I Gede Riana
Ni Luh Putu Wiagustini*)
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan konsep Masterplan Pengembangan UMKM berbasis perikanan
, untuk menjadikan Bali sebagai pusat produksi dan pengolahan hasil perikanan di Koridor Bali-
Nusa Tenggara. Pada Tahun-1 periode penelitian, aktivitas penelitian yang dilakukan mencakup tiga proses,
produktivitas (nilai produksi) UMKM; dan 2) kebutuhan pengembangan UMKM berbasis perikanan di Bali
mencakup beberapa aspek-aspek operasional, modal dan akses pasar. Untuk itu Pemerintah Provinsi Bali,
pelaku UMKM, dan masyarakat diharapkan mampu mensinergikan diri baik secara kelembagaan, peningkatan
ke tingkat internasional.
Kata kunci: UMKM berbasis perikanan, nilai tambah, percepatan pembangunan ekonomi, masyarakat
pesisir
ABSTRACT
include some operational, capital, and market access aspects. To the Bali Provincial Government, SMEs and
Keywords: Fisheries-based SME, value added, acceleration of economic development, coastal communi-
ties
*) E-mail: wiagustini@yahoo.com
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
Krisis ekonomi memberi pelajaran berharga tentang dampak penurunan output pada usaha skala kecil dan
kekuatan bangunan struktur usaha Indonesia. Usaha menengah.
besar yang melalui strategi industri substitusi impor Harus diakui sampai saat ini UKM telah secara
pada periode 1970-1985 dan dilanjutkan strategi safety valve ekonomi dalam
industri promosi ekspor mulai 1985 diharapkan penyediaan tenaga kerja, memproduksi output dan
sumber kehidupan dan ketenangan bagi jutaan
bangunan struktur industri yang rapuh dan timpang. rakyat Indonesia. Salah satu indikasi mengapa UKM
Dimana industri besar yang jumlahnya sedikit bertahan adalah karena salah satu atau kombinasi
namun menguasai lebih dari 70% total asset usaha alasan berikut: (a) tidak terkaitnya kegiatan ekonomi
di Indonesia. Sementara industri kecil dengan UKM dengan pinjaman dollar, (b) seperti dilaporkan
jumlah sangat besar tidak mengalami imbas dari oleh (CESS, 1999) UKM mampu mengadakan langkah
penguasaan asset dan perkembangan yang dialami penghematan dengan substitusi input mahal terhadap
oleh industri besar. Namun ketika krisis menghantam input yang lebih murah, dan (c) serta mampu
perekonomian Indoneisa, terbukti industri besar yang melakukan keanekaragaman usaha (differensiasi
lebih rapuh daya tahannya terhadap krisis. usaha) dan membuka pasar baru pasar)
Kemampuan Industri Kecil dan Menengah (IKM) dan (d) UKM pada dasarnya majoritas bergerak
untuk bertahan dalam kondisi krisis terjadi karena dua berdasarkan modal sendiri dan bukan pinjaman
Pertama, kandungan lokal yang tinggi (CESS, 1999).
pada input produksinya. Local content yang tinggi tidak Namun temuan lain hasil studi ini juga menunjukkan
semata-mata menghindarkan keterpurukan akibat
depresiasi rupiah yang menyebabkan meningkatnya pasar yang paling dirasakan khususnya oleh usaha
biaya produksi pada usaha yang banyak menggunakan skala menengah justru akibat lingkungan usaha yang
diteruskan untuk menghasilkan komoditas dengan menggeragoti margin. UKM yang notabene secara
keunikan dan kekhasan tertentu yang menjadi nilai
lebih produk yang membuatnya memiliki daya saing mengandalkan margin yang didapat sebagai modal
memiliki nilai lebih dan daya saing dipasar ketika untuk meningkatkan daya saing. Penurunan margin
produk yang dihasilkan dapat menjadi yang terbaik akibat berbagai bentuk pungutan akan berimplikasi
(to be number one) di kelasnya atau menjadi satu- pada penurunan kemampuan melakukan akumulasi
satunya (to be the only one). kapital sehingga berdampak pada kemampuannya
Disisi lain, kebanyakan produksi IKM masih
mengandalkan pasar lokal dan permintaan dalam ne- dan memaksanya meningkatkan harga jual sehingga
geri sebagai sumber omsetnya kecuali pada produk ter- menjadi sulit bersaing dalam iklim pasar yang
tentu. Belum banyak produk IKM bahkan yang berasal
dari usaha menengah yang mampu melakukan ekspor melemahkan motivasi UKM untuk berkembang
langsung. Kemampuan melakukan inovasi yang lemah lebih maju melalui inovasi, perluasan pasar maupun
dan merasa cukup puas dengan apa yang sudah dida- peningkatan skala usaha.
