Anda di halaman 1dari 3

Model Konsep Keperawatan Dorothea Orem

Model Keperawatan menurut Orem dikenal dengan Model Self Care.


Model Self Care ini memberi pengertian bahwa bentuk pelayanan keperawatan
dipandang dari suatu pelaksanaan kegiatan dapat dilakukan individu dalam
memenuhi kebutuhan dasar dengan tujuan memperthankan kehidupan, kesehatan,
kesejahteraan sesuai dengan keadaan sehat dan sakit. Model keperawatan ini
berkembang sejak tahun 1959-2001.
Model Self Care (perawatan diri) ini memiliki keyakinan dan nilai yang
ada dalam keperawatan diantaranya dalam pelaksanaan berdaarkan tindakan atas
keampuan. Self Care didasarkan atas kesengajaan serta dalam pengambilan
keputusan dijadikan sebagai pedoman dalam tindakan.
Dalam pemahaman konsep keperawatan khususnya dalam pandangan mengenai
pemenuhan kebutuhan dasar, Orem membagi dalam konsep kebutuhan dasar yang
terdiri dari:
1.
2.
3.
4.
5.

Air (udara) : pemelihraan dalam pengambian udara.


Water (air) : pemeliaraan pengambilan air.
Food (makanan) : pemeliharaan dalam mengkonsumsi makanan.
Elimination (eliminasi) : pemeliharaan kebutuhan proses eliminasi.
Rest and Activity (Istirahat dan kegiatan) : keseimbangan antara istirahat dan

aktivitas.
6. Solitude and Social Interaction ( kesendirian dan interaksi sosial) :
pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial.
7. Hazard Prevention (pencegahan risiko) : kebutuhan akan pencegahan risiko
pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat.
8. Promotion of Normality.

Aplikasi Model Keperawatan Dorothea Orem


Aplikasi Model Keperawatan Orem, dapat dilihat dari contoh kasus berikut:

Kasus:
Tn. J (50 th), didiagnosis DM tipe 2. Dia memiliki riwayat hipertensi dan dia
seorang perokok berat (30 batang per hari). Perawatan yang dapat diberikan
kepada Tn. J berdasarkan model keperawatan Orem adalah:
1. Air (educative/supportif). Perawat harus mampu memberikan informasi
tentang hubungan hipertensi dengan merokok.
2. Water (educative/supportif). Perawat harus mampu meyakinkan adanya
hydration-risk yang cukup dari polydipsia yang memicu hyperglycaemia
(kadar gula yang tinggi dalam darah)
3. Food (partial compensatory). Perawat memberikan diet yan cocok untuk
hipertensi dan diabetes, serta mengontrol gula darah setelah makan.
4. Elimination (educative/supporif). Klien membutuhkan monitoring.
5. Activity and Rest (adecative/ suportif). Perawat menginformasikan pada
pasien tentang kegiatan yang cocok untuk pasien diabetes.
6. Solitude and Social Interaction (partial compensatory). Interaksi social
dengan perawat dapat memberikan perubahan interaksi dan tigkah sosial.
7. Hazard Prevention (partial compensatory). Perawat memberikan pendidikan
pada pasien tentang kelebihan dan kekurangan pengobatan yang akan diambil
oleh pasien.
8. Promote Normality (partial compensatory). Perawat diharapkan dapat
membantu pasien untuk mengembalikan pola hidup pasien, sehingga menjadi
normal kembali.

Kesimpulan
Pada dasarnya semua teori yang ada merupakan sebuah petunjuk praktik
dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Antara teori satu dengan teori lain
tidaklah saling bertentangan, melainkan saling berkaitan. Penggunaan teori
keperawatan memungkinkan perbaikan pelayanan keperawatan yang lebih
berkualitas. Keperawatan dalam menghadapi tantangan di masa depan haruslah

memiliki sebuah model dan pandangan sendiri tentang disiplin ilmunya.


Keperawatan yang merupakan bagian dari ilmu-ilmu kesehatan berusaha
menampilkan sebuah cabang ilmu yang berbeda dari ilmu kesehatan yang lainya.
Orem dengan Self-Care Dependent-Care Nursing teori nya mencoba
memberikan pelayanan keperawatan dengan memunculkan potensi dari tiap klien
yang terganggu karena kondisi sakitnya. Teori orem menjelaskan bahwa proses
keperawatan akan terjadi ketika kemampuan klien dalam memenuhi kondisinya
yang terganggu. Dalam teori ini disebutkan bahwa kemampuan seseorang dalam
memberikan pelayanan terhadap dirinya sendiri itu akan di pengaruhi oleh
kebutuhan dasar yang dependen, artinya kebutuhan dasar manusia akan terap porsi
kebutuhanya dalam kondisi apapun seorang klien.
Selain kebutuhan self care juga di pengaruhi self care agency, yaitu
kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhanya sendiri. Hal ini tidak
bersifat dependen, artinya kemampuan ini akan terganggu bila keadaan tubuh si
klien terganggu, misalnya sakit. Bila ini terjadi maka kemampuan diri sendiri
dalam memenuhi kebutuhanya akan berjuang, akibatnya suplai kebutuhan yang
harusnya terpenuhi akan tidak optimal. keadaan seperti ini yang akan menjadi
permasalahan dalam teori ini. Disaat seperti ini maka yang diperlukan adalah
nursing agency, maksudnya disaat self care agency tidak mampu memenuhi
kebutuhanya maka perawat yang bertindak sebagai nursing agency harus mampu
memberikan bantuan pada klien tapi lebih pada sisi self care agency nya.
Maksudnya tidak langsung diberikan pemenuhan kebutuhanya, tapi melalui
optimalisasi kemampuan klien itu sendiri.
Kategori bantuan self care adalah :
1. Wholly CompensatoryBantuan secara keseluruhan bagi klien.
2. Partially CompensatoryBantuan sebagian yang dibutuhkan klien.
3. Supportive EducativeDukungan pendidian kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai