Anda di halaman 1dari 91

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 TINJAUAN KEBIJAKAN
A. KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBER
DAYA AIR DALAM UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 2004
Dalam Undang-Undang No. 7/2004 tentang Sumberdaya Air, pengelolaan
sumberdaya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan
mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber
daya air, dan pengendalian daya rusak air. Konservasi sumber daya air meliputi upaya
memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air
agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang.
Pendayagunaan

sumberdaya

air

meliputi

upaya

penatagunaan,

penyediaan,

penggunaan, pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar
berhasil guna dan berdaya guna. Pengendalian daya rusak air meliputi upaya untuk
mencegah, menanggulangi, dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang
disebabkan oleh daya rusak air. Pengelola sumberdaya air adalah institusi yang diberi
wewenang untuk melaksanakan pengelolaan sumber daya air. Sesuai dengan
pengertian ini, didalam pengelolaan sumberdaya air telah dikenalkan terminology
pengusahaan air, yang kemudian dijamin lewat pemberian hak guna usaha air.
Kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air termasuk pada pemanfatan
potensi air baku untuk dikelola dan dimanfaatkan sebagai sumber Air Minum harus
mengacu kepada dasar hukum yang berlaku. Undang-undang No. 7 Tahun 2004
Tentang Sumber Daya Air, didalamnya juga mengatur beberapa hal mengenai
penyediaan air baku. Dalam Pasal 34 Undang-Undang No. 7 Tahun 2004, dinyatakan
bahwa pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai ditujukan untuk
peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan air baku
untuk rumah tangga, pertanian, industri, pariwisata, pertahanan, pertambangan,
ketenagaan, perhubungan, dan untuk berbagai keperluan lainnya. Mengenai
pemenuhan kebutuhan air baku, lebih lanjut dijelaskan dalam pasal 40 Undang-

IV14

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Undang No. 7 Tahun 2004, bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum
rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum.
Pengaturan kewenangan dan tanggungjawab pengelolaan sumber daya air oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada
keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:
wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah
sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.
wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi;
wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota
menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota;
Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan sumber
daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang
kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah
di atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut
termasuk mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan,
penggunaan, dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap
dalam kerangka konservasi dan pengendalian daya rusak air. Pola pengelolaan sumber
daya air merupakan kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau,
dan mengevaluasi kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya
air, dan pengendalian daya rusak air pada setiap wilayah sungai dengan prinsip
keterpaduan antara air permukaan dan air tanah. Pola pengelolaan sumber daya air
disusun secara terkoordinasi di antara instansi yang terkait, berdasarkan asas
kelestarian, asas keseimbangan fungsi sosial, lingkungan hidup, dan ekonomi, asas
kemanfaatan umum, asas keterpaduan dan keserasian, asas keadilan, asas kemandirian,
serta asas transparansi dan akuntabilitas.
Pola pengelolaan sumber daya air tersebut kemudian dijabarkan ke dalam rencana
pengelolaan sumber daya air. Penyusunan pola pengelolaan perlu melibatkan seluasluasnya peran masyarakat dan dunia usaha, baik koperasi, badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah maupun badan usaha swasta. Sejalan dengan prinsip
demokratis, masyarakat tidak hanya diberi peran dalam penyusunan pola pengelolaan
sumber daya air, tetapi berperan pula dalam proses perencanaan, pelaksanaan
konstruksi, operasi dan pemeliharaan, pemantauan, serta pengawasan atas pengelolaan
sumber daya air.

IV14

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


B. PERATURAN

PEMERINTAH

NO.

16

TAHUN

2005

TENTANG

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM


Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan
Air Minum terkait dengan keberlanjutan air baku, terdapat beberapa ayat dalam pasalpasal PP 16/2007 yang secara eksplisit mengungkapkan hal yang dimaksud pertama,
bab 3 pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa perlindungan air baku dilakukan melalui
keterpaduan pengaturan pengembangan SPAM dan Prasarana dan Sarana Sanitasi.
Kedua, pasal 23 ayat (1) Penyelenggaraan pengembangan SPAM harus dilaksanakan
secara terpadu dengan pengembangan Prasarana dan Sarana Sanitasi untuk menjamin
keberlanjutan fungsi penyediaan air minum dan terhindarnya air baku dari pencemaran
air limbah dan sampah. Pasal 38, 39 dan 40 Pemerintah (Pusat, Propinsi dan
Kab/Kota) bertanggung jawab terhadap fasilitasi pemenuhan kebutuhan air baku untuk
kebutuhan pengembangan SPAM.
Sebagai tindak lanjut pasal 40 Undang-Undang No. 7 Tahun 2004, telah berlaku
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM). Dalam Peraturan Pemerintah tersebut, yang dimaksud dengan air baku untuk
air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang dapat
berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang
memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum. Dalam Pasal 5,
Peraturan Pemerintah No 16 Tahun 2005 tersebut, dinyatakan bahwa sistem
penyediaan air minum (SPAM) dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan
dan/atau bukan jaringan perpipaan.
SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit
distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan
perpipaan, dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air
hujan, terminal air, mobil tangki air instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan
mata air. Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Tentang Sistem
Pengembangan Air Minum menyebutkan bahwa sistem penyediaan air minum terdiri
dari unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan.
a.

Unit Air Baku

IV14

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Unit air baku dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunan
pengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem
pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit air
baku, merupakan sarana pengambilan dan/atau penyediaan air baku. Air baku
wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PDAM sebagai perusahaan penyedia jasa pelayanan air minum perpipaan di
Indonesia, tidak terlepas dari akibat krisis kelangkaan air baku dimasa mendatang.
Mayoritas sumber air baku bagi sebagian besar PDAM sangat bergantung dengan
ketersediaan air permukaan; air sungai dan mata air; dan sebagian PDAM yang
mengandalkan sumber air tanahpun, menghadapi kendala keterbatasan sumber air
tanah dalam, beberapa PDAM bahkan terpaksa menutup sebagian sumur dalamnya
karena berkurangnya debit produksi sumur-sumur bor yang ada. Disisi lain
tuntutan masyarakat akan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan air minum
semakin meningkat, seiring dengan pertambahan penduduk dan pola hidup
masyarakat modern. Tuntutan perkembangan kesehatan, kepraktisan dan pengaruh
global telah merubah paradigma penyediaan air bagi masyarakat dan untuk
keperluan lainnya. Semula yang dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat adalah
Air Minum untuk kemudian diolah sendiri atau dimasak sehingga menjadi air yang
layak minum. Dengan makin baiknya pendidikan masyarakat dan akses mereka
terhadap informasi, kesadaran mereka untuk memperoleh layanan yang lebih baik
semakin meningkat. Masyarakat tidak hanya menuntut pelayanan dalam pasokan
air dari aspek kuantitas saja, tetapi juga segi kualitas dan kontinuitas layanan
b.

Unit Produksi

merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk mengolah air baku
menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi, dan/atau biologi. Unit produksi,
dapat terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat
operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan
penampungan air minum.
c.

Unit Distribusi

terdiri dari sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunan penampungan, alat


ukur dan peralatan pemantauan. Unit distribusi wajib memberikan kepastian

IV14

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


kuantitas, kualitas air, dan kontinuitas pengaliran, yang memberikan jaminan
pengaliran 24 jam per hari.
d.

Unit Pelayanan

terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran kebakaran. Untuk
mengukur besaran pelayanan pada sambungan rumah dan hidran umum harus
dipasang alat ukur berupa meter air. Untuk menjamin keakurasiannya, meter air
wajib ditera secara berkala oleh instansi yang berwenang.
e.

Unit Pengelolaan

terdiri dari pengelolaan teknis dan pengelolaan nonteknis. Pengelolaan teknis


terdiri dari kegiatan operasional, pemeliharaan dan pemantauan dari unit air baku,
unit produksi dan unit distribusi. Sedangkan pengelolaan nonteknis terdiri dari
administrasi dan pelayanan.

C.

RPJMD KABUPATEN BULUKUMBA

Dalam menjalankan roda pemerintahan di kabupaten Bulukumba Bupati bersama


SKPD dan jajarannya megusung Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Bulukumba.
Adapun visi Pemerintah Kabupaten Bulukumba yaitu Sejahterakan Masyarakat
Bulukumba dengan Membangun Desa, Menata Kota, melalui Kemandirian Lokal
yang Bernafaskan Keagamaan.
Visi di atas dapat definisikan sebagai berikut:
Membangun Desa, pembangunan yang dilaksanakan pada semua bidang kehidupan
dengan titik berat bidang ekonomi, social, dan budaya. Pemanfaatan potensi
sumberdaya sehingga secara langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Menata Kota, dapat didefinisikan sebagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah
daerah melalui penataan, pemanfaatan, dan pengendalian ruang kota untuk
mewujudkan struktur dan pola ruang kota sebagai pusat permukiman, pemerintahan,
jasa, pelayanan sosial, dan pusat pertumbuhan ekonomi.
Kemandirian Lokal, yaitu kemampuan untuk memanfaatkan potensi sumberdaya
ekonomi, politik, sosial, dan budaya secara optimal yang memerlukan penanganan
secara efisien, efektif, dan berkesinambungan yang bermuara pada pemenuhan
kebutuhan hidup.

IV14

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Bernafaskan Keagamaan, menegaskan bahwa agama sebagai acuam utama dalam
proses aktualisasi nilai-nilai budaya dalam rangka proses adaptasi terhadap dinamika
lingkungan strategis. Proses pembangunan berjalan dengan berlandaskan pada tatanan
keagamaan yang membentuk prilaku manusia religius dengan nilai-nilai spritual dan
tetap melekat pada kehidupan masyarakat.
Misi ini menggambarkan keberadaan dan penetapan tujuan dan sasaran yang tepat
serta menggambarkan keadaan yang ingin diwujudkan. Untuk mewujudkan
pernyataan visi tersebut di atas, kami implementasikan dalam beberapa misi, sebagai
berikut:
a

Berkembangnya kapasitas masyarakat Bulukumba agar mampu meningkatkan


produktivitasnya secara berkesinambungan dan demokratis.

Mendorong serta memfasilitasi tumbuh-kembangnya kelembagaan masyarakat


pada semua bidang kehidupan dengan memberikan perhatian utama kepada
pembangunan perekonomian daerah yang memicu pertumbuhan kesempatan
berusaha dan kesempatan kerja.

Mengembangkan daerah melalui pemanfaatan potensi dan sumberdaya


kabupaten sedemikian rupa, sehingga secara langsung mapun tidak langsung
memberikan kontribusi terhadap pencapaian sasaran pembangunan Provinsi
Sulawesi Selatan, serta berdampak positif terhadap pengembangan kawasan
sekitar.

Peningkatan kualitas pelayanan pemerintahan yang partisipatif, transparan, dan


akuntabel.

Meningkatkan pengamalan nilai-nilai agama dan budaya terhadap segenap


aspek kehidupan kemasyarakatan.

Dari visi dan misi pemeritahan diatas kemudian dirumuskan dalam beberapa
tujuan-tujuan pembangunan dan sasaran yang akan dicapai diantaranya:
Tujuan : Meningkatkan wawasan dan kapasitas manusia;
Sasaran:

Peningkatan kualitas pelayanan pendidikan.

Promosi pendidikan.

Pemberantasan buta aksara.

IV14

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL

Pengembangan budaya baca.

Pelatihan keterampilan.

Peningkatan watak, wawasan, dan identitas.

Olahraga dan kesenian.

Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan.

Perbaikan gizi masyarakat.

Pengembangan sistem jaminan kesehatan masyarakat.

Pengendalian penyakit.

Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan.

Peningkatan layanan perumahan, permukiman, sanitasi, dan Air Minum.

Peningkatan perbaikan kampung dan permukiman.

Tujuan : Mewujudkan desa dan kelurahan mandiri;


Sasaran:

Peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan.

Penguatan kelembagaan Koperasi dan UMKM dan (lembaga ekonomi


lainnya)

Pengembangan Desa Mandiri Pangan.

Mendorong prestasi untuk meraih piala adipura.

Tujuan : Mewujudkan Bulukumba sebagai entitas yang padu;


Sasaran:

Pemantapan identitas Bulukumba.

Perencanaan dan pengendalian penataan ruang.

Peningkatan kualitas sarana dan prasarana daerah.

Peningkatan kualitas lingkungan hidup.

Tujuan : Meningkatkan pertumbuhan ekonomi kabupaten dan kawasan Sekitar;


Sasaran:

Mendorong pertumbuhan sektor unggulan.

Pengembangan Kawasan Produksi Terpadu.

Pelayanan regional.

IV14

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL

Penciptaan iklim kondusif untuk investasi.

Tujuan : Mewujudkan kelembagaan pemerintah yang amanah;


Sasaran:

Peningkatan profesionalisme aparatur pemerintah.

Penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan.

Dari visi, misi dan tujuan yang akan dicapai dalam Rencana Pembangunan jangka
menengah Kabupaten Bulukumba, kaitannya dengan pengelolaan dan pemanfaatan
potensi-potensi sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan Air Minum masyarakat
secara sehat dan berkelanjutan sebagai bagian dari substansi kegiatan Kajian Prospek
Air Minum Kabupaten Bulukumba tertuan dalam Tujuan : Meningkatkan wawasan
dan kapasitas manusia dengan sasaran Peningkatan layanan perumahan, permukiman,
sanitasi, dan Air Minum.

D.

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA


Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bulukumba merupakan
suatu kegiatan perencanaan yang bersifat kompleks dan harus memperhatikan berbagai
aspek yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan tata ruang wilayah
kabupaten. Walaupun secara struktural RTRW Kabupaten merupakan penjabaran dari
RTRW Provinsi namun dalam proses penyusunannya harus memperhatikan prinsip
perencanaan dari bawah ke atas (bottom-up planning), karena masukan dari masyarakat
dan stakeholders lainnya menjadi bagian dari rencana yang dihasilkan. Hal ini secara
eksplisit dikemukakan didalam UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang RTRWN serta Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten.
Tujuan penataan ruang Kabupaten Bulukumba adalah:

Mewujudkan Tata ruang

wilayah Kabupaten Bulukumba yang maju, sejahtera dan mandiri, dalam rangka
memenuhi kebutuhan pembangunan daerah dalam jangka panjang dengan berbasis
agrobisnis, perikanan, pariwisata dan mitigasi bencana yang dilakukan secara terpadu
sehingga dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk
tercapainya kesejahteraan rakyat, yang mampu mewujudkan struktur tata ruang

IV14

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


wilayah dalam bentuk deliniasi kawasan lindung dan kawasan budidaya yang
berwawasan lingkungan yang serasi, selaras, seimbang dan terpadu, didasarkan pada
potensi fisik yang ada, serta rencana tata ruang wilayah (RTRW Nasional, dan RTRW
Propinsi Sulawesi Selatan) yang telah ada.
Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRW kabupaten
Bulukumba juga menetapkan Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan
arah tindakan yang harus ditetapkan untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah
kabupaten.
Strategi penataan ruang wilayah kabupaten merupakan penjabaran kebijakan penataan
ruang wilayah kabupaten ke dalam langkah-langkah operasional untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
1. Strategi Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan
Strategi pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan di Kabupaten
Bulukumba melalui tindakan :

Pengukuran dan sertifikasi tanah untuk lokasi pembangunan dan pengelolaan


di seluruh wilayah kecamatan.

Peningkatan sarana dan prasarana dasar ekonomi dan sosial perkotaan dan
perdesaan;

Pengembangan dan peningkatan infrastruktur dan suprastruktur kawasan


perkotaan dan perdesaan.

Pembinaan lembaga-lembaga sosial-ekonomi masyarakat dalam rangka ikut


berpartisipasi dalam pengelolaan dan pembangunan perkotaan dan perdesaan.

Perencanaan dan pengembangan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP), ebagai


pusat pertumbuhan baru yang ada disekitar desa tersebut. DPP dapat terdiri
dari satu desa atau beberapa desa yang diharapkan dipacu untuk
dikembangkan sebagai counter magnet baru bagi wilayah sekitarnya.

2. Strategi Peningkatan Kualitas Dan Jangkauan Pelayanan Jaringan Prasarana


Pengembangan sistem perhubungan diupayakan untuk menciptakan sisten jaringan,
sistem pergerakan, sistem kegiatan dan sistem kelembagaan dalam suatu kerangka
sistem dinamis transportasi makro dan mikro secara optimal. Upaya yang harus
dipertimbangkan adalah:

IV14

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL

Peningkatan kualitas dan kuantitas sistem jaringan jalan transportasi darat,


sehingga dapat mengakomodasikan pergerakan barang dan manusia dapat
lebih efisien dengan tingkat pelayanan yang lebih baik.

Pembangunan dan pengembangan jaringan jalan darat yang menghubungkan


antara SWP dan Kawasan Strategis di Kabupaten Bulukumba

Penataan trayek angkutan darat terutama transportasi dalam kota, antra kota
dan desa sehingga tercipta sistem pergerakan yang optimal.

Pembangunan sarana dan prasarana perhubungan untuk memecahkan


masalah keterisolan antar wilayah perdesaan.

Meningkatkan asesibilitas internal dan eksternal dalam kaitan dengan


kemudahan ekspor hasil produksi dan impor kebutuhan primer dan sekunder.

Pengembangan jaringan jalan pada kota-kota yang sudah berkembang secara


periodik dengan tetap konsisten pada standar teknik.

Pengembangan dan peningkatan fungsi pelabuhan Bira dan Lappae


pelabuhan rakyat lainnya yang tidak diusahakan dan pelabuhan pengumpulan
lainnya.

Evaluasi kelayakan dan kesinambungan terminal regional darat saat ini,


hubungannya dengan tingkat kemudahan pergerakan barang dan manusia
dalam sistem kegiatan masyarakat kota dan antar wilayah belakangnya.

3. Strategi Pengembangan Infrastruktur


Strategi ini dilakukan untuk mempercepat perkembangan sektor-sektor unggulan
Kabupaten Bulukumba yaitu sektor perkebunan, pertanian, agrobisnis, pariwisata,
perikanan dan perdagangan. Strategi yang direncanakan adalah sebagai berikut :

Pengembangan infrastruktur yang mendukung produktivitas sektor unggulan


dengan pembangunan dan peningkatan jaringan transportasi poros utama
Utara Selatan (Bulukumba Sinjai - Watampone Belopa Palopo,
Masamba Malili serta jalur timur barat yaitu poros Takalar Jeneponto
Bantaeng Bulukumba).

Meningkatkan dan mengembangkan fungsi pelayanan terminal regional dan


sub regional Kabupaten Bulukumba yang berlokasi diwilayah-wilayah
pertumbuhan.

Pengembangan dan peningkatan Pelabuhan Bulukumba (Bira dan Leppae).

IV14

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Pengembangan dan pemeliharaan jaringan irigasi, embung dan bendung.
Pengembangan dermaga dan fasilitas perikanan nusantara terpadu
(TPI/PPI), pengembangan hasil-hasil perkebunan, kopi, cengkeh, coklat,
hasil-hasil perikanan darat dan laut.
Pengembangan sarana dan prasarana kepariwisataan jasa pemasaran dan
perdagangan, pasar dan pertokoan, fasilitas perbankan dan lembaga
ekonomi lainnya, perhotelan, restoran dan rumah- makan dan objekobjek wisata potensial seperti wisata alam taman hutan raya Bontobahari
dan unggulan pembuatan perahu phinisi di Bontobahari, Ammatoa
wisata budaya di Kajang Pengembangan kawasan permukiman pada
pusat-pusat pelayanan utama ibukota kecamatan, pembangunan fasilitas
umum, sosial dan ekonomi. Pengembangan ini perlu diantisipasi untuk
mencegah dampak yang negatif terhadap aspek sosial ekonomi dan
lingkungan karena tuntutan kebutuhan perumahan yang meningkat
dengan pesat.
Pengembangan jaringan energi dan pembangkit lisrik. Penambahan daya
dan sambungan listrik kerumah penduduk dan kegiatan pelayanan dan
industri.
Pelayanan pembangkit energi untuk desa-desa yang tidak terjangkau
jaringan listrik. Pengembangan jaringan/sistem telekomunikasi baik
untuk kepentingan pemerintah, swasta, dunia usaha maupun masyarakat.
Pengadaan

dan

peningkatan

kualitas

dan

kuantitas

hubungan

telekomunikasi pada sentra-sentra produktif Kabupaten Bulukumba.


Pengembangan jaringan sumber daya air sehingga saat ini masih ada sisa
cadangan air yang belum dimanfaatkan dari satuan wilayah sungai
Jeneberang (05-17) yang melalui Kabupaten Bulukumba (32 sungai).
Peningkatan dan pemeliharaan sumber Air Minum PDAM Kabupaten
Bulukumba IPA Barraba, IPA Bontonyeleng di ibukota Bulukumba.
Pengembangan dan pembangunan jaringan Air Minum untuk keperluan
air minum terutama untuk desa-desa yang tidak punya sumber air baku.
Pengendalian dan normalisasi sungai terutama sungai Bialo, Bijawang,
Balantieng yang menyebabkan banjir. Konservasi dan perlindungan DAS

IV14

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


daerah hulu, pengendalian abrasi dan erosi pantai Kabupaten
Bulukumba.
Peningkatan dan pembangunan fasilitas kesehatan lingkungan kawasan
perumahan, pemerintahan, perdagangan pelayanan umum dalam jal
sistem persampahan seperti TPA, air limbah dan drainase.
Peningkatan management dan armada sistem persampahan terutama
dikota-kota.
Peningkatan dan pemeliharaan sarana pendidikan, kesehatan dan sarana
umum.

IV14

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Gambar 4.1. Rencana Struktur Tata Ruang Kab. Bulukumba

IV14

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Gambar 4.2. Rencana Pola Ruang Kab. Bulukumba

IV14

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


4.2 TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA
A. TINJAUAN WILAYAH
1. Letak Geografis, Administrasi, Dan Kondisi Fisik
Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Propinsi Sulawesi
Selatan, terkenal dengan industri perahu phinisi yang banyak memberikan nilai tambah
ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Kabupaten Bulukumba terdiri dari
10 kecamatan yaitu Kecamatan Ujungbulu (Ibukota Kabupaten), Gantarang, Kindang,
Rilau Ale, Bulukumpa, Ujung Loe, Bontobahari, Bontotiro, Kajang dan Herlang. Luas
wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari Kota
Makassar sekitar 153 Km. Kabupaten Bulukumba terletak antara 0520 -0540 LS
dan 11958 - 12028 BT yang terdiri dari 10 Kecamatan dengan batas-batas yakni :

Sebelah Utara berbatasan Kabupaten Sinjai;


Sebelah Timur berbatasan Teluk Bone dan Pulau Selayar;
Sebelah Selatan berbatasan Laut Flores;
Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Bantaeng.

Kabupaten Bulukumba memiliki 108 Desa, 28 Kelurahan, dengan jumlah lingkungan


sebanyak 188, pembagian wilayah Kabupaten Bulukumba berdasarkan kecamatan dan
Desa diuraikan pada tabel berikut.
Tabel 4.1. Banyaknya Desa, Kelurahan, Lingkungan, Dusun, RW/RK
Dan RT Menurut Kecamatan

Sumbsumber Bulukumba Dalam Angka Tahun 2013

IV22

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Gambar 4.3.

Peta Administrasi Kabupaten Bulukumba

IV22

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


2.

Topografi Wilayah

Dalam faktor pembentukan tanah dibedakan menjadi dua golongan yaitu, faktor
pembentukan tanah secara pasif dan aktif. Faktor pembentukan tanah secara pasif
adalah bagian-bagian yang menjadi sumber massa dan keadaan yang mempengaruhi
massa yang meliputi bahan induk, tofografi dan waktu atau umur. Sedangkan faktor
pembentukan tanah secara aktif ialah faktor yang menghasilkan energi yang bekerja
pada massa tanah, yaitu iklim, (hidrofer dan atmosfer) dan makhkluk hidup (biosfer).
Topografi (relief) adalah bentuk permukaan suatu satuan lahan yang dikelompokkan
atau ditentukan berdasarkan perbedaan ketinggian (amplitudo) dari permukaan bumi
(bidang datar) suatu bentuk bentang lahan (landform). Sedang Topografi secara
kualitatif adalah bentuk bentang lahan (landform) dan secara kuantitatif dinyatakan
dalam satuan kelas lereng (% atau derajat), arah lerang, panjang lereng bentuk lereng.
Topografi alam dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah
datar kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi
miring mepergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum
tanah. Sebaliknya genangan air didataran, dalam waktu lama atau sepanjang tahun,
pengaruh ilklim nibsi tidak begitu nampak dalam perkembangan tanah. Didaerah
beriklim humid tropika dengan bahan induk tuff vulkanik, pada tanah yang datar
membentuk tanah jenis latosol berwarna coklat, sedangkan di lereng pegunungan akan
terbentuk latosol merah. Didaerah semi arid (agak kering) dengan bahan induk naval
pada topografi datar akan membentuk tanah jenis grumosol, kelabu, sedangkan
dilereng pegunungan terbentuk tanah jenis grumosol berwarna kuning coklat. Di lereng
pegunungan yang curam akan terbentuk tanah dangkal. Adanya pengaliran air
menyebabkan tertimbunnya garam-garam di kaki lereng, sehingga di kaki gunung
berapi di daerah sub humid terbentuk tanah berwarna kecoklat-coklatan yang bersifat
seperti grumosol, baik secara fisik maupun kimianya. Di lereng cekung seringkali
bergabung membentuk cekungan pengendapan yang mampu menampung air dan
bahan-bahan tertentu sehingga terbentuk tanah rawang atau merawang.
Topografi mempengaruhi Proses Pembentukan Tanah dengan 4 (empat) Cara :
1. Jumlah air hujan yang dapat meresap atau disimpan oleh massa tanah
2. Kedalaman air tanah
3. Besarnya erosi yang dapat terjadi
IV22

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


4. Arah pergerakan air yang membawa bahan-bahan terlarut dari tempat yang
tinggi ke tempat yang renda
Keadaan Topografi wilayah Kabupaten Bulukumba meliputi:

Daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0 s/d 25 meter di atas


permukaan laut meliputi tujuh kecamatan pesisir, memiliki kemiringan < 5%
dengan identifikasi wilayah meliputi: Kecamatan Gantarang, Kecamatan
Ujungbulu, Kecamatan Ujung Loe, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan
Bontotiro, Kecamatan Kajang dan Kecamatan Herlang. Penggunaan lahan

umumnya adalah permukiman, tegalan, dan tambak


Daerah bergelombang dengan ketinggian antara 25 s/d 500 meter dari
permukaan laut, meliputi bagian dari Kecamatan Gantarang, Kecamatan
Kindang, Kecamatan Bontobahari, Kecamatan Bontotiro, Kecamatan Kajang,

Kecamatan Herlang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale.


Daerah perbukitan di Kabupaten Bulukumba terbentang mulai dari Barat ke
utara dengan ketinggian di atas 500 meter dari permukaan laut meliputi bagian
dari Kecamatan Kindang, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Rilau Ale.
Penggunaan

lahan

umumnya

adalah

hutan,

Tegalan/Perkebunan

dan

permukiman.
Wilayah Kabupaten Bulukumba lebih didominasi dengan keadaan topografi dataran
rendah sampai bergelombang. Luas dataran rendah sampai bergelombang dan dataran
tinggi hampir berimbang, yaitu jika dataran rendah sampai bergelombang mencapai
sekitar 50,28% maka dataran tinggi mencapai 49,72%. Penggunaan lahan umumnya
adalah permukiman, Perkebunan, dan Pertanian Tanaman Pangan, hutan dan
Penggunaan campuran
3.

Jenis tanah

Tanah di Kabupaten Bulukumba didominasi jenis tanah latosol dan mediteran. Secara
spesifik terdiri atas tanah alluvial hidromorf coklat kelabu dengan bahan induk
endapan liat pasir terdapat dipesisir pantai dan sebagian di daratan bagian utara.
Sedangkan tanah regosol dan mediteran terdapat pada daerah-daerah bergelombang
sampai berbukit di wilayah bagian barat.

4.

Kondisi Geologi
IV22

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Untuk pembahasan lebih lanjut tentang kondisi geologi wilayah Kabupaten
Bulukumba, perlu dipahami lebih awal tentang Geologi itu sendiri. Geologi adalah
suatu bidang ilmu pengetahuan kebumian yang mempelajari segala sesuatu mengenai
planit bumi beserta isinya yang pernah ada. Merupakan kelompok ilmu yang
membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan yang membentuk bumi, struktur, prosesproses yang bekerja baik didalam maupun ditas permukaan bumi, kedudukannya
dialam semesta serta sejarah perkembanganya sejak bumi ini lahir di alam semesta
hingga sekarang. Ilmu geologi dispesifikasikan menjadi geologi fisik dan geologi
dinamis. Geologi fisik mengkhususkan mempelajari sifat-sifat fisik dari bumi, seperti
susunan dan komposisi dari pada bahan-bahan yang membentuk bumi, hidrosfir,
atmosfir, litosfir, serta proses-proses yang bekerja diatas permukaan bumi yang dipicu
oleh energi matahari dan tarikan gayaberat bumi. Sedangkan geologi dinamis
merupakan bagian ilmu geologi yang membahas tentang sifat-sifat dinamika bumi,
seperti gerak-gerak tektonik ataupun proses pengendapanDjauhari Noor.
Secara umum wilayah kabupaten Bulukumba ini tersusun oleh batuan-batuan
Aglomerat, breksi, breksi laharik, Denudasional Pada Satuan Napal Formasi Camba
dan Batuan Gunungapi Lompobattang. Fluviovulkanik, karst dan pasir. Adapun
penyebaran masing-masing jenis batuan dalam wilayah Kabupaten Bulukumba sebagai
berikut:
Satuan Aglomerat Gunungapi Lompo Battang, Penyebaran pada bagian Barat
Laut Kabupaten Bulukumba, berada dalam wilayah Kecamatan Kindang, terletak
pada ketinggian 870 - 2300 meter dpal, secara umum kemiringan lereng > 15 %.
Secara genetik satuan bentuk lahan ini merupakan bentuklahan asal vulkanik
dengan material penyusunannya adalah Satuan Aglomerat. Penggunaan lahan
umumnya adalah hutan dan di beberapa tempat telah mengalami perubahan
fungsi sebagai tegalan/kebun.
Satuan Breksi Gunungapi Lompo Battang, Penyebaran pada bagian Barat Laut
dengan letak di bawah Lereng Atas Satuan Aglomerat yang melampar dengan
arah Barat Daya Timur Laut di wilayah Kecamatan Kindang, Rilau Ale (Barat
laut), dan Bulukumpa, terletak pada ketinggian 518 - 870 meter dpal, kemiringan
lereng > 10 %. Secara genetic satuan bentuk lahan ini merupakan bentuk lahan
asal vulkanik oleh proses laharik dengan material penyusunannya adalah Satuan

IV22

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Breksi Laharik. Penggunaan lahan umumnya adalah kebun, sawah, hutan, dan
permukiman.
Satuan Breksi Gunungapi Lompo Battang, Penyebaran pada bagian tengah
Kabupaten Bulukumba, meliputi Kecamatan Gantaran (bagian atas), Kindang
(bagian bawah), Rilau Ale (bagian atas), dan Bulukumpa, terletak pada
ketinggian 220 - 518 meter dpal, kemiringan lereng secara umum 3 23 % dan >
30 pada tebing sungai dan sekitarnya. Secara genetik satuan bentuk lahan ini
merupakan bentuk lahan asal vulkanik oleh proses laharik dengan material
penyusunnya adalah Satuan Breksi Laharik. Penggunaan lahan umumnya adalah
kebun, sawah, hutan, dan permukiman.
Pada Satuan Breksi laharik Gunungapi Lompo Battang, Penyebaran pada bagian
Barat Daya Kabupaten Bulukumba, meliputi Kecamatan Rilau Ale, Gantaran,
Ujung Loe dan Ujung Bulu, terletak pada ketinggian 75 220 meter dpal,
kemiringan lereng 3 15 %. Secara genetik satuan bentuk lahan ini merupakan
bentuk lahan asal vulkanik oleh proses laharik, material penyusunannya adalah
Satuan Breksi Laharik. Penggunaan lahan umumnya adalah kebun, sawah, hutan,
dan permukiman.
Topografi Datar Berombak Fluviovulkanik Gunungapi Lompo Battang,
Penyebaran pada bagian Barat Daya Kabupaten Bulukumba, meliputi Kecamatan
Gantaran dan Ujung Bulu, terletak pada ketinggian 2 - 75 meter dpal, kemiringan
lereng 0 7 %. Secara genetik satuan bentuk lahan ini merupakan bentuk lahan
asal fluvial, material penyusunannya adalah Satuan Pasir produk Gunungapi
Lompo Battang. Penggunaan lahan umumnya adalah sawah, kebun, dan
permukiman.
Perbukitan Bergelombang Denudasional Pada Satuan Napal, Penyebaran pada
bagian Timur Kabupaten Bulukumba, terletak pada ketinggian 0 - 109 meter
dpal, kemiringan lereng 5 30 %. Secara genetik satuan bentuk lahan ini
merupakan bentuk lahan asal denudasional, material/batuan penyusunannya
adalah Satuan Napal. Penggunaan lahan umumnya adalah kebun, tegalan,
permukiman, dan sawah.
Bukit Bergelombang Karst, Penyebaran pada bagian Tenggara Kabupaten
Bulukumba, meliputi Kecamatan Bontobahari dan Bontotiro, terletak pada
ketinggian 0 - 267 meter dpal, kemiringan lereng 3 15 %. Secara genetik satuan
bentuk lahan ini merupakan bentuk lahan asal pelarutan (solusional),

IV22

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


material/batuan penyusunannya adalah Satuan Batugamping. Penggunaan lahan
umumnya adalah tegalan, kebun, semak, sawah, hutan, dan permukiman.
Bukit Intrusi/Ekstrusi Pada Satuan Andesit, Penyebaran di dua tempat, yaitu
diperbatasan kecamatan Kajang dengan bulukumpa, sebagai bukit terisolir yang
dikelilingi dataran bergelombang pada area perkebunan karet, tersusun oleh
material batuan beku intrusi andesit. Sedangkan batuan beku ekstrusi, dijumpai
dijumpai sebagai bukit, yakni bukit Bangkengbuki di Kacamatan gantaran,
tersusun oleh lava andesit, basalt, aglomerat, lapili, breksi piroklastik dan welded
tuff, sebagai bukit yang dikelilingi oleh dataran persawahan. Penggunaan lahan
pada umumnya adalah sebagai kebunan.
Beting Pantai, Penyebaran pada bagian Selatan sepanjang pantai Kabupaten
Bulukumba, meliputi Kecamatan Ujung Bulu dan sebagian Bontobahari, terletak
pada ketinggian 0 2 meter dpal, kemiringan lereng < 5 %. Secara genetik satuan
bentuk lahan ini merupakan bentuk lahan asal marin. Material penyusunannya
adalah pasir lepas. Penggunaan lahan umumnya adalah permukiman, tegalan, dan
tambak.

IV22

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Gambar 4.4. Peta Geologi Kabupaten Bulukumba

IV22

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


5.

