Anda di halaman 1dari 24

Clinical Science Report

DIARE AKUT

Oleh :
Testi Melina Candra
15100707360803083

Preseptor :
dr. Gustin Sukmarini, Sp.A

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERAN BAITURRAHMAH
2015

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat


dan karuni yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Clinical
science report yang berjudul Diare akut
Referat ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada dr.Gustin Sukmarini, Sp.A yang telah
memberikan bimbingan serta arahan, sehingga Clinical science report ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Akhir kata kami menyadari bahwa Clinical science report ini masih belum
sempurna baik mengenai isi, susunan bahasa, maupun kadar ilmiahnya. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak yang membaca referat ini. Kami berharap semoga Cinical science
reportl ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Solok,

27 Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

..............................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

..................................................

2.1 Definisi ...................................................................................

2.2 Epidemiologi ............................................................................

2.3 Cara penularan dan Faktor resiko .............................................

2.4 Etiologi ...................................................................................

2.5. Patogenesis ..............................................................................

2.6 Manifestasi Klinik

....................................................................

2.7 Diagnosa .....................................................................................

2.8. Penatalaksanaan .........................................................................

11

BAB III KASUS ..........................................................................................

15

KESIMPULAN ...........................................................................................

19

DAFTAR PUSTAKA

20

................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas

anak

di

negara

berkembang.

Terdapat

banyak

penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus


penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan
oleh virus, bakteri dan parasit, akan tetapi berbagai penyebab
lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma
malabsorbsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limitting,
sehingga aspek terpenting yang harus diperhatikan adalah
mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama
kematian
gangguan

dan

menjamin

pertumbuhan

asupan
akibat

nutrisi

diare.

untuk

Diare

mencegah

menyebabkan

hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai


dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa.
Di indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang
tinggi disektor kesehatan oleh karena rata-rata sekitar 30% dari
jumlah tempat tidur yang ada dirumah sakit ditempati oleh bayi
dan anak dengan penyakit diare selain itu juga di pelayanan
kesehatan primer, diare masih menepati urutan kedua dalam
urutan 10 penyakit terbanyak di populasi.
Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi.
Setiap episod diare dapat menyebabkan sari makanan, sehingga
apabila episodnya berkepanjangan akan berdampak terhadap
pertumbuhan kesehatan anak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Diare Akut
Diare akut adalah baung air besar pada bayi atau anak lebih
dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi
cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung
kurang dari satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering
frekuensi buang air besarnya lebih dari 3-4 kali per-hari, keadaan
ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih bersifat fisiologis atau
normal. Untuk bayi yang minum ASI secara eksklusif definisi
diare yang praktis adalah meningkatnya frekuensi buang air
besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut ibunya
abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang-kadang pada
seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi
konsistensinya cair, keadaan ini sudah dapat disebut diare.
2.2. Epidemiologi
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
negara berkembang termasuk di indonesia dan merupakan salah
satu penyebab kematian dan keskita tertinggi pada anak,
terutama usia dibawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak 6 juta anak
meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar
kejadian

tersebut

terjadi

di

negara

berkembang.

Sebagai

gambaran 17% kematian anak dunia disebabkan oleh diare


sedangkan di Indonesia . hasil Riskesdas 2007 diperoleh bahwa
diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak
yaitu 42% dibanding pneumonia 24% untuk golongan 1-4 tahun
penyebab kematian karen diare 25,2% dibanding pneumonia
15,5%
2.3. Cara Penularan dan Faktor Risiko

Cara penularan diare pada umunya melalui cara fekal-oral


yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita
atau barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau
tidak langsung melalui lalat.
Faktor

resiko

yang

dapat

meningkatkan

penularan

enteropatogen antara lain : tiak memberikan ASI secara penuh


untuk 4-6 bulanpertama kehidupan bayi, tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya
sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi
yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak
higienis. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada penderita
dapat meningkatkan

kecenderungan untuk dijangkiti diare

antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman


lambung, dan menurunnya motilitas usus.
2.4. Etiologi
Pada saat ini, dengan kemajuan di bidang teknik laboratorium
kuman-kuman

patogen

telah

penderita diare sekita 80%


infeksi

utama

diidentifikasikan

dari

pada kasus yang datang disarana

kesehatan dan sekitar 50%


Penyebab

dapat

kasus ringan di masyarakat.

timbulnya

diare

umunya

adalah

golongan virus bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari diare akut
oleh karena infeksi adalah non infalammatory dan inflammatory
Enteropatogen menimbulkan non inflammatory diare melalui
produksi enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukanaa villi
oleh

virus,

perlekatan

oleh

parasit,

perlekatan

dan

atau

translokasi dari bakteri. Sebaliknya inflammatory diare biasanya


disebabkan oleh bakteri yang mengivasi usus secara langsung
atau memproduksi sitotoksin.

Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan


diare pada manusia adalah sebagai berikut.
Golongan bakteri :
1. Aeromonas
2. Bacillus cereus
3. Campylobacter jejuni

8. Salmonella
9. Shigella
10. Staphylococcus

aureus
4. Clostridium perfiringens
5. Clostridium defficile

11. Vibrio cholera


12. Vibrio

parahaemolyticus
6. Escherichia coli
7. Plesiomonas shigeloides

13. Yersinia enterocolitica

Golongan virus :
1. Astrovirus
2. Calcivirus (Norovirus, Sapovirus)
3. Enteric adenovirus

5. Rotavirus
6. Norwalk virus
7. Herpes

simplex virus.
4. Coronavirus

8.

Cytomegalovirus.
Golongan parasit :
1. Balantidium coli
2. Blastocytosis coli
3. Cryptosporidium parvum

5. Giardia lamblia
6. Isospora belli
7. Strongyloides

stercoralis
4. Entamoeba histolytica

8. Trichuris

trichiura
Dinegara berkembang kuman patogen penyebab penting
diare

pada

anak-anak

enterotoksigenik,

yaitu:

Shigella,

Rotavirus,

Escherichia

Campylobacter

jejuni

coli
dan

cryptosporidium.
2.5. Patogenesis

Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada


proses absorbsi atau sekresi. Terdapat beberapa pembagian
diare:
1. Pembagian diare menurut etiologi
2. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan
a. Absorbsi (diare Osmotik)
b. Gangguan sekresi
Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa
mekanisme yang saling tumpang tindih. Diare akibat gangguan
absorpsi yaitu volume cairan yang berada di kolon lebih besar
daripada kapasitas absorpsi. Disini diare dapat terjadi akibat
kelainan di usus halus, mengakibatkan absorpsi menurun atau
sekresi yang bertambah. Apabila fungsi usus halus normal, diare
dapat terjadi akibat absopsi di kolon menurun atau sekresi di
kolon meningkat. Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan
motilitas, inflamasi dan imunologi
1. Gangguan absopsi atau diare Osmotik.
Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut
bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas.
Akibat perbedaan tekanan osmose antara lumen usus dan
darah makan pada segmen usus jejenum yang bersifat
permeabel, air akan mengalir ke arah lumen jejenum,
sehingga air akan banyak terkumpul dalam lumen usus. Na
akan

mengikuti

masuk

dalam

lumen

usus,

dengan

demikian akan terkumpul cairan intraluminal yang besar


dangan kadar Na yang normal. Sebagian kecil cairan ini
akan diabsorpsi kembali, akan tetapi lainnya akan tinggal
di lumen oleh karena da bahan yang tidak dapat diserap
seperti Mg, glukose, laktose, maltose di segmen illeum dan
melebihi kemampuan absorpsi kolon, sehingga terjadi
diare.
8

