Miliar US$
80,000,000
Volume
70,000,000
2.00
Nilai
1.60
45,000,000
Volume
40,000,000
Nilai
1.40
1.20
1.50
50,000,000
40,000,000
1.00
30,000,000
Nilai
35,000,000
Volum e
60,000,000
Miliar US$
50,000,000
2.50
90,000,000
Volum e
Ton
30,000,000
1.00
25,000,000
0.80
20,000,000
0.60
Nilai
15,000,000
20,000,000
0.50
10,000,000
0
0.00
2000
2001
2002
2003
2004
2005
0.40
10,000,000
2006
0.20
5,000,000
0
0.00
2006
2007
31
dalam beberapa kurun waktu terakhir. Demikian pula pertumbuhan tahunan (y-o-y) sektor
pertambangan mulai menunjukkan tren yang melambat meskipun ekspor batubara
Kalimantan Selatan masih relatif tinggi.
9.00%
8.00%
6.0%
7.00%
4.0%
6.00%
2.0%
5.00%
0.0%
4.00%
-2.0%
3.00%
-4.0%
2.00%
-6.0%
1.00%
-8.0%
Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II Trw III Trw IV Trw I Trw II
04
04
04
04
05
05
05
05
06
06
06
06
07
07
0.00%
Trw I Trw II Trw III Trw Trw I Trw II Trw III Trw Trw I Trw II Trw III Trw Trw I Trw II
04
04
04 IV 04 05
05
05 IV 05 06
06
06 IV 06 07
07
triwulan II-2007, kredit perbankan untuk sektor pertambangan mencapai Rp645,80 miliar,
tumbuh melambat sebesar 11,30% (y-o-y) dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh sebesar 11,63% (y-o-y) dan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai
24,29% (y-o-y). Melambatnya pertumbuhan sektor tersebut terkait dengan beberapa
permasalahan yang dihadapi sektor pertambangan antara lain adalah :
Juta Rp
700,000
35%
600,000
30%
25%
500,000
20%
400,000
15%
300,000
10%
5%
200,000
0%
Nominal kredit
Pertumbuhan - yoy (%)
Pertumbuhan - qtq (%)
100,000
IV
II
III
IV
-5%
-10%
I
II
III
IV
II
Meningkatnya tuntutan
lahan (hak ulayat)
ganti
rugi
2004
2005
2006
2007
Terlepas dari berbagai permasalahan yang ada, sektor pertambangan di Kalimantan Selatan
masih memiliki peluang untuk berkembang, antara lain :
Biaya produksi relatif rendah dan tenaga kerja yang tersedia relatif banyak
32
Peningkatan jumlah negara-negara asia yang beralih menjadi pemain dan investor di
bidang pertambangan mineral dan batubara
Selain peluang di atas, untuk lebih mengoptimalkan kinerja dan memperpanjang umur
sektor pertambangan terkait dengan keterbatasan SDA khususnya batubara yang tidak
dapat diperbaharui maka akan dilakukan penganekaragaman bahan baku dalam produk
pertambangan sehingga nantinya yang dipasarkan adalah berupa produk seperti energi
dan bukan batubara. Namun demikian, perlu dimaklumi bahwa pola pertumbuhan sektor
pertambangan tidak selalu sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Meskipun berkorelasi
positif, namun hasil analisis Kausalitas Granger tidak menunjukkan adanya hubungan
kausalitas antara sektor pertambangan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini barangkali
menjawab pertanyaan yang sering dikemukakan oleh berbagai kalangan selama ini
mengenai hasil pertambangan yang melimpah ruah, tetapi belum tercermin pada
pencapaian pertumbuhan ekonomi yang lebih berkualitas.
(Dirangkum dari berbagi sumber : Dinas Pertambangan Kalimantan Selatan, Walhi)
33