Untuk:
S,
DAFTAR ISI
Pengantar: Cetakan Kedua viii
Prolog: Kekacauan di Bandara 1
Anak Gereja dan Virus Tante Rosa 15
Ibunya Lima 31
Gampang Tertawa, Gampang Menangis 41
Mozaik Eksterior 53
Mozaik Interior 63
Forum Adu Goblok 81
Cah Lor-Cah Kidul 93
Memintal Benang Merah 107
Steak Daging Kacang Ijo 119
Njeglek! 145
Mendongkel Kursi Tua 159
Taring Padi Unjuk Gigi 171
Hal Seperti Ini Sudah Cukup Buatku 185
Anaknya Tiga, Sulung Semua 203
Jari Kelingking dan Rasa Bersalah 221
NIN 241
Jejaring Yang Khas 261
Ketika Sampah Bisa Menjadi Emas 277
Epilog: Nandur Pari Neng Awang-awang 289
Bahan Bacaan dan Sumber Wawancara 306
Ucapan Terimakasih 308
viii
ix
Prolog:
Kekacauan di Bandara
jika Teddy dan Toni terbangun dari tidur, proses wawancara tidak
terganggu.
Di dekat kolam renang, terdapat juga beberapa kanvas. Kanvas
yang di luar, dalam ukuran yang juga sama besarnya dengan
kanvas-kanvas yang berada di dalam ruangan. Hanya saja, kanvaskanvas itu hanya dicoret dengan arang, lalu diberi tandatangan:
S. Teddy. D.
Wawancara dimulai. Suasana masih sepi. Hanya pelan
terdengar perbincangan antara Jemek dan Coki, tetapi itu tidak
mengganggu proses wawancara.
--eddy, Bob dan Toni datang ke Jakarta sehari sebelumnya,
hari Kamis. Mereka sedang terlibat proyek dengan
Jemek. Sebelum datang, mereka bertiga berpesan agar
disediakan kanvas dan perangkat melukis, dan tentu saja minuman
beralkohol. Mereka bertiga bilang, seusai pembahasan tentang
proyek itu, mereka ingin melukis dan menginap di tempat Heidi.
10
malam. Kedua orang itu segera dibopong oleh Jemek, Coki dan
penjaga rumah Heidi. Saat mereka membopong Teddy, hanya
sepotong kalimat yang keluar dari mulut Teddy, Aku bersalah
kepada Bob
--Sesungguhnya beginilah rentetan peristiwa yang dialami oleh
Bob dan Teddy
Begitu taksi membawa mereka berdua menuju ke arah bandara
sore itu, di tengah perjalanan, Teddy yang sudah mabuk berat
meminta Bob untuk membeli bir lagi. Bob yang juga sudah teler,
mengiyakan, dan akhirnya ia membeli empat enam kaleng bir.
Keenam bir itu lalu dibagi rata, dua untuk Bob, dua untuk Teddy,
dan dua untuk sopir taksi. Sekalipun sopir taksi menolak diberi
bir, Teddy memaksa si sopir agar mau menerima jatahnya.
Dua kaleng bir jatah Teddy lebih dulu tandas. Lalu ia meminta
kembali jatah bir yang telah diberikannya kepada sopir taksi. Satu
kaleng ditandaskan lagi. Kemudian ia meminta jatah Bob satu
kaleng. Dan dengan cepat, jatah Bob pun dihabiskannya.
Sesampai di bandara, begitu pintu taksi terbuka, Teddy
terjatuh. Ia mulai mengumpat dan meracau. Mereka berdua
segera menjadi pusat perhatian di bandara. Jangankan dalam
keadaan mabuk, jika tidak pun, mereka pasti akan menjadi pusat
perhatian. Kedua orang itu berambut gimbal dan bertato. Bahkan
wajah Bob pun penuh dengan tato.
Langkah kedua orang itu terhuyung. Setiap kali bersimpangan
dengan orang, Teddy selalu menantang orang itu. Atau kalaupun
tidak, mengumpati mereka.
Tahu kalau kedua orang yang baru turun dari taksi mulai
menebar kekacauan di bandara, para petugas keamanan bandara
mengerubunginya. Di saat itulah, justru Teddy menantang
mereka untuk berkelahi. Dan terus berkata dengan keras, Aku
ini seniman! Aku ini seniman!
11
12
Bob terbangun dari tidurnya pukul tiga dini hari. Hal pertama
yang keluar dari mulutnya, Aku berada di mana?
Coki yang saat itu belum tidur menjawab, Di rumah Heidi
Bob bingung, lalu bertanya lagi, Lho kok bisa?
Coki hanya tersenyum.
Teddy bangun pukul lima pagi. Kalimat pertama yang
meluncur dari mulutnya, Aku berada di mana?
Jemek yang saat juga sudah bangun dan bersiap mengantar
mereka berdua pergi ke bandara hanya bilang, Bocah asu!
Teddy tersenyum. Lalu menyulut sebatang rokok.
--eddy, Bob dan Toni adalah teman sebaya. Di kampus
mereka dulu, di ISI Yogya, mereka bukan hanya dikenal
sebagai tiga sahabat, melainkan juga trio pembikin onar,
terutama Teddy dan Bob. Debut kegilaan mereka dimulai ketika
mereka bertiga, ditambah dengan Edo Pillu membentuk sebuah
grup musik dengan nama: Steak Daging Kacang Ijo.
Tetapi yang dikenal paling ngedan saat itu adalah Bob dan
Teddy. Pernah suatu saat, mereka berdua pergi ke Blora bersama
Coki dan seorang teman mereka lagi bernama Sigit. Mereka
berempat meminjam mobil salah seorang teman, dan pemegang
setir mobil dipercayakan kepada Teddy.
Agendanya adalah melakukan takziah karena pendeta yang
akrab dengan Teddy sejak kecil, meninggal dunia. Malamnya,
mereka mampir ke kedai arak, dan mereka berempat mabuk berat.
Dalam keadaan mabuk itulah, mereka berempat mengunjungi
lokalisasi. Teddy dengan bertelanjang dada, masuk lokalisasi,
mengetuk pintu-pintu kamar, sambil berteriak-teriak, Aku
seniman kaya! Aku dari dayak dan tatoku banyak! Aku punya
teman dari Batak!
Kontan lokalisasi itu heboh dengan segera. Tetapi preman-
13
14
Anak Gereja
dan Virus Tante Rosa
17
18
19
20
21
22
bintangnya.
Bahkan ketika Teddy kelak menginjak bangku SMA, ia juga
mengajar di sekolah Minggu. Di luar semua itu, mungkin kedua
orangtua Teddy belum begitu tahu kebandelan anaknya di luar
rumah.
Sementara itu, keluarga Bowo adalah keluarga yang cukup
berada, setidaknya untuk setingkat kabupaten Blora. Ayahnya
bekerja di Perhutani. Di daerah seperti Blora, di mana dikenal
dengan kualitas kayu jati nomor 1, dan sekaligus mempunyai
wilayah hutan jati yang luas, pegawai Perhutani menempati urutan
perekonomian yang cukup tinggi. Seorang Administratur, yang
mengepalai sebuah Kawasan Pengelolaan Hutan (KPH), bisa
jadi lebih kaya dibanding seorang bupati. Dulu, sebelum hutan
jati dalam keadaan serba-rusak seperti saat ini, ada istilah jaspro,
akronim dari jasa produksi, di mana semua pegawai perhutani
akan menerima uang jaspro yang bisa sampai lima kali lipat gaji
bulanan mereka. Sekalipun bukan seorang administratur, ayah
Bowo adalah pegawai Perhutani dengan posisi yang cukup tinggi.
Di rumah Bowo itu, Teddy sudah dianggap sebagai keluarga
sendiri. Teddy sering makan di sana, bahkan sesekali menginap.
Karena hubungan antar-anak yang cukup dekat, akhirnya
keluarga Siradz pun akrab dengan orangtua Bowo.
Di rumah Bowo pula, Teddy mulai suka membaca buku.
Orangtua Bowo berlangganan Kompas, sementara di rumah
Teddy hanya ada koran Angkatan Bersenjata (AB). Di rumah
Bowo juga melimpah dengan berbagai buku bacaan, maklum
saja karena saudara-saudara Bowo yang lebih tua sangat gemar
membaca, dan kadang-kadang saudara-saudara keluarga Bowo
yang tinggal di kota-kota besar sering mengirimi berbagai buku.
Bacaan favorit Bowo dan Teddy adalah serial Musashi, yang
dimuat secara berkala di koran Kompas, serta berjilid buku
ensiklopedi untuk anak-anak.
Sampai sejauh itu, kedua keluarga ini hanya tahu kalau Teddy
23
dan Bowo tidak termasuk anak yang nakal. Kalau pun toh nakal,
itu kenakalan khas anak-anak yang biasa saja.
--ulus dari SMP favorit di kabupaten Blora, Teddy dan
Bowo masuk ke SMA yang juga favorit di kabupaten itu:
SMAN 1 Blora. Di sinilah, masa-masa remaja kedua anak
itu mulai lebih bergeliat lagi.
24
25
26
27
28
29
Ibunya
Lima
33
34
35
36
37
38
39
dari masuk setiap hari, bebas dari memakai seragam sekolah, dan
bebas dari mengikuti upacara bendera.
Dan untuk merayakan kebebasannya itu, ia membuat tato
kecil yang disembunyikannya di tangan. Sekaligus merayakan
kebebasannya dengan cara tidak pernah masuk kuliah.
Namun, bagaimanapun juga, pikiran Bob masih terus dihantui
oleh betapa mengerikannya kalau kelak ia lulus. Ia akan tinggal
di hutan, atau tinggal di lepas pantai. ia akan terikat oleh jadwal
kerja. Ia merasa bahwa kebebasan yang sudah diraihnya saat itu,
di mana tidak perlu lagi masuk dari jam tujuh pagi dan tidak
memakai seragam sekolah, akan segera terenggut kembali begitu
ia selesai kuliah.
Akhirnya Bob memutuskan untuk mengatakan apa yang
diinginkannya kepada keluarga besar Suteja. Awalnya, keluarga
besar itu kecewa dengan pilihan Bob. Tetapi mereka juga terlalu
sayang kepada Bob. Mereka akhirnya menijinkan.
Bob kemudian mendaftar masuk ISI pada taun 1991. Ia
diterima. Dan untuk menandai hal itu, sekali lagi, ia menato
tubuhnya. Masih tetap di bagian yang bisa disembunyikan.
40
Gampang
Tertawa,
Gampang Menangis
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Mozaik
Eksterior
55
56
57
58
59
60
61
62
Mozaik
Interior
65
66
satu dosennya. Mendengar hal itu, Bonyong dan Hardi, yang saat
itu berbarengan mendaftar ulang, bertanya, Ada masalah apa,
Pak?
Sang dosen mempermasalahkan mereka yang terlibat dalam
aksi Desember Hitam tersebut. Bonyong dan Hardi tidak terima,
Itu kan tidak ada hubungannya dengan kuliah, Pak?
Si dosen tetap bergeming. Bonyong dan Hardi gagal melakukan
proses daftar ulang hari itu juga. tidak lama kemudian muncul
keputusan dari pihak kampus bahwa kelima mahasiswa yang ikut
menandatangi Desember Hitam mendapat sanksi akademik.
Berita segera menyebar ke mana-mana. Protes dilakukan oleh
para mahasiswa. Beberapa dosen bahkan menyatakan diri keluar
dari STSRI-ASRI karena merasa pihak kampus telah melakukan
kesalahan yang telak. Di antara mereka yang keluar adalah
Sudarmadji, Darmanto Jatman. Sudarmadji akhirnya mengajar
di Institut Kesenian Jakarta (IKJ), kemudian pergi ke Belanda.
Sementara Darmanto Jatman akhirnya mengajar di Universitas
Diponegoro (Undip) Semarang.
Ada hal yang agak ganjil, memang. Sebab di Bandung, para
penandatangan dan mereka yang terlibat aksi Desember Hitam,
justru mendapatkan pujian dari civitas akademika. Berkebalikan
dengan apa yang terjadi di Yogya.
Bagi Bonyong sendiri, peristiwa itu membuatnya kesal sekali,
apalagi sebetulnya dia tinggal menyelesaikan tugas akhir. Sebelum
berangkat ke Jakarta, ia sempat menemui beberapa dosen yang
akan mengujinya. Saat itu Bonyong sempat berkata dengan nada
optimistis, Selamat bertemu di arena ujian, Pak!
Alih-alih bertemu di arena ujian, dari sejak mendaftar ulang
saja, ia sudah kena cekal. Berkali-kali Bonyong menemui beberapa
dosennya, termasuk Fajar Sidik. Fajar kemudian meminta
agar Bonyong bersedia meminta maaf. Saat itu juga, Bonyong
meminta maaf dalam konteks anak muda yang bersalah kepada
67
orang yang lebih tua. Tetapi Fajar Sidik meminta syarat yang
lain, yaitu Bonyong harus pernyataan yang pernah dibuatnya di
depan publik. Untuk kali itu, Bonyong menolak keras. Kembali,
Bonyong menemui jalan buntu untuk bisa meneruskan kuliahnya
yang tinggal setapak lagi.
Tetapi kelak di kemudian hari, setelah hampir 10 tahun ia kena
sanksi akademik, ia dicari dan ditemui oleh Fajar Sidik, salah
satu dosen yang ikut memberi sanksi akademik. Fajar kemudian
meminta agar Bonyong melakukan ujian untuk tugas akhirnya.
Akhirnya Bonyong lulus pada tahun 1983.
--anksi akademik yang diterima oleh Bonyong dan temantemanya, tidak membuat Bonyong surut untuk terus
bergerak di dunia senirupa. Mereka sering mengadakan
pertemuan dengan perupa-perupa dari kota lain yang mempunyai
gagasan yang sama, terutama dengan kelompok Jim Supangkat
di Bandung.
68
1977.
Sementara di tingkat lokal Yogya, Bonyong dan temantemannya, membuat gebrakan tingkat lokal dengan label
Kepribadian Apa (Pipa). Namun yang menjadi motor penggerak
Pipa adalah perupa-perupa yang lebih yunior seperti Haris
Purnama, Gendut Riyanto (alm), Tulus Warsito, Mulyono dan
masih banyak lagi. Pipa sempat melakukan du akali pameran
bersama, yang pertama pada tahun 1977 dan yang terakhir pada
tahun 1979. Gerakan ini jelas terinspirasi dari GSRB, dan oleh
karena itu, intisari pemikiran mereka pun tidak jauh dari intisari
pemikiran GSRB.
Begitu dekade 70an berakhir, sebagaimana lanskap sosial
politik yang telah samasama kita ketahui, kampus kembali sunyi.
Tetapi setiap kesunyian, sesungguhnya menyimpan potensi
bunyi, kalau tidak dikatakan sebagai suatu jenis bunyi.
--ogyakarta adalah magnet bagi banyak orang yang terobsesi
dengan dunia kreatif dan intelektual. Sebutan Kota
Palajar bukanlah sembarang sebutan yang dititahlan dari
langit. Sebutan itu termanifestasi dalam kehidupan dan geliat
kota tersebut.
69
70
yakni jurusan seni lukis, ada setidaknya tiga nama yang kemudian
tenar sebagai pelukis: Heri Dono, Eddie Hara dan Dadang
Christanto. Memang dari dulu, ketiga orang itu sudah terlihat
mencorong di antara sekian banyak teman-teman mereka, begitu
pengakuan Ong.
Di tahun 1980an itu, apa yang sebelumnya terjadi di dalam
batupal (milestone) dunia senirupa seperti GSRB dan Pipa sudah
pula pudar. Masih menurut Ong, kehidupan di kampus memang
penuh kreativitas, tetapi lebih kepada soal ngedan, sebuah istilah
untuk menunjuk pada eksplorasi gila menyangkut perilaku dan
eksplorasi karya.
Ong masih bisa mengingat dengan baik, bagaimana Eddie
Hara melakukan seni peristiwa (performance art), dengan
kekasihnya yang berasal dari luar negeri. Tugasku saat itu bagian
motret. kata Ong.
Ong juga masih bisa mengingat seni peristiwa yang lain, yang
terekam kuat di dalam ingatannya, yakni ketika Haris Purnama
menggelar seni peristiwa bertajuk: Karnaval Proyek Luka. Saat
itu, Haris keliling kota Yogya dengan naik sepeda angin yang
seluruh bagian sepeda itu dibalut perban.
Di tahun-tahun itu, pengertian soal lukisan masih konvensional,
yang disebut lukisan ya hanya yang berupa cat minyak di atas
kertas. Sketsa dan medium selain kanvas, tidak dianggap sebagai
lukisan. Pada saat itu pula, tempat pameran masih sangat terbatas,
setidaknya saat itu hanya ada tiga tempat: Senisono, Bentara
Budaya dan Karta Pustaka. Setiap perupa yang pameran di saat
itu, berarti ia siap rugi, sebab lukisan saat itu tidak laku, kecuali
beberapa seniman saja, misalnya Ivan Sagito.
Perupa yang ingin mencari uang sendiri, tidak mengandalkan
kiriman orangtua, biasanya terlibat ikut membuat iklan, dari
mulai membuat spanduk sampai poster. Ada juga yang mengisi
ilustrasi di berbagai koran. Dan yang dianggap proyek besar saat
itu adalah ketika ada perupa yang diminta oleh pihak Gramedia
71
72
73
mahasiswa yang aktif. Sebutlah siapa saja, pasti dia akan tahu.
Gandung mengaku kalau dirinya nakal. Tetapi ia mempunyai
alasan khusus untuk itu, Bagaimana tidak nakal, saya itu sejak
kecil kalau tidur, melihat simbok saya main judi. Suatu saat ketika
saya sudah besar dan sudah bisa mencari uang sendiri, kebetulan
saya juga suka judi, simbok saya mengingatkan agar saya tidak
berjudi. Tetapi saya balikkan kata-katanya, kalau dulu dia pun
suka berjudi bahkan di depan anak sendiri.
Selain suka berjudi, Gandung juga dikenal sebagai peminum
berat. Saya selalu nyanding vodka atau sejenisnya. Kalau bangun
tidur tidak minum alkohol, rasanya badan ini kurang bergairah.
Dulu, tempat mangkal Gandung dengan becaknya berada di
perempatan Wirobrajan, hanya spelemparan batu dari kampus
ISI. Selebihnya, ia nongkrong di ISI, ikut mabuk bareng dengan
para mahasiswa.
Dia tahu betul siapa saja dan dari angkatan berapa saja yang
sangat ngedan di ISI. Bahkan ada yang edan betulan, namanya
Marganus. Kalau tidak angkatan 78 ya angkatan 79. Saya masih
sering ketemu dia di jalanan. Karena saya diweling Pak Ong agar
memperhatikan orang itu, ya setiap ketemu masih sering saya
beri rokok.
Ia juga tahu betul siapa saja mahasiswa yang sudah berhasil dan
masih teringat sama dia, dan yang sudah melupakannya. Kalau
Mas Heri Dono dan Eddie Hara itu baik sekali. Kalau datang ke
kampus, pasti nyari saya, dan sering diberi uang. Tetapi andalan
saya jika kepepet dan tidak punya uang ya datang ke Pak Ong.
Gandung bertubuh tambun, tetapi tampak kuat. Beberapa
bagian giginya hancur. Beginilah pengakuannya, Saya ini brjiwa
seniman. Saya pernah enam tahun jadi anggota grup musik
dangdut, bagian saya memainkan kendang dan ketipung. Kalau
soal gigi, itu gara-gara waktu kecil saya sering ikut grup jathilan.
Kalau pas ndadi (trance), saya makan beling dan mbrakoti sabut
74
75
76
77
78
79
80
Forum
Adu Goblok
83
memamerkan tato. Kalau ada acara kemah, aksi gila seperti itu
bisa sampai menyiram minyak tanah ke dalam kantung beras
yang sedianya untuk bahan makan.
Icul menyatakan, kalau angkatan 1989 dan 1990 disebutnya
sebagai masa transisi. Sebab, kelak kemudian, setelah tahun
1991, ada perbedaan yang cukup mencolok di kegiatan kampus
ISI. Mungkin ada benarnya apa yang dikatakan oleh Icul,
sebab di dunia luar (baca: politik nasional), juga tengah terjadi
pergeseran atmosfir, terutama ketika kekuasaan Orde Baru yang
berhasil menetralisir kampus dari aksi politik mulai luntur, dan
kebijakan politik Orde Baru di tingkat rakyat mulai semakin
memperlihatkan kebrutalannya.
Salah satu orang yang juga satu angkatan dengan Icul adalah
Edo Pillu. Ia punya sejarah yang cukup unik mengapa bisa
kuliah di ISI. Edo berasal dari Bandung. Sejak SMA, ia sudah
mempunyai ketrampilan membuat patung dan bermain musik.
Saat lulus dari SMA, ia bekerja kepada seorang pematung di
Bandung. Suatu saat, Edo iseng-iseng menggambar di kertas,
dan hasil gambarnya itu dilihat oleh si pematung. Melihat bakat
tersembunyi Edo, si pematung segera memberi Edo uang untuk
mendaftar kuliah yang ada jurusan seninya. Saat itu, Edo pikiran
Edo bercabang, memilih antara masuk seni rupa ITB atau
ISI. Namun akhirnya Edo memilih masuk ISI. Alasannya pun
sederhana, ia ingin suasana kota yang baru.
Begitu masuk ISI, hampir sama dengan Icul, ia cukup terkejut.
Kehidupan ala bohemian dengan alkohol dan kegilaan yang
merebak di seantero kampus, membuatnya terbengong-bengong.
Tetapi sebagaimana akhirnya mahasiswa baru yang lain, apalagi
yang memang mempunyai bibit keliaran, Edo segera memasuki
pergaulan seperti itu dengan santai. Tiada hari tanpa mabuk.
--ada tahun 1991, di antara 30 mahasiswa baru jurusan
seni lukis, terdapat dua nama: Bob dan Toni. Menurut
pengakuan Toni, ia seperti sudah pernah mendengar nama
84
85
86
Atau jika ada orang yang ingin mengajak ngedan temantemannya, ia bisa saja dengan ringan berkata, Mosmo, yuk
Demam posmodernisme pun menyerang kepala Icul. Tetapi
dengan teman-teman seangkatannya, Icul merasa tidak begitu
klop, kecuali dengan Edo. Icul malah merasa bisa nyaman
dengan anak-anak angkatan 1991, angatan Tono, Bon dan
kawan-kawannya. Bersama anak-anak angkatan 1991 itulah, Icul
mengusulkan dibentuk sebuah forum diskusi. Nama forum itu:
Forum Adu Goblok.
Apa saja bisa dibicarakan di forum itu, mulai dari masalah
tema politik, sosial, sampai masalah penyakit anjing. Dan sesuai
87
88
89
berdua pun kaget begitu tahu kalau segelas kopi itu dihabiskan
sendirian oleh Toni. Apalagi Icul tahu persis, kalau Toni sudah
mengkonsumsi pil koplo dalam jumlah yang besar. Mereka
bertiga bingung. Sementara Toni hanya tertawa-tawa, tetapi
itu hanya berlangsung selama beberapa menit. Setelah itu, ia
langsung tersungkur.
Ketiga orang kawan yang masih sadar itu semakin kacau. Mau
membawa Toni pergi ke rumah sakit, tetapi merasa hal itu sangat
berbahaya, apalagi jika ditanya dokter apa sebabnya. Kalau tidak
dibawa ke rumah sakit, nyawa Toni jels terancam, sebab dalam
waktu yang hampir bersamaan ia menenggak 24 pil koplo. Mereka
bertiga akhirnya menunggui Toni sampai keesokan harinya.
Begitu Toni bangun tidur, mereka sangat lega. Walaupun Toni
masih terus dalam keadaan on hingga beberapa hari kemudian.
Semenjak itulah, gaya bicara Toni yang semula tegas, berubah
menjadi lambat.
--ebetulnya, di tahun-tahun sebelum 1990an, ada semangat
pemberontakan yang dilakukan oleh anak-anak ISI, mereka
selalu serba anti. Jika ada Festival Kesenian Yogyakarta
(FKY), anak-anak ISI membuat FKY Tandingan. Jika digelar
peristiwa biennial, mereka membuat acara tandingan dengan
nama: binal.
90
91
95
terkemuka di akhir abad 19 dan awal abad 20: Tirto Adhi Suryo.
Dengan tingkat kepiawaian yang tinggi, Pram mampu meracik
sebuah karya dengan latar belakang sejarah yang kuat, di dalam
sebuah karya novel, dengan seluruh elemen novel yang memukau,
mulai dari pembangunan karekter tokoh yang kuat, kelenturan
berbahasa, permainan plot yang ciamik, dan menyelipkan kisahkisah subtil mulai dari percintaan sampai keraguan hati. Karya
ini, jika dibaca oleh mereka yang berpikiran kritis, akan memicu
mereka untuk bertanya tentang sejarah kebangsaan Indonesia,
serta membuat hati mendidih melihat segala macam penindasan.
Orde Baru segera melarang karya ini, dan kemudian karyakarya selanjutnya Pramoedya, namun dengan alasan yang
dangkal. Dan sebagaimana setiap kedangkalan alasan, pertanyaan
yang tajam terasa percuma untuk dihunjamkan. Pelarangan itu,
lebih dikarenakan mereka takut runtuhnya wibawa Orde Baru
dengan munculnya kembali seorang tokoh kharismatik dan keras
kepala seperti Pram. Dengan begitu, rezim Orde Baru secara
memalukan menuduh karya ini mengembangkan tuduhan bahwa
di dalam karya ini terdapat ajaran marxisme-leninisme.
Buku ini memang dilarang beredar, tetapi tetap dikonsumsi
secara sembunyisembunyi oleh ribuan puluhan ribu orang,
terutama yang mulai berpikir kritis tentang Orde Baru. Para
aktivis baik LSM maupun aktivis mahasiswa yang saat itu asyikmasyuk dengan kembali di pola lama pergerakan yakni Kelompok
Diskusi, menyebarkan bukubuku Pram, mulai dari difotokopi
sampai diketik ulang.
Sementara, buku-buku Pram mulai beredar di mana-mana,
rezim topeng keberhasilan Orde Baru mulai mengelupas. Satu per
satu, mulai muncul di permukaan berbagai kasus di sektor buruh
dan petani. Bahkan pada tahun 1985, sebuah peristiwa besar
yang memicu perlawanan sengit dari para elemen pro-demokrasi
mencuat. Kasus itu adalah Kasus Kedung Ombo. Proyek itu
berencana membuat sebuah waduk raksasa di daerah Kedung
Ombo, Jawa Tengah. Dengan rencana itu, puluhan ribu orang
96
97
98
99
100
101
102
103
nada, bisa saja sinis dan bisa saja bernada ejekan. Sampai sekarang,
istilah itu masih sering diucapkan oleh para seniman yang berada
di wilayah selatan untuk menyebut anak-anak UGM. Dan istilah
tersebut memicu, munculnya juga istilah Cah Kidul atau Anak
Selatan.
Seringkali, ungkapan Cah Lor yang diucapkan oleh Cah
Kidul itu lebih bernada sinis, yang bisa diartikan kurang-lebih
sok intelektual, enggak nyeni, otoriter, dan hanya bisa ngomong
doang. Oleh karena itu, sebutan dari Cah Lor untuk Cah Kidul
juga berkebalikan dari arti itu yakni sok nyeni, enggak inteletual,
tak punya konsep, dan tidak bisa diajak berorganisasi dengan
baik.
Tetapi penting kiranya untuk melacak sebab-musabab istilah
tersebut, sehingga sampai sekarang terus direproduksi.
Menurut Hamcrut, istilah Cah Lor saat itu muncul karena
mengacu kepada perpecahan di FKMY. Kebetulan saja, kampus
UGM terletak di sebelah utara kampus ISI, UJB dan IAIN. Tidak
ada hubungannya dengan anak-anak dari Gampingan, sebab
saat itu kampus aktivis ISI bukan di Gampingan, melainkan di
Kuningan.
Sedangkan menurut Jati, istilah Cah Lor dan Cah Kidul
merupakan istilah yang saling dilemparkan oleh sesama orang ISI,
yakni antara para aktivis dari Jurusan Seni Pertunjukan yang saat
itu posisinya berada di utara, dengan anak-anak seni rupa yang
saat itu posisinya ada di Gampingan (selatan). Menurut Jati, sejak
dulu memang seperti ada rivalitas antara kedua kubu di dalam
tubuh internal anak-anak ISI. Menurut Jati, yang kemudian
akrab dengan anak-anak Gampingan, orang-orang Gampingan
sering merasa anak-anak aktivis ISI yang ada di utara sebagai,
Sok mbagusi, sok nyeleneh, sok radikal.
Sementara Icul sendiri, tidak punya pendapat soal mengapa
terdapat istilah Cah Lor-Cah Kidul, hanya saja ia membenarkan
kalau dari dulu ada rivalitas antara anakanak seni rupa dan anak-
104
105
Memintal
Benang
Merah
109
depan pintu? Tetapi sepatu itu hanya satu, tidak sepasang. Saya
berpikir saat itu, pasti sepatu itu kalau tidak milik Teddy ya milik
Toni. Benar, siang harinya Teddy datang lagi sambil senyamsenyum, lalu bilang, Mau ngambil sepatu, Pak. Setelah itu, ia
langsung pergi lagi.
Namun peristiwa yang paling tidak dapat dilupakan oleh
Bonyong dengan trio edan itu adalah saat ia dan teman-temannya
dari Solo, beserta trio edan dan teman-teman mereka dari Yogya,
menggelar sebuah acara bertajuk Sapu Lidi, di Taman Budaya
Solo pada tahun 1993.
Saat itu, Bonyong sendiri menggelar seni instalasi dengan
memajang mobil tuanya, yang sering dipakai oleh istrinya untuk
bekerja. Di dalam mobil itu diisi penuh dengan jerami, dan
di belakang setir mobil, dibuat sebuah boneka, persis sedang
menyetir mobil.
Teddy, Toni dan Bob datang dengan belasan seniman muda
lain dari Yogya hanya dengan naik satu mobil kijang. Belasan
seniman itu berdesakan dalam satu mobil. Begitu para seniman
muda dari Yogya itu tahu karya instalasi Bonyong, Bob segera
mendekati Bonyong, Pak, boleh enggak nanti pas pembukaan,
karya Pak Bonyong saya respons?
Bonyong agak kaget dengan pertanyaan Bob, yang tampaknya
juga sudah teler itu. lantas Bonyong ingin memperjelas,
Direspons dengan cara bagaimana?
Nanti saya mau baca puisi, terus kaca mobil Pak Bonyong
saya pecah.
Bonyong semakin kaget. memecah kaca mobil? Bob, itu
mobil satu-satunya milikku, dan itu pun yang memakai bukan
aku tetapi istriku.
Wah, Pak Bonyong itu kurang total, deh balas Bob dengan
nada tidak bersalah, dan tentu saja dengan tetap teler.
Bonyong lantas berpikir. Agak tidak enak juga ia kalau tidak
110
111
112
113
114
115
116
117
118
Steak
Daging
Kacang Ijo
121
122
Salah seorang dari mereka lalu menyalakan motor, dan yang lain
membonceng. Sampai di debuah pertigaan, yang menyetir motor
ingin belok ke kiri, yang dibonceng ingin belok ke kanan. Merkea
sempat berdebat beberapa saat. Lalu orang yang berada di depan
memutuskan belok kiri, dan orang yang di belakang memutuskan
belok kanan. Mereka berpencar. Tapi kemudian masing-masing
orang terjungkal. Bagaimana bisa dalam sebuah sepeda motor
ada satu orang belok kek kiri dan yang satu belok ke kanan?
Perlu Anda tahu, mereka tidak naik motor. Mereka seakan-akan
saja naik sepeda motor berdua. Praktiknya, mereka hanya berlari
berdua, yang satu di depan (seperti sedang menyetir) yang satu
lagi di belakang (seperti sedang membonceng).
Bagaimana hal aneh seperti itu bisa terjadi? Tanyakan saja pada
yang menciptakan mushroom, terutama mushroom yang tumbuh
dari kotoran sapi! Ada juga orang yang mabuk mushroom, sekian
menit ia tertawa keras-keras. Tetapi sekian menit berikutnya ia
menangis keras-keras. Lalu ada juga kisah orang yang mabuk
mushroom, terlihat sangat emosional, marah-marah, mengumpatngumpat. Tetapi tidak lama kemudian ia melakukan salat sampai
berpuluh-puluh rakaat sambil menangis, dan mengakui dosadosa
apa saja yang telah ia lakukan di dalam hidupnya. Pendeknya,
mabuk mushroom adalah salah satu jenis mabuk yang sangat
berisiko. Maka, sudah menjadi semacam aturan main tidak
tertulis, jika ada orang mabuk mushroom, harus ada orang yang
tidak ikut mabuk untuk berjaga-jaga dari ulah gila.