2. Gangguan sekresi atau diare sekretorik.


a. Hiperplasia kripta
Teoritis adanya hiperplasia kripta

akibat

penyakit

apapun, dapat menyebabkan sekresi intestinal dan


diare. Pada umumnya penyakit ini menyebabkan atrofi
vili.
b. Luminal secretagogues
Dikenal ada 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen
yaitu enterotoksin bakteri dan bahan kimia yang dapat
menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk
dihidroxy, serta asam lemak rantai panjang.
Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan
meningkatkan konsentrasi intarasel c AMP, c GMP atau
Ca++ yang selanjutnya akan mengaktifkan protein kinase
akan

menyebabkan

fosforilasi

membran

protein

sehingga mengakibatkan perubahan saluran ion, akan


mneybabkan Cl- di kripta keluar. Disisi lain terjadi
peningkatan pompa natrium masuk kedalam lumen
usus bersama Cl-.
Bahan laksantif dapat menyebabkan bervariasi efek
pada

aktivitas

memacu

NaK-ATPase

peningkatan

kadar

beberapa
c

AMP

diantaranya
intarseluler,

meningkatkan permeabilitas intestinal dan sebagian


menyebabkan kerusakan sel mukosa. Beberapa obat
menyebabkan sekresi intestinal. Penyakit malabsorbsi
seperti

reseksi

ileum

dan

penyakit

crohn

dapat

menyebabkan kelainan sekresi seperti menyebabkan


peningkatan konsentrasi garam empedu, lemak.
3. Diare akibat gangguan peristaltik
meskipun motilitas jarang menjadi
malabsorbsi,

tetapi

perubahan

penyebab

motilitas

utama

mempunyai

pengaruh terhadap absorpsi. Baik peningkatan ataupun


penurunan motilitas, keduanya dapat menyebabkan diare.

Penurunan motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh


lampau yang menyebabkan diare. Perlambatan transit
obat-obatan atau nutrisi akan meningkatkan absorbsi.
Kegagalan motilitas usus yang berat dapat menyebabkan
stasis intestinal berakibat inflamasi, dekonjugasi garam
empedu dan malabsorbsi. Diare akibat hiperperistaltik
pada anak jarang terjadi. Watery diare dapat disebabkan
karena hipermotilitas pada kasus kolon iritable pada bayi.
Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab diare
thyrotoksikosis, malabsorbsi asam empedu dan berbagai
penyakit lain.
4. Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan
diare pada beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel
dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam
pembuluh

darah

dan

limphatic

menyebabkan

air,

elektrokit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah


dan sel darah putih

menumpuk dalam lumen. Biasanya

diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan tipe diare


lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik.
2.6. Manifestasi Klinis
Penderita diare mengeluarkan

tinja

yang

mengandung

sejumlah ion natrium, klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan


elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga
meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi,
asidosis

metabolik

dan

hipokalemia.

Dehidrasi

merupakan

keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan


syok hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak
diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas
plasma dapat berupa dehidrasi isotonik, dehidrasi hipertonik
(hipernatremik)

atau

dehidrasi

hipotonik.

Menurut

derajat

10

dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi


sedang atau dehidrasi berat.
Mual dan muntah adalah simptom yang non spesifik akan
tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena organisme yang
menginfeksi saluran cerna bagian atas seperti: enterik virus,
bakteri

yang

memproduksi

enterotoksin,

Giardia,

dan

Cryptosporidium.
Muntah juga sering terjadi pada non inflammatory diare.
Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab.
Gejala

Rotavir

klinis
Masa

us
17-

tunas
Panas
Mual

jam
+
Sering

muntah
Nyeri
perut
Lamanya

salmon

ETEC

EIEC

Kolera

ella
6-72

6-72

6-72

48-72

jam
++
jarang

jam
++
sering

jam
sering

jam
++
-

jam
Sering

Tenesm

Tenes

Tenesm

Tenes

Kramp

ust

mus

us kolik

mus

5-7 hari

kramp
>7 hari

3-7 hari

kramp
variasi

a
72 24-48

sakit
Sifat tinja
Frekuensi 5-10
konsisten
x/hr,
si
cair
darah
Bau
Warna

shigell

langu

2-3
hari

>10x/h
r,
lembek
+

Sering,
lembek

Sering,
cair

Sering,
lembek

kadang
busuk

Terus
meneru
s, cair
Amis

Kuning

Merah-

kehijaua

Tak

Merah-

khas
Seperti

hijau

hijau

berwar

hijau

air

na
Leukosit
Lain-lain

3 hari

+
anorexia Kejang
+/-

cucian

+
Sepsis+/ meteor

Infeksi

sistemi

ismus

11

beras
-

k
2.7. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut:
lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna, bau,
ada/ tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah: volume dan
frekuensinya. BAK: biasa, berkurang, jarang atau tidak
kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang
diberikan selama diare. Adakah panas atau penyakit lain yang
menyertai seperti: batuk, pilek, otitik media, campak.
Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare:
memberi oralit, mebawa berobat ke puskesmas atau kerumah
sakit

dan

obat-obatan

yang

diberikan

serta

riwayat

imunisasinya.
2. Pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu
tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan serta
tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama
dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kuli abdomen dan
tanda-tanda tambahan lainnya: ubun-ubun besar cekung atau
tidak, matang: cekung atau tidak, ada atau tidaknya air mata,
bibir, mukosa, mulur dan lidah kering atau basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis
metabolik.
Penilaian beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan
dengan cara objektif yaitu dengan membandingkan berat
badan

sebelum

dan

selama

diare.

Subjektif

dengan

menggunakan kriteria Kriteria MMWR dapat dilihat dalam


tabel berikut.
Penentuan derajat dehidrasi menurut MMWR 2003
simptom

Minimal atau

Dehidrasi

Dehidrasi be

tanpa

ringan-sedang,

kehilangan

12

Kesadaran
Denyut jantung

dehidrasi

kehingan BB

>9%

kehilangan

3%-9%

BB<3%
Baik

Norml, lelah,

Normal

gelisah, irritable
Normal

Apatis, letarg

meningkat

tidak sadar
Takikardi,

bradikardi pa

Normal

Normal-

kasus bera
Lemah, keci

Pernapasan
Mata
Air mata
Mulut dan

Normal
Normal
Ada
Basah

melemah
Normal-cepat
Sedikit cekung
Berkurang
Kering

tidak teraba
Dalam
Senagat ceku
Tidak ada
Sangat kerin

lidah
Cubitan kulit
Capillary refill

Segera kembali
Normal

Kembali<2 detik
Memanjang

Kembali >2 de
Memanjang

Dingin

minimal
Dingin, mottl

Kualitas nadi

Extremita
BAK

Hangat
normal

sianotik
Minimal.

Berkurang

3. Laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada
umunya tidak diperlukan. Hanya pada keadaan tertentu
mungkin

diperlukan

misalnya

penyebab

dasarnya

tidak

diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau


pada penderita dengan dehidrasi berat. Contoh pemeriksaan
darah lengkap, kontrol urine dan tinja.
Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan pada diare akut :
Tinja
Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua
penderita dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium
tidak dilakukan. Tinja yang watery dan tnap mukus atau
darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa
atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal.

13

Tinja mengandung darah atau mukus bisa disebabkan


infeksi

bakteri

yang

menghasilkan

sitotoksin,

bakteri

enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau


parasit usus seperti : E, hytolitica, B. Coli dan T. Trichiura.
Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya leukosit
dapat memberikan informasi tentang penyebab diare, letak
anatomis serta adanya proses peradangan mukosa. Leukosit
dalam tinja di produksi sebagai respon terhadap bakteri
yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif
menunjukan adanya

kuman

invasif

atau kuman

yang

memproduksi sitotoksin seperti shigella, salmonella, C.jejuni,


EIEC, C. Difficile, Y. Enterolitica, V. Parahaemolyticus dan
kemungkina Aeromonas atau P shigelloides. Leukosit yang
ditemukan pada umumnya adalah leukosit PMN, kecuali
pada S. Thypii adalah leukosit mononuklear. Tidak semua
kolitis terdapat leukosit pada tinjanya, pasien yang terinfeksi
dengan E. Hytolitica pada umunya leukosit tinjanya minimal.
Parasit

yang

menyebabkan

diare

pada

umunya

tidak

memproduksi leukosit dalam jumlah banyak.