keunggulan skala ekonomi untuk melakukan masalah yang sangat mengganggu kenyamanan
berusaha eksportir/trading house. Akibatnya daya
cepat. Perubahan permintaan yang terjadi dengan saing dari produk eksportir/trading house dari Bali
cepat dipasar pada saat krisis mampu direspon oleh yang notabene berasal dari UKM, menurun tajam
karena sulit bersaing dengan produk dari negara
Studi CESS dan The Asia Foundation (2002) terhadap yang ongksos produksinya lebih murah. Bali yang
industri skala menengah dan besar menunjukkan merupakan salah satu andalan ekspor UKM (termasuk
untuk produk dari daerah lain) dihadapi oleh semakin
dampak penurunan output yang terjadi akibat krisis. memburuknya iklim usaha akibat semakin banyaknya
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
Metode Pengumpulan Data Bali dilakukan dengan alat regresi linier berganda,
adapun model hasil analisis dapat diinterpretasi
potensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah berbasis seperti pada Persamaan (1).
0 1 log X1 2 log X2 t ...................(1)
tahap-tahap antara lain: 1) Survei, yang dilakukan untuk dimana, (X1) adalah Produk Domestik Bruto dan
(X2) adalah pekerja, sedangkan (Y) Nilai Produksi di
Industri Kecil Menengah (IKM) berbasis Perikanan.
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
Karakteristik pokok SIG menurut Martin (dalam pembuat keputusan dengan menggunakan model
Kuncoro) antara lain: 1) Geografi: berhubungan matematis. AHP membantu dalam menentukan
prioritas dari beberapa kriteria dengan melakukan
oleh beberapa koordinat sistem pada lokasi di analisa perbandingan berpasangan dari masing-
atas permukaan bumi; 2) Informasi : mencakup masing kriteria. Dalam sistem pengelolaan kinerja
yang dimaksud dengan kriteria tersebut adalah KPI.
dari sejumlah data yang beragam, dan ini hanya Kaidah pembobotan penggunaan metode AHP
mungkin karena data telah diorganisasi dalam dalam sistem Pengelolaan Kinerja menyakakan: 1)
suatu model dunia nyata; 3) Sistem: lingkungan Nilai bobot KPI berkisar antara 0 - 1 atau antara 0%
yang memungkinkan data dikelola dan pertanyaan
ditempatkan. SIG sebaiknya diintegrasikan dalam total bobot semua KPI harus bernilai 1 (100%); 3)
suatu kesatuan prosedur untuk input, penyimpanan,
adalah langkah-langkah yang digunakan dalam
SIG pada dasarnya adalah jenis khusus sistem menentukan bobot KPI dengan menggunakan AHP:
(i) Menentukan nilai prioritas KPI. Biasanya orang
dihadapi sangat sedikit. Secara umum hirarki dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1) hirarki struktural,
yaitu masalah yang kompleks diuraikan menjadi Karakteristik UMKM Berbasis Perikanan
bagian-bagiannya atau elemen-elemennya menurut Karakteristik UMKM berbasis perikanan di Propinsi
ciri atau besaran tertentu. Hirarki ini erat kaitannya Bali akan dilihat dari bagaimana hubungan kondisi
dengan menganalisa masalah yang kompleks melalui makro ekonomi seperti perkembangan Produk
pembagian obyek yang diamati menjadi kelompok- Domestik Regional Bruto (PDRB) dan tenaga kerja
terhadap perkembangan UMKM berbasis perikanan.
menguraikan masalah yang kompleks menjadi bagian- Selain itu karakteristik akan dianalisis juga berdasarkan
bagiannya sesuai hubungan esensialnya. Hirarki ini analisis hirarki proses. Analisis ini digunakan untuk
membantu mengatasi masalah atau mempengaruhi
sistem yang kompleks untuk mencapai tujuan yang pengembangan UMKM berbasis perikanan.
diinginkannya seperti penentuan prioritas tindakan,
alokasi sumber daya. AHP merupakan sistem
pengembangan UMKM berbasis perikanan.