Kondisi Klimatologi

Iklim disusun oleh unsur-unsur yang sama dengan penyusunan cuaca. Untuk mencari
harga rata-rata ini tergantung pada keadaan dan kebutuhan. Hanya perlu diketahui
untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan iklim harus berdasarkan pada harga
normal. Yaitu haraga rata-rata selama sepuluh tahun, angka tiga puluh tahun
merupakan persetujuan internasional. Menurut Mohr sistem Koppen kurang berlaku di
Indonesia, karena mengenai hujan Mohr mengemukakan batasa-batasan baru untuk
menunjukkan adanya kekuatan periode kering terhadap tanah dan gambaran curah
hujan. Tiga derajat kebasahan bulan menurut Mohr ialah bulan basah, bulan lembab,
dan bulan kering (Wisnusubroto, 1986).
Keadaan Iklim di wilayah Kabupaten Bulukumba dikategorikan sebagai wilayah
beriklim lembab yang cenderung basah, hal ini dipengaruhi oleh keadaan iklim dalam
wilayah gunung Lompo Battang dan Gunung Bawakaraeng yang beriklim basah.
Kabupaten Bulukumba mempunyai suhu rata-rata berkisar antara 23,82 C 27,68 C.
Suhu pada kisaran ini sangat cocok untuk pertanian tanaman pangan dan tanaman
perkebunan. Berdasarkan analisis Smith Ferguson (tipe iklim diukur menurut bulan
basah dan bulan kering) maka klasifikasi iklim di Kabupaten Bulukumba termasuk
iklim lembap atau agak basah.
Kabupaten Bulukumba berada di sektor timur, musim gadu antara Oktober Maret dan
musim rendengan antara April September. Terdapat 8 buah stasiun penakar hujan
yang tersebar di beberapa kecamatan, yakni: stasiun Bettu, stasiun Bontonyeleng,
stasiun Kajang, stasiun Batukaropa, stasiun Tanah Kongkong, stasiun Bontobahari,
stasiun Bulobulo dan stasiun Herlang.
Daerah dengan curah hujan tertinggi terdapat pada wilayah barat laut dan timur
sedangkan pada daerah tengah memiliki curah hujan sedang sedangkan pada bagian
selatan curah hujannya rendah.
Hujan adalah nama yang diberikan untuk semua curahan cair yang bukan gerimis. Titik
hujan terkecil bergaris tengah 0,5 mm. ukuran tebesar mengalami perbatasan alami.
Titik yang bergaris tengah > 0,5mm tidak mantap dan terpecah menjadi titik kecil
ketika jatuh. Dalam awan yang mengalami gerakan ke atas melebihi kecepatan itu,

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


tidak ada titik yang dapat jatuh ke tanah. Hujan curah yang terdiri dar hujan dengan
perubahan intensitas yang cepat serta permulaan dan akhir yang tiba-tiba jatuh dari
awan bergolak. Hujan dikatakan kecil jika jatuh dengan kecepatan kurang dari
0,5mm/jam, hujan dari 0,5-44 mm/jam, hujan lebat lebih dari 44 mm/jam (Neiburger,
1982)
Wilayah Kabupaten Bulukumba yang diklasifikasikan sebagai wilayah yang beriklim
basah, memiliki Curah hujan sebagai berikut:

Curah hujan antara 800 1000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Ujungbulu,

sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian besar Bontobahari.


Curah hujan antara 1000 1500 mm/tahun, meliputi sebagian Gantarang,

sebagian Ujung Loe dan sebagian Bontotiro.


Curah hujan antara 1500 2000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Gantarang, sebagian
Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang, sebagian Bulukumpa, sebagian

Bontotiro, sebagian Herlang dan Kecamatan Kajang.


Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan Rilau
Ale, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Herlang.

Tabel 4.2. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kabupaten Bulukumba Setiap Bulannya
Sumber: Bulukumba Dalam Angka, 2013

B.

POTENSI SUMBER DAYA AIR


1.

Potensi Air Permukaan

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Air permukaan merupakan air yang terdapat atau mengalir di permukaan tanah, seperti
mata air, sungai, danau dan laut. Air permukaan merupakan air yang bersal dari sungai
sehingga suatu kawasan sungai memiliki potensi yang cukup potensial yang sampai
saat ini belum termanfaatkan secara optimal baik oleh pemerintah maupun pihak swasta
serta masyarakat. Adapun potensi air permukaan yang termasuk dalam wilayah
Kabupaten Bulukumba yakni:
Potensi Sungai
Air permukaan yang ada di lokasi perencanaan dan sekitarnya berasal dari atmosfir
(Air Hujan) yang mengalir dipermukaan (run-off) membentuk alur-alur kecil
menuju ke laut (selat Makassar). Pada saat musim kemarau alur-alur air tersebut
kering dan tidak ditemukan adanya sungai. Kondisi ini juga terkandung musim
karena pada saat musim Kemarau kanal ini kering.
Sungai di kabupaten Bulukumba ada 32 aliran yang terdiri dari sungai besar dan
sungai kecil. Sungai-sungai ini mencapai panjang 603,50 km dan yang terpanjang
adalah sungai Sangkala yakni 65,30 km, sedangkan yang terpendek adalah sungai
Biroro yakni 1,50 km
Sungai merupakan salah satu air permukaan yang merupakan salah satu sumber air
yang besar di wilayah Kabupaten Bulukumba. Besarnya potensi sumber daya air
sungai dalam arahan Tata ruang Kabupaten Bulukumba terdapat 32 wilayah daerah
aliran sungai, akan tetapi potensi sungai belum di maksimalkan dengan baik,
sebagian IPA yang ada memanfaatkan sumber daya air sungai seperti anak sungai.
Embung
Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro di lahan pertanian
(small farm reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di
musim hujan. Air yang ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber
irigasi suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi
(high added value crops) di musim kemarau atau di saat curah hujan makin jarang.
Embung merupakan salah satu teknik pemanenan air (water harvesting) yang
sangat sesuai di segala jenis agroekosistem. Di lahan rawa namanya pond yang
berfungsi sebagai tempat penampungan air drainase saat kelebihan air di musim
hujan dan sebagai sumber air irigasi pada musim kemarau. Sementara pada
ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas dan distribusi hujan yang
tidak merata, embung dapat digunakan untuk menahan kelebihan air dan menjadi

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


sumber air irigasi pada musim kemarau. Secara operasional sebenarnya embung
berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin kontinuitas ketersediaan pasokan
air untuk keperluan tanaman ataupun ternak di musim kemarau dan penghujan.
Pada beberapa kondisi di daerah yang rentang terhadap krisis air minum,
keberadaan embung atau tendon air dapat difungsikan sebagai sumebr air baku
alternative apabila sungai atau sumber air baku lainnya mengalami kekeringan. Di
Kabupaten Bulukumba terdapat beberapa embung yang dimanfaatkan untuk
membantu irigasi pertanian di daerah tersebut, berikut nama dan lokasi embung
yang ada di Kabupaten Bulukumba:
1. Embung di Desa Mattirowalie, Kecamatan Kindang,
2. Embung di Desa Tamaona, Kecamatan Kindang
3. Embung di Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang,
4. Embung di Desa Gattareng, Kecamatan Gantarang,
5. Embung di Kelurahan Mariorennu, Kecamatan Gantarang,
6. Embung di Desa Benteng Gantarang, Kecamatan Gantarang,
7. Embung di Desa Tambangan, Kecamatan Kajang,
8. Embung di Desa Bonto Baji, Kecamatan Kajang,
9. Embung di Desa Sangkala, Kecamatan Kajang,
10.Embung di Desa Gunturu, Kecamatan Herlang,
11. Embung di Desa Bonto Tangnga, Kecamatan Bonto Tiro.
12.Embung di desa Garuntungan kec. Kindang
13.Embung di desa kambuno kec. Bulukumpa
14.Embung di desa Bont bulaeng kec. Bulukumpa.

Danau

Danau di Kabupaten Bulukumba terdapat di Kecamatan Kindang yaitu di desa


Kahaya, dengan luas 2,284 Hektar. Air danau Kahaya bersumber dari mata air
dengan debit > 50 liter/detik yang berada disisi barat danau dan juga terdapat
rembesanrembesar mengalir disekitarnya
2.

Kwalitas Air Permukaan

Kualitas air ditentukan oleh konsentrasi bahan kimia yang terlarut dalam air.
Permasalahan kualitas air dapat ditimbulkan oleh proses alamiah maupun akibat ulah
manusia. Misalnya, pencemaran air akibat limbah industri, rumah tangga, pertanian,
buangan minyak, dan tingginya kadar muatan tersuspensi karena erosi. Kualitas air

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


untuk kebutuhan hidup harus memenuhi kesehatan, khususnya untuk air minum.
Syarat-syarat air untuk air minum, yaitu harus jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan
tidak ada kandungan zat organik yang menimbukan penyakit. Pengambilan air sungai
langsung untuk air minum berbahaya. Air sungai untuk keperluan air minum harus
diolah dulu lewat pembersihan dan penyaringan yang dilakukan oleh PAM (Perusahaan
Air Minum).
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu tentang kondisi hidrologi wilayah Kabupaten
Bulukumba yang diperoleh dari survey data sekunder Untuk mengetahui kualitas air
permukaan yang bersumber dari mata air di wilayah Kabupaten Bulukumba, yang
menggunakan 7 sampel yang diambil dari beberapa mataair pada sungai yang
representatif. Hasil uji laboratorium dalam penelitian tersebut dilakukan kesebandingan
parameter dengan mengacu pada Per.MenKes. RI NO.907/2002, tentang baku mutu Air
Minum sehingga diketahui kelayakan untuk air minum. Adapun hasil penelitian
tersebut dalam tabel dibawah:
Tabel 4.3. Kualitas Air Sungai dalam Wilayah Kabupaten Bulukumba

Dari Hasil uji tersebut hasil uji tersebut dibuat kesimpulan tentang kualitas air
permukaan di wilayah kabupaten Bulukumba sebagai berikut:

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL

Keadaan Fisik Air Permukaan, yang bersumber dari mataair sungai di wilayah
Bulukumba pada umumnya masih memperlihatkan kondisi fisik yang jernih,
tidak berbau, dan tidak berasa. Temperatur air secara umum berkisar antara 23o

sampai 25o.
Kualitas kimia air permukaan yang bersumber dari mataair ditentukan oleh
kandungan unsur-unsur kimia yang terlarut di dalamnya.
- Dari sisi keasamannya pada umumnya termasuk tawar,
- pH berkisar antara 6.5 hingga 8.5.
- Kandungan TDS (Total Dissolved Solid) atau jumlah zat padat terlarut
diketahui paling kecil 0.02 mg/l dan tertinggi 1.4 mg/l , dengan
demikian masih termasuk dalam klasifikasi air tawar (fresh water)
karena masih mengandung TDS kurang dari 20 mg/liter.
- Kandungan Ca (Kalsium), untuk sampel CA7 kosong, sedangkan yang
lain ditemukan mengandung Ca, paling kecil 1,6 mg/l (pada CA5),
tertinggi 48 mg/l (pada sampel CA6).
- Kesadahan (CaCO3), terkecil 1,0 mg/l (pada CA7) dan terbesar 13.6
mg/l (pada CA6), semua sampel masih di bawah batas ambang (500
mg/l).
- Magnesium (Mg), dari sampel yang diuji semuanya mengandung Mg.
Terkecil adalah 1,4 mg/l (pada sampael CA4) dan terbesar 89,6 mg/l
(pada sampel CA1). Seharusnya kualitas untuk Air Minum kandungan
mg = 0.
- Natrium (Na), kesemua sampel mengandung Na, dari yang terkecil 4,9
mg/l (pada sampel CA5) dan terbesar 24,31 mg/l (pada sampel CA6).
Kesemua sampel masih berada jauh di bawah batas ambang (200 mg/l).
- Kalium (K), seharus untuk kualitas Air Minum tidak mengandung K,
ternyata semua sampel mengandung K , terkecil 2,7 mg/l (pada sampel
CA5), tertinggi 8 mg/l (pada CA1).
- Nitrat (N) dan Amonium (NH) untuk semua sampel yang diambil
adalah kosong (kandungannya=0), sudah sesuai dengan persyaratan
untuk air minum.
- Besi (Fe), semua sampel mengandung Fe, terkecil adalah 0,05 mg/l
(pada CA1) dan tertinggi 0,25 mg/l (pada CA7). Batas ambang
kandungan Fe adalah 0,3 mg/l.
- Nitrit sebagai N, semua sampel yang diuji tidak mengandung Nitrit,
nilai batas ambangnya adalah 3 mg/l.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


- Klorida (Cll), semua sampel air yang diuji memperlihatkan adanya kandungan Cl,
terkecil 14,2 mg/l (pada contoh CA3) dan terbesar 35,3 mg/l (pada sampel CA1),
batas ambang kandungan Cl untuk kualitas air minum adalah 219,5 mg/l.
- Sulfat (SO2), pada sampel CA5 tidak mengandung Sulfat, sedangkan sampel yang
lain ditemukan kandungan Sulfat. Terkecil 4,5 mg/l (pada sampel CA7) dan
terbesar 36,5 mg/l (pada sampel CA6). Namun demikian semua sampel masih
jauh di bawah batas ambang (batas ambang SO2= 250 mg/l).
- Tembaga (Cu), nilai batas ambang untuk Cu= 2 mg/l. Hasil pengujian sampel air
adalah semuanya mengandung Cu, terkecil 0.02 mg/l (CA1) dan terbesar 0,05
mg/l (pada sampel CA4). Semuanya masih di bawah batas ambang ( batas ambang
Cu=2 mg/l).
- Timbal (Pb), hanya satu sampel yang mengandung Pb melebihi batas ambang
yaitu 0,02 mg/l (pada sampel CA1, batas ambang Pb = 0,01 mg/l)), yang lain tidak
ditemukan kandungan Pb.
- Zeng (Zn), hasil pengujian semua sampel air tidak memperlihatkan adanya Zn.
Mengacu pada peraturan Menteri Kesehatan RI bahwa batas ambang kandungan
Zn untuk air minum adalah 3 mg/l.
Berdasar kandungan mikrobiologinya, kebanyakan contoh air yang dianalisis
mengandung bakteri koli tinja. Koli tinja adalah salah satu jenis bakteri koli
yang dapat menyebabkan penyakit muntaber. Bakteri ini biasanya terdapat di
dalam kotoran manusia ataupun dalam kotoran hewan. Hal ini secara biologi air
tanah tidak memenuhi standar kesehatan. Untuk air minum yang sehat,
kandungan bakteri koli harus nol. Oleh karena itu air sumur di Bulukumba tidak
dapat langsung diminum.
Dari uraian tersebut diatas, maka kadar Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan bakteri
koli melebihi batas ambang. Oleh karena itu air di Kabupaten Bulukumba tidak dapat
langsung diminum, melainkan harus dimasak (didihkan) terlebih dahulu. Pada air yang
dididihkan, maka bakteri koli akan mati. Disamping itu Kalsium akan menjadi kerak
sehingga dapat memperkecil kandungan Ca pada air tersebut.
3.

Potensi Air Tanah

Air tanah mengandung dua pengertian. Pertama air tanah yang terkandung dalam tanah
hingga batas kedalaman perakaran pada umumnya tanaman atau pada solum tanah dan
disebut sebagi kandungan lengas tanah atau soil moisture. Kedua, air tanah di bawah
permukaan bumi pada kedalaman lebih dari yang tersebut di atas, dan disebut sebagai
ground water. Biasa juga disebut sebagai air aquifer. Wilayah Kabupaten Bulukumba

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


merupakan daerah yang dilalui oleh beberapa sungai anak sungai yang turut
mempengaruhi kondisi air permukaan. Kebutuhan air minum di daerah ini sebagian
besar diperoleh dari sumur - sumur permukaan dan mata air untuk wilayah pulau
Bulukumba dan sebatik dengan kedalaman antara 10 -12 meter yang kondisinya baik.
4.

Potensi Mata Air

Sumber mata air yang terdapat di wilayah studi mempunyai potensi yang berbeda dan
penyebaran tidak sama. Kapasitas sumber mata air sangat tergantung dari kondisi
hidrologi, iklim, daerah tangkapan, vegetasi, dan struktur geologi. Penyebaran sumber
mata air yang ada di masing-masing Kabupaten Bulukumba tidak merata dan sebagian
lagi potensi sumbernya kecil. Pemanfaatan sumber mata air eksisting pada umumnya
untuk penyediaan Air Minum dan juga digunakan untuk air irigasi.
Hampir sebagian besar elevasi sumber mata air berada jauh di bawah dan aliran mata
air menyatu dengan aliran permukaan sungai. Kondisi daerah aliran sungai (DAS)
dengan vegetasi yang baik dan masih berfungsi sebagai daerah resapan maka aliran
yang terjadi adalah aliran kontinyu pada sungai. Aliran mata air pada musim kemarau
pada kondisi ini sebagai aliran dasar (base flow).
Mata air ; dengan debit sangat besar (>50 liter/detik) hingga sedang (25 50 liter/
detik) terletak ke arah hulu Sungai Bialo dan Sungai Anyorang, mata air tersebut
dikontrol oleh ruang antar butir dari satuan breksi dan / atau kekar / rekahan pada
batuan beku. Sedangkan pada kawasan karst mata air keluar dari sungai bawah tanah
(vauclues) di Kelurahan Sapolohe, Kelurahan Tanah Beru, Desa Ara, Desa Lambana
dan Desa Bira, Kecamatan Bontobahari.
Mata air dengan debit sedang (25 50 liter/detik) hingga sangat kecil (<5 liter/detik)
menyebar di bagian barat laut Kecamatan Gantaran, Kindang, Rilau Ale, dan
Bulukumpa yang dikontrol oleh ruang antar butir dari satuan breksi Gunungapi
Lompobattang/atau kekar / rekahan pada batuan beku; demikian juga Kecamatan
Kajang dan Herlang yang dikontrol oleh kontak batupasir tufaan dengan tufa pasiran;
sedangkan di kawasan karst menyebar di Kecamatan Bontobahari dan Bontotiro yang
dikontrol oleh sungai bawah tanah.
Tabel 4.4. Lokasi Mata Air Berdasarkan Klasifikasi Debit
Kategori Mata Air
Mata Air Debit Besar

Debit
>50

Lokasi
-

Hulu Sungai Bialo dan

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


-

Sungai Anyorang.
Kelurahan Sapolohe,
Kelurahan Tanah Beru, Desa

Liter/detik

Ara, Desa Lambana dan


Desa Bira, Kecamatan
-

Bontobahari
Kecamatan Gantaran,
Kindang, Rilau Ale, dan

Mata

Air

Sedang

Debit

25

50

Liter/detik

Bulukumpa.
Kecamatan Kajang dan

Herlang,
Kecamatan Bontobahari dan
Bontotiro

Sumber: Bulukumba Dalam Angka 2013 dan Analisis Tim

5.

