aktivitas.
6. Solitude and Social Interaction ( kesendirian dan interaksi sosial) :
pemeliharaan dalam keseimbangan antara kesendirian dan interaksi sosial.
7. Hazard Prevention (pencegahan risiko) : kebutuhan akan pencegahan risiko
pada kehidupan manusia dalam keadaan sehat.
8. Promotion of Normality.
Kasus:
Tn. J (50 th), didiagnosis DM tipe 2. Dia memiliki riwayat hipertensi dan dia
seorang perokok berat (30 batang per hari). Perawatan yang dapat diberikan
kepada Tn. J berdasarkan model keperawatan Orem adalah:
1. Air (educative/supportif). Perawat harus mampu memberikan informasi
tentang hubungan hipertensi dengan merokok.
2. Water (educative/supportif). Perawat harus mampu meyakinkan adanya
hydration-risk yang cukup dari polydipsia yang memicu hyperglycaemia
(kadar gula yang tinggi dalam darah)
3. Food (partial compensatory). Perawat memberikan diet yan cocok untuk
hipertensi dan diabetes, serta mengontrol gula darah setelah makan.
4. Elimination (educative/supporif). Klien membutuhkan monitoring.
5. Activity and Rest (adecative/ suportif). Perawat menginformasikan pada
pasien tentang kegiatan yang cocok untuk pasien diabetes.
6. Solitude and Social Interaction (partial compensatory). Interaksi social
dengan perawat dapat memberikan perubahan interaksi dan tigkah sosial.
7. Hazard Prevention (partial compensatory). Perawat memberikan pendidikan
pada pasien tentang kelebihan dan kekurangan pengobatan yang akan diambil
oleh pasien.
8. Promote Normality (partial compensatory). Perawat diharapkan dapat
membantu pasien untuk mengembalikan pola hidup pasien, sehingga menjadi
normal kembali.
Kesimpulan
Pada dasarnya semua teori yang ada merupakan sebuah petunjuk praktik
dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia. Antara teori satu dengan teori lain
tidaklah saling bertentangan, melainkan saling berkaitan. Penggunaan teori
keperawatan memungkinkan perbaikan pelayanan keperawatan yang lebih
berkualitas. Keperawatan dalam menghadapi tantangan di masa depan haruslah