasi : Tidak ada disorientasi waktu, tempat dan orang
Daya ingat : baik
Pikiran abstrak : tggu
Bakat kreatif : Kemampuan menolong diri sendiri : Mampu menolong diri sendiri

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : terdapat halusinasi auditorik berupa bisikan suara laki-laki
dan perempuan. Dan halusinasi visual berupa bayangan.
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi :Tidak ada
E. Proses Berpikir
1. Arus Pikir
Produktivitas : miskin ide
Kontinuitas : Relevan, koheren mampu memberikan jawaban sesuai
pertanyaan
Hendaya berbahasa : tidak terdapat hendaya berbahasa

2. Isi Pikiran
Preokupasi : tidak ada
Gangguan isi pikiran : tidak ada

F. Pengendalian impuls
tggu
G. Daya Nilai
1. Norma Sosial : tggu
2. Uji daya nilai : tggu
3. Penilaian Realitas : tggu
H. Tilikan (insight)
Derajat 1 : penyangkalan total terhadap penyakitnya.
I. Taraf Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya
3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internus
Tanda Vital :
Tekanan Darah : 140/110 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Pernapasan
: 18 x/menit
Suhu
: 37,0 C
B. Emosi yang terlibat
Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien sudah mengalami keluhan ini
selama 3 bulan tetapi belum perna diobati sejak 2 minggu terakhir. Pasien juga
masih berusia muda, dan yatim piatu sejak usia 1 tahun.

C. Evaluasi
Pengalaman baik, pada saat anamnesis pasien, dan keluarga pasien
terbuka dan kooperatif dalam menjawab pertanyaan.

Pengalaman buruk, kadang pasien tidak menjawab beberapa pertanyaan.


4. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien laki-laki usia 20 tahun datang diantar oleh kelurganya dengan gelisa,
suka bicara sendiri, da susah tidur malam yang dialami sejak kurang lebih 3
bulan terakhir.
Pasien juga biasa mendengarkan bisikan-biskian suara laki-laki dan
perempuan, serta melihat bayangan-bayangan.
Keluhan pasien timbul jika pasien hanya berdiam diri atau tidak melakukan
apapun, dan jika pasien bekerja keluhan dapat diatasi.
Awalnya sebelum keluhan timbul, pasien perna didapatkan oleh keluarganya
dengan mata lebam akibat menangis tanpa alasan yang jelas.
Sebelumnya pasien perna berobat di RSD. Madani dengan keluhan yang
sama, pasien pindah ke RSU. Anutapura karena alasan susah kontrol karena
jaunya jarak antara rumah pasien dengan RSD. Madani.
Pasien sejak usia 1 tahun kedua orang tua pasien sudah meninggal, dan sejak
kecil sampai sekarang pasien dirawat dan dibesarkan oleh om dan tantenya
bersama saudara, dan sepupunya.
Pasien sudah merokok sejak SMP, mengkonsumsi alkohol dan narkotika sejak
SMA. Pasien menikmati barang haram tersebut bersama teman-teman pasien.
Pada saat anamnesis pasien sedikit berbicara dan berbicara seperlunya (miskin
ide)
Penilaian daya nilai pasien terganggu
Pasien memiliki tekanan darah 140/110 mmHg.
5. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Axis I : Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel dan
2.
3.
4.
5.

Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya (F.19)


Axis II : Gangguan Kepribadian Emosional Tidak Stabil (F60.3)
Axis III : Hipertensi
Axis IV : keluarga, dan lingkungan
Axis V: GAF Scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik.

6. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik : terjadi peningkatan aktivitas dari neurotrasmitter dopamin.
(hiperaktivitas dopamin sentral)
Psikologik : jika pasien hanya berdiam diri dan tidak melakukan sesuatu keluhan
timbul, tetapi jika pasien bekerja keluhan tidak ada.
7. PROGNOSIS
Hal-hal yang meringankan :
Ada dukungan dari keluarga
Hal-hal yang memperberat :
Pasien merasa sehat, dan tidak perlu diobati
Pronosis : ad bonam
8. ANALISIS
Pada pasien ini didapatkan adanya riwayat penggunaan zat psikoaktif
(Narkotika), yang sudah dikonsumsinya sejak duduk dibangku SMA. Zat
psikoaktif yang digunakan adalah alkohol dan THD. Pasien menggunakan zat
psikoaktif tersebut bersama dengan teman-temannya.

Hal ini diduga akibat

pasien sejak kecil tidak perna mendapat kasih sayang dari kedua orang tuanya.
Jadi pasien sering bergaul dengan teman-teman diluar, untuk mendapatkan
kesenangan. Pasien juga kurang mendapat perhatian dari keluarganya.
Alkohol
Umumnya digunakan dalam bentuk minuman beralkohol. Di Indonesia,
terutama di daerah Indonesia timur dan beberapa tempat di daerah sumatera,
terdapat antra 2-3 juta orang yang menggunakan minuman alkohol dari ringan
sampai berat. Di Amerika Serikat terdapat 12-18 juta orang mengalami adiksi
alkohol dan problem drinkers. Penyalahgunaan alkohol dikalangan remaja sukar
dicegah

karena

kurang

sempurnanya

pengawasan.

Di

banyak

Negara

berkembang, pemerintah umunya dirasakan bersifat ambivalen, sebab sebagian


besar anggaran belanjanya diambil dari pajak industri minuman beralkohol.
Sebagian remaja sampai usia dewasa cukup bebas dan berkempatan menggunakan

minuman beralkohol, laki-laki lebih banyak dari perempuan tetapi populasi


peminum perempuan meningkat dan pengguna alkohol usia dewasa lebih stabil
menggunakannya secara berkelanjutan.
Jenis minuman beralkohol di Indonesia sangat bervariasi (dari tradisional
sampai fermentasi buatan, dari berkadar tinggi hingga rendah). Minuman
beralkohol memberikan berbagai gambaran klinis, antara lain :
- Intoksikasi : euphoria, cadel, nistagmus, ataksia, bradikardia, hipotensi,
-

kejang, koma. Pada keadaan intoksikasi berat, reflek menjadi negatif.


Keadaan putus zat : halusinasi, ilusi (bad dream), kejang delirium Tremens,

gemetar, keluhan gastrointerstinal, muka merah, mata merah, dan hipertensi.


Gangguan fisik : mulai dari radang hati sampai kanker hati, gastritis, ulkus
peptikum, pneumonia, gangguan vascular, dan jantung, defisiensi vitamin,

fetal alcohol syndrome.


Gangguan mental : depresi hingga skizofrenia
Gangguan lain : kecelakaan lalu lintas, perkelahian, problem domestic dan
tindak kekerasan.

THD (tryhexyphenidyle)
Tryheksiphenidyle adalah obat golongan antikollinergik atau antimuskuranik.
Obat ini bekerja memblok aksi asetilkolin pada reseptornya. Sehingga
menghasilkan efek mengurangi kekakuan otot, pengluaran air liur yang
berlebihan, tremor, dan meningkatkan kemampuan mengatur gerakan yang
biasanya terjadi pada pasien Parkinson atau pada pasien skizofrenia yang
menggunakan obat anti psikotik. Ia juga turut mengatur pelepasan dopamin.
Obat ini bekerja menghambat reseptor asetilkolin. Diduga, sitem kolinergik
terlibat dalma pengaturan mood seseorang, yang menyebabkan peningkatan
perasaan. Ada beberapa laporan yang mengatakan bahwa obat golongan
antikolinergik yang bereaksi sentral (di otak) memilki efek meningkatkan mood
(euphoria), walaupun efek ini tidak selalu terjadi dan seingkali tidak terkontrol.
Sebenarnya efek halusinogenik yang mungkin ditimbulkan oleh obat ini termasuk
jarang, yaitu 2-4% pasien saja yang akan mengalami, dan pada lansia kejadiannya
bisa mencapai 19% sedangkan efek euphoria baru akan tercapai pada dosis tinggi.

Kriteria DSM-IV-TR untuk Penyalahgunaan Zat


A. Suatu pola maladaptif penyalahgunaan zat yang menimbulkan hendaya atau
penderitaan yang secara klinis signifikan, seperti dimanifestasikan oleh satu
(atau lebih) hal berikut, yang terjadi dalam periode 12 bulan :
a. Penggunaan zat berulang mengakibatkan kegagalan memenuhi
kewajiban peran utama dalam pekerjaan, sekolah, atau rumah (contoh,
absen berulang atau kinerja buruk dalam pekerjaan yang berhubungan
dengan penggunaan zat, penelantaran anak atau rumah tangga.
b. Penggunaan zat berulang pada situasi yang secara fisik berbahaya
(contoh, mengendarai mobil atau mengoprasikan mesin saat sedang
mengalami hendaya akibat penggunaan zat)
c. Masalah hokum berulang tarkait zat (contoh, penahanan karena
perilaku kacau terkait zat)
d. Penggunaan zat berlanjut meski memiliki masalah sosial atau
interpersonal yang persisten atau rekuran yang disebabkan atau
dieksaserbasi oleh zat (contoh, berselisih dengan pasangan tentang
konsekuensi intoksikasi, perkelahian fisik)
B. Gejala tidak memenuhi kriteria ketergantungan zat untuk kelas zat.
Dari kriteria DSM-IV-TR tersebut ditemukan bahwa pasien sudah memenuhi
kriteria dengan penyalahgunaan zat, yaitu :
- Pasien sudah mnegkonsumsi alkohol dan penyalahgunaan zat sejak pasien
-

duduk di bangku SMA. (lebih dari 12 bulan)


Adanya perilaku yang kacau terkait zat

9. PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKA


Gangguan Terkait Zat
Pendahuluan
Fenomena penyalahgunaan zat banyak berdampak pada penelitian otak dan
psikiatri lain klinis. Beberapa zat dapat memengaruhi baik keadaan mental yang
dirasakan secara interna, seperti mood, maupun aktivitas yang dapat diamati
secara eksternal, seperti perilaku. Zat dapat menyebabkan gejala neuropsikiatrik

umum tanpa kausa yang dietahui (contohnya, skizofrenia dan gangguan mood),
dan, oleh karena itu, gangguan psikiatri primer dan gangguan yang melibatkan
penggunaan zat mungkin berkaitan. Bila gejala depresi yang tampak pada
beberapa orang yang tidak mengkonsumsi zat yang dapat megubah otak tidak
dapat dibedakan dengan gejala depresi pada orang yang perna mengkonsumsi zat
yang dapat mengubah otak, mungkin terdapat kesamaan berbasis otak antara
perilaku mengkonsumsi zat dengan depresi. Adanya zat dapat mengubah otak
merupakan petunjuk mendasar untuk mengetahui cara otak bekerja baik pada
keadaan normal maupun abnormal.
Etiologi
- Faktor psokodinamik
Kisaran teori psikodinamik tentang penyalahgunaan zat mencerminkan
berbagai teori popular selama 100 tahun terakhir. Menurut teori klasik,
penyalahgunaan zat merupakan ekivalen masturbasi (misalnya kebutuhan
untuk orgasme), defense terhadap impuls ansietas atau menifestasi regresi oral
(mislanya dependensi). Formulasi psikodinamik terkini menghubungkan
penggunaan zat sebagai reflesi fungsi ego yang terganggu (misalnya
ketidakmampuan mengatasi kenyataan).
-

Teori prilaku
Beberapa model prilaku penyalahgunaan zat memfokuskan pada
perilaku mencari zat disbanding pada gejala dependensi fisik. Sebagian besar
penyalahgunaan zat menimbulkan pengalaman positif setelah penggunaan
pertama, dan oleh karena itu, zat tersebut bertindak sebagai penguat positif
perilaku mencari zat.

Faktor genetik
Bukti kuat penelitian terhadap anak kembar, anak adopsi, dan saudara
kandung yang dibesarkan secara terpisah mengidikasikan bahwa kausa
penyalahgunaan

alkohol

memiliki

komponen

genetik.

Tipe

lain

penyalahgunaan zat atau ketergantungan zat juga mungkin memiliki pola

genetik dalam perkembangannya. Para peneliti baru-baru ini menggunakan


pembatasan

polimorfisme

panjang

fragmen

dalam

studi

mengenai

penyalahgunaan zat dan ketergantungan zat, dan baru sedikit laporan


keterkaitan pembatasan polimorfisme panjang fragmen yang dipublikasikan.
-

Faktor neurokimiawi
Reseptor dan sistem reseptor. Dengan pengecualian alkohol, para
peneliti

telang

mengidentifikasi

neurotransmitter

atau

reseptor

neurotransmitter tertentu yang terlibat dengan sebagian besar zat yang


disalahgunakan. Sejumlah peneliti mendasarkan studi mereka pada hipotesis
tersebut. Sebagai contoh, opioid, bekerja sebagai reseptor opioid. Seseorang
dengan aktivitas opioid endogen yang terlalu sedikit (contohnya konsentrasi
endorphin yang rendah) atau dengan aktivitas antagonis opioid endogen yang
terlalu banyak mungkin beresiko mengalami ketergantungan opioid. Bahkan
pada orang dengan fungsi reseptor endogen dan konsentrasi neurotransmitter
yang benar-benar normal, penyalahgunaan jangka panjang suatau zat tertentu
pada akhirnya mungkin akan memodulasi system reseptor di otak sehngga zat
eksogen dibutuhkan untuk mempertahankan hemostasis, proses pada tingkat
reseptor semacam itu mungkin menjadi mekanisme untuk membentuk
toleransi di dalam system saraf pusat, namun, untuk menunjukkan adanya
modulasi pelepasan neurotransmitter dan fungsi reseptor neurotransmitter
terbukti sulit, dan penelitian terkini memfokuskan efek zat pada system duta
kedua (second messenger) dan pada regulasi gen.
Jaras dan Neurotransmitter. Neurotransmitter utama yang mungkin
terlibat dalam perkembangan penyalahgunaan dan ketergantungan zat adalah
opioid. Katekolamin (terutama dopamin), dan system asam y-aminobutirat.
Neuron yang terutama penting adalah neuron dopaminergic pada area
tegmental ventral. Neuron ini berproyeksi ke region kortikal dan limbic,
terutama nucleus akumbens. Jaras ini mungkin terlibat dalam sensai akan

penghargaan dan mungkin menjadi mediator utama efek zat seperti seperti
amfetamin dan kokai. Lokus seruleus, kelompok neuron adrenergic terbesar,
mungkin memerantai efek opioid. Jaras ini secara kolektif disebut sebagai
sirkuit penghargaan otak.
Penanganan dan Rehabilitasi
Beberapa orang yang mengalami masalah terkait zat dapat sembuh tanpa
pengananan formal, terutama seiring dengan bertambahnya usia mereka. Untuk
pasien dengan gangguan yang tidak begitu parah, seperti kecanduan nikotin,
intervensi yang relatif singkat sering kali sama efektivitasnya dengan penaganan
yang lebih intesif. Oelh karena intervensi singkat ini tidak mengubah lingkungan
perubahan otak terinduksi zat, atau memberi keterampilan baru, perubahan
motivasi pasien (perubahan kognitif) mungkin paling dapat menjelaskan
dampaknya pada perilaku menggunakan obat. Untuk individu yang tidak
merespons atau ketergantungannya lebih parah, berbagai intervensi tampaknya
efektif.
Membedakan prosedur dan teknik yang spesifik (contoh, terapi individu,
terapi keluarga, terapi kelompok, pencegahan relaps, dan farmakoterapi) dengan
program penaganan, sangat membantu sebagian besar program menggunakan
sejumlah prosedur spesifik dan melibatkan beberapa disiplin professional dan
juga nonprofessional yang memiliki keterampilan khusus atau pengalaman
pribadi dengan masalah zat yang sedang ditangani. Program penaganan terbaik
menggabungkan prosedur dan disiplin yang spesifik untuk memenuhi kebutuhan
pasien secara individual setelah dlakukan pengkajian yang cermat.
Program sering kali dikelompokkan secara luas berdasarkan satu atau lebih
karakteristik yang menonjol, apakah program hanya bertujuan mengontrol
keadaan putus zat akut dan konsekuensi penggunaan oabt saat ini (intosikasi) atau
difokuskan pada perubahan perilaku jangka panjang, apakah program tersebut
menerapkan penggunaan luas intervensi farmakologis, serta derajat sejauh mana

program didasarkan pada psikoterapi individual, Alcoholics Anonumous (AA),


atau prinsip 12 langkah lain, atau prinsip komunitas terapeutik.
10. RENCANA TERAPI
A. Farmakoterapi
a. Obat anti-psikosis atipikal. Golongan benzisoxazole, yaitu Risperidone 2
mg
b. Obat antikolinergik, yaitu trihexyphenidyle 1 mg
c. Obat anti-anxietas. Golongan benzodiazepine, yaitu Diazepam 5 mg
B. Psikoterapi
a. Terapi individu

DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock BJ, Sadock VA, 2010, Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis
Ed.2, EGC, Jakarta.
2. Elvira SD, Hadisukanto G, 2010. Buku Ajar Psikiatri, Badan Penerbit FKUI,
Jakarta.
3. Amir N, 2007. Gangguan Tidur pada Lanjut Usia Diagnosis dan
Penatalaksanaan. Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

4. Maslim R, 2001, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III, FK Unika Atma Jaya, Jakarta.
5. Maslim, R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi
ketiga.Nuh Jaya : Jakarta.

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AL-KHAIRAAT
PALU
LAPORAN DAN REFLEKSI KASUS
12 AGUSTUS 2015

GANGGUAN MENTAL dan PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN


ZAT MULTIPEL dan PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA
(F.19)

Disusun oleh:
M. ADJIS RASYIDI
10 777 038
PEMBIMBING KLINIK: dr. Andi Soraya, M.Kes, Sp.KJ
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2015

Anda mungkin juga menyukai