Potensi Air Hujan (Alternatif)

Dahulu masyarakat dalam perkembangan dan peradaban selain mata air dan air sungai,
air hujan juga merupakan salah satu alternatif sumber air yang dapat dimanfaatkan
sebagai besar masyarakat di Indonesia khususnya di Kabupaten Bulukumba. Akan
tetapi seiring dengan kamjuan zaman maka alternatif air hujan sudah mulai
ditinggalkan. Kondisi alam yang tidak menentu menjadikan air hujan menjadi air
alternatif jika sumber air lainnya berkurang, mengingat kondisi alam indonesia yang
tergantung air hujan.
Adapun potensi air hujan, secara umum relatif biasa, kecuali di wilayah daratan
Bulukumba yang mengalami relatif sedang. Potensi tersebut sejalan dengan tinggi
rendahnya potensi curah hujan wilayah di setiap kabupaten. Berdasarkan analisis peta
distribusi curah hujan pada bagian terdahulu, diketahui bahwa jumlah curah hujan yang
jatuh di atas daratan Kabupaten Bulukumba adalah sebesar 146,16 mm3 per tahun,
Jumlah tersebut merupakan hasil perkalian rata-rata curah hujan tahunan wilayah
dikalikan dengan luas wilayah. Data curah hujan yang didapat dari beberapa stasiun
penakar hujan merupakan curah hujan di suatu titik. Curah hujan yang digunakan untuk
analisis dengan metode rata-rata. Data curah hujan di Kabupaten Bulukumba
ditunjukkan pada table berikut.
Tabel 4.5. Curah Hujan dan Banyaknya Hari Hujan Di Kabupaten Bulukumba
Bulan
Januari
Februari

Jumlah Hujan

Curah Hujan (mm)

(Hari)
13
15

170
192

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember

17
13
15
10
13
6
2
5
7
13

223
139
262
138
212
32
20
44
85
237

Sumber: Bulukumba Dalam Angka Tahun 2013

C. ASPEK KEPENDUDUKAN
1.

Distribusi Penduduk, Kepadatan dan Banyaknya Rumah Tangga

Penduduk Kabupaten Bulukumba pada tahun 2013 tercatat sebanyak 398.531 jiwa
yang terdiri dari laki-laki 188.597 jiwa dan perempuan 212.393 jiwa. Penduduk
tersebut tersebar diseluruh desa/kelurahan dalam wilayah Kabupaten Bulukumba
dengan kepadatan 347 jiwa/km2. Kecamatan terpadat adalah Kecamatan Ujung Bulu
yaitu 3.381 jiwa/km2 dan yang terjarang penduduknya adalah Kecamatan Kindang
sekitar 202 jiwa/km2. Pada tahun 2013 berdasarkan hasil pengolahan data dari Biro
Pusat Statistik Kabupaten Bulukumba jumlah penduduk yang tercatat sebanyak
386.239 jiwa Penduduk Kabupaten Bulukumba yang terdiri dari laki-laki 183.737
jiwa dan perempuan 202.502 jiwa.
Tabel 4.6.Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL

Sumber: Bulukumba Dalam Angka Tahun 2013

2.

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dimana kecamatan tertinggi laki-laki


Kecamatan Gantarang 34.426 jiwa, Kecamatan Ujung Bulu 23.456 jiwa. Sedangkan
jenis kelamin perempuan ditribusi tertinggi berada di Kecamatan Gantarang 37.757
jiwa, Kecamatan Bulukumba 26.980 jiwa. Perkembangan ditribusi jenis kelamin yang
yang terendah laki-laki Kecamatan Bontotiro 10.108 jiwa untuk perempuan di
Kecamatan Bontotiro 13.038 jiwa. Adapun sex ratio tertinggi terdapat di Kecamatan
Kindung 94 dan terendah Kecamatan Bontotiro
Tabel 4.7 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Sumber:
Bulukumba
Dalam Angka Tahun 2013

D. ASPEK PRASARANA
1. Jaringan Jalan
Jalan merupakan prasarana pengangkutan darat yang penting untuk memperlancar
kegiatan perekonomian. Tersedianya jalan yang berkualitas akan meningkatkan usaha

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


dalam pembangunan khususnya dalam upaya memudahkan mobilisasi penduduk dan
memperlancar lalu lintas barang antar daerah.
Panjang jalan di kabupaten Bulukumba pada tahun 2013 mencapai 979,9 kilometer.
Panjang jalan yang berada di bawah wewenang negara ada 88,1 kilometer dan
kabupaten 67,8 kilometer jalan pranopinsi dan selebihnya 823,9 kilometer. Pada
tahun tersebut ternyata jalan yang diaspal sebesar 79,11%, kerikil 14, 14 %, dan
6,76% untuk lainnya dari total panjang jalan yang ada,

Tabel 4.8 Panjang Jalan 5 Tahun Terakhir

Sumber: Bulukumba Dalam Angka Tahun 2013

2. Jaringan Listrik

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Sebagian besar kebutuhan lisrtik di Kabupaten Bulukumba dipenuhui oleh PT. PLN
(persero). Pada tahun 2013 daya terpasang di Kabupaten Bulukumba sebesar
67.598.300 KWH. Sementara itu listrik tahun 2013 diperkirkan sebesar 92.878.072
KWh.

Tabel 4.9 Kondisi Jaringan Listrik Terpasang dan Produksi PT. PLN

Sumber: Bulukumba Dalam Angka Tahun 2013

E. ASPEK PEREKONOMIAN
1.

Keuangan Dan Perekonomian Daerah

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Berdasarkan RPJMD Kabupaten Bulukumba, perekonomian Kabupaten Bulukumba
telah menunjukkan peningkatan walaupun perkembangannya belum optimal.
Berbagai program yang telah dilaksanakan mampu memberiakan hasil yang cukup
baik, hal ini ditandai dengan pertumbuhan PDRB (ekonomi) Kabupaten Bulukumba.
Adapun Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bulukumba 20102015 diprediksikan bertumbuh pada kisaran di atas 6 - 7 persen per tahun selama
tahun ke depan. Bila melihat perhitungan PDRB Kabupaten Bulukumba, selain dapat
diketahui peranan masing-masing lapangan usaha terhadap total PDRB Kabupaten
Bulukumba. Pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dari sisi penawaran melalui
peningkatan sektor keuangan, sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor bangunan dan
konstruksi, sektor perdagangan, sektor listrik, gas dan Air Minum, dan sektor
pertambangan dan penggalian.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi diprediksikan bersumber dari
peningkatan investasi pemerintah khususnya di bidang infrastruktur, pembentukan
modal domestik bruto, dan konsumsi masyarakat. Dengan pembangunan infrastruktur
daerah khususnya sektor sanitasi yang semakin membaik diharapkan akan memberi
efek multiplier bagi kegiatan perekonomian di masa mendatang kurun waktu 20072010 menunjukkan kenaikan yang signifikan, dengan rata-rata kenaikan mencapai
139,7 %.
2.

Pengelolaan Belanja Daerah

Belanja daerah disusun berdasarkan perkiraan beban pengeluaran daerah yang


dialokasikan secara adil dan merata, agar relatif dapat dinikmati oleh masyarakat,
khususnya dalam pemberian pelayanan umum, oleh karena itu sebagai salah satu
instrumen penting dalam mewujudkan visi misi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, olehnya itu tentu saja kebijakan yang terkait dengan pengelolaan belanja
daerah diarahkan pada upaya pemenuhan pelaksanaan kebijakan strategis dan
program-program prioritas yang menunjang pencapaian visi, misi dan sasaran
pembangunan yang telah ditetapkan.
3.

Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung diarahkan pada upaya pemenuhan belanja pegawai, belanja
bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, belanja bantuan Keuangan kepada
Provinsi/ Kabupaten/Kota dan emerintah Desa dan belanja tidak terduga. Rata-rata

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


pertumbuhan realisasi belanja tidak langsung kurun waktu 2007-2013, menunjukkan
kenaikan yang cukup signifikan yakni 16,01 persen.
4.

Belanja Langsung

Komposisi belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa
dan belanja modal yaitu belanja yang diperuntukkan bagi pelaksanaan programprogram pembangunan dan mencerminkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi
SKPD lingkup pemerintah Kabupaten Bulukumba. Tabel 3.2 diatas menunjukkan
rata-rata pertumbuhan realisasi belanja langsung dari 2007 s/d 2013 mengalami
pertumbuhan yang negative dengan rincian untuk belanja pegawai dengan rata-rata
pertumbuhan realisasi 6,94 persen, untuk belanja barang dan jasa dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 7,07 persen sedangkan pada belanja modal turun rata-rata 8,52
persen.
5.

Pengelolaan Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah merupakan seluruh penerimaan yang berasal dari daerah itu
sendiri dan alokasi dari pemerintah pusat sebagai hak pemerintah daerah yang tidak
perlu dibayar kembali oleh daerah.
6.

Pendapatan Asli Daerah.

Salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang
terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Dalam kurun waktu 2007-2010, PAD
mengalami kenaikan rata-rata 4,64 persen per tahun dan mengalami peningkatan
sangat signifikan tahun 2013 yang mencapai 30.3 %. Retribusi daerah masih
merupakan penyumbang terbesar terhadap PAD dengan kontribusi yang mencapai
rata-rata 49,75 persen selama periode 2007-2013 dan bertumbuh rata-rata 17,62
persen per tahun.
7.

Dana Perimbangan

Pendapatan daerah yang berasal dari Dana Perimbangan sangat tergantung dari
kebijakan pemerintah pusat. Dalam kurun waktu 2007-2010 konstribusi penerimaan
dana perimbangan terhadap penerimaan daerah selama lima tahun terakhir rat-rat
mencapai99,44%. Dengan konstribusi yang demikian besarnya penerimaan dari Dana
Perimbangan dalam rangka membiayai pengeluaran-pengeluaran daerah setiap
tahunnya.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


4.3 POTENSI SUMBERDAYA AIR DAN EKSISTING PENYEDIAAN
AIR MINUM
A. POTENSI AIR BAKU
Pemanfaatan sumber air baku baik oleh

PDAM, dan SPAM yang dikelola oleh

masyarakat dan pemerintahan Desa/kelurahan ataupun sumber air yang dimanfaatkan


secara berkelompok oleh masyarakat di wilayah Kabupaten Bulukumba terdiri atas
beberapa sumber. Untuk PDAM mengandalkan ketersediaan air permukaan; air sungai
dan mata air;
B. POTENSI AIR PERMUKAAN
Air permukaan tanah yang merupakan potensi sumber daya air dalam wilayah
Kabupaten Bulukumba, meliputi: sungai, danau, mata air dan rawa-rawa,
keterdapatan dan penyebaran air permukaan sangat tergantung pada iklim, bentuk
medan/relief, jenis dan sifat fisik batuan dan tanah, penggunaan lahan, dan struktur
geologinya.
Adapun potensi air permukaan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten
Bulukumba yakni:
a. Potensi Sungai
Sungai merupakan salah satu potensi sumber daya air permukaan yang cukup besar
peluangnya untuk dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk memenuhi
kebutuhan air bersih masyarakat. Akan tetapi potensi sungai belum di maksimalkan
secara optimal sebagai sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih
masyarakat,. Berdasarkan hasil survey dan informasi dari data sekunder yang
diperoleh untuk sumber air baku IPA PDAM kabupaten Bulukumba baru 2 (dua)
sungai yang dimanfaatakan sebagai sumber air baku yaitu Sungai Bialo dan sungai
Anyoran. Sebagian besar memanfaatkan mata air yang tersebar dibeberapa lokasi
di Kabupaten Bulukumba sebagai sumber air baku.
Dalam wilayah Kabupaten Bulukumba teridentifikasi 32 sungai yang mengalir di
dalamnya (lihat tabel 5.1) diantaranya terdapat 4 sungai besar yang memiliki
potensi sumber daya air yang cukup melimpah dan belum optimal penggunaannya,
baik sebagai sumber air baku, air untuk kebutuhan pertanian, ataupun untuk
kegiatan pariwisata. Sungai-sungai tersebut antara lain: sungai Sungai Bialo,
Binjawang, Balantiyeng dan Anyorang. Sungai-sungai tersebut berair dan mengalir

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


sepanjang tahun, sehingga termasuk tipe yang disebut sebagai sungai
normal/permanent/perenial.

Sedangkan

cabang-cabangnya

yang

merupakan

sungai-sungai kecil umumnya berair dan mengalir ditentukan oleh musim


penghujan disebut tipe sungai periodis/intermitten, pada saat musim penghujan
debit airnya besar sedangkan pada musim kemarau debitnya kecil hingga kering.
Akumulasi panjang sungai yang ada dalam wilayah Kabupaten Bulukumba
mencapai 650,30 Km, terdiri dari sungai besar dan sungai kecil. Sungai terpanjang
adalah sungai Sangkala yakni 65,30 km, sedangkan yang terpendek adalah sungai
Biroro yakni 1,50 km. Tabel berikut memberikan informasi tentang nama dan
jumlah sungai yang terdapat di wilayah Kabupaten Bulukumba.
Pemanfaatan air sungai sebagai salah satu sumber daya air yang cukup melimpah di
wilayah Kabupaten Bulukumba lebih dominan digunakan untuk mendukung
kegiatan sektor pertanian tanaman pangan dan perikanan. Baik untuk mendukung
irigasi-irigasi untuk persawahan ataupun untuk budi daya perikanan. Pemanfaatan
air sungai untuk irigasi banyak disinergikan dengan ketersediaan embung atau
tendon air sebagai reservoir untuk menyimpang cadangan air sebelum dialirkan ke
saluran-saluran irigasi yang tersedia.
b. Embung
Embung adalah bangunan konstruksi sipil di bidang hidrologi yang berfungsi untuk
menampung kelebihan air pada saat debit tinggi dan melepaskannya pada saat
dibutuhkan. Konsep Embung atau Waduk pada dasarnya memberikan solusi yang
berfungsi sebagai cadangan air yang artinya pada musim penghujan air ditampung
di dalam embung atau waduk, dan pada saat musim kemarau air yang berada dalam
reservoir dapat digunakan sesuai
Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro di lahan pertanian
(small farm reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di
musim hujan. Air yang ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber
irigasi suplementer untuk budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi
(high added value crops) di musim kemarau atau di saat curah hujan makin jarang.
Embung merupakan salah satu teknik pemanenan air (water harvesting) yang
sangat sesuai di segala jenis agroekosistem. Di lahan rawa namanya pond yang
berfungsi sebagai tempat penampungan air drainase saat kelebihan air di musim

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


hujan dan sebagai sumber air irigasi pada musim kemarau. Sementara pada
ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas dan distribusi hujan yang
tidak merata, embung dapat digunakan untuk menahan kelebihan air dan menjadi
sumber air irigasi pada musim kemarau. Secara operasional sebenarnya embung
berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin kontinuitas ketersediaan pasokan
air untuk keperluan tanaman ataupun ternak di musim kemarau dan penghujan.
Pada beberapa kondisi di daerah yang rentang terhadap krisis air minum,
keberadaan embung atau tendon air dapat difungsikan sebagai sumber air baku
alternative apabila sungai atau sumber air baku lainnya mengalami kekeringan.
Di Kabupaten Bulukumba terdapat beberapa embung yang dimanfaatkan untuk
membantu irigasi pertanian di daerah tersebut, diantaranya:
Embung di Desa Mattirowalie, Kecamatan Kindang,
Embung di Desa Tamaona, Kecamatan Kindang
Embung di Desa Bukit Harapan, Kecamatan Gantarang,
Embung di Desa Gattareng, Kecamatan Gantarang,
Embung di Kelurahan Mariorennu, Kecamatan Gantarang,
Embung di Desa Benteng Gantarang, Kecamatan Gantarang,
Embung di Desa Tambangan, Kecamatan Kajang,
Embung di Desa Bonto Baji, Kecamatan Kajang,
Embung di Desa Sangkala, Kecamatan Kajang,
Embung di Desa Gunturu, Kecamatan Herlang,
Embung di Desa Bonto Tangnga, Kecamatan Bonto Tiro.
Embung di desa Garuntungan kec. Kindang
Embung di desa kambuno kec. Bulukumpa
Embung di desa Bont bulaeng kec. Bulukumpa.
Meskipun jumlahnya masih terbatas dan cakupan layanannya masih bersifat lokal
atau setempat-setempat, keberadaan embung embung tersebut sebagai salah satu
prasarana keairan memiliki fungsi yang cukup penting dalam menjaga kontinutas
kegiatan usaha pertanian di daerah sekitarnya. Kebutuhan Embung atau waduk
kecil berfungsi sebagai bangunan penampung air baku untuk melayani satu atau

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


beberapa dusun dalam satu desa. Embung sangat efektif untuk mengatasi daerah
kekurangan air, baik air baku maupun air irigasi. Kedepannya pemanfaatan atau
fungsi embung di Kabupaten Bulukumba bukan hanya untuk mendukung kegiatan
sektor pertanian saja tetapi dapat berfungsi sebagai sumber air baku untuk
mendukung sistem penyediaan air bersih bagi masyarakat setempat apabila
sumber-sumber air baku yang selama ini dimanfaatkan sudah tidak mampu lagi
melayani kebutuhan air bersih yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan
penduduk dan aktivitas sosial ekonominya.
Sebagai bagian dari pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya air sesuai dengan
tiga pilar utama yang diamanatkan oleh Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air melakukan konservasi sumber
daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air, tujuan
pembangunan Embung adalah untuk membuat suatu sistem penyediaan air baku
guna mensuplai air untuk kebutuhan sebagian penduduk desa dan untuk keperluan
irigasi
c. Danau
Danau di Kabupaten
Bulukumba terdapat di
Kecamatan

Kindang

yaitu di desa Kahaya,


dengan

luas

2,284

Hektar.