PROD konstanta 0 = 6,5342 berarti Nilai Produksi (Log Y) sebesar 6,5342% pada
Koefisien
saat PDRB (Log X1), Pekerja (Log X2) sama dengan atau dianggap nol (konstan). Interpretasi
terhadapDate: 09/23/13
koefisien Time:
PDRB (Log X1) dengan nilai 1 sebesar 0,5342 memiliki arti ada pengaruh
08:08PDRB terhadap Nilai Produksi sebesar 0,5342%. Apabila PDRB (Log X1) naik
positif antara
sebesar Sample:
1% maka1Nilai
22 Produksi (LogY) akan mengalami peningkatan sebesar 0,5342%.
Included
Sebaliknya apabilaobservations:
PDRB (Log X1)21 turun sebesar 1% maka Nilai Produksi (Log Y) akan
turun sebesar 0,5342%.
Excluded Koefisien regresi
observations: 1 variabel pekerja (Log X2) dengan 2 sebesar 1,1511
berarti ada pengaruh positif antara pekerja terhadap Nilai Produksi Std.sebesar
Error 1,1511%. t-Statistic Prob.
Apabila pekerja (Log XC2) naik sebesar 1% maka6.534176
Nilai Produksi (Log Y)6.113375
akan mengalami 1.068833 0.2993
peningkatan sebesar 1,1511%. Sebaliknya apabila pekerja (Log X2) turun sebesar 1% maka
LPDRB 0.593437 0.344307 1.723568 0.1019
Nilai Produksi (Log Y) akan turun sebesar 1,1511%.
1.151085 0.301416 3.818920 0.0013
0.472225 Mean dependent var 24.54033
a. Uji F test / Serempak
0.413583 S.D. dependent var
Pengujian F atau pengujian model digunakan untuk mengetahui apakah hasil dari
2.061273
1.578479
analisis regresi signifikan atau tidak, dengan kata lain model yang diduga tepat/sesuai 3.882364
atau tidak. Jika hasilnya signifikan, maka H0 44.84874
ditolak dan H1 diterima. Sedangkan jika 4.031582
Logtidak
hasilnya likelihood -37.76483
signifikan, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal F-statistic
ini dapat juga dikatakan 8.052710
Durbin-Watson
sebagai stat jika F hitung >1.511642
berikut : 1) H0 ditolak F tabel; dan 2) H0Prob(F-statistic)
diterima jika F hitung < 0.003177
F tabel.
Gambar 2. HasilGambar 2. Hasil
Uji F (Serentak) Uji F (Serentak)
(Log X2) turun sebesar 1% maka Nilai Produksi (Log
Y) akan turun sebesar 1,1511%.
Daerah terima H0 a. Uji F test/Serempak
Pengujian F atau pengujian model digunakan untuk
1) Analisis Kondisi Ekonomi Terhadap Produktivitas dapat juga dikatakan sebagai berikut : 1) H0 ditolak
UMKM Perikanan jika F hitung > F tabel; dan 2) H0 diterima jika F
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda, hitung < F tabel.
maka diperoleh persamaan regresi berganda dengan Berdasarkan hasil regresi, nilai F hitung sebesar
Bruto (X1) dan pekerja (X2), dapat dilihat pada residual = 20) adalah sebesar 3,49. Karena F hitung
Persamaan (4). > F tabel yaitu 8,05 > 3,49 maka analisis regresi
log X1 log X2 ....(2) 1), dan Pekerja
0 = 6,5342 berarti Nilai (X2) terhadap Nilai Produksi (Y) adalah besar. Hal
Produksi (Log Y) sebesar 6,5342% pada saat PDRB (Log ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat
X1), Pekerja (Log X2) sama dengan atau dianggap nol
secara simultan oleh variabel bebas.
X1 1 sebesar 0,5342 memiliki arti ada
determinasi (R2) penelitian. Pada Tabel 1 didapatkan
sebesar 0,5342%. Apabila PDRB (Log X1) naik sebesar 2 sebesar 0,4722. Artinya
sebesar 1,1511%. Apabila pekerja (Log X2) naik sebesar b. Uji t test/Parsial
1% maka Nilai Produksi (Log Y) akan mengalami pen- Uji t test digunakan untuk mengetahui apakah ma-
ingkatan sebesar 1,1511%. Sebaliknya apabila pekerja sing-masing variabel bebas secara parsial mempunyai
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
Gambar 3. Hasil Uji t (Parsial) untuk Gambar 4. Hasil Uji t (Parsial) untuk
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
GambarHirarki
Gambar 6. Struktur 6. Struktur HirarkiDari
Kebijakan Kebijakan
Aspek Dari
AksesAspek Akses Operasional
Operasional
Oprasional
Pelatihan Kesejahteraan
(0.25) (0.75)
Pusat TERAPAN7PM/Pt"(64564
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF Propinsi Kabupaten/kota Desa
(0.57) (0.22) (0.10) (0.02)
b. Aspek Modal
Dari aspek modal, faktor yang sangat dominan mempengaruhi atau dinginkan
adalah berupa bantuan atau pinjaman modal yang bersifat lunak. Dengan kata lain
pinjaman modal atau bantuan modal lebih berpengaruh secara signifikan dalam
meningkatkanPusatperan pengelola terhadap peningkatan
Propinsi Kabupaten/kotaekonomi masyarakat
Desa dibanding
(0.57) (0.22) (0.10) (0.02)
bantuan langsung. Gambaran hirarki strategi kebijakan dari aspek akses modal
dijelaskan pada Gambar 8.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa derajat kepentingan kelembagaan di
Gambar 8. Struktur
Gambar Hirarki Kebijakan
8. Struktur Dari
Hirarki Aspek Akses
Kebijakan Modal
Dari Aspek Akses Modal
tingkat pusat mempunyai nilai 57%, kemudian disusul oleh kelembagaan di tingkat
propinsi dan kabupaten/kota.AksesSedangkan
Modal kelembagaan di tingkat desa mempunyai nilai
derajat kepentingan paling rendah yaitu hanya sebesar 0.2%. Kondisi ini
menggambarkan bahwa kelembagaan di tingkat pusat dianggap lebih baik dari pada
kelembagaan ditingkat lokal dalam hal memberikan pelatihan terhadap pengusaha kecil
dan menengah. Hal tersebut disebabkan karena alasan bahwa biasanya program-
BL Pinj. Modal
program pelatihan ditingkat
(0.27) pusat lebih(0.73)
baik dan menggunakan teknologi yang tepat
guna untuk kebutuhan pengusaha kecil dan menengah.
b. Aspek Modal
Dari aspek modal, faktor yang sangat dominan mempengaruhi atau dinginkan
adalah berupa bantuan atau pinjaman modal yang bersifat lunak. Dengan kata lain
pinjaman modal atau bantuan modal lebih berpengaruh secara signifikan dalam
meningkatkan Pusat Propinsi
peran pengelola Kabupaten/kotaekonomi masyarakat
terhadap peningkatan Desa dibanding
(0.02) Gambaran((0.09) (0.74)
bantuan langsung. hirarki strategi(0.21)
kebijakan dari aspek akses modal
dijelaskan pada Gambar 8.
Gambar 8. Struktur Hirarki Kebijakan Dari Aspek Akses Modal
yang tepat guna untuk kebutuhan pengusaha kecil
dan menengah. pinjaman lunak dan mudah mempunyai nilai derajat
Akses Modal
kepentingan sebesar 73% sedangkan bantuan langsung
b. Aspek Modal hanya mempunyai nilai derajat kepentingan sebesar
mempengaruhi atau dinginkan adalah berupa bantuan bisa menyediakan pinjaman modal terhadap pengem-
BL Pinj. Modal
kata lain pinjaman modal atau (0.27)
bantuan modal lebih
(0.73) misalnya melalui yang lain.
peran pengelola terhadap peningkatan ekonomi kepentingan kelembagaan di tingkat desa mempunyai
masyarakat dibanding bantuan langsung. Gambaran nilai 74%, kemudian disusul oleh kelembagaan di
hirarki strategi kebijakan dari aspek akses modal tingkat kabupaten/kota dan propinsi. Sedangkan
dijelaskan pada Gambar 8. kelembagaan di tingkat pusat mempunyai nilai derajat
Pusat Propinsi Kabupaten/kota Desa
(0.02) ((0.09) (0.21) (0.74)
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
kepentingan paling rendah yaitu hanya sebesar 0.2%. (i) Mengembangkan industri kelautan secara bertahap
dan terpadu melalui keterkaitan antara industri
keuangan di tigkat lokal (terutama desa) yang paling kelautan dan sektor industri (pembangunan)
lainnya, terutama dengan sektor ekonomi yang
kerja dibanding kelembagaan di tingkat pusat. memasok bahan baku industri;
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
pelayanan pelabuhan perikanan yang bersebelahan dan cepat dicapai. Untuk itu rencana pengembangan
(berbatasan) juga dapat diminimalkan. Di sisi lain, teknologi penangkapan harus dilakukan secara
dorongan ini juga akan meningkatkan kebutuhan bertahap dan terpadu, seperti dijabarkan pada dua
armada tangkap yang memiliki tingkat kesesuaian tahapan berikut.