Tetapi tidak semua orang yang menjadi bagian dari Cah Sor
Ringin pemabuk. Salah satunya adalah Kokok. Aku kadangkadang saja minum, itu pun hanya sedikit. Aku sangat suka
berada di sana karena banyak diskusi tentang seni rupa dan hal
lain yang mengasyikkan.
Tetapi gila-gilaan di bawah pohon beringin itu tampaknya
tidak cukup buat trio Teddy, Toni dan Bob. Mereka ingin
melakukan sesuatu, tetapi sampai lama, sesuatu itu belum jelas
juga.
123
124
125
126
127
128
129
Mereka tidak kenal ada sebuah grup dengan nama Steak daging
Kacang Ijo. Dan poster seperti itu telah menyihir banyak orang
130
untuk tahu apakah grup musik itu? Tetapi setiap kali ada pentas
musik di Gampingan, grup itu tidak pernah ikut manggung.
Hanya poster-postre mereka yang cerdas dan menarik secara
visual, diikuti dengan kalimatkalimat yang bombastis, terus
menggempur dinding-dinding ISI Gampingan. Pernah suatu
saat, ada poster Steak Daging Kacang Ijo hanya dengan tulisan:
Wanted, Dead or Alive: Steak Daging Kacang Ijo.
Eksistensi awal Steak Daging Kacang Ijo bukan diawali
dengan pertunjukan mereka, tetapi lewat poster-poster, dan
sampai lama mereka tidak juga tampil di panggung. Sekali waktu
muncul sebuah poster dengan informasi bahwa Steak Daging
Kacang Ijo akan melakukan pentas tunggal di sebuah lapangan,
di sekitar daerah Wirobrajan, berikut diberi keterangan jam
pertunjukan. Berbondong-bondong anak ISI, di tanggal dan jam
yang telah ditentukan, menuju tempat tersebut. Tetapi di sana
tidak ada apa-apa.
Steak Daging Kacang Ijo, untuk sementara adalah hantu belau
yang terkenal, tetapi tidak pernah terlihat.
--ampir bersamaan dengan proses pendirian dan ulah aneh
Steak Daging Kacang Ijo, Bob ingin sekali berkanalan
dengan orang Filsafat UGM. Tidak jelas alasannya,
Pokoknya ingin kenal saja. kata Bob.
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
Njeglek!
147
148
149
150
151
152
153
terletak di belakang.
Sesaat setelah Siradz selesai berdoa, tiba-tiba komandan polisi
itu bertanya dengan nada pelan, Apakah Teddy seorang Kristen?
Siradz mengangguk. Ia juga bercerita bahwa dirinya dan
istrinya terlibat aktif di gereja. Mendengar hal itu, sang komandan
langsung berkata, Sudah, Pak. Gini saja, lupakan semua persoalan
tadi. Sekarang segera bawa Teddy ke rumah sakit.
Siradz langsung lega. Ia merasa doa istrinya dan doa dirinya
didengar langsung oleh Tuhan, dan segera Tuhan memberi
mereka pertolongan. Teddy segera diangkut ke rumah sakit
Bethesda.
--elama di rumah sakit Bethesda, kondisi Teddy bear-benar
dalam keadaan buruk. Ia selalu meronta, dan berteriak,
Kebakaran! Kebakaran! Tanpa jelas apa yang dimaksud
olehnya, apa atau siapa yang terbakar. Akhirnya oleh pihak medis
di rumah sakit tersebut, kedua tangan dan kaki Teddy terpaksa
diikat. Kemudian ia disuntik obat tidur.
Namun setiap kali pengaruh obat tidur itu lenyap dari tubuh
Teddy, dan ia kembali tersadar, berbagai sensasi dan halusinasi
menerpanya dengan kencang. Halusinasi pertama yang ia rasakan
adalah sebagian tubuhnya, di bagian kiri, dari kepala sampai kaki,
ia rasakan terbakar. Sehingga Teddy memposisikan tidurnya
dengan cara miring ke kanan. Halusinasi lain yang ia rasakan,
di ruang tempatnya dirawat, ada kipas angin besar. Ia merasa
ada seorang perempuan berambut panjang, yang kata Teddy
menyerupai almarhumah Tien Suharto, menempel selayaknya
spider-man. Ia butuh waktu berhari-hari untuk menyadari bahwa
yang dilihatnya hanyalah halusinasi.
Tetapi rentetan halusinasi lain, kembali menyerang Teddy jika
ia siuman dari pengaruh obat tidur. Ia pernah merasakan berada
di atas langit dengan bola-bola besar dengan berbagai warna
metalik. Ia melompat dari satu bola ke bola yang lain, dan jika
154
155
156
157
158
Mendongkel
Kursi Tua
161
162
163
164
165
166
167
168
169
Taring Padi
Unjuk Gigi
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
contoh, Suatu saat ada seorang kawan yang gay dari Kanada.
Karena di Taring Padi sudah biasa, orang tidur bersama banyak
orang, kawan itu pun tidur bersama mereka. Tetapi begitu salah
satu orang tahu kalau teman dari Kanada itu seorang gay, mereka
menjadi ribut minta ampun. Padahal tidak terjadi pelecehan
seksual di sana.
Juga Heidi memberi contoh perihal kasus lesbian. Suatu saat,
ada temannya, seorang lesbian datang dari Jerman. Heidi sudah
menjelaskan ke hampir semua orang Taring Padi kalau si cewek
seorang lesbian. Tetapi tetap saja banyak anak taring padi yang
mendekati cewek itu. Hal-hal seperti itulah yang membuatku
pusing, ujar Heidi.
Selebihnya, menurut Heidi, ia sangat menikmati hidup di
lingkungan Taring Padi. Termasuk gaya hidup kolektif di sana.
Mereka masak bareng, dan membicarakan banyak hal secara
bersama-sama. Dan sekalipun ada banyak orang di tempat itu,
karena ruangannya sanagt banyak, aku tetap masih punya waktu
untuk bisa menyendiri, sekadar membaca atau menulis.
Tetapi kemudian masalah yang mendera Taring Padi hampir
serempak berdatangan. Setelah diserbu oleh sebuah gerombolan
dengan cara kekerasan, malsah lain mulai muncul di Taring Padi.
Misalnya ada orang kampung sekitar yang datang membawa
golok karena tidak suka dengan salah satu orang yang sering
nongkrong di taring Padi. Lalu ada pula salah satu orang yang
datang, kemudian tinggal di taring Padi, tak lama kemudian
orang itu melarikan anak orang. Dan hal-hal seperti itu semakin
lengkap dengan perginya satu demi satu anggota Taring Padi yang
lain, entah pergi untuk sementara, atau pergi karena keluar dari
Taring Padi. Dan sebagai gong bagi rentetan masalah tersebut
adalah saat Taring Padi menerima surat dari pemerintah daerah
dan ISI, yang meminta mereka agar segera meninggalkan gedung
di Gampingan tersebut.
---
183
184
Hal
Seperti Ini
187
188
189
190
--aat hubungan antara Heidi dan Toni semakin dekat, saat itu,
Heidi sedang punya pacar, demikian juga Toni. Heidi dulu
yang kemudian memutuskan hubungan dengan pacarnya,
walaupun saat itu hubungannya denga Toni pun belum jelas.
Mantan pacar Heidi sepertinya tidak bisa menerima keputusan
itu, hampir tiap hari, si mantan pacar selalu tidur di depan rumah
kontrakan Heidi, di sebuah ayunan. Tapi beginilah kenang Heidi
soal Toni di saat-saat seperti itu, Tapi gilanya Toni, ya. Dia itu
cuek saja dengan mantan pacarku itu. Dianggapnya orang itu
tidak ada.
191
192
193
194
195
196
197
itu hal yang aneh bagi Toni. Lalu hak kedua, Toni merasa Heidi
semakin sering mengomentari dirinya, Aku dibilangnya suka
melukis sambil nyimeng, dan yang aneh lagi, aku dibilangnya
tidak suka membaca buku. Aku ituu suka membaca buku.
Hanya saja saat itu karena aku sedang tertarik dengan tumbuhtumbuhan, aku membaca buku-buku tentang tanaman, panjang
lebar Toni menjelaskan hal itu.
Tetapi yang paling membuat Toni tidak habis pikir adalah
ketika suatu saat mereka berdua datang ke sebuah acara tahun
baruan di tempat salah satu teman mereka. Biasa, di acara seperti
itu mereka lalu mabuk-mabukan. Ketika acara usai, beberapa
orang tidur dalam satu ruangan, termasuk di sana ada Toni dan
Heidi. Tetapi begitu Toni bangun, ia sudah tidak mendapati
Heidi di tempat tersebut. Lalu ia bertanya ke beberapa orang,
dan mereka menjwab kalau Heidi sudah pergi. Akhirnya Toni
mencari Heidi, dan mencecar dengan pertanyaan sebetulnya apa
yang sedang terjadi pada hubungan mereka berdua? Pada saat
itulah Heidi mengaku, ia sedang krisis kepercayaan pada dirinya
sendiri dan ada hubungannya dengan Toni. Saat itu, Heidi
meminta agar ia berproses sendirian di Jakarta. Heidi waktu
itu memang sedang melakukan penelitian untuk disertasinya di
Jakarta. Dan ketika Heidi bilang seperti itu, Toni akhirnya hanya
bisa berkata, Oke tidak apa-apa.
Sekalipun Toni mengatakan, Oke tidak apa-apa, tetapi
sesungguhnya yang terjadi adalah Toni stres berat. Aku ngedrop.
Benar-benar ngedrop. katanya. Aku tidak boleh menengok
Heidi ke Jakarta. Paling-paling aku hanya bisa menghubunginya
lewat telepon, itu pun jarang diangkat. Kalau aku mengirim
sms, hanya kadang-kadang saja dijawab, itu pun seperlunya. Sat
seperti itulah, aku sering menangis sendirian di rumah. Karena
aku aku itu merasa kalau cintaku, sayangku, itu buat dia.
Pernah suatu saat, Toni diundang untuk menghadiri
pembukaan pameran di Jakarta. Saat itu, dari Yogya, ia ingin
membuat kejutan untuk Heidi, karena Toni yakin, Heidi pun pasti
198
199
200
201
202
Anaknya
Tiga,
Sulung Semua
205
206
207
208
209
210
211
212
213
214
215
216
217
218
219
Jari
Kelingking
223
kondisi anaknya yang seperti itu? tutur Siradz, tetapi kami ini
jaraknya terlalu jauh dengan Teddy, dia di Yogya. Tapi kalaupun
dekat pun, belum tentu bisa berbuat apa-apa. Anak itu punya
jalan masing-masing, yang tidak bis dikontrol oleh orang tua.
Tetapi dari dulu kami percaya, Teddy itu hadir ke dunia karena
kehendak Tuhan Yesus, Tuhan pulalah yang akan mengatur
hidupnya.
Saya berharap satu saja, Teddy tidak jauh-jauh dari gereja,
lanjut Sunarmi, kalau bisa ia jangan sampai jauh dari rumah
Tuhan. Begitu saya tahu kalau Teddy sudah semakin jauh dari
rumah Tuhan semenjak ia berada di Solo, setiap saat, setiap hari
saya selalu berdoa khusus buatnya.
Siradz menambahkan, Dan pada akhirnya kami mendapat
kesimpulan, bahwa kelak tangan Tuhan yang terulur untuk
Teddy, hanya bisa lewat seorang perempuan yang kelak menjadi
istrinya. Kami berdua sangat meyakini hal itu.
--ampaknya, yang mengkhawatirkan Teddy bukan hanya
kedua orangtuanya, tetapi juga Bonyong Munni Ardhi.
Semenjak Teddy pindah dari Solo ke Yogya, ia selalu
memantau perkembangan Teddy, dan setiap ada kesempatan, ia
selalu mendatangi Teddy ke Yogya. Teddy itu punya pemikiran
yang brilian. Sebagai seorang perupa, dia itu luar biasa. Tapi aku
tahu, pergolakan pikiran dan batinnya pastilah keras. Dan hal itu
bisa membahayakan jiwanya. Apalagi Teddy suka mengkonsumsi
barang-barang yang memabukkan.
224
225
226
227
228
229
230
231
232
karena suka menggambar dan hal-hal lain yang berbau seni, ada
pemicu lain. Salah satu kakak perempuan Tere, pacaran dengan
anak ISI. Karena itu, kakak perempuan There ssesekali bermain
ke Yogya. Suatu saat, si kakak pulang dan membawa oleh-oleh
katalog pameran Erika. There suka sekali dengan katalog itu, dan
ia semakin mantap untuk masuk ISI. Tetapi bapaknya bilang,
Ngapain kamu masuk sekolah seni?
Tetapi There mengangap pertanyaan bapaknya itu hanya angin
lalu saja. There segera mendaftar ISI dengan mengambil jurusan
seni grafis, dan ia diterima. There masuk ISI pada tahun 1999.
Saat awal berad di Yogya, There cukup sering bermain di
Gampingan, di sana pula, ia mulai tahu ada seorang seniman
bernama Teddy, dan sempat beberapa kali melihat pementasan
Steak Daging Kacang Ijo. Mengerikan kalau pentas. Teddy,
vokalisnya, pernah buka celana di atas panggung. Ia juga pernah
terjatuh dari panggung saking pencilakan-nya, sampai mulutnya
nyonyor. Bahkan aku beberapa kali sempat melihat Teddy tidur di
pasar dan di pinggir jalan karena saking mabuknya.
Saat itu, menurut There, ia tidak punya ketertarikan dengan
Teddy. Hanya saja sempat berpikir, Kalau aku punya suami
kayak gitu kelak, gimana ya?
There seorang perempuan yang mandiri. Ia jarang dikirimi
duit oleh bapaknya, tetapi ia tidak pernah mengeluh, Pekerjaaan
apa saja kulakukan supaya aku bisa dapat uang. Mulai dari
jadi jaga pameran, ikut event organizer, tetapi yang paling
menyelamatkanku adalah aku selalu dapat beasiswa. Pokoknya
kalau ada beasiswa apapun itu, selalu kuburu.
Teddy saat itu, sudah menjadi buah bibir di angkatan There,
Teddy dengan polah tingkahnya yang ugal-ugalan dan liar, tetapi
dahsyat di dalam berkarya, membuat temanteman There selalu
menyebut nama Teddy. Tapi There sendiri baru mengagumi karya
Teddy saat melihat karya instalasi Teddy yang berbentuk kepala
manusia yang ada rodanya. Bocah ini jenius, batin There saaat
233
itu.
Hingga kemudian, suatu hari, karena kenal dengan Ucup
Taring Padi, yang saat itu baru menyelesaikan tugas akhirnya,
sengaja saat akan kuliah di ISI Sewon, There mampir ke tempat
Ucup untuk mengucapkan selamat. Di saat itu, ada Teddy yang
sedang nongkrong di tempat Ucup. Begitu melihat ada There,
Teddy dengan gayanya yang sok cuek berteriak, Hei There,
pacaran yuk!
There hanya sempat menoleh sekilas ke arah Teddy, lalu bilang
dengan tidak kalah cueknya, dengan logat Jawa Timurnya yang
kental, Gah aku lek pacaran, lek rabi wae piye? (Tidak mau aku
kalau hanay berpacaran, bagaimana kalau menikah saja?). setelah
berkata begitu, There melenggang pergi, seperti tidak terjadi apaapa.
There kemudian bertemu dengan Teddy lagi saat mereka
berdua sama-sama datangke sebuah acara pameran. Saat itulah,
Teddy meminta nomor telepon genggam There, dengan alasan
yang menurut There tidak jelas. Alasan ndakik-ndakik khas
laki-laki, kata There. Tapi There akhirnya memberi juga nomor
teleponnya, dan ternyata Teddy sudah punya. Arek gendheng!
komentar There saat itu, sudah punya nomor teleponnya kok
masih minta.
Semenjak itu, Teddy sering menelepon There, mulai dari
mengajak melihat truk yang baru saja dibelinya, sampai mengajak
makan malam. Tapi There tahu persis, kalau Teddy menelepon,
berarti Teddy sedang mabuk. Kalau enggak mabuk, enggak
mungkin dia berani nelepon aku, ujar There. Tapi There saat
itu lebih sering menolak ajakan Teddy, sebab di saat seperti itu,
biasanya ia sedang punya banyak kesibukan.