Air

danau

Kahaya bersumber dari


mata air dengan debit
Gambar 5.1. Visual Danau Kahaya Kabupaten Bulukumba

> 50 liter/detik yang

berada disisi barat danau dan juga terdapat rembesan rembesan mengalir
disekitarnya. Danau Kahaya terletak di Lereng Gunung Kahaya yang memiliki
panorama alam yang eksotis, sehingga dapat dikembangkan sebagai objek wisata
alam di Kabupaten Bulukumba. Namum keberadaan danau Kahaya dan sekitarnya,
terancam oleh kegiatan pembukaan lahan dan penebangan liar yang marak terjadi
dalam beberapa tahun ini. Luasan danau Kahaya terus menyusut oleh sedimentasi
lahan dan Debit airnya yang terus berukurang karena hilangnya fungsi resapan air

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


wilayah di sekitarnya. Pemerintah Daerah perlu melalukan langkah konservasi
sumber daya air dan rehabilitasi hutan untuk menjaga eksistensi danau Kahaya dan
daerah sekitarnya.
C.

POTENSI MATA AIR

Sumber mata air yang terdapat di wilayah studi mempunyai potensi yang berbeda dan
penyebaran tidak sama. Kapasitas sumber mata air sangat tergantung dari kondisi
hidrologi, iklim, daerah tangkapan, vegetasi, dan struktur geologi. Penyebaran sumber
mata air yang ada di masing-masing Kabupaten Bulukumba tidak merata dan sebagian
lagi potensi sumbernya kecil. Pemanfaatan sumber mata air eksisting pada umumnya
untuk penyediaan air bersih dan juga digunakan untuk air irigasi.
Hampir sebagian besar elevasi sumber mata air berada jauh di bawah dan aliran mata
air menyatu dengan aliran permukaan sungai. Kondisi daerah aliran sungai (DAS)
dengan vegetasi yang baik dan masih berfungsi sebagai daerah resapan maka aliran
yang terjadi adalah aliran kontinyu pada sungai. Aliran mata air pada musim kemarau
pada kondisi ini sebagai aliran dasar (base flow).
Keberadaan mata air yang potensial dikelola dan dimanfaatkan sebagai sumber air
baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat di Kabupaten Bulukumba
tersebar di 4 (empat) Kecamatan. Yaitu di Kecamatan Bonto Tiro, Bonto Bahari,
Bulukumpa dan Herlang. Sebanyak 16 lokasi mata air yang tersebar di 4 (empat)
wilayah kecamatan tersebut, telah digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air
bersih, air irigasi dan juga sebagai objek wisata tirta. Terdapat 2 lokasi mata air yang
digunakan atau dikelola oleh PDAM Kabupaten Bulukumba sebagai sumber air baku
yaitu mata air Serre dan Hila-Hila. Secara lengkap tentang potensi mata air di
Kabupaten Bulukumba diuraikan dalam tabel berikut:

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Tabel 4.10 Lokasi Mata Air yang Terdapat di Kabupaten Bulukumba

Terdapat 2 (dua) lokasi mata air yang memiliki debit yang cukup tinggi yaitu Mata air
Lotong-Lotong dengan debit 500 (l/dtk) dan mata air Hila-Hila dengan debit 461 )
L/dtk).
Dilihat dari potensi mata air yang telah digunakan dengan kapasitas atau debit yang
cukup tinggi, dengan dukungan tersebut untuk mensuplay air baku guna memenuhi
kebutuhan air bersih masyarakat cukup tersedia. Kendala sekarang yang dihadapi
adalah, keterbatasan dalam menyiapkan sarana produksi dan jaringan distribusi ke

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


permukiman-permukiman masyarakat. Disamping kemampuan kelembagaan PDAM
dalam pengelolaan dan pelayanan air bersih penduduk Kabupaten Bulukumba juga
belum mampu menjangkau semua pusat-pusat permukiman baik di kawasan perkotaan
kecamatan ataupun pada pusat-pusat pertumubuhan yang ada di wilayah Kabupaten
Bulukumba.
Keberadaan mata air di wilayah lainnya selain 4 (empat ) kecamatan tersebut juga ada,
hal ini terlihat dari beberapa kelompok permukiman warga yang memanfaatkan mata
air-mata air yang ada di kawasan perdesaan khususnya di daerah pegunungan seperti di
wilayah Kecamatan Gantarang, Kindang dan Kajang.
Bersarkan potensi debit air yang teridentifikasi, keberadaan mata air dalam wilayah
Kabupaten Bulukumba, sesuai data yang diperoleh dikelompokkan dalam 2 (dua)
kelompok yaitu Mata air ; dengan debit sangat besar (>50 liter/detik) hingga sedang (25
50 liter/ detik) terletak ke arah hulu Sungai Bialo dan Sungai Anyorang, mata air
tersebut dikontrol oleh ruang antar butir dari satuan breksi dan / atau kekar / rekahan
pada batuan beku. Sedangkan pada kawasan karst mata air keluar dari sungai bawah
tanah (vauclues) di Kelurahan Sapolohe, Kelurahan Tanah Beru, Desa Ara, Desa
Lambana dan Desa Bira, Kecamatan Bontobahari.
Mata air dengan debit sedang (25 50 liter/detik) hingga sangat kecil (<5 liter/detik)
menyebar di bagian barat laut Kecamatan Gantaran, Kindang, Rilau Ale, dan
Bulukumpa yang dikontrol oleh ruang antar butir dari satuan breksi Gunungapi
Lompobattang/atau kekar / rekahan pada batuan beku; demikian juga Kecamatan
Kajang dan Herlang yang dikontrol oleh kontak batupasir tufaan dengan tufa pasiran;
sedangkan di kawasan karst menyebar di Kecamatan Bontobahari dan Bontotiro yang
dikontrol oleh sungai bawah tanah.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


D. POTENSI AIR TANAH
Air tanah mengandung dua pengertian. Pertama air tanah yang terkandung dalam tanah
hingga batas kedalaman perakaran pada umumnya tanaman atau pada solum tanah dan
disebut sebagi kandungan lengas tanah atau soil moisture. Kedua, air tanah di bawah
permukaan bumi pada kedalaman lebih dari yang tersebut di atas, dan disebut sebagai
ground water. Biasa juga disebut sebagai air aquifer. Secara umum dikenal 2 (dua) jenis
air tanah berdasarkan letak atau kedalaman air yang terdapat di dalam tanah yaitu air
tanah dangkal dan air tanah dalam..
Berdasarkan sumber airnya Air tanah berasal dari air hujan, laut, atau magma. Air tanah
yang berasal dari air hujan (air meteorit) disebut air vados atau air tua. Air ini
mengandung air berat (H3) atau tritium. Tritium ialah suatu unsur yang terbentuk pada
atmosfer dan terdapat di dalam tanah karena turunbersama-sama dengan air hujan. Air
tanah yang berasal dari laut juga terdapat di daerah pantai dan kemungkinan air tanah
ini asin. Air tanah yang berasal dari magma disebut air juvenil. Air juvenil belum
mengalami siklus hidrologi. Air ini merupakan air baru yang ditambahkan pada zone
kejenuhan dari kulit bumi yang dalam. Air yang berasal dari magma itu belum tentu
berbentuk air, tetapi dapat berbentuk hidrogen (H) dan oksigen (O2). Gambar sketsa
memberikan gambaran tentang skema jenis dan letak air tanah.

a.

Gambar 4.5. Skema Lapisan Air Tanah

a.

Air Tanah Dangkal

Air tanah adalah air yang berada pada lapisan di bawah permukaan tanah. Kedalaman
air tanah di tiap tempat tidak sama karena dipengaruhi oleh tebal atau tipisnya lapisan
permukaan di atasnya dan kedudukan lapisan air tanah tersebut. Kedalaman air dapat

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


dilihat dari sumur-sumur yang digali oleh penduduk. Permukaan bagian atas air itu
lebih preatik.
Penyebaran air tanah dangkal atau air yang berada pada kedalaman 8-60 meter dibawah
permukaan tanah. Berdasarkan hasil penelitian dan data Hidrologi dari Bappeda
Kabupaten Bulukumba, dalam wilayah Kabupaten Bulukumba terdapat tiga kelompok
atau kategori jenis air tanah dangkal. Adapun lokasi dan sebarannya di tabulasikan
sebagai berikut:
Tabel 5.13. Potensi Lokasi Air Tanah Dangkal di Wilayah Kabupaten Bulukumba

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Potensi air tanah dangkal yang terdapat dan tersebar diwilayah semua kecamatan yang
ada di Kabupaten Bulukumba, dapat diperkuat dengan pemanfaatan sumur gali dan
sumur bor oleh rumah tangga baik secara indivu ataupun secara berkelompok yang
dominan digunakan sebagai sumber air bersih penduduk.
b.

Air Tanah Dalam

Air tanah dalam, yaitu air tanah yang berada di bawah lapisan air tanah dangkal, dan
berada di antara lapisan kedap air. Air ini merupakan akuifer bawah, banyak
dimanfaatkan sebagai sumber air minum penduduk kota, untuk industri, perhotelan, dan
sebagainya.Berdasarkan

hasil Studi terdahulu tentang keadaan hidologi kabupaten

Bulukumba dikemukakan bahwa Keberadaan air tanah dalam di wilayah Kabupaten


Bulukumba yaitu pada kedalaman 60 175 meter dari permukaan tanah. Umumnya
penyebaran kedalamannya membentuk suatu pola dari 2 (dua) sesar yang Nampak
mengindikasikan adanya suatu sesar atau patahan berarah baratlaut tenggara di daerah
Gantarangkindang dan patahan satunya di Kecamatan Bulukumpa terus ke Ujungloe
sampai akhirnya ke Bontobahari, dengan arah barat laut tenggara. Sedang di daerah
Kajang dan Herlang pola closure setempat-setempat yang dibentuk oleh batuan
sediment klastik batupasir, yang mengidentifikasikan perbedaan batuan dengan yang
dibagian baratnya (Volkanik). Kedalaman akuifer air tanah dalam dibagi lagi menjadi 3
(tiga) zona kedalaman, yaitu : 1). Akuifer air tanah dalam kedalaman dangkal ( 60 100
meter ), 2). Akuifer air tanah dalam kedalaman sedang ( 100 135 meter ), 3). Akuifer
air tanah dalam kedalamam dalam ( lebih dari 135 meter). Sebaran potensi air tanah
dalam diwilayah Kabupaten Bulukumba dalam tabel berikut:
Tabel 4.14. Potensi Lokasi Air Tanah Dalam di Wilayah Kabupaten Bulukumba

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Secara umum potensi air tanah dalam pada lapisan lapisan akuifer sangat baik terdiri
dari batuan pasir dengan porositas cukup besar dan baik untuk dibor. semakin tebal
lapisan akuifer airtanah maka makin banyak kandungan airtanahnya (makin besar
debitnya). Secara umum ketebalan akuifer ini membentuk suatu pola tutupan atau
closure yang menipis di utara dan menebal kearah tengah, Umumnya Kecamatan
Bulukumpa akuifernya cukup tebal, dan Kecamatan Kajang bagian barat, sedang di
Kecamatan Gantarang dan Kecamatan Kindang akan menebal kearah selatan. Demikian
juga di Kecamatan Ujungloe, karena supply airtanah cukup banyak disamping dapat
digunakan sebagai sumber air bersih juga dapat digunakan untuk mendukung sektor
lainnya seperti pertanaian dan perkebunan dan sektor produksi lainnya yang
membutuhkan air baku yang cukup sebagai salah satu sarana atau pendukung
produksinya
Dengan berpijak pada satu asumsi awal bahwa semakin tebal akuifernya semakin
banyak kandungan airtanahnya. Penebalan lapisan akuifer umumnya meliputi luasan 65
% seluruh wilayah Kabupaten Bulukumpa, ini artinya bahwa sebagian besar
wilayahnya memiliki kandungan atau potensi airtanah dalamnya yang cukup besar.
E. Air Hujan
Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi, sebagian masuk ke dalam
tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, yang sebagian besar masuk ke sungai dan
akhirnya bermuara di laut. Air hujan yang jatuh ke bumi tersebut menjadi sumber air
bagi makhluk hidup.
Wilayah Kabupaten Bulukumba yang diklasifikasikan sebagai wilayah yang beriklim
basah, memiliki Curah hujan sebagai berikut:

Curah hujan antara 800 1000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Ujungbulu,

sebagian Gantarang, sebagian Ujung Loe dan sebagian besar Bontobahari.


Curah hujan antara 1000 1500 mm/tahun, meliputi sebagian Gantarang,

sebagian Ujung Loe dan sebagian Bontotiro.


Curah hujan antara 1500 2000 mm/tahun, meliputi Kecamatan Gantarang,
sebagian Rilau Ale, sebagian Ujung Loe, sebagian Kindang, sebagian

Bulukumpa, sebagian Bontotiro, sebagian Herlang dan Kecamatan Kajang.


Curah hujan di atas 2000 mm/tahun meliputi Kecamatan Kindang, Kecamatan
Rilau Ale, Kecamatan Bulukumpa dan Kecamatan Herlang.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Dengan curah hujan 8.000 2.000 mm/tahun tersebut dapat menjadi sumber air
bersih, tetapi sering menimbulkan banjir pada musim penghujan, karena air hujan tidak
dapat meresap ke tanah seiring dengan menurunnya daerah resapan.
Di sisi lain dengan pertumbuhan jumlah penduduk, maka kebutuhan air bersih
meningkat, diperkirakan pemanfaatan air tanah untuk memenuhi kebutuhan penduduk
sebesar 100 liter/ hari/orang.
Pemanfaatan air tanah yang berlebihan akan menimbulkan dampak negatif antara lain:
intrusi air laut, penurunan muka air tanah, amblesan tanah (land subsidence) yang
menyebabkan genangan banjir dimusim penghujan. Sementara itu alih fungsi lahan
pada daerah resapan akan menurunkan resapan air hujan, sehingga terganggunya
ketersedian air bersih.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka perlu

dipertahankan

kesetimbangan melalui proses pengambilan dan pengisian air hujan (presipitasi dan
infiltrasi) dengan meresapkan ke dalam pori-pori/rongga tanah atau batuan, serta
dilakukan upaya konservasi air.
Prinsip dasar konservasi air adalah mencegah atau meminimalkan air yang hilang
sebagai aliran permukaan dan menyimpannya semaksimal mungkin ke dalam tubuh
bumi. Atas dasar prinsip ini maka curah hujan yang berlebihan pada musim hujan tidak
dibiarkan mengalir ke laut tetapi ditampung dalam suatu wadah yang memungkinkan
air kembali meresap ke dalam tanah (groundwater recharge) melalui pemanfaatan air
hujan dengan cara membuat kolam pengumpul air hujan, sumur resapan dangkal,
sumur resapan dalam dan lubang resapan biopori. Pemanfaatan air hujan dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain curah hujan, nilai kelulusan batuan (konduktivitas
hidrolik), luas tutupan bangunan, muka air tanah, dan lapisan akuifer. Agar dapat
terimplementasikan pada masyarakat atau pengelola bangunan maka diperlukan tata
cara pemanfaatan air hujan.
F. Air Karst
Berdasarkan tinjauan dan pendataan sumber air di lapangan, diketahui bahwa
keberadaan sumber-sumber tersebut relatif menyebar dan sebagian telah dieksploitasi
baik oleh instansi maupun secara perorangan. Daerah Karst yang memiliki potensi air
diwilayah Kabupaten Bulukumba meliputi: daerah karst kecamatan Bontobahari dan
kecamatan Bonto Tiro. Daerah Karst Kecamatan Bontobahari-Bontotiro memiliki
karakteristik yang cukup berbeda dengan daerah karst pada umumnya. Bentuk lahan

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


karst seperti perbukitan kerucutan dan depresi-depresi (seperti dolin dan uvala) tidak
berkembang dengan baik, hanya dijumpai dalam skala kecil, bentuk lahan lebih
cenderung bukit bergelombang dengan permukaan kasar dan berbatu, serta pada
umumnya tandus. Namun demikian, sebagaimana daerah karst pada umumnya, seperti
yang telah dijelaskan dalam bab bentuk lahan, pada daerah ini sering dijumpai lapies,
rongga-rongga bawah tanah baik berupa gua horizontal maupun gua vertical
Di Daerah Karst Kecamatan Bontobahari-Bontotiro dapat dijumpai beberapa sumur
alam dan hasil galian masyarakat hingga kedalaman 15-20 meter. Umumnya pada
sumur-sumur tersebut dijumpai aliran-aliran kecil berupa rembesan yang keluar dari
celah-celah batu (di beberapa tempat berupa kolam). Berdasarkan informasi masyarakat
setempat, sebagian dari sumur-sumur tersebut bersifat permanen (walupun pada musim
kemarau debitnya berkurang) dan sebagian bersifat sementara (temporer) hanya pada
waktu musim hujan.
Berdasarkan penelusuran beberapa sumur alam di ketahui bahwa dasar saluran aliran
bawah permukaan tersebut merupakan lapisan batuan kedap, yaitu berupa sedimen
karbonat berbutir halus yang dalam hal ini adalah satuan napal yang berhubungan
menjemari dengan satuan batugamping. Sehingga dapat disimpulkan bahwa aliran
permukaan yang masuk ke dalam celah-celah atau pori-pori batugamping melalui
proses infiltasi dan perkolasi terkumpul diatas lapisan kedap tersebut (napal), yang
kemudian mengalir searah dengan arah kemiringan perlapisan (dip direction), hal ini
diketahui dari aliran air tanah di Sumur Alam Pakubalaho, dan Sumur Alam
Buhunglantak

E. KONDISI LAYANAN AIR BERSIH


1.