dengan karakteristik Samudera Hindia, memilki Tahap I, terbagi dalam dua langkah strategis. Per-
jangkauan pelayaran tinggi, kapasitas muat yang
Hal ini dikarenakan intensitas eksploitasi ikan oleh tingkat keuntungan nelayan adalah perbandingan
antara nilai produksi dengan biaya marginal operasi
- penangkapan per trip semakin menurun. Hal yang
gan penangkapan ikan hias yang diusahakan secara sejak lama telah dirasakan oleh nelayan payangan ini
- disebabkan oleh menurunnya densitas ikan di daerah
-
penangkapan jaring payang. Penurunan tingkat
keuntungan ini dapat dikendalikan oleh disebarnya
Laut Selatan Propinsi Bali menjadi semakin menarik
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
organisasi kerja penangkapan ikan tradisional. rencana UMKM berbasis perikanan adalahdapat
dijabarkan sebagai berikut.
trip penangkapan. Implikasi ini berdampak besar 1) Sistem Penumpukan Modal Sendiri
terhadap kebiasaan penangkapan payangan yang Untuk menarik penumpukan modal nelayan
secara tradisional tidak bermalam di tengah lautan.
Dengan berpola terhadap cara dan organisasi yang dapat mendorong nelayan untuk menabung
penangkapan tradisional, maka kriteria umum adalah adanya disposible income (sisa pendapatan
dari armada yang akan dikembangkan antara setelah dikurangi total konsumsi) yang cukup. Hal-hal
lain: (i) Memiliki ukuran minimal sama dengan yang dapat dilakukan menjamin tersedianya disposible
armada yang ada; (ii) Dilengkapi dengan box es income yang cukup antara lain: (i) meningkatkan
untuk penyimpanan ikan; (iii) Dilengkapi dengan keuntungan rata-rata nelayan, (salah satunya) melalui
kabin akomodasi (ruang istirahat) nelayan; (iv)
Dilengkapi dengan dapur logistik dan kamar mandi; biaya konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun
biaya operasional penangkapan. Salah satu hal yang
dapat dilakukan untuk hal ini adalah memberikan
sama. Khusus untuk unit tangkap payangan, jika subsidi; (iii) mengembangkan peran penyedia modal
operasi penangkapan (pengambek). Adanya peran
pengambek di lapangan penting sekali artinya bagi
tradisional. Konsekuensinya, jaring payang yang usaha penangkapan ikan. Beban biaya operasional
diopersikan dilengkapi dengan katrol manual atau tidak harus ditanggung oleh nelayan pemilik kapal;
mesin sehingga lebih mudah (ringan) ditarik. (iv) pengembangan budaya untuk merubah paradigma
c. Dilengkapi dengan sarana pengamanan yang layak, sekaligus menghilangkan perilaku konsumsi yang
misal pelampung untuk masing-masing ABK; tidak menguntungkan, misalnya minum-minuman
d. Dilengkapi dengan untuk keras. Pengembangan budaya dapat dilakukan melalui
operasi penangkapan bebas di ZEEI (tanpa bantuan pembinaan agama, pendidikan dan organisasi sosial
rumpon) dan alat komunikasi, dan sebagainya; kemasyakatan.
Untuk mengimplementasikan rencana ini perlu
Rencana Pengembangan Sistem Permodalan studi lebih dalam mengenai tingkat konsumsi dan
Rencana peningkatan pertumbuhan usaha penang- disposible income nelayan.
kapan ikan secara otomatis akan meningkatkan per-
mintaan input modal. Strategi pembangunan peri- 2) Sistem Inti-Plasma
kanan tangkap yang bagus tidak akan dapat diim- Sistem inti-plasma yang dimaksud dalam hal ini
plementasikan tanpa dukungan modal yang cukup adalah menciptakan sistem kerjasama antara industri
dan acountable. Permodalan adalah hal yang sangat pengolahan ikan/pengusaha (sebagai inti) dengan
krusial dan menjadi masalah klasik pada sektor per- nelayan (sebagai plasma). Sedangkan bank atau KUD
nangkapan ikan. Pengadaan permodalan untuk ne-
layan adalah masalah sulit, karena pengembangan sistem ini nelayan mendapatkan kredit berjangka
perkreditan nelayan tidak menarik bagi perbankan. untuk pengadaan armada dan alat tangkap untuk
Faktor yang menyebabkan tidak menariknya pihak penangkapan jenis-jenis ikan yang sesuai dengan
perbankan antara lain adalah usaha perikanan tang- kebutuhan industri yang bersangkutan. Sebaliknya,
kap memiliki tingkat ketergantugan yang tinggi ter- industri pengolahan bersangkutan dapat secara
hadap alam, tingkat pertaruhannya tinggi (untung- langsung mengambil ikan yang di daratkan oleh
untungan), rata-rata nelayan tidak memiliki lahan nelayan bersangkutan sesuai dengan harga yang
bermukim yang permanen (tinggal di suatu tempat berlaku dengan pembayaran melalui KUD atau bank.
selama-lamanya) sehingga tidak memiliki aset tidak Nilai yang dibayarkan oleh pihak pengolah ikan adalah
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
hasil selisih harga berlaku dengan rata-rata nilai kredit 4) Meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
3. Nasional, Ekspor
4. Ikan kemasan siap saji: , Regional, Nasional, Ekspor
scallop, tempura, bakso ikan
5. Ikan pindang Lokal, Regional
6. Ikan asap Lokal, Regional, Nasional
7. Daging hiu asin Regional, Nasional
8. Sirip hiu kering Regional, Nasional, Ekspor
9. Abon tuna Lokal, Regional, Nasional
10. Krupuk ikan Lokal, Regional, Nasional
11. Tepung dan minyak ikan Lokal, Regional, Nasional
12. Petis, terasi, silase Lokal, Regional
ikan pelagis besar tampaknya lebih besar dibanding peningkatan skala pemasaran dan pengembangan
ikan pelagis kecil. Hal ini disebabkan ikan pelagis industri pengolahan ikan menjadi keharusan. Dengan
kecil mulai mengalami penurunan karena habitat skala dan jangkauan pemasarannya sendiri, kuota
permintaan ikan per jenis industri pengolahan ikan
dimana kondisi ekosistem pantai saat ini mengalami
penurunan kualitas lingkungan yang mengakibatkan Adanya peluang pemasaran dalam lingkup yang
berkurangnya populasi ikan pelagis kecil ini. Oleh lebih luas seperti: nasional dan ekspor juga sangat
karena itu, kegiatan pengolahan ikan yang mempunyai berpengaruh terhadap target penangkapan dan
prospek untuk dikembangkan adalah pengolahan ikan kegiatan pengolahan, karena berkaitan dengan
dengan bahan baku ikan jenis pelagis besar (Tuna, permintaan pasar yang harus dipenuhi. Rencana
Cakalang, Tongkol, dan sebagainya), beserta kegiatan pemasaran ikan segar dan hasil produk olahan
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
perubahan yang akan terjadi di masa mendatang. Secara operasional, rencana pengembangan sumber
Masyarakat yang sistem sosialnya tertata dengan baik daya manusia kelompok masyarakat pesisir dibedakan
akan benar-benar siap dan mampu terlibat di dalam menjadi tiga kelompok rencana, yaitu pengembangan
dinamika perubahan sosial-ekonomi serta perubahan kegiatan sosial ekonomi, pengembangan sistem budaya
sosial-budaya. untuk peningkatan kualitas SDM, dan pengembangan
Secara umum rencana pengembangan SDM dapat sistem budaya untuk menunjang kegiatan ekonomi.
dibedakan antara pengembangan SDM untuk pengem-
bangan kebiatan penangkapan ikan dan pengemban- Rencana Pengembangan Kegiatan Sosial-
gan SDM untuk kegiatan pengolahan ikan. Namun Ekonomi
begitu rencana pengembangan SDM hanya berlaku Pengembangan kegiatan sosial-ekonomi yang
bagi masyarakat lokal, yaitu nelayan lokal dan ma- direncanakan berkaitan langsung dengan rencana
syarakat setempat lainya. Hal ini menyangkut masalah pengembangan pelabuhan perikanan. Pengembangan
teknis pengelolaan dan target pengembangan yang pelabuhan, terkait dengan peningkatan pelayanan
diharapkan nantinya. Rencana Pengembangan SDM sarana dan prasarana ekonomi, ditujukan untuk
SDM nelayan lokal untuk pengembangan perikanan
tangkap dan rencana pengembangan SDM untuk
pengembangan pengolahan produk perikanan tang- masyarakat secara menyeluruh.
kap dapat dilihat pada Gambar 10. Sebagai sebuah rangkaian, hal yang kiranya sangat
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
penting untuk tujuan dimaksud adalah pengembangan an; Kelompok pengambek (pemodal); Kelompok
kegiatan produksi, pengembangan organisasi-organisa- pengisi; Kelompok penguras; KUD.
si berbasis produksi dan pengembangan sistem kemi- 3) Membangun sistem kemitraan yang solid antar ke-
traan antar kelompok organisasi yang terbangun untuk lompok kepentingan melalui organisasi-organisasi
menciptakan sistem sosial yang mapan, solid, teratur kepentingan yang terbentuk untuk mendorong ter-
dan menyeluruh. Secara terinci, rencana pengemban- bentuknya struktur sosial masyarakat pantai secara
gan kegiatan sosial-ekonomi dipaparkan berikut ini. menyeluruh (umum), dengan cara:
1) Sosialisasi pengembangan pelabuhan perikanan
nusantara, melalui pemerintahan dusun dan atau
organisasi-organisasi masyarakat lainnya. Kegiatan
ini mutlak diperlukan menyangkut kepentingan b. Bantuan program pendampingan perumusan
masyarakat sebagai pelaku pembangunan. tata aturan (peraturan) hubungan kemitraan
Kesiapan masyarakat harus dikondisikan, dengan antar organisasi kepentingan untuk menciptakan
memahamkan kegiatan-kegiatan direncanakan
untuk dikembangkan. Pengembangan kegiatan secara adil, saling menguntungkan dan solid.
terkait pengembangan pelabuhan, meliputi: 4) Membangun sistem kemitraan yang saling
a. Pengembangan kegiatan sektor primer, terdiri menguntungkan antara organisasi-organisasi
atas (i) Pengembangan kegiatan penangkapan kepentingan yang telah terbentuk dengan
ikan konsumsi; dan (ii) Pengembangan kegiatan kelompok-kelompok kepentingan yang lain.
penangkapan ikan hias Misalnya antara kelompok nelayan/pengusaha/
b. Pengembangan kegiatan sektor sekunder, terdiri blantik dengan KUD dan atau penyelenggara
atas (i) Pengembangan industri pengemasan ikan keamanan dan atau pengelola pelabuhan;
segar; (ii) Pengembangan industri pengolahan 5) Mengusahakan program bantuan modal pengem-
ikan, antara lain: tepung ikan, pemindangan, bangan usaha penangkapan ikan bagi nelayan lo-
pengeringan sirip hiu, pengasinan daging ikan kal. Pengadaan unit-unit penangkapan ikan yang
hiu. baru, baik dengan teknologi yang telah ada mau-
c. Pengembangan sektor tersier, antara lain perda-
gangan (trading
2) Mendorong terbentuknya organisasi-organisasi
sosial yang berbasis pada kelompok kegiatan eko- pelabuhan adalah peningkatan produksi dan
nomi (kepentingan). Organisasi-organisasi berbasis -
produksi menjadi penting peranannya berkait den- lakukan oleh nelayan lokal ataupun nelayan
gan pembangunan civil society, akses permodalan,
program pemberdayaan dan mendorong terben- pesisir. Agar nelayan lokal tidak hanya menjadi
- penonton bagi pertumbuhan usaha perikanan
dorong terbentuknya organisasi-organisasi sosial tangkap, maka pengadaan untuk peremajaan dan
berbasis produksi dapat dilakukan melalui bantuan pengadaan pemilikan baru mutlak dibutuhkan;
program untuk sosialisasi mengenai pentingnya b. Kecenderungan pergeseran unit tangkap menuju
organisasi, pelatihan organisasi dan pendampingan penggunaan unit tangkap sekoci pancingan.
pembentukan organisasi, seperti: Sekoci telah dianggap sebagai unit tangkap
a. Organisasi nelayan menurut:
(i) Cara atau armada penangkapan, antara lain: ditinggalkannya unit tangkap yang lama
Kelompok nelayan payangan; Kelompok nelayan (payangan, pakisan dan jukung) setelah usia
sekoci; Kelompok nelayan pakisan; Kelompok pakainya habis adalah sangat memungkinkan;
nelayan jukung; Kelompok nelayan ikan hias. c. Sasaran tangkap cenderung pada ikan pelagis
(ii) Peran dalam organisasi penangkapan, antara besar (terutama tuna, mandidihang, cakalang)
lain: Kelompok juragan darat; Kelompok juragan oleh karena harga jualnya lebih menguntungkan.
laut; Kelompok pandega. Sehingga orientasi penangkapan cenderung
b. Organisasi blantik (pedagang ikan); menuju perairan lepas pantai, dimana ikan-ikan
c. Organisasi pengusaha industri pengolahan hasil bernilai ekonomi tinggi menyebar.
tangkap; 6) Mengusahakan program bantuan modal pengem-
d. Organisasi penyedia jasa, antara lain: Kelompok bangan usaha pengolahan ikan hasil tangkap. Upa-
penyedia jasa angkutan; Kelompok kuli pelabuh- ya yang dapat dilakukan untuk memacu tumbuh-
JURNAL EKONOMI KUANTITATIF TERAPAN7PM/Pt"(64564
Master Plan UMKM Berbasis Perikanan untuk Meningkatkan Pengolahan Produk Ikan yang Memiliki Nilai Tambah Tinggi102 [I Gede Riana, dkk.]
terbentuk, maka lembaga pendamping masyarakat bagi Aparatur Pemerintah Daerah di Provinsi Bali
ini dapat ditangani oleh pihak pengelola. yang membidangi pengembangan UMKM berbasis
perikanan : (1) untuk melakukan pembinaan berkaitan
SIMPULAN dengan kelembagaan UMKM di tingkat lokal karena
ditemukan dapat meningkatkan kesejahteraan
Berdasarkan uraian hasil pembahasan, dapat di- pengusaha UMKM berbasis perikanan dibanding
simpulkan sebagai berikut. Potensi pengembangan kelembagaan di tingkat pusat; (2) Mengkoordinasikan
UMKM yang berbasis perikanan di Propinsi Bali pada kelembagaan pemerintah pusat apabila pelatihan
adalah Usaha Dagang Ikan Segar dan Usaha Pengola- memang dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan
han Ikan dilihat dari jumlah usaha, penyerapan tenaga dan keterampilan UMKM berbasis perikanan; (3)
kerja nilai keuntungan dan nilai modal masing-masing memberdayakan kelembagaan keuangan di tingkat
Kabupaten di Bali. Potensi pengembangan UMKM lokal (terutama desa) dalam menyediakan akses modal
berbasis perikanan ini diimplementasikan dalam Sis- kerja. Kedua, bagi pelaku UMKM berbasis perikanan
(Usaha Dagang Ikan Segar dan Usaha Pengolahan
Karakteristik UMKM Berbasis Perikanan, menun- Ikan) untuk mengoptimalkan potensinya, karena
jukkan sebagai berikut: (1) Kondisi makro ekonomi usaha ini sangat menjanjikan dilihat dari keuntungan
yaitu perkembangan Produk Domestik Regional Bruto yang diperoleh. Ketiga, bagi masyarakat, untuk dapat
meningkatkan partisipasinya secara langsung dalam
tingkat produktivitas (Nilai Produksi) UMKM berbasis kegiatan pengembangan UMKM berbasis perikanan
47,22% di Provinsi Bali untuk meningkatkan Kesejahteraan
Nilai Produksinya akan dijelaskan oleh PDRB dan Masyarakat Pesisir dan Percepatan Pembangunan
tenaga kerja; (2) Kebutuhan pengembangan UMKM Ekonomi Di Provinsi Bali.
terutama di tingkat desa; Arsyad, Lincolin, 1999, Pengantar Perencanaan dan Pemban-
gunan Ekonomi Daerah, Edisi Pertama Penerbit BPFE,
b. Aspek oprasional menunjukkan kelembagaan di Yogyakarta.