Test laboratorium tinja yang digunakan untuk mendeteksi


enteropatogen
Test laboratorium
Mikroskopik : leukosit pada tinja

Organisme diduga/ diidentifikasi


Invasive
atau
bakteri
y

Trophozoit, kista, oocyst, spora

memproduksi sitotksin
G.
lamblia,
E,

rhabditiform lava
Spiral
atau
basil
berbentuk S
Kultur tinja

gram

hytolit

Cryptosporidium, I. Belli, Cyclopsp


Strongyloides
(-) Campylobacter jejuni
E.

coli,

Shigella

14

salmone

camphylobacter
Enterocolica,
Enzym

Imunoassay

V.

atau

adenovirus, C. Difficile. E.coli


broth Salmonella, shigella

dilakukan

di Bakteri

laboratorium riset

yang

meproduksi

2.8. Penatalaksanaan.
1. TRO (Terapi rehidrasi oral)
a. Pengobatan diare tanpa dehidrasi
Penderita diare tanpa dehidrasi segera diberikan
cairan rumah tangga untuk mencegah dehidrasi,
seperti: air tajin, larutan gula garan, kuah sayurdan

sebagainya.

Pengobatan

dapat

dilakukan dirumah oleh keluarga penderita. Jumlah


cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau :
Anak usia <1 tahun adalah 50-100 ml setiap

BAB
1-5 tahun adalah 100-200 ml setiap BAB
5-12 tahun 200-300 ml setiap BAB
Dewasa 300-400 ml setiap BAB.

Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare


berhenti.

Selain

cairan

rumah

tangga

ASI

dan

makanan yang biasa dimakan tetap harus diberikan.


Makanan diberikan sedikit0sedikit tetapi sering (lebih
kurang 6 kali sehari) rendah serat. Buah-buahan
diberikan

tok

EIEC, EAEC, PCR untuk genus y


virulen.

sayuran

Cholerae,

Parahaemolyticus, C. Difficile, E. c
latex Rotavirus,
G.
Lamblia,
ent

aglutinasi serotyping
Latex aglutinasi setelah
enrichment
Test
yang

jejuni.

terutama

pisang,

makanan

yang

merangsang (pedas, asam, terlalu banyak lemak)


jangan diberikan dulu karena dapat memperberat
diare.

15

b. Pengobatan diare dehidrasi ringan-sedang


Penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang
harus

dirawat

disarana

kesehatan

dan

segera

diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah


oralit yang diberikan 3 jam pertama 75 cc/kgBB.
Bila penderita masih haus dan masih ingin minum
harus diberi lagi. Sebaliknya bila dengan volume
tersebut mata menjadi bengkak, pemberian oralit
harus dihentikan sementara dan diberikan minum air
putih atau air tawar. Bila oedem dikelopak mata
sudah hilang dapat diberikan lagi.
c. Pengobatan diare dehidrasi berat
Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di
pusat kesehata. Pasien yang masih dapat minum
meskipun hanya sedikit harus diberi oralit sampai
cairan infus terpasang. Disamping itu, semua anak
harus diberi oralit selama pemberian cairan intravena
( kurang lebih 5 ml/kgBB/ jam), apabila dapat minum
dengan baik, biasanya dalam 3-4 jam (untuk bayi)
atau

1-2

jam

Pemberian

(untuk

tersebut

anak

yang

dilakukan

lebih

untuk

besar).
memberi

tambahan basa dan kalium yang mungkin tidak


dapat disuplai dengan cukup dengan pemberian
cairan intravena.
Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan ringer
laktat

dengan

pemberiannya :
<1 tahun

dosis
1

jam

100

ml/kgBB.

pertama

30

Cara

cc/kgBB,

dilanjutkan 5 jam berikutnya 70cc/kgBB


>1 tahun jam pertama 30 cc/kgBB
dilanjutkan 2 jam berikutnya 70 cc/kgBB

Lakukan

evaluasi

tiap

jam.

Bila

hidrasi

tidak

membaik, tetesan IV dapat dipercepat.

16

2. Terapi medikamentosa
a. Antibiotik
penyebab
kolera

Shigella dysentry

Antibiotik pilihan
Tetracycline

alternatif
Erythromycin

12,5 mg/kgBB

12,5 mg/kgBB

4x sehari selama 3 hari


Ciprofloxacin

4x sehari selama
Pivmecillinam

15 mg/kgBB

20 mg/kgBB

2x sehari selama 3 hari

4x sehari selama
Ceftriaxone
50-100 mg/kgBB

1x sehari IM selam
hari
Amoebiasis

Metronidazole
10 mg/kgBB
3x sehari selama 5 hari
(10

hari

pada

kasus

berat
Metronidazole

Giardiasis

5 mg/kg
3x sehari selama 5 hari.
b. Antidiare
Obat-obat golongan ini meskipun sering digunakan
tidak mempunyai keuntungan praktis dan tidak
diindikasikan untuk pengobatan diare akut pada
anak.
c. Antimotilitas
(Contoh : loperamide hyrochloride, diphenoxylate
dengan atropine, tinctura opii, peregoric, codein).
Obat-obatan ini dapat mengurangi frekuensi diare
pada orang dewasa akan tetapi tidak mengurangi
volume

tinja

pada

anak.

Lebih

dari

itu

dapat

menyebabkan ileus paralitik yang berat yang dapat

17

fatal atau dapat memperpanjang infeksi dengan


memperlambat eliminasi dari organisme penyebab.
3. Seng (Zinc)
Defisiensi seng sering didapatkan pada anak-anak
dinegara

berkembang

dan

dihubungkan

dengan

menurunnya fungsi imun dan meningkatnya kejadian


penyakit

infeksi

yang

serius.

Seng

merupakan

mikronutrien komponen berbagai enzim dalam tubuh,


yang penting antara lain untuk sintesis DNA

18

BAB III
KASUS

I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Intan Cahaya
Umur
: 8 bulan
Jenis kelamin
: Perempuan
No. MR
: 102066
Tanggal masuk
: 10 november 2015
Alamat
: Sumani

Anamnesa
Keluhan Utama

: Mencret sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit

Riwayat penyakit sekarang :


Mencret sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
Mencret kurang lebih 10 kali dalam sehari
Konsistensi BAB seperti air dengan ampas dan tanpa lendir ataupun

darah
Muntah kurang lebih 10 kali dalam sehari sejak 1 hari yang lalu.
Muntah berisi air.
Demam sejak 1 hari yang lalu
Anak tetap mau menyusu
Batuk (-)
Sesak (-)
BAB dan BAK normal

Riwayat Penyakit Dahulu :


Tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala yang sama.
Riwayat keluarga :
Anggota keluarga ada menderita penyakit yang sama

Pemeriksaan Fisik
KU

: sakit sedang

Kesadaran : aktif

19

Kulit

: pucat (-), ikterus (-), sianosis (-)

Nafas

: tidak sesak

TD : 100/70 mmHg

Nadi : 120 x/menit

TB : 61 cm

BB : 6,5 kg

Suhu : 38,6oC

Gizi : Baik
Kepala

: simetris, normosefal,

Ubun-ubun besar : cekung


Rambut

: hitam lebat

Mata
Terlihat cekung
sklera

: ikterik (-), perdarahan (-)

Konjungtiva : anemia (-), secret (-)


Kornea

: keruh (-), reflex cahaya (+)

Telinga : kelainan bawaan (-), serumen (+), nyeri tekan aurikuler (+)
Hidung : sekret (-), deviasi septum (-), selaput lendir (-)
Mulut :
Bibir

: kering

Selaput lendir : kering


Palatum

: terbelah (-)

Lidah

: kotor (-), tremor (-)

Tonsil : dalam batas normal


Gusi : abses (-), perdarahan (-),
Gigi

: missing (-), karies (-)

Faring : hiperemis (-), sekrit (-), pseudomembran (-)


Leher : bullneck (-), tekanan vena jugularis (-)
Dada :

20

Inspeksi

: simetris, sela iga tidak melebar, retraksi (-)

Palpasi

: fremitus suara normal, apex jantung dalam batas normal, kelenjar


getah bening tidak ada pembesaran.

Perkusi

: sonor, tanda-tanda cairan (-), batas jantung dalam batas normal.

Auskultasi : suara nafas vesikuler, bunyi jantung tambahan (-)


Perut :
Inspeksi
: bentuk dalam batas normal, simetris, vena-vena kulit (-), hernia
umbilicus (-)
Palpasi

: nyeri tekan (+), hati (-), lien (-), kelenjar getah bening inguinal (-)

Perkusi

: tanda-tanda cairan (-), meteorismus (-)

Auskultasi : bising usus (+)

Alat kelamin luar :


Labium mayor (+), labium minor (+), sekit (-), klitoris (+)

Alat gerak :
Refleks Fisiologis :
-

Reflex biceps
Reflex triceps
Reflex Achilles
Reflex Patella

:+
:+
:+
:+

Refleks Patologis :
-

Reflex babinski : -

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Anjuran : Pemeriksaan feses

DIAGNOSA KERJA
21

Diare akut dengan dehidrasi berat

DIAGNOSA BANDING
Diare kronik

THERAPY
1. Rawat inap anak
2. Diet NTRS 650 Kkal.
3. Berikan cairan Ringer Laktat 30cc/ kgBB/ 1 jam pertama = 65 tt/i
Ringer laktat 70cc/kgBB/ 5 jam selanjutnya = 30tt/i
Berikan cairan maintanance pada anak <2 tahun dengan dehidrasi berat
dibutuhkan cairan 250cc/kgBB/hari = 22 tt/i
4. Zinc 1x10 mg

22

KESIMPULAN
Diare akut adalah baung air besar pada bayi atau anak lebih
dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi
cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung
kurang dari satu minggu. Terdapat banyak penyebab diare akut
pada anak. Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah
infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri dan
parasit, akan tetapi berbagai penyebab lain juga dapat
menyebabkan diare akut.

23

DAFTAR PUSTAKA
1. Soeparto P, Djupri LS, Sudarmo SM, Ranuh IRG. Diare.
Dalam: soeparto P, Djupri LS, Sudarmo SM, Rabuh IRG eds.
Gangguan absorbsi-seksresi sindroma diare. Graha
masyarakat ilmiah kedokteran FK Unair. 1999;1-36.
2. Dit. Jen PPM PLP Dep. Kes RI PMPD. Buku Ajar Diare. 1996.
3. Kamus Saku Kedokteran Dorlan Edisi 25. EGC.
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Buku Kuliah 3
Ilmu kesehatan Anak Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.
5. Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak
Pedoman Diagnosis dan Terapi. Edisi 3 Bandung: 2005.
6. Pusponegoro. H, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan
Anak Edisi I. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2004.
7. Budiarso, Aswita. Dkk. Buku pedoman Pengendalian
Penyakit Diare. Jakarta : Departemen Kesehatan R.I PPM &
PLP.2009.
8. Behrman, R.E et.all. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th
edition. Internasional Edition. Saunder 2004. P 1239-1241.
9. Departermen Kesehatan Diare Pada Anak. Senin 9
november 2015 www.depkes.id
10. Antonius H. Pujiadi, Bdriul Hegar, Setyo Handryastusi.
Pedoman Pelayanan Medis Jilid I Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Hal 58-62.

24

Anda mungkin juga menyukai