Kondisi Umum Layanan Air Bersih

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari masyarakat di wilayah Kabupaten


Bulukumba, diperoleh dari berbagai sumber baik dengan menggunakan sistem
perpipaan maupun sistem non perpipaan. Sarana air bersih perpipaan diperoleh dari
PDAM dan non PDAM yang dikelola oleh Perusahaan atau

pemerintahan desa

setempat bersama masyarakat. Sistem air minum non perpipaan menggunakan sumur
gali dan sumur bor juga memanfaatkan mata air terdekat dari tempat tinggal.
Persentase jumlah penduduk yang telayani Pelayanan air bersih dari PDAM
kabupaten Bulukumba cakupannya baru mencapai 11.19% dari jumlah 400.990 jiwa

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


jumlah penduduk Kabupaten Bulukumba tahun 2013, atau estimasi jumlah penduduk
yang terlayani sebanyak 45.572 jiwa. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi
penduduk yang belum terlayani jaringan perpipaan PDAM. Pemerintah dan
Pemerintah Daerah juga telah membangun sarana dan prasarana air bersih baik di
kawasan perkotaan ataupun diwilayah pedesaan melalui beberapa program,seperti
Pamsimas, Pamdes dan lainnya.
Kondisi umum pelayanan penyediaan kebutuhan air bersih penduduk di wilayah
Kabupaten Bulukumba, dominan diusahakan secara individual atau secara
berkelompok oleh masyarakat dengan memanfaatkan potensi sumber air baku yang
disekitar lingkungan tempat tinggalnya,
2.

Sistem Perpipaan

Pelayanan air bersih dengan sistem perpipaan yang dikelola oleh PDAM kabupaten
sampai tahun 2013 telah melayani 7.405 pelanggan. Yang dilayani oleh 13 unit
pelayanan atau unit usaha yang dikelola oleh PDAM kabupaten Bulukumba.
Diantaranya Pelayanan Induk yang melayani Kawasan Perkotaan Bulukumba
mencakup 2 wilayah kecamatan yaitu Ujung Bulu dengan jumlah pelanggan terbesar
yaitu 3.981 sambungan. Unit Usaha lainnya tersebar dalam beberapa IKK dan AMP.
Lebih rinci tentang unit pelayanan atau unit usaha PDAM Kabupaten Bulukumba dan
jumlah pelanggan yan dilayani dalam tabel berikut.
Tabel 4.15. Unit Layanan dan Jumlah Pelanggan PDAM Bulukumba

Sumber : PDAM Bulukumba Tahun 2014

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Dari jumlah pelanggan yang dilayani, jumlah pemakaian air pelanggan PDAM selama
tahun 2012 tercata 601.988 M3 dengan jumlah akumulasi tagihan rekening selama
tahun 2012 sebanyak Rp. 2.367.742.000,Selain PDAM sebagai pengelola air minum atau air bersih, penggunaan sistem
perpipaan untuk distribusi air bersih bagi masyarakat juga di sediakan oleh Satker air
minum Provinsi Sulawesi Selatan dan Pamsimas serta Dinas Ciptakarya dan Tata
Ruang Kabupaten Bulukumba. Dengan pengelolaan dan pemanfaatannya dibawah
tanggung jawab dengan pemerintah kecamatan, kepala Desa /Kelurahan setempat.
Cakupan layanannya biasanya terbatas pada satu atau dua desa/keluarahan atau pada
pusat-pusat permukiman yang belum terlayani air bersih dari PDAM. Pada dasarnya
semua unit layanan air bersih sistem perpipaan seharusnya dikelola oleh PDAM
Bulukumba, namum karena factor keterbatasan sumber daya baik financial, teknis dan
kelembagaan belum mampu mengcaver secara keseluruhan, sehingga pengelolaannya
masih di berikan kepada aparat kecamata/desa/kelurahan dengan tetap berkoordinasi
dengan sistem terkait termasuk dengan PDAM.
3.

Sistem Non Perpipaan

Pelayanan air bersih sistem non perpipaan yang dimanfaatkan oleh penduduk di
Kabupaten Bulukumba untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya cukup tinggi
disbanding dengan sistem perpipaan. Tingginya angka jumlah penduduk yang tidak
sebanding dengan kemampuan pemerintah dan pemerintah daerah dalam penyediaan
sarana dan prasarana air bersih serta pola penyebaran permukiman yang berkelompok
dan terpencar khususnya di daerah pedesaan menjadi salah satu alasan tingginya
sistem non perpipaan yang digunakan oleh masyarakat. Berdasarkan sumber air bersih
yang digunakan sistem non perpipaan yang digunakan antara lain.: pemanfaatan
sumur gali baik secara individual masing-masing rumah tangga ataupun secara
berkelompok. Pemanfaatan sumur bor dan pemanfaatan mata air terdekat dari
lingkungan permukiman warga.
Bagi Masyarakat pedesaan pemanfaatan sumber-sumber air baku baik mata air, air
tanah, air permukaan dan air hujan menjadi pilihan utama karena terbatasnya layanan
jaringan pipa air bersih yang ada. Yang paling penting dari pemanfatan sistem non
perpipaan dalam penyediaan air bersih warga adalah menjaga kualitas dan kuantitas
sumber air baku yang digunakan sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


F. DAERAH RAWAN KRISIS AIR BERSIH
Sesuai data pelayanan PDAM Kabupaten Bulukumba, persentase jumlah penduduk
yang dilayani oleh air minum sistem perpipaam PDAM baru mencapai 11% dari
400.990 jiwa penduduk Kabupaten Bulukumba (tahun 2013). Selain PDAM, ada juga
SPAM yang disediakan oleh program Pamsimas, dan sebagian besar kebutuhan air
bersih masyarakat dipenuhi secara mandiri oleh masyarakat melalui sistem
penyediaan air non perpipaan melalui pemanfaatan sumur gali dan sumur bor.
Dari kondisi tersebut ada beberapa daerah yang didentifikasi memiliki resiko terjadi
krisis air bersih. Dengan melihat kriteria daerah rawan air bersih seperti Tidak
terdapat sumber air baku. Kalaupun sumber air baku ada, tetapi secara kuantitas tidak
dapat memenuhi tingkat kebutuhan air minum masyarakat, atau Letaknya yang sulit
dijangkau, dan Kualitas air baku tidak memenuhi kriteria baku mutu untuk air minum.
Ada beberapa daerah di Kabupaten Bulukumba yang berpotensi terjadi krisis air
bersih seperti di kawasan Perkotaan Bulukumba meliputi wilayah Kecamatan Ujung
Bulu dan Kecamatan Ujung Loe, kedua wilayah ini dianggap rentan karena, sebagai
daerah perkotaan pemenuhan air bersih oleh PDAM diestimasi baru mencapai 20%
persen dari jumlah penduduknya, sumur gali dan sumur bor yang menjadi tumpuan
utama masyarakat juga terancam oleh interusi air laut sehingga memiliki rasa asin,
berwarna dan

membutuhkan biaya yang tinggi. Wilayah lainnya yang juga

diidentifikasi berpotensi rawan krisisi air bersih adalah Kecamatan Kajang,


Kecamatan Herlang dan Rilau Ale, sumber air bersih masyarakat dari sumur dalam
yang membutuhkan biaya tinggi dan debit yang terbatas.
Untuk mengatasi keterbatasan air bersih dan membantu masyarakat di kawasan rawan
air memperoleh air bersih dan air minum yang cukup, berkualitas, terjangkau dan
berkelanjutan pemerintah dan pemerintah daerah telah melakukan program
pembangunan dan pengembangan SPAM, seperti penyediaan Sumur dalam dan
Hidran Umum, pembangunan sarana dan prasarana air minum pedesaan dan upaya
peningkatan kapasitas dan cakupan layanan PDAM Kabupaten Bulukumba.
Ketersedian sumber air baku yang cukup potensial di beberapa dibeberapa lokasi di
sekitar kawasan perkotaan seperti di Kecamatan Bonto Bahari, di daerah Hulu seperti
di Kecamatan Kindang dan Gantarang memberikan peluang yang cukup, baik untuk
menjaga dan meminimalisir daerah yang berpotensi rawan air bersih

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Untuk usaha tersebut memerlukan dana besar, juga sangat tergantung ada atau
tidaknya sumber air baku. Semakin sulit sumber air baku dijangkau, semakin besar
biaya untuk membangun instalasi pengolahan air minum, jaringan (perpipaan)
distribusi primer, sekunder dan sambungan rumah (SR). Beberapa program yang
dilakukan di antaranya adalah program pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum
(SPAM) untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), SPAM di ibukota
kecamatan (IKK), SPAM Regional, Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat (Pamsimas), dan pembangunan Embung Penampung Air Hujan.

4.3

ARAHAN PENGEMBANGAN AIR MINUM KABUPATEN


BULUKUMBA
A. ARAHAN PENGEMBANGAN POTENSI SUMBER AIR BAKU
1. Pemanfaatan Air Baku
Dalam pembahasan sebelumnya telah diuraikan potensi-potensi sumber air baku
yang ada di wilayah Kabupaten Bulukumba, baik yang telah dimanfaatkan sebagai
sumber air baku untuk memenuhi Air Minum masyarakat ataupun potensi yang
masih terbatas pada hasil identifikasi awal namum secara riil memang ada pada
lokasi-lokasi yang telah disebutkan. Beberapa potensi air baku yang manfaatkan
oleh masyarakat baik secara langsung melalui sistem penyediaan Air Minum non
perpipaan ataupun melalui jaringan pipa PDAM dan jaringan Air Minum pedesaan
yang disediakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah, seperti mata air dan air
tanah yang dimanfaatkan melalui sumur alami, pengadaan sumur gali dan sumur
bor ataupun dengan sistem gravitasi dan pompanisasi untuk sampai kerumahrumah penduduk. Salah satu Mata air yang dimanfaatkan oleh PDAM sebagai
sumber air baku adalah Mata Air Hila-hila dengan debit yang cukup besar namum
belum dimanfaatkan secara optimal. Sumber lainnya yang juga lazim digunakan
masyarakat di Kabupaten Bulukumba adalah air sungai. Air sungai yang
digunakan oleh PDAM sebagai air baku

adalah sungai Bialo dan sungai

Anyorang, Balangtieng dan Bijawang namum pada musim kemarau debitnya


menyusut dan suplay air ke IPA PDAM juga berkurang. Air sungai juga menjadi
sumber air baku bagi irigasi pertanian yang ada di kabupaten Bulukumba, Dapat
dikatakan bahwa sungai sebagai prasarana sumber daya air yang cukup vital

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


fungsi dan perannya dalam menjaga produktifitas penduduk baik sebagai sumber
air baku untuk Air Minum ataupun sebagai penyuplai kebutuhan air untuk
pertanian.
Pemenuhan dan PDAM Kabupaten Bulukumba sangat bergantung dengan
ketersediaan air permukaan dan mata air yang dimanfaatkan saat ini. Disisi lain
tuntutan masyarakat akan kualitas, kuantitas dan kontinuitas pelayanan air minum
semakin meningkat, seiring dengan pertambahan penduduk dan pola hidup
masyarakat modern. Tuntutan perkembangan kesehatan, kepraktisan dan pengaruh
global telah merubah paradigma penyediaan air bagi masyarakat dan untuk
keperluan lainnya. Semula yang dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat
adalah Air Minum untuk kemudian diolah sendiri atau dimasak sehingga menjadi
air yang layak minum. Dengan makin baiknya pendidikan masyarakat dan akses
mereka terhadap informasi, kesadaran mereka untuk memperoleh layanan yang
lebih baik semakin meningkat. Masyarakat tidak hanya menuntut pelayanan dalam
pasokan air dari aspek kuantitas saja, tetapi juga segi kualitas dan kontinuitas
layanan, dalam beberapa informasi dan data yang diperoleh bahwa PDAM
Bulukumba khususnya pada unit pelayanan pusat (kawasan perkotaan Bukumba
dan sekitarnya) sering mengalami krisis Air Minum pada musim kemarau karena
berkurangnya suplay dan distribusi air dari PDAM. Besarnya tuntutan kebutuhan
Air Minum masyarakat dan masih rendahnya cakupan pelayanan PDAM dan
akses masyarakat yang masih rendah terhadap pelayanan Air Minum, membuat
pemerintah dan pemerintah pusat bersama dengan stakeholder yang berperan
dalam pemenuhan Air Minum masyarakat, harus membuat terobosan program
pengembangan dan peningkatan layanan Air Minum.
Dari data yang ada, dalam wilayah kabupaten Bulukumba memiliki sumber air
baku yang cukup potensial, seperti air sungai dengan 4 sungai besar dan 32 jumlah
sungai yang mengalir didalamnya. Mata air dengan debit yang cukup besar seperti
Mata Air Hila-Hila dengan debit 460 (l/dtk), Lotong-Lotong 500 (l/dtk),
Balangbessie dan Mattinggali dengan debit estimasi 125 (l/dtk) serta beberapa
sumber mata air lainnya. Mata air tersebut tersebar di 4 wilayah Kecamatan yaitu
Kecamatan Bonto Bahari, Kecamatan Bonto Tiro, Herlang dan Bulukumpa. Selain
kedua sumber diatas, sumber air baku lainnya yang sudah dimanfaatkan adalah air
tanah. Berdasarkan data sumber Air Minum masyarakat dimasing-masing

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


kecamatan, pemanfaatan sumur gali dan sumur dalam, merata di semua
desa/kelurahan di wilayah kabupaten Bulukumba. Dengan kondisi tersebut
ketergantungan masyarakat terhadap air tanah cukup tinggi selama layanan Air
Minum sistem perpipaan belum mengjangkau permukiman atau rumah mereka.
2. Perlindungan Air Baku
Sumber pencemar utama badan air berasal dari buangan limbah rumah tangga atau
domestik dan industri. Berdasarkan hasil uji lab beberapa sampel air diKabupaten
Bulukumba, kandungan mikrobiologinya, mengandung bakteri koli tinja. Koli
tinja adalah salah satu jenis bakteri koli yang dapat menyebabkan penyakit
muntaber. Bakteri ini biasanya terdapat di dalam kotoran manusia ataupun dalam
kotoran hewan. Hal ini secara biologi air tanah tidak memenuhi standar kesehatan.
Untuk air minum yang sehat, kandungan bakteri koli harus nol. Oleh karena itu air
sumur di Bulukumba tidak dapat langsung diminum, harus dididihkan terlebih
dahulu untuk membunuh bakteri koli. Disamping itu Kalsium akan menjadi kerak
sehingga dapat memperkecil kandungan Ca pada air tersebut. Hal tersebut
menyimpulkan bahwa pencemaran air pada sumber-sumber air baku penduduk di
Kabupaten Bulukumba juga sudah mulai tercemar begitupula sumber-sumber air
sebagai sumber air baku air minum oleh PDAM juga sudah mulai dirasakan
dengan tingkat kejernihan air yang rendah, yang memberikan isyarat bahwa
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) sudah tidak mampu mengolah air baku
dari air sungai yang tercemar.
Olehnya dalam menciptakan pemenuhan layanan Air Minum di wilayah
Kabupaten Bulukumba terkait dengan potensi dan pemanfaatan sumber air baku
yang dimiliki, perlu dilakukan pengaturan pemafaatan sumber air baku, sehingga
dapat memenuhi kebutuhan Air Minum masyarakat yang memenuhi syarat
kuantitas, kualitas dan kontinutas. Berikut maktrik arahan pemanfaatan dan
perlindungan sumber air baku di wilayah Kabupaten Bulukumba.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Tabel 4.16. Maktrik Arahan Pemanfaatan Sumber Air Baku di Kabupaten Bulukumba.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


B. ARAHAN PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR MINUM
1.

Pelayanan Kebutuhan Air Minum


Kebutuhan

air

liter/hari/orang,

domestik
sedangkan

dan
di

nondomestik
perdesaan

untuk
sekitar

perkotaan
80

150-158

liter/hari/orang.