Kemudian Teddy mulai sering datang ke tempat There, tetapi
seperti halnya saat ia mulai datang ke tempat Bunga, Teddy tidak
pernah sendirian. Ia selalu membawa teman.
234
235
236
There saat itu juga bilang, Sebetulnya aku juga sudah capek
Hingga kemudian suatu pagi, There secara iseng mengecek
urinnya, dan di sana tertera tanda positif. Teddy yang saat itu
juga sudah bangun tidur, dan sedang dudukduduk di luar, segera
diberitahu There, Gimana, Ted?
Teddy malah tertawa ngakak. Teddy bilang saat itu, Ternyata
aku berhasil ya setelah beberapa hari diet alkohol.
Dengan perasaan tak menentu, mereka memberi kabar ke
orangtua Teddy. Jawaban orangtua Teddy saat itu, Ya sudah,
kapan kalian menikahnya?
Saat There memberitahu bapaknya, si bapak juga berkata,
Ya sudah enggak apa-apa. Kalau enggak begitu, kalian enggak
menikah.
Sebetulnya, There sudah 5 tahun tidak pernah pulang dan
berjumpa dengan bapaknya. Dan pernah suatu kali, There bilang
ke bapaknya kalau ia sudah punya pacar, Tapi orangnya tatonya
banyak, Pak
Jawaban bapak There singkat, Kayak orang pernah dibui di
Nusa Kambangan saja, banyak tatonya
Akhirnya keluarga Teddy melamar There. Kejadiannya pun
unik. There ikut rombongan Teddy dari Semarang, ia bersama
kedua orangtua Teddy, Teddy, dan kakak Teddy bernama Heri.
Jadi yang dilamar datang bersama rombongan orang yang hendak
melamar. Di perjalanan, There bilang, Ted, bapakku galak lho,
kamu tahu, dia orang Batak.
Sesampai di Mojokerto, hari masih sangat pagi. Mereka
kemudian mencari hotel untuk menginap, sambil menunggu
siang hari. Heri dan kedua orangtua Teddy satu kamar, sementara
There dan Teddy satu kamar. There dan Teddy begitu masuk
kamar langsung tertidur, sementara ketiga orang di kamar yang
lain tidak bisa tidur karena omongan There di mobil, juga rasa
bersalah karena Teddy menghamili There duluan.
237
238
239
240
NIN
243
244
245
246
247
248
249
250
251
252
Teddy dan Bob. Di dunia maya itu pula, kelak Omi menemukan
jodohnya, Yani Kozinski, laki-laki keturuan Polandia yang tinggal
di Jerman.
Pernikahan antara Kozinski dan Omi pun terkesan mendadak.
Saat itu, Kozinski sedang berada di Indonesia, dan saat itu pula
mereka menikah. Resepsi pernikahan diadakan di Solo. Setelah itu,
barulah Bunga mengontrak rumah sendiri, tepat berseberangan
dengan rumah kontrakan Omi. Tetapi Kozinski tetap tinggal di
Jerman, dan hanya sesekali saja ia datang menjenguk Omi. Jadilah,
dua kakak beradik, tinggal di rumah yang saling berseberangan,
hanya dibatasi jalan yang sepi, dan masing-masing kakak beradik
itu tinggal sendiri-sendiri.
Kesukaan Omi menyendiri, tampaknya sangat akut. Kalau
menerima tamu, ia menyuruh tamunya datang saja ke rumah
Bunga, baru ia menemui tamunya di rumah Bunga. Bahkan, saat
ibu kandung mereka datang, omi pun enggan ibunya menginap di
rumah kontrakannya, sehingga selalu si ibu menginap di rumah
kontrakan Bunga. Kalau suami Omi datang, Omi meminta
suaminya jalan-jalan, disuruhnya sang suami ke Bali, atau jika
hanya di Yogya, disuruhnya sang suami ke Malioboro selayaknya
turis. Sementara, Omi lebih memilih tinggal sendiri di rumah.
Kadang-kadang saja, Omi keluar untuk berbelanja keperluannya
sehari-hari, terutama untuk makanan kucing-kucingnya. Dan
biasanya, yangkerap mengantar Omi adalah Bob, tentu dengan
kostum yang identik dengan Bob, kostum superman-nya,
memakai celana dalam di luar.
--egitu sampai di rumah sakit Bethesda, Omi segera
dipindai, dan hasil pemindaian menyatakan bahwa tidak
ada pembuluh darah Omi yang tersumbat atau pecah.
Sementara itu, Dodo Hartoko, salah satu orang yang cukup kenal
baik dengan Omi sekaligus Bunga, sudah datang ke rumah sakit
begitu ia diberi tahu oleh Bunga bahwa Omi masuk rumah sakit
dan dalam keadaan koma.
253
254
255
256
257
258
259
Jejaring
Yang Khas
263
orang yang mencoba terjun dan menekuni dunia seni rupa, hanya
melihat enaknya saja, atau kelihatan enaknya saja, apalagi saat
booming lukisan dan harga lukisan melejit, membikin ngiler hati
siapa saja yang mengetahuinya. Tetapi yang gagal sebagai pelukis,
dalam arti betul-betul gagal, tidak pernah masuk dalam barisan
perupa yang mampu mejual karya sama sekali, atau gagal dalam
arti hanya sesekali karyanya terjual, jarang dilihat.
Tetapi dunia seni rupa yang seperti itu, jelas bukan dunia yang
baru buat Toni. Karirnya sebagai perupa, selain karir dirinya di
Taring Padi, tidak bisa dilihat sebagai biasa-biasa saja. Jauh hari
sebelum menggeluti dan mendirikan Taring Padi, ia sudah masuk
dalam gelanggang seni rupa. Bahkan, dalam posisi seperti itu pun,
jalan yang diinginkan Toni tetap saja tidak mudah.
Akhirnya, ia menemui orang bernama Yayuk, istri Ugo
Untoro, yang dikenal selain sukses memanajeri suaminya, juga
dianggap sukses menyentuh banyak seniman yang lain. Yayuk
seperti seorang Midas, menyentuh para perupa, dan tiba-tiba
bisa berubah menjadi emas. Sebagai contoh, salah satu orang
yang disentuh oleh Yayuk adalah Bob Sick. Suatu saat, mungkin
karena sudah suntuk dengan jalan kreatif yang ia lalui, Bob
menemui Yayuk dan bilang, Mbak, aku dimanajeri dong
Lalu dicapai kesepakatan, Bob menggelar pameran tunggalnya
yang bertajuk Happy Birthday NIN. Menurut pengakuan Yayuk,
ia tahu kalau Bob punya potensi untuk menjadi pelukis yang
laris. Dan dari segi kualitas karya, memang Bob bisa diandalkan.
Saat itu, Yayuk mengalokasikan uang dari salah satu lembaga
yang dikelolanya, dengan direktur lembaga tersebut suaminya
sendiri, Ugo Untoro. Sedangkan lembaga yang dimaksud adalah
Museum dan Tanah Liat. Saat itu aku sama sekali tidak berpikir
bahwa uang itu harus kembali, ujar Yayuk, kuanggap duit ilangilangan Dan saat itu pula, uang MdTL pun hanya terbatas, aku
terpaksa nyari duit tambahan ke san ke mari, Bob juga. Dan saat
itu semua sepertinya lancar banget
264
265
266
267
268
269
270
karya tiga dimensi, sebab Budi anak ISI jurusan patung, dan ia
cukup paham dengan sifat-sifat bahan untuk tiga dimensi. Selain
itu, ia punya banyak kenalan yang mempermudah pengeksekusian
gagasan Teddy di dalam karya tiga dimensi.
Seperti halnya Latif, sekalipun sebetulnya Budi itu membantu
kerja-kerja Teddy, tetapi Teddy selalu memposisikan Budi setara
dengannya. Ia selalu mendiskusikan gagasannya, dan meminta
pertimbanganku, terutama kalau menyangkut bahan-bahan yang
akan digunakan dan di mana sebaiknya bisa dikerjakan. ujar
Budi. Lalu tugas Budi adalah dia mencoba memberi masukan
ke Teddy, soal pilihan bahan yang hendak dipilih, dan kemudian
mencari tahu, di mana tempat yang tepat untuk mengerjakan hal
itu.
Dan hampir mirip dengan apa yang dilakukan Teddy
kepada Latif, Budi berkata, Dia (Teddy) tidak pernah berhenti
mendorong saya untuk berkarya, bukan hanya berhenti sebagai
orang yang membantunya atau membantu seniman-seniman
lain.
Budi juga tahu, kelemahan terbesar Teddy adalah kalau
dia sedang mabuk. Benar-benar tak terkontrol. Dan sering
merepotkan teman-temannya. Tapi ya begitulah Teddy, setiap
manusia punya kelebihan dan kekurangan. ujar Budi sambil
tersenyum.
--rang yang pernah juga membantu Teddy bernama
Gentong. Sedari kecil, Gentong kerap berpindah-pindah
tempat tinggal dan sekolah, hingga kemudian saat SMA
ia berdomisili di Semarang, tetapi kemudian keluar dari SMA. Ia
kemudian asyik berkumpul bersama komunitas para punker di
Semarang. Di saat itulah, karena di komunitas punk sering ada
diskusi politik, kesadaran politiknya mulai muncul.
271
satu grup musik yang pentas adlah Black Boot, sebuah grup punk
yang digawangi oleh sebagian besar para aktivis Taring Padi.
Begitu tahu ada sebuah tempat yang nyaman di Gampingan,
Gentong kemudian memutuskan untuk hidup di Gampingan.
Bayanganku dulu, aku akan di Gampingan sampai akhir dunia.
Eh, ternyata tidak
Saat Gentong di Gampingan itulah, ia mendengar sebuah
grup musik yang legendaris bernama Steak Daging Kacang Ijo.
Toni, tentu Gentong kenal. Edo Pillu, ia tahu. Sedangkan Teddy,
ia juga kenal karena kalau punya uang selalu ke Gampingan dan
ngajak semua orang untuk mabuk. Sedangkan Bob, ia tidak tahu.
Bob seperti hantu, namanya banyak disebut, tetapi saat itu aku
tidak tahu gimana bentuk orangnya.
Gentong baru tahu sosok Bob, ketika suatu siang, ada seseorang
penuh tato menggeber sepeda motornya keras sekali masuk ke
Gampingan. Gentong terheran-heran, Wah, mahluk apa itu?
Tapi tubuh penuh tato itu ternyata menebar senyum ramah di
mana-mana, lalu sosok itu langsung menemui Toni dan Heidi.
Mereka kemudian saling bercengkerama.
Lalu Gentong berkenalan dengan Bob. Dari situ Gentong
tahu dan membatin, O ini yang namanya Bob
Semenjak perkenalan itu, Gentong lengket dengan Bob.
Demikian juga sebaliknya. Bahkan pernah suatu kali, ia diajak
Bob ke Jakarta untuk ngasong lukisan, maksudnya, menawarkan
lukisan dari satu galeri ke galeri yang lain. Saat itu, mereka
berangkat berdua, naik kereta api bisnis dengan membayar
di atas, sehingga bisa lebih murah. Mereka pergi dengan
membawa 6 lukisan, tetapi tidak ada yang laku. Dan Bob hanya
berkomentar pendek saat itu, Ngentot nih para kolektor, gak
ada yang mau lukisanku! Lalu mereka berdua pulang dengan
tangan penuh, penuh lukisan, tapi kantong kosong, tanpa uang.
Kelak, pengalaman mengasong lukisan juga dialami oleh Bob
bersama temannya yang sat itu sudah mecoba peruntungan nasib
272
273
274
275
Ketika
Sampah
279
280
Hendro Wiyanto, Ini saatnya untuk terus memperbaiki infrastruktur seni rupa di Indonesia, terutama infra-struktur yang
independen, dalam arti bisa mengatakan tidak terhadap pasar
yang terlalu jauh melenceng, termasuk mengatakan tidak
terhadap lelang-lelang yang berisi (karya-karya) sampah.
Tetapi Hendro juga mengakui, di saat seperti inilah, para kurator
mendapatkan momentum agar bisa menulis catatan kuratorial
yang panjang dan berbobot. Dan kemudian juga berharap akan
semakin banyak buku tentang seni rupa yang bisa diterbitkan.
Dan yang lebih penting lagi, kata Hendro, Harus segera dibuka
ruang untuk mengakomodasi jenis seni non-lukisan.
Sedangkan Arahmaiani berpendapat, sebetulnya keresahan
baik dari kalangan seniman, kolektor, atau bahkan pemilik
galeri yang menginginkan pertumbuhan seni rupa di Indonesia
lebih sehat lagi, sudah mulai muncul sejak booming luksian pada
akhir tahun 1990an dan awal tahun 2000an. Ketika itu dipicu
oleh wacana goreng-menggoreng yang ditelorkan oleh seorang
kurator bernama Adi Wicaksono. Terlepas dari berbagai tudingan
yang diarahkan ke Adi Wicaksono, soal validitas data, tetapi
hasil penelitian Adi sebetulnya termasuk mencoba menyelam di
dalam kedalaman dunia seni rupa, yang sering tidak dilihat atau
sengaja memang tidak dilihat oleh para pelaku di dunia tersebut.
Dan tulisan tersebut merupakan salah satu tulisan seni rupa yang
menyeruak ke khalayak, memberi denah sirkuit kepentingan antar
berbagai pihak di dunia seni rupa. Memang kemudian situasinya
mendadak memanas. Bahkan, konon, Adi Wicaksono sempat
didatangi beberapa pelukis dengan membawa senjata tajam,
yang membuatnya harus hengkang dari Yogya. Sebuah noda
tertoreh. Apapun alasannya, ketika pemikiran intelektual telah
dihadang dengan tajamnya parang, satu ruang telah terampas
kemerdekaannya, dan jika tabiat seperti itu diteruskan, sebuah
bangunan yang lebih besar bisa roboh karenanya.
Tetapi ada banyak pihak yang mulai melihat dengan jernih
duduk permasalahannya. Menurut Arahmaiani, Oei Hong Djin,
281
282
283
284
285
286
287
288
Epilog:
291
292
293
294
295
296
297
298
299
300
301
302
303
karena aku haus. Aku juga enggak tahu, sebetulnya aku yang
sebenarnya itu yang dalam keadaan mabuk atau tidak mabuk.
Dan jangan salah, mabuk itu bukan kok tidak sadar. Karena
lawan sadar adalah tidak sadar. Kalau lawan mabuk adalah tidak
mabuk!
Jawaban itu kontan menyulut gemuruh tawa. Tapi tiba-tiba,
Bob mengedarkan pandangan dan bertanya-tanya, Sayangku di
mana? Lho, kekasihku di mana? Ia mencari-cari Widi.
There menjawab, Keluar. Mungkin belanja.
Bob semakin bingung, Belanja apa malam-malam begini?
Wah pasti dia ngambek gara-gara aku mabuk. Padahal aku
enggak mabuk. Bob lalu mencari-cari telepon genggamnya, dan
setelah ketemu ia menelepon istrinya, tapi tidak diangkat. Lalu ia
bilang ke teman-temannya, Itu kan, padahal aku itu sebetulnya
tadi enggak pengen mabuk.
Lha ya jangan mabuk jawab Teddy dengan cepat.
Masalahnya, aku ternyata pengen! selesai mengatakan itu,
Bob mencari sepatunya, dan memakainya.
Forum terancam bubar. Tapi Jemek sudah lega. Beberapa hal
yang ingin ia dengarkan, sudah ia dapatkan.
Satu per satu, orang-orang turun. Bob memanggil taksi, lalu
pergi mencari istrinya setelah ia menelepon sopirnya. Toni segera
menghidupkan sepeda motor dan melenggang, menembus
gerimis yang masih saja turun. Karena dalam kondisi yang agak
teler, There tidak mau disetiri baik oleh Jemek maupun oleh Teddy.
Mobil Teddy akhirnya dibawa Jemek, dan There memanggil taksi.
There dan Teddy masuk ke dalam taksi. Sepanjang perjalanan
dari kafe itu ke rumah Teddy, Teddy berceramah kepada sopir
taksi tentang dunia melukis. There hanya berkomentar pelan si
sopir, Maaf ya Pak, suami saya sedang mabuk
Si sopir taksi mengangguk sambil tersenyum. Hanya mungkin
dia heran, kok ada suami mabuk dan yang mengawal istrinya,
304
305
Bahan Bacaan
Dan SUMBER WAWANCARA
306
307
UCAPAN TERIMAKASIH
308
309
ISBN 979179430-8
9 789791 794305