PEMBAHASAN KASUS
A. Scenario 2
Seorang ibu membawa anaknya yang berumur 10 tahun ke poliklinik
kulit sebuah Rumah Sakit dengan keluhan gangguan pada kulit disertai demam,
sakit kepala, sakit tenggorokan, dan sakit saat menelan. Dari hasil pemeriksaan
fisik diketahui: kulit terdapat Eritema, vesikel dan bula,purpura. Tinggi
badan=130
cm,
Berat
badan=40kg,
Suhu=39
C, T=130/90
mmHg,
diatas
metabolisme,
tidak
berwarna
dan
sangat
sedikit
mengandung air.
Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh
lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal.
Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis
protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny,
terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan
oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya
hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit
kasar sampai muncul lapisan baru.
Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang
hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau
kemampuan
memperbaiki
diri.
Bertambahnya
usia
dapat
ujung-ujung
memungkinkan
saraf
membedakan
perasa
berbagai
dalam
kulit
rangsangan
dari
jangat,
luar.
maka
kulit
akan
lebih
berminyak
sehingga
panas.Sebagai
bantalan
terhadap
trauma.
penumpukan energi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit b.d inflamasi dermal dan epidermal
Tempat
yang
di
tandai dengan:
DO : Kulit terdapat eritema, vesikel dan bula, purpura juga mengalami
rum datar berwarna merah pada muka dan batang tubuh.
DS : Pasien mengeluh gangguan pada kulit
b. Perubahan termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi pada
kulit yang ditandai dengan :
DO : suhu 39o C
DS : Pasien mengeluh demam
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
sekunder akibat penyakit yang ditandai dengan :
DO : Adanya ruam datar berwarna merah pada muka dan batang tubuh
DS : Klien merasa minder dengan kondisi kulitnya
3. Patofisiologi dan Pathway
a. Patofisiologi
Patogenesisnya belum jelas, disangka disebabkan oleh reaksi
hipersensitif tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya
komplek antigen antibodi yang membentuk mikro-presitipasi sehingga
terjadi aktifitas sistem komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil
yang kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan
jaringan pada organ sasaran (target organ). Reaksi hipersentifitas tipe IV
terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali dengan
mikro-presitipasi
sehingga
terjadi
aktifitas
sistem
1) Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta
perubahan lainnya yang terjadi.
Rasional: menentukan garis dasar dimana perubahan pada status da
pat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.
2) Gunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembut
Rasional: menurunkan iritasi garis jahitan dan tekanan dari baju,
membiarkan insisi terbuka terhadap udara meningkat proses
penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi.
3) Jaga kebersihan alat tenun
Rasional: untuk mencegah infeksi
4) Kolaborasi dengan tim medis
Rasional: untuk mencegah infeksi lebih lanjut
b. Perubahan termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi pada
kulit.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam,
suhu tubuh normal.
Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan
penyakit dan
selanjutnya.
2) Beri kompres pada daerah dahi
Rasional: Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas
secara konduksi dan membantu tubuh untuk menyesuaikan
terhadap panas
3) Anjurkan untuk banyak minum air putih
Rasional: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
4) Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotik
Rasional: Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan
demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan
proses infeksi dari bakteri.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder akibat penyakit.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam,
diharapkan klien dapat menerima perubahan citra tubuhnya.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1) Kaji
persepsi
klien
tentang
kondisi
tubuhnya
saat
ini.
mengembangkan
peningkatan
kemampuan
untuk