Kecenderungan konsumsi air diperkirakan terus naik hingga 15-35 persen


perkapita per tahun. Sedangkan ketersediaan Air Minum cenderung melambat
(berkurang) akibat kerusakan alam dan pencemaran. Kapasitas produksi IPA
Pusat PDAM Bulukumba Tahun 2012 sekitar 50 m3/detik, ditujukan untuk
penyediaan air minum dengan sistem perpipaan melayani daerah perkotaan
Bulukumba dan sekitarnya, dibeberapa IKK dan pusat-pusat permukiman juga
sudah terlayani oleh jaringan distribusi Air Minum dari PDAM dengan total
cakupan pelayanan penduduk mencapai 11% dari total jumlah penduduk
400.990 jiwa , selain itu terdapat layanan Air Minum perpipaan yang tidak
dikelola oleh PDAM Bulukumba seperti Pamsimas, atau dikelola oleh
pemerintah setempat bersama masyarakat. Pemfaatan Air Minum non perpipaan
atau pemenuhan Air Minum secara individual dan berkelompok masih sangat
dominan di Kabupaten Bulukumba. Sehingga dari segi aspek pelayanan
penduduk untuk penyediaan sistem Air Minum perpipaan masih sangat minim
dan menjadi tantangan bagi pemerintah dan pemerintah daerah untuk mengelola
dan memanfaatkan sumber-sumber air baku yang ada untuk memenuhi
kebutuhan Air Minum masyarakat sesuai standar kuantitas, kualitas dan
kuantinutas yang diamanatkan oleh undang-undang Sumber daya air.
Untuk memenuhi kebutuhan Air Minum penduduk Kabupaten Bulukumba Dalam
tabel dibawah memberikan gambaran masih sangat dominannya pelayanan Air
Minum non perpipaan yang digunakan Penduduk Kabupaten Bulukumba

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Tabel 4.17. Kondisi Sistem Pelayanan Air Minum Perpipaan dan Non Perpipaan di Kabupaten Bulukumba

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Masih rendahnya cakupan layanan Air Minum perpipaan dibanding dengan
non perpipaan dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain, kemampuan
pemerintah dan pemerintah pusat dalam penyediaan SPAM yang masih
terbatas tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk dan tingginya
demand akan pelayanan kebutuhan Air Minum masyarakat, factor lainnya
adalah di wilayah Kabupaten Bulukumba dari aspek ketersediaan potensi air
baku cukup baik namum masih kurang dalam aspek produksi dan distribusi,
hal ini juga berkaitan dengan factor pertama tentang kemampuan dalam
penyediaan Sarana dan Prasarana Air Minum mulai dari Bangunan Air Baku,
Jaringan Transmisi, sarana produksi (IPA), dan jaringan Distribusi hingga
pelayanan pelanggan. Dan factor ketiga adalah Kelembagaan, kapasitas
financial, manajemen dan sumber daya manusia yang dimiliki oleh PDAM
Kabupaten Bulukumba belum mampu mengcover pelayanan air minum lebih
luas. Sehingga kemandirian masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

Air

Minum atau air minum dengan memanfaatkan sumber-sumber air baku yang
ada disekitar permukiman atau rumah-rumah cukup penting perannya dalam
pelayanan kebutuhan Air Minumnya.
2. Jumlah dan Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
Penduduk merupakan subyek sekaligus obyek dari setiap pelaksanaan
pembangunan, terutama dalam distribusi pelayanan fasilitas sosial
ekonomi. Tingkat pertumbuhan jumlah penduduk merupakan indikasi
utama untuk penyedian sarana dan prasarana yang dibutuhkan sebagai
wadah dalam melaksanakan aktivitas sosial dan ekonomi, termasuk dalam
rangka perencanaan penyediaan kebutuhan Air Minum bagi penduduk.
Penduduk Kabupaten Bulukumba pada tahun 2013 tercatat sebanyak
400.990 jiwa yang terdiri dari laki-laki 188.597 jiwa dan perempuan
212.393 jiwa. Penduduk tersebut tersebar diseluruh desa/kelurahan dalam
wilayah Kabupaten Bulukumba dengan kepadatan 347 jiwa/km2.
Kecamatan terpadat adalah Kecamatan Ujung Bulu yaitu 3.381 jiwa/km2
dan yang terjarang penduduknya adalah Kecamatan Kindang sekitar 202

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


jiwa/km2. Angka rerata pertumbuhan penduduk berdasarkan data lima
tahun terakhir sebesar 2,66%/pertahun.
Berdasar jumlah penduduk dan estimasi pertumbuhan rata-rata dilakukan
proyeksi pertambahan penduduk selama beberapa tahun kedepan sebagai
dasar untuk melakukan kalkulasi kebutuhan Air Minum Kabupaten
Bulukumba

kedepannya.

Tabel

berikut

sebagai

hasil

proyeksi

pertumbuhan penduduk Kabupaten Bulukumba selama beberapa tahun


kedepan. Proyeksi ini dihitung sampai 20 Tahun kedepan namum dalam
kajian ini perhitungan tersebut tidak mengikat, tujuannya hanya melihat
estimasi jumlah penduduk dan kebutuhan Air Minumnya. Dengan
menggunakan metode Regresi Linier diperoleh diproyeksikan jumlah
penduduk dalam tabel berikut:
Tabel 4.18 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bulukumba

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk pada tabel di atas selanjutnya dilakukan


estimasi dan proyeksi kebutuhan Air Minum penduduk yang dihitung dalam periode
waktu lima tahunan atau jangka menengah sehingga lebih mudah dijabar dalam
rencana pemenuhannya

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


3 . Proyeksi Kebutuhan Air Minum
Hasil proyeksi penduduk sampai awal tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah
penduduk Kabupaten Bulukumba mencapai 404.779 jiwa dan sesuai dengan
standar kebutuhan air untuk kategori kota Sedang yaitu

orang penduduk

menggunakan Air Minum sekitar 100 liter/perhari. Sehingga total kebutuhan Air
Minum pada tahun 2015 untuk semua jenis pelanggan diperkirakan sebesar
40.478. M3/hari sudah termasuk tingkat kehilangan air yaitu sekitar 20 %
(Standar Direktorat Jenderal Cipta Karya). sedangkan produksi air hingga saat ini
hanya mencapai 660 M3/hari. Untuk lebih jelasnya tentang proyeksi kebutuhan
Air Minum tiap kecamatan di Kabupaten Bulukumba dapat dilihat pada pada
tabel berikut ini:
Tabel 4.19 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bulukumba

Beradasarkan hasil proyeksi kebutuhan Air Minum penduduk Kabupaten Bulukumba


dalam periode lima tahunan. Pada tahun 2015 estimasi kebutuhan Air Minum harian
penduduk sebesar 40.478 M3 dan pada tahun 2034 dipreyeksikan kebutuhan harian
Air Minum penduduk mencapai 62.550 M3.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Untuk memenuhi kebutuhan Air Minum masyarakat Kabupaten Bulukumba tersebut
membutuhkan pembangunan sarana dan prasarana Air Minum baik di pedesaan
ataupun di kawasan perkotaan dengan memanfaatkan sumber-sumber air baku yang
tersebar diwilayah Kabupaten Bulukumba. Untuk pembangunan dan pengembangan
sarana dan prasarana Air Minum di Kawasan Perkotaan Bulukumba sebagai pusat
pertumbuhan dan aglomerasi penduduk, beberapa sumber air baku yang dapat
dimanfaatkan dan sangat potensial untuk melayani Kecamatan Ujung Bulu (Kota
Bulukumba):

Kecamatan ujung Bulu, Ujung Loe, dan Kecamatan Bontobahari, diantaranya:

Mata Air Lotong-Lotong , Mata Air Manyake dan Mata air Nana.
Kecamatan Bonto Tiro potensi air baku yang dapat dikembangkan untuk
melayani kebutuhan Air Minum masyarakat pada saat ini dan kebutuhan
dalam angka proyeksi beberapa tahun kedepannya adalah mata air Hila-Hila

yang dapat melayani Kelurahan Ekatiro, Desa Tritiro dan daerah sekitarnya.
Kecamatan Herlang, potensi sumber air yang dimanfaatkan sekarang ini
adalah air sumur dalam dengan kedalaman 70-120 meter, salah satunya
berada di Desa Gunturu. Untuk pengembangan dan pemenuhan kebutuhan Air
Minum masyarakat kedepan perlu mencari sumber air baku baik air tanah
dalam ataupun mata air.. Dapat juga dilakukan interkoneksi dengan jaringan

perpipaan yang sudah ada.


Kecamatan Kajang, keadaannya hampir sama dengan wilayah Kecamatan
Herlang yang mengandalkan sumur dalam seperti sumur tanah dalam Limbua
Kassikajang Kelurahan Tanah jaya dengan kedalaman 120 meter Namum di
wilayah ini tersedia mata air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air
baku untuk Air Minum masyarakat di wilayah Kecamatan Kajang dan

sekitarnya.
Kecamatan Gantarang dan Kindang. Selain Mata air Nana, air sungai juga
dapat dimanfaatkan sebagai air baku untuk melayani kebutuhan Air Minum
masyarakat. Salah satu sumber air baku yang kini digunakan dan potensial
dikembangkan untuk kebutuhan kedepannya adalah mata air Nana dengan
debit yang cukup besar dan lokasinya berada diketinggian sehingga dapat
didistribusikan secara gravitasi samapi di Kecamatan Ujung Bulua (kota

Bulukumba).
Kecamatan Rilau Ale, Umumnya masyarakat mengandalkan air sumur
sebagai sumber Air Minum. Untuk memenuhi kebutuhan Air Minum

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


penduduk hingga 20 tahun kedepan, dibutuhkan pemanfaatan sumber-sumber
air tanah baik air tanah dangkal ataupun air tanah dalam dengan peng dan
pemanfaatan secara komunal baik perkampung, pelayanan satu dusun ataupun
desa yang terkoneksi dengan desa lainnya.
Untuk memenuhi pelayanan kebutuhan Air Minum masyarakat di Kabupaten
pengembangan pelayanan Air Minum sistem perpipaan perlu terus dibangun dan
dikembangkan, khususnya di kawasan perkotaan Bulukumba dan dimasing-masing
kota kecamatan dan pusat-pusat kegiatan,
Khusus untuk wilayah pedesaan yang sulit pemenuhan Air Minumnya seperti di
Kecamatan Kajang, Herlang dan Rilau Ale pemenuhan pelayanan Air Minum dapat
dilakukan dengan penyediaan hidran-hidran umum di pusat-pusat permukiman
penduduk, dengan memanfaatkan potensi air tanah dalam melalui kegiatan
pengeboran.

C. KUALITAS AIR MINUM


Penyedian Air Minum (public water supply) pada dasarnya memerlukan air yang
langsung dapat diminum (potable water). Air yang dimaksud harus aman (sehat) dan
bagus untuk diminum, tidak berwarna, tidak berbau, dengan rasa yang segar.
Air Minum harus mempunyai kualitas tinggi secara fisik, kimiawi maupun biologi
untuk mencegah timbulnya penyakit.
Kualitas air disamping ditentukan oleh sifat fisik dan kimianya, juga dipengaruhi oleh
kandungan mikrobiologinya. Di dalam air adakalanya dijumpai berbagai kehidupan,
baik binatang ataupun tumbuhan dengan ukuran sangat kecil yang lazim disebut
mikroorganisme. Akibat berikutnya mikroorganisme yang terkandung dalam air dapat
menimbulkan gangguan kesehatan bila masuk dalam tubuh manusia. Oleh karena itu
untuk keperluan air minum, perlu diperhatikan kandungan mikroorganisme atau
mikrobiologi air. Dengan melihat hasil uji sampel air yang dilakukan pada penelitian
terdahulu, berdasar kandungan mikrobiologinya, kebanyakan contoh air mengandung
bakteri koli tinja. Koli tinja adalah salah satu jenis bakteri koli yang dapat
menyebabkan penyakit muntaber. Bakteri ini biasanya terdapat di dalam kotoran
manusia ataupun dalam kotoran hewan. Hal ini secara biologi air tanah tidak

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


memenuhi standar kesehatan. Untuk air minum yang sehat, kandungan bakteri koli
harus nol. Oleh karena itu air sumur di Bulukumba tidak dapat langsung diminum.
Dari uraian tersebut diatas, maka kadar Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan bakteri
koli melebihi batas ambang. Oleh karena itu air di Kabupaten Bulukumba tidak dapat
langsung diminum, melainkan harus dimasak (didihkan) terlebih dahulu. Pada air
yang dididihkan, maka bakteri koli akan mati. Disamping itu Kalsium akan
menjadikerak sehingga dapat memperkecil kandungan Ca pada air tersebut.

D. PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)


Dengan melihat potensi sumber air baku

yang tersebar di wilayah Kabupaten

Bulukumba, baik berupa sungai, danau, embung, mata air dan air tanah, estimasi
pertumbuhan penduduk dalam beberapa tahun kedepan dan kebutuhan Air Minum
yang juga terus meningkat. Dan pertimbangan kapasitas dan cakupan pelayanan
sistem penyediaan air minum

yang ada saat ini yang mengcakup, ketersediaan

bangunan intake, jaringan transmisi, pengolahan (IPA, reservoir/bak penampungan,


pompa) jaringan distribusi utama hingga ke sambungan rumah atau pelanggan, masih
sangat terbatas kapasitas dan jumlahnya. Disamping sebaran atau ketersediaan sarana
dan prasarana air minum tersebut juga masih terbatas. Begitupula pemanfaatan sumur
gali dan sumur bor (sumur dalam ) secara massif oleh masyarakat perlu diarahkan
pada pemanfaatan dan penyediaan Air Minum secara berkelompok melalui layanan
Air Minum perpipaan baik dikelola oleh PDAM ataupun PAMDES dan lainnya.
Dalam pengembangan sistem penyediaan air minum di Kabupaten Bulukumba perlu
diarahkan pada pembangunan sarana dan prasarana SPAM yang dapat memberikan
cakupan pelayanan yang luas dan jumlah penduduk yang dilayani atau pelanggan
yang besar sehingga dibutuhkan pembangunan dan pengembangan IPA dan sarana
pendukungnya

untuk memenuhi kebutuhan Air Minum masyarakat kedepannya.

Beberapa pembangunan dan pengembangan SPAM yang perlu di prioritaskan, antara


lain: peningkatan kapasitas dan cakupan layanan IPA induk untuk pelayanan kawasan
perkotaan Bulukumba dan sekitarnya. Ada beberapa sumber air baku yang dapat
digunakan antara lain mata air Lotong-Lotong, dan Manyake di kecamatan Bonto
Bahari dan Mata air Nana di Kecamatan Kindang, adapun skema pengembangannya
dapat di lihat pada gambar 6.1 ,6.2 dan 6.3.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Sistem penyediaan air minum lainnya yang juga perlu dilakukan segera adalah
pembangunan SPAM IKK dimasing-masing kota kecamatan atau diinterkoneksikan
dengan SPAM terdekat

dan pengembangan pelayanan air minum pedesaan.

Diharapkan apabila SPAM tersebut dapat direalisasikan akan memberikan cakupan


pelayanan yang cukup luas dan tersebar secara merata di wilayah kabupaten
Bulukumba. Berikut gambar arahan skema pengembangan dan pembangunan SPAM
di Kabupaten Bulukumba.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL

IPA Manyake 50 l/dtk

Mata Air Manyake Bonto Bahari


(Sungai bawah tanah)

Rencana Cakupan Pelayanan:


- Sebagian Wilayah Kec. Bonto Bahari, Bira
- Wilayah Kec. Ujung Loe
- Wilayah Kec. Ujung Bulu
(kawasan perkotaan Bulukumba)

Untuk Sistem Penyediaan Air Minum di


Kawasan Perkotaan Bulukumba dan sekitarnya
diarahkan 3 (tiga) skema pengembangan
penyediaan air minum, yaitu:
1. Skema 1 : : Menggunakan Sumber air Baku
Manyake, di kecamatan Bonto Bahari,
pengambilan air baku menggunakan
pompanisasi dan distribusi air menggunakan
gravitasi. Cakupan layanan kawasan
perkotaan Bulukumba (Kecamatan Ujung
Bulu, Ujung Loe dan Kec. Bonto Bahari
sampai ke kawasan wisata Tanjung Bira)

Gambar 4.6 Arahan Skema 1 Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Kawasan Perkotaan Bulukumba dan Sekitarnya

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL

IPA Baraba 20 l/dtk dan IPA Bonto Nyeleng 20 l/dtk)

IPA Baraba dan


Bonto Nyeleng

Rencana Cakupan Pelayanan:


- Sebagian Wilayah Kec. Kindang
- Sebagian Wilayah Kec. Gantarang
- Wilayah Kec. Ujung Bulu
(kawasan perkotaan Bulukumba)

Gambar 4.7 Arahan Skema 2 Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Kawasan Perkotaan Bulukumba dan Sekitarnya
IV90

Untuk
Untuk Sistem
Sistem Penyediaan
Penyediaan Air
Air Minum
Minum di
di
Kawasan
Kawasan Perkotaan
Perkotaan Bulukumba
Bulukumba dan
dan
sekitarnya
sekitarnya diarahkan
diarahkan 33 (tiga)
(tiga) skema
skema
pengembangan
pengembangan penyediaan
penyediaan air
air minum,
minum,
yaitu:
yaitu:
Skema
Skema 2;
2; Menggunakan
Menggunakan Sumber
Sumber air
air
Baku
Mata
Air
Nana
Desa
Baku Mata Air Nana Desa Kindang
Kindang
Kec.
Kec. Kindang,
Kindang, Dengan
Dengan sistem
sistem
gravitasi
gravitasi air
air baku
baku dialirkan
dialirkan melalui
melalui
pipa
pipa transmisi
transmisi ke
ke IPA
IPA Baraba
Baraba dan
dan
IPA
IPA Bonto
Bonto Nyeleng
Nyeleng kemudian
kemudian
didistribusikan
didistribusikan melalui
melalui jaringan
jaringan
distribusi
distribusi Utama
Utama ke
ke jaringan
jaringan distribusi
distribusi
bagi
bagi selanjutnya
selanjutnya ke
ke Sambungan
Sambungan
Rumah
Rumah atau
atau Pelanggan.
Pelanggan. Cakupan
Cakupan
Wilayah
pelayanan
Wilayah pelayanan meliputi
meliputi :kec.
:kec.
Kindang,
Kindang, Gantarang,
Gantarang, dan
dan Kawasan
Kawasan
Perkotaan
Perkotaan Bulukumba
Bulukumba (Ujung
(Ujung Bulu
Bulu
dan
dan Ujung
Ujung Loe)
Loe)

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL

Skema 3 : menggunakan Sumber air baku


Mata air Lotong-lotong di Kecamatan Bonto
Bahari, dengan sistem pompanisasi air baku
di bawah ke IPA melalui pipa transmisi
kemudian dengan dibantu pompoanisasi Air
Minum didistribusikan melalui jaringan pipa
distribusi utama ke distribusi bagi dan
selanjutnya ke sambungan rumah.
diarahkan dapat melayani kawasan
perkotaan Bulukumba (Kecamatan Ujung
Bulu, Ujung Loe dan Kec. Bonto Bahari)

Mata Air Lotong-Lotong

Gambar 4.8 Arahan Skema 3 Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Kawasan Perkotaan Bulukumba dan Sekitarnya

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL

IPA 20 l/dtk)

70-120

mdpl
Diarahkan dapat
melayani 8000-10.000 jiwa

Gambar 4.9 Arahan Skema Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum SPAM IKK di Kabupaten Bulukumba

IV90

Skema Pengembangan SPAM IKK di


Kecamatan Bonto Tiroi, Herlang, Rilau Ale
dan Kecamatan Kajang dengan sistem
pompanisasi atau memungkinkan gravitasi
air baku di bawah ke IPA melalui pipa
transmisi kemudian dengan dibantu
pomponisasi Air Minum didistribusikan
melalui jaringan pipa distribusi utama ke
distribusi bagi dan selanjutnya ke
sambungan rumah. diarahkan dapat
melayani kawasan pusat-pusat permukiman
dimasing-masing kecamatan dan desa
sekitarnya, Sumber air baku dapat berupa
mata air seperti mata air Hila-hila di
Kecamatan Bonto Tiro, Sumur dalam seperti
sumur Limbua di Kassi Kelurahan Tanah
Jaya Kecamatan Kajang, begitu pula
Kecamatan Herlang dan Rilau Ale, sumber
air baku yang dapat juga di gunakan adalah
air sungai seperti Sungai Bialo, Bijawang,
Balangtiyeng, Anyorang dan sungai-sungai
kecil terdekat.

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL

Skema Pengembangan Air Minum


Pedesaan dengan sistem pompanisasi
atau memungkinkan gravitasi air baku di
bawah ke bak penampungan atau bak
pengolahan sederhana kemudian secara
gravitasi Air Minum didistribusikan melalui
jaringan pipa distribusi bagi dan
selanjutnya ke sambungan rumah.
diarahkan dapat melayani Air Minum 1
(satu) atau 2 (dua) desa , Sumber air baku
dapat berupa mata air, Sumur dalam atau
air sungai terdekat.

Gambar 4.10 Arahan Skema Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Pedesaan di Kabupaten Bulukumba

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


4.4

ARAHAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AIR


MINUM DI KABUPATEN BULUKUMBA
A. RENCANA

SISTEM

PRASARANA

PENYEDIAAN

DAN

PENGELOLAAN AIR MINUM


Kondisi sistem prasarana penyediaan dan pengelolaan air minum di Kabupaten
Bulukumba saat ini, belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat kota
secara baik yang dikelola PDAM. Oleh karena itu dari hasil evaluasi yang dilakukan
menunjukkan perlunya peningkatan kapasitas sarana dan prasarana, demikian pula
kualitas air yang tidak memenuhi syarat sehingga kurang layak untuk di konsumsi
khususnya pada musim hujan.
a.

Sistem Non Perpipaan

Aspek Teknis
Sistem non perpipaan yang ada umumnya berupa sumur, baik berupa sumur
gali maupun sumur bor, pemanfaatan sumur dalam diarahkan pada
pemanfaatan secara berkelompok pada lingkungan permukiman masyarakat,
sampai pada tersedianya jaringan Air Minum perpipaan

Aspek Pendanaan
Mengingat ketersediaan dana dari pemerintah maupun kemampuan
masyarakat dalam membiayai penyediaan sarana dan prasarana air minum
sangat terbatas, maka diperlukan dukungan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan air minum sehingga kesehatan masyarakat terkait dengan
konsumsi air minum bisa terpenuhi.

Aspek Kelembagaan dan Peraturan


Belum adanya lembaga yang menangani masalah ini baik yang dilakukan
oleh lembaga pemerintah maupun masayarakat, sehingga sampai saat ini
hanya dilakukan secara individu. Penanganan prasarana ini juga biasanya
dilakukan program pemberdayaan masyarakat dan program yang dilakukan
oleh pemerintah kabupaten.

b.

Sistem Perpipaan

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL

Aspek Teknis
Tingkat pelayanan rendah, hal ini disebabkan karena ketersediaan sarana dan
prasarana Air Minum yang masih terbatas, seperti kapasitas IPA yang
terbatas, biaya produksi dan distribusi yang tinggi , jauhnya sumber air baku
yang ada, tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan,
sehingga perlu mencari sumber air baku baru yang diperkirakan mampu
memenuhi tujuan tersebut. Operasional dan maintenance tidak sesuai standar,
sehingga banyak mengalami kendala disamping itu ketersediaan tenaga untuk
melayani operasionalisasi sistem perpipaan tersebut sangat kurang yang
menyebabkan pelayanan kepada pelanggan mengalami kendala.

Aspek Pendanaan
Terbatasnya alokasi dana APBD Kabupaten Bulukumba, bantuan dari
pemerintah dan pemerintah provinsi juga terbatas sehingga saat ini dana
untuk pengembangan dan pembangunan SPAM untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang belum terjangkau jaringan pipa dilakukan secara bertahap
dengan melihat skala prioritas, disamping itu untuk menyediaan prasarana
dan sarana memang memerlukan investasi yang cukup besar.

Aspek Kelembagaan dan Peraturan


Dari sisi kelembagaan sebenarnya sudah ada yaitu PDAM yang didukung
oleh perda. Namun dari sisi efektifitas lembaga itu sendiri perlu ditingkatkan,
hal ini terindikasi dengan masih banyaknya keluhan dari para pelanggan.

B. RENCANA PENGEMBANGAN LAYANAN AIR MINUM


Kebutuhan Air Minum untuk masa mendatang menggunakan standar-standar
perhitungan yang telah ditetapkan. Kebutuhan air untuk fasilitas-fasilitas sosial
ekonomi harus dibedakan sesuai peraturan PDAM dan memperhatikan kapasitas
produksi sumber yang ada, tingkat kebocoran dan pelayanan. Faktor utama dalam
analisis kebutuhan air adalah jumlah penduduk pada daerah studi. Untuk menganalisis
proyeksi 10 tahun ke depan dipakai metode Aritmatik dan metode Geometrik. Dari
proyeksi tersebut, kemudian dihitung jumlah kebutuhan air dari sektor domestik dan
sektor non domestik berdasarkan kriteria Ditjen Cipta Karya 1996. Dengan adanya

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


analisis kebutuhan Air Minum ini ditargetkan kebutuhan Air Minum masyarakat dapat
dipenuhi dengan tingkat pelayanan hingga 100% dari jumlah penduduk Kabupaten
Bulukumba pada masa yang akan datang dengan menggunakan data penduduk
terakhir tahun 2013 dan kemudian sampai dengan 20 tahun ke depan yaitu tahun
2034.
Air Minum memegang peranan penting sebagai kebutuhan pokok dan utama
penghidupan dan kehidupan penduduk di kawasan perencanaan. Beberapa sumber Air
Minum yang dimanfaatkan oleh penduduk kawasan perencanaan bersumber dari air
permukaan (sungai) dan dari mata air pegunungan yang dikelolah oleh PDAM dan
masyarakat. Sasaran rencana kebutuhan Air Minum dikategorikan berdasarkan jumlah
kebutuhan penduduk pendukung dan kebutuhan aktivitas perkotaan. Standarisasi
kebutuhan Air Minum berdasarkan petunjuk pedoman tersebut di atas termasuk
sasaran penggunaanya, antar lain :
a.

Air Minum perumahan


Kebutuhan Air Minum untuk perumahan digolongkan untuk kebutuhan perjiwa
penghuni (jumlah penduduk). Diasumsikan bahwa tiap satu rumah akan dialami
oleh 1 KK dengan 5 jiwa. Tiap 1 jiwa membutuhkan lebih kurang 80-100
liter/hari.

b.

Air Minum fasilitas pendidikan


Kebutuhan Air Minum untuk kebutuhan fasilitas pendidikan diketahui setelah
dianalisis besaran jumlah dan jenis fasilitas pendidikan yang akan tersedia hingga
akhir tahun perencanaan. Standar kebutuhan Air Minum untuk fasilitas
pendidikan berdasarkan jenjang tingkat pendidikan formal adalah :

Kebutuhan Air Minum untuk jenjang pendidikan STK adalah 10


liter/orang/hari.

Kebutuhan Air Minum untuk jenjang pendidikan SD adalah 10


liter/orang/hari.

Kebutuhan Air Minum untuk jenjang pendidikan SLTP adalah 10


liter/orang/hari.

Kebutuhan Air Minum untuk jenjang pendidikan SMU adalah 10


liter/orang/hari.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


c.

Air Minum fasilitas kesehatan


Demikian halnya dengan fasilitas lainnya, jumlah kebutuhan Air Minum untuk
fasilitas kesehatan di kawasan perencanaan sangat targantung dari jumlah fasilitas
pelayanan kesehatan yang direncanakan. Adapun jenis fasilitas kesehatan yang
akan direncanakan pada kawasan perencanaan adalah :

Kebutuhan Air Minum untuk toko obat/apotik adalah 30 liter/unit/hari.

Kebutuhan Air Minum untuk tempat praktek dokter adalah 300 liter/unit/hari.

Kebutuhan Air Minum untuk balai pengobatan/puskesmas pembantu adalah


10.000 liter/unit/hari.

d.

Air Minum fasilitas olah raga dan ruang terbuka


Kebutuhan Air Minum untuk mendukung kegiatan olah raga dan ruang terbuka di
kawasan perencanaan terbagi atas taman tempat bermain dan lapangan olah raga.
Masing masing membutuhkan Air Minum sebanyak 1000 liter/Ha/hari.

e.

Air Minum fasilitas perekonomian


Perhitungan kebutuhan Air Minum untuk fasilitas perekonomian di kawasan
perencanaan disesuaikan dengan standar lingkungan permukiman kota.
Kebutuhan Air Minum untuk sarana perekonomian adalah : (a) pasar 10.000
liter/unit/hari, (b) warung 250 liter/unit/hari, (c) pertokoan membutuhkan Air
Minum sebanyak 1.000 liter/unit/hari.

f.

Air Minum fasilitas pelayanan umum


Kebutuhan Air Minum untuk fasilitas pelayanan umum digunakan asumsi
asumsi berdasarkan standar atau pedoman perencanaan lingkungan. Kantor
lingkungan, kantor pos pembantu, dan parkir umum ditambah MCK, dengan
kebutuhan Air Minum 1.000 liter/unit/hari.

g.

Air Minum fasilitas peribadatan


Berdasarkan analisa kependudukan di kawasan perencanaan sebagian besar
penduduk beragama Islam, sehingga komposisi penduduk pada tahun mendatang
tidak jauh berbeda pada keadaan sekarang. Hasil analisis menunjukkan bahwa
perkiraan kebutuhan fasilitas peribadatan di kawasan perencanaan yaitu Masjid
lingkungan dan mushallah. Kebutuhan sarana Air Minum untuk Masjid adalah

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


3.500 liter/unit/hari, dan Mushallah membutuhkan Air Minum sebanyak 2.000
liter/unit/hari.
Untuk mengetahui kriteria perencanaan Air Minum pada tiap-tiap kategori dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.20 Kriteria Perencanaan Air Minum
Kategori Kota Berdasarkan Jumlah Penduduk ( jiwa )
500.000 s/d

100.000 s/d

20.000 s/d

Kota Metropolitn
> 150

1.000.000
Kota Besar
150 - 120

500.000
Kota Sedang
90 - 120

100.000
Kota Kecil
80 - 120

20 - 40

20 - 40

20 - 40

20 - 40

600 - 900

600 - 900

600

1000 - 5000

1000 - 5000

1500

0.2 - 0.8

0.2 - 0.8

0.2 - 0.8

0.1 - 0.3

0.1 - 0.3

0.1 - 0.3

20 - 30

20 - 30

20 - 30

20 - 30

20 - 30

1.15 - 1.25

1.15 - 1.25

1.15 - 1.25

1.15 - 1.25

1.15 - 1.25

* harian

* harian

* harian

* harian

* harian

1.75 - 2.0

1.75 - 2.0

1.75 - 2.0

1.75

1.75

* hari maks

* hari maks

* hari maks

*hari maks

*hari maks

Jumlah Jiwa Per SR (Jiwa)

Jumlah Jiwa Per HU (Jiwa)

100

100

100

100 - 200

200

Sisa Tekan Di penyediaan

10

10

10

10

10

24

24

24

24

24

15 - 25

15 - 25

15 - 25

15 - 25

15 - 25

Uraian

Konsumsi Unit Sambungan

>1.000.000

< 20.000
Desa
60 - 80

Rumah (SR) (liter/org/hari)


Konsumsi Unit Hidran (HU)

20 - 40

(liter/org/hari)
Konsumsi unit non domestik
-

Niaga Kecil (liter/unit/hari)


Niaga Besar (liter/unit/hari)
Industri Besar (liter/detik/ha)
Pariwisata (liter/detik/ha)

Kehilangan Air (%)


Faktor Hari Maksimum

Faktor Jam Puncak

Distribusi (Meter)
Jam Operasi (jam)
Volume Reservoir (% Max
Day Demand)
SR : HU

50 : 50 s/d 80 : 20

50 : 50 s/d

80 : 20

70 : 30

70 : 30

90

90

70

80 : 20
Cakupan Pelayanan (%)

90

90

Sumber : Kriteria Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dinas PU, 1996.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


C. KEMAMPUAN MASYARAKAT UNTUK MEMBAYAR RETRIBUSI
AIR MINUM
Secara umum dan rasional setiap masyarakat menginginkan kepuasan yang
maksimum didalam mengkonsumsi setiap barang dan jasa, oleh karena itu setiap
pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat diasumsikan dapat digunakan seluruhnya
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga berapapun harga suatu barang dan jasa
apabila mampu memberikan kepuasan yang maksimum kepada masyarakat tersebut,
maka sudah tentu barang itu diupayakan untuk dikonsumsinya.
Berdasarkan pada ungkapan tersebut di atas, maka secara umum juga sama dan dapat
diberlakukan terhadap kemampuan masyarakat Kabupaten Bulukumba di dalam
membayar retribusi Air Minum/minum dengan asumsi dalam penggunaan Air
Minum/minum tersebut mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan. Beracu
pada hal tersebut maka berdasarkan hasil survei dan wawancara langsung yang
dilakukan, terdapat beberapa tanggapan responden dalam kemampuan membayar
retribusi Air Minum/minum yang kesemuanya itu sangat tergantung pada besar
kecilnya tingkat pendapatan masyarakat.

D. RENCANA PENGEMBANGAN SUMBER AIR BAKU


Potensi pengembangan sumber air baku di wilayah Kabupaten Bulukumba, khususnya
Kecamatan Kindang, Botobahari, Bontotiro, Rilau Ale, Ujung Bulu, Ujung Loe,
Bontotiro cukup besar, hal ini terlihat dari potensi sumber-sumber air yanga ada, serta
faktor lokasi sumber air tersebut. Potensi sumber air baku di Kabupaten Bulukumba,
berupa air permukaan (sungai) terdapat 4 sungai yang dapat digunakan sebagai
sumber

air

baku

antaralain:

Sungai

Bialo,

Balangtiyeng,

Bijawang

dan

Anyorang,terdapat juga potensi air tanah dalam, maupun mata air.


Untuk mengembangkan sumber-sumber air tersebut, dapat dilakukan dengan berbagai
cara, seperti penyaluran air melalui sistem perpipaan, mengingat kondisi topografi
wilayah Kabupaten Bulukumba yang bervariasi, sehingga sistem pengaliran air baku
dapat dilakukan dengan metode pengaliran sesuai tingkat elevasi dari sumber air baku
ke pelanggan. Berikut ini adalah contoh desain pengembangan sistem pelayanan air
baku dengan menggunakan pengaliran sistem gravitasi dari sumber mata air.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


E. STRATEGI

PENGELOLAAN

AIR

MINUM

KABUPATEN

BULUKUMBA
Strategi pengembangan ditujukan untuk menciptakan sistem pelayanan Air
Minum/minum sebagai suatu kebutuhan dasar penduduk yang harus terpenuhi baik
kualitas maupun kontinuitas. Untuk mencapai maksud tersebut, upaya yang dilakukan
adalah mengoptimalkan potensi sumber air yang ada dan mencari alternatif sumbersumber air yang dapat dikelola dalam rangka pemenuhan kebutuhan Air
Minum/minum penduduk khususnya pada saat terjadi musim kemarau yang dapat
menurunkan debit air.
1.

Strategi Umum

Strategi umum pelayanan air minum di Kabupaten Bulukumba, Gantarang , Kindang,


Bulukumpa, Kajang, Herlang, Botobahari, Bontotiro, Rilau Ale, Ujung Bulu, Ujung
Loe, Bontotiro sebagai berikut:
a.

Meningkatkan kinerja pelayanan Air Minum/minum dengan terciptanya


keseimbangan kapasitas produksi dan kapasitas distribusi yang mampu

b.

menyalurkan Air Minum/minum ke konsumen secara kontinyu 24 jam/hari;

c.

Meningkatkan pola kemitraan melalui upaya peran kelembagaan pemerintah dan


masyarakat dalam rangka mengoptimalkan potensi air baku yang ada saat ini dan
pendayagunaan potensi-potensi sumber air baku yang dapat dikelola untuk
memenuhi kebutuhan Air Minum/minum penduduk pada saat terjadi penurunan
debit (musim kemarau);

d.

Peningkatan sarana dan prasarana sistem pengelolaan Air Minum/minum yang


ada saat ini dengan jalan rehabilitasi sistem jaringan yang mengalami kerusakan
baik pada jaringan distribusi sampai sistem pelayanan; dan

e.

Pemberdayaan dan peningkatan mutu sumberdaya manusia dