Anda di halaman 1dari 13

BAB III

PEMBAHASAN KASUS
A. Scenario 2
Seorang ibu membawa anaknya yang berumur 10 tahun ke poliklinik
kulit sebuah Rumah Sakit dengan keluhan gangguan pada kulit disertai demam,
sakit kepala, sakit tenggorokan, dan sakit saat menelan. Dari hasil pemeriksaan
fisik diketahui: kulit terdapat Eritema, vesikel dan bula,purpura. Tinggi
badan=130

cm,

Berat

badan=40kg,

Suhu=39

C, T=130/90

mmHg,

nadi=85x/menit, respirsi=26x/menit.klien juga diketahui mengalami ruam datar


berwarna merah pada muka dan batang tubuh, kemudian meluas ke seluruh
tubuh dengan pola yang tidak rata. Daerah ruam membesar dan meluas, sering
membentuk lepuh pada tengahnya. Kulit lepuh sangat longgar, dan mudah
dilepas bila digosok.
Menurut keterangan dari ibunya klien sebelumnya pernah dirawat di
Rumah sakit 4 bulan yang lalu karena demam thypoid, dari dokter klien banyak
menerima obat-obatan antipiretik dan antibiotik. Sepulang dari Rumah sakit,
gejala kelainan kulit tersebut mulai dialami oleh klien tapi ibunya merasa itu
hanya iritasi kulit biasa sehingga hanya diberikan bedak kulit saja. Dari hasil
laboratorium leukosit = 15000 /l , hemoglobin = 15 gr/dl, hematokrit= 35%,
trombosit = 200000/l. Dokter menyarankan agar klien dilakukan pemeriksaan
histopatologi dan imonohistokimia dapat mendukung ditegakkannya diagnosa.
Klien merasa minder dengan kondisi kulitnya sehingga tidak mau untuk
sekolah takut di ejek oleh teman-temannya dan mengatakan hanya mau
berangkat sekolah bila penyakitnya sudah sembuh
PERTANYAAN ANALISA KASUS
1. Setelah membaca dan menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dari
kasus diatas, coba diskusikan system organ apa yang terkait dengan masalah
diatas? Jelaskan dengan menggunakan anatomi fisiologi system organ
tersebut.
2. Coba identifikasi diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas dalam kasus
tersebut!
3. Coba saudara buat patofisiologi dan pathway dari masalah keperawatan
tersebut!
4. Coba buat NCP dari masing-masing diagnosa keperawatan!
5. Coba buat evaluasi dari masing-masing diagnosa keperawatan!
6. Penatalaksanaan pada pasien tersebut!

7. Apa masalah frinsip legal etis pada kasus diatas!


8. Bagaimana nursing advokasi yang seharusnya dilakukan oleh perawat pada
pasien dan saran apa yang sebaiknya diberikan pada perawat

diatas

terhadap intervensi pada pasien tersebut!


9. Coba anda teliti isi jurnal tersebut serta berikan solusi dari masalah tersebut!
B. Jawaban
1. Anatomi fisiologi
Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu : epidermis (kulit ari), dermis (kulit
jangat atau korium) dan lapisan subkutan. Sebagai gambaran, penampang
lintang dan visualisasi struktur lapisan kulit tersebut dapat dilihat pada
gambar berikut :
a. Epidermis (kulit ari)
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik
untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai
pada bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada
berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter
misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis
berukuran 0,05 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan
perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Tidak ada terdapat
pembuluh darah pada epidermis. Epidermis melekat erat pada dermis
karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan
cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding
kapiler dermis ke dalam epidermis. Pada epidermis dibedakan atas
lima lapisan kulit, yaitu :
1) Lapisan tanduk (stratum corneum)
Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi
semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas
beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami
proses

metabolisme,

tidak

berwarna

dan

sangat

sedikit

mengandung air.
Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh
lebih banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal.
Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis
protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia. Lapisan ini dikenal dengan lapisan horny,

terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan
oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya
hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit
kasar sampai muncul lapisan baru.
Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang
hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau
kemampuan

memperbaiki

diri.

Bertambahnya

usia

dapat

menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia


mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan
waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah
menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak
putih karena melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin
tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan
tanduk baru.
Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini
sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapislapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan
turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air yang
cukup besar.
2) Lapisan bening (stratum lucidum)
Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan
tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan
lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel
jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat
dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas
pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula
dari lapisan bening.
3) Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang
mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasa
dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit
telapak tangan dan telapak kaki.
4) Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Disebut juga lapisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling
berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma

berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka


seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil
yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal,
tersusun menjadi beberapa baris.
Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal),
dan makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Di
antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk
peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir
melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang
berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuankesatuan lapisan
taju mempunyai susunan kimiawi yang khas; inti inti sel dalam
bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino dan
glutation.
5) Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris
sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap
permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu
dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur
halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina
basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demoepidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel
epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi
bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk.
Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells,
melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.
b. Dermis
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit
atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening,
dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut
yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam
membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran
kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan
kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit

sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit.


Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang
paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di
telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk
oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan selsel.
Keberadaan

ujung-ujung

memungkinkan

saraf

membedakan

perasa

berbagai

dalam

kulit

rangsangan

dari

jangat,
luar.

Masingmasing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf


dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan
dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap halhal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat
takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di
kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu
kuduk berdiri. Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut
memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang
rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung
rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang
dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit. Di permukaan
kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut
acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar asam
merupakan penghalang alami yang efektif dalam menangkal
berkembang biaknya jamur, bakteri dan berbagai jasad renik lainnya di
permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu terusmenerus dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai menghilang
oleh pemakaian kosmetika.
Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastic yang
dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat
protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga
jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringanjaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit.
Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis
dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang

menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi.


Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi
kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang
terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini
disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri
sendiri seperti yang dimiliki kulit ari.
Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu
kelenjar keringat dan kelenjar palit.
1) Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan
duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan
kulit membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh
dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat
dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah
ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu
membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama
dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat
tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
a) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi
cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 97
persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti
garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan
sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar keringat ini
terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan
telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh
badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat
dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar
keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya
bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada
rambutnya.
b) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah
ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah
sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak
kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada

setiap orang. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya


alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya
berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran
folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak
terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan
dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia
akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh
hormon.
2) Kelenjar palit (sebasea)
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan
dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil
yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut
mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga
kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap
kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar
palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.
Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu
kelenjar palit atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran
folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar palit atau kelenjar
sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit
kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar
palit atau kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut
mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika
produksi minyak dari kelenjar palit atau kelenjar sebasea
berlebihan,

maka

kulit

akan

lebih

berminyak

sehingga

memudahkan timbulnya jerawat.


c. Lapisan Subkutan / jaringan penyambung
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan
limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit.
Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju
lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai
bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian
dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.

Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur


tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak
mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah
kulit juga menurun. Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak
lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit akan mengendur serta
makin kehilangan kontur. Sel lemak ini dipisahkan oleh trabekula yang
fibrosa. Lapisan terdalam banyak mengandung sel limposit yang
menghasilkan banyak lemak. Disebut juga panikulus adiposa yang
berfungsi sebagai cadangan makanan. Sel lemak berfungsi juga
sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan
tulang. Sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan
penyekatan

panas.Sebagai

bantalan

terhadap

trauma.

penumpukan energi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan integritas kulit b.d inflamasi dermal dan epidermal

Tempat

yang

di

tandai dengan:
DO : Kulit terdapat eritema, vesikel dan bula, purpura juga mengalami
rum datar berwarna merah pada muka dan batang tubuh.
DS : Pasien mengeluh gangguan pada kulit
b. Perubahan termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi pada
kulit yang ditandai dengan :
DO : suhu 39o C
DS : Pasien mengeluh demam
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan
sekunder akibat penyakit yang ditandai dengan :
DO : Adanya ruam datar berwarna merah pada muka dan batang tubuh
DS : Klien merasa minder dengan kondisi kulitnya
3. Patofisiologi dan Pathway
a. Patofisiologi
Patogenesisnya belum jelas, disangka disebabkan oleh reaksi
hipersensitif tipe III dan IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya
komplek antigen antibodi yang membentuk mikro-presitipasi sehingga
terjadi aktifitas sistem komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil
yang kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan
jaringan pada organ sasaran (target organ). Reaksi hipersentifitas tipe IV
terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi berkontak kembali dengan

antigen yang sama kemudian limfokin dilepaskan sehingga terjadi reaksi


radang (Djuanda, 2000: 147) .
Reaksi Hipersensitif tipe III
Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya komplek antigen antibodi yang
membentuk

mikro-presitipasi

sehingga

terjadi

aktifitas

sistem

komplemen. Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang kemudian


melepaskan lisozim dan menyebabkan kerusakan jaringan pada organ
sasaran (target organ).
Hal ini terjadi sewaktu komplek antigen antibodi yang bersirkulasi dalam
darah mengendap di dalam pembuluh darah atau jaringan sebelah hilir.
Antibodi tidak ditujukan kepada jaringan tersebut, tetapi terperangkap
dalam jaringan kapilernya. Pada beberapa kasus antigen asing dapat
melekat ke jaringan menyebabkan terbentuknya kompleks antigen
antibodi ditempat tersebut. Reaksi tipe III mengaktifkan komplemen dan
degranulasi sel mast sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kapiler
ditempat terjadinya rekasi tersebut. Neutrofil tertarik ke daerah tersebut
dan mulai memfagositosis sel-sel yang rusak sehingga terjadi pelepasan
enzim-enzim sel serta penimbunan sisa sel. Hal ini menyebabkan siklus
peradangan berlanjut (Corwin, 2000: 72).
Reaksi Hipersensitif Tipe IV
Reaksi hipersentifitas tipe IV terjadi akibat limfosit T yang tersintesisasi
berkontak kembali dengan antigen yang sama kemudian limfokin
dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang. Pada reaksi ini diperantarai
oleh sel T, terjadi pengaktifan sel T penghasil Limfokin atau sitotoksik
oleh suatu antigen sehingga terjadi penghancuran sel-sel yang
bersangkutan. Reaksi yang diperantarai oleh sel ini bersifat lambat
(delayed) memerlukan waktu 14 jam sampai 27 jam untuk terbentuknya.
4. NCP
a. Gangguan integritas kulit b.d inflamasi dermal dan epidermal
Tujuan : Menunjukkan kulit dan jaringan kulit yang utuh
Kriteria hasil :
- Integritas Jaringan : Kulit dan Membran Mukosa
- Penyembuhan Luka : Tahapan Utama
- Penyembuhan Luka : Tahapan Kedua
Intervensi :

1) Observasi kulit setiap hari catat turgor sirkulasi dan sensori serta
perubahan lainnya yang terjadi.
Rasional: menentukan garis dasar dimana perubahan pada status da
pat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.
2) Gunakan pakaian tipis dan alat tenun yang lembut
Rasional: menurunkan iritasi garis jahitan dan tekanan dari baju,
membiarkan insisi terbuka terhadap udara meningkat proses
penyembuhan dan menurunkan resiko infeksi.
3) Jaga kebersihan alat tenun
Rasional: untuk mencegah infeksi
4) Kolaborasi dengan tim medis
Rasional: untuk mencegah infeksi lebih lanjut
b. Perubahan termoregulasi berhubungan dengan proses inflamasi pada
kulit.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam,
suhu tubuh normal.
Kriteria Hasil : Tidak ada tanda-tanda peningkatan suhu tubuh
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital berubah sesuai tingkat perkembangan
penyakit dan

menjadi indikator untuk melakukan intervensi

selanjutnya.
2) Beri kompres pada daerah dahi
Rasional: Pemberian kompres dapat menyebabkan peralihan panas
secara konduksi dan membantu tubuh untuk menyesuaikan
terhadap panas
3) Anjurkan untuk banyak minum air putih
Rasional: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
4) Kolaborasi pemberian antiviretik, antibiotik
Rasional: Mempercepat proses penyembuhan, menurunkan
demam. Pemberian antibiotik menghambat pertumbuhan dan
proses infeksi dari bakteri.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder akibat penyakit.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam,
diharapkan klien dapat menerima perubahan citra tubuhnya.
Kriteria Hasil :

Menyatakan perasaan tentang penyakitnya.


Membuat gambaran diri lebih nyata
Mengakui diri sebagai individu yang mempunyai tanggung jawab
sendiri.

Intervensi :
1) Kaji

persepsi

klien

tentang

kondisi

tubuhnya

saat

ini.

Rasional : Alat dalam mengidentifikasi/mengartikan masalah untuk


memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif.
2) Catat bahas tubuh non verbal, prilaku negatif/bicara sendiri. Kaji
prilaku diri.
Rasional : Dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan,
kebutuhan untuk pengkajian lanjut/intervensi lebih intensif.
3) Pertahankan tindakan tenang, meyakinkan, akui terima
pengungkapan perasaan terhadap dirinya.
Rasional : Dapat membantu menghilangkan takut pasien akan rasa
malu, sulit bergaul, ketidakmampuan berkomunikasi dengan orang
lain.
4) Ajurkan pasien untuk menerima situasi pada tahap masalah yang
kecil.
Rasional : Merasa sehat/mengalami kesulitan dalam mengatasi
gambaran yang lebih besar tatapi dapat mengatasi satu bagian pada
saat itu.
5) Anjurkan orang terdekat untuk mengobati pasien secara baik dan
tidak sebagai orang yang depresi.
Rasional : Penyimpangan harga diri dapat tidak disadari
penguatannya.
5. Evaluasi
a. Integritas kulit dapat dipertahankan
b. Suhu tubuh dalam keadaan normal dan tidak melaporkan gejala
demam
c. Mengalami

mengembangkan

peningkatan

kemampuan

untuk

menerima diri sendiri.


6. PENATALAKSANAAN
a. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati
dengan prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya
buruk dan lesi menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat.

Kortikosteroid merupakan tindakan file-saving dan digunakan


deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5 mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien stevenJohnson berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 65
mg intravena. Setelah masa krisis teratasi, keadaan umum membaik,
tidak timbul lesi baru, lesi lama mengalami involusi, dosis diturunkan
secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg. Setelah dosis mencapai 5 mg
sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet kortikosteroid,
misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20
mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian
obat tersebut dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari. Seminggu
setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit (K,
Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi
hipokalemia diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam
bila terjadi hipermatremia. Untuk mengatasi efek katabolik dari
kortikosteroid diberikan diet tinggi protein/anabolik seperti nandrolok
dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis 25-50 mg untuk
dewasa (dosis untuk anak tergantung berat badan).
b. Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang
dapat menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang
menyebabkan alergi, berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal
misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80 mg.
c. Infus dan tranfusi darah
Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena
pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan
tenggorokan serta kesadaran dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan
infus misalnya glukosa 5 % dan larutan Darrow. Bila terapi tidak
memberi perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan transfusi
darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut, terutama pada
kasus yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura
yang luas dapat pula ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg
intravena sehari dan hemostatik.
d. Topikal :

Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in orabase.


Untuk lesi di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim
sulfadiazine perak.
7. Prinsip legal etis
8. Nursing Advocacy
Kita sebagai perawat menyarankan dan memotivasi pasien, agar tetap mau
sekolah walaupun pasien dalam merasa minder. Karena di usianya yang
masih anak anak termasuk dalam tahap tumbuh kembang, dan pasien
jangan merasa minder dengan keadaannya.
9. Jurnal

Anda mungkin juga menyukai

  • Format Outline
    Format Outline
    Dokumen4 halaman
    Format Outline
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Format Outline
    Format Outline
    Dokumen4 halaman
    Format Outline
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Contoh Pengajuan Stupen
    Contoh Pengajuan Stupen
    Dokumen2 halaman
    Contoh Pengajuan Stupen
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • BAB I Rizki Dian
    BAB I Rizki Dian
    Dokumen8 halaman
    BAB I Rizki Dian
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • FORMAT OUTLINE Judul Penelitian
    FORMAT OUTLINE Judul Penelitian
    Dokumen5 halaman
    FORMAT OUTLINE Judul Penelitian
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Hal 123-130 PDF
    Hal 123-130 PDF
    Dokumen8 halaman
    Hal 123-130 PDF
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Kadar Gas HC
    Kadar Gas HC
    Dokumen1 halaman
    Kadar Gas HC
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Radiasi
    Radiasi
    Dokumen2 halaman
    Radiasi
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Cover Outline
    Cover Outline
    Dokumen1 halaman
    Cover Outline
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen1 halaman
    Abstrak
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • 7947 20261 1 PB
    7947 20261 1 PB
    Dokumen10 halaman
    7947 20261 1 PB
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Askep Hiv Adel
    Askep Hiv Adel
    Dokumen10 halaman
    Askep Hiv Adel
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Lembar Persetujuan PDF
    Lembar Persetujuan PDF
    Dokumen1 halaman
    Lembar Persetujuan PDF
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • PP Proposal
    PP Proposal
    Dokumen11 halaman
    PP Proposal
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen8 halaman
    Jurnal
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Leaflet DM
    Leaflet DM
    Dokumen2 halaman
    Leaflet DM
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Yipz Yipz Keresek
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen8 halaman
    Jurnal
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Terapi Aktifitas Kelompok
    Terapi Aktifitas Kelompok
    Dokumen5 halaman
    Terapi Aktifitas Kelompok
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Citra Tubuh
    Laporan Pendahuluan Citra Tubuh
    Dokumen5 halaman
    Laporan Pendahuluan Citra Tubuh
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Proposal HAS 2015 Save Our Generation
    Proposal HAS 2015 Save Our Generation
    Dokumen11 halaman
    Proposal HAS 2015 Save Our Generation
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Sistem Musculo
    Sistem Musculo
    Dokumen11 halaman
    Sistem Musculo
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • SP Ketidakberdayaan - New
    SP Ketidakberdayaan - New
    Dokumen3 halaman
    SP Ketidakberdayaan - New
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Sejarah Perkembangan Keperawatan SMSTR 1
    Sejarah Perkembangan Keperawatan SMSTR 1
    Dokumen21 halaman
    Sejarah Perkembangan Keperawatan SMSTR 1
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • SUrat Undangan
    SUrat Undangan
    Dokumen39 halaman
    SUrat Undangan
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Askep Hemoroid Di Ruang Prabu Siliwangi RSUD Gunung Jati
    Askep Hemoroid Di Ruang Prabu Siliwangi RSUD Gunung Jati
    Dokumen20 halaman
    Askep Hemoroid Di Ruang Prabu Siliwangi RSUD Gunung Jati
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat
  • Case Description Suicide
    Case Description Suicide
    Dokumen15 halaman
    Case Description Suicide
    Zanzan Bhāratasattama
    Belum ada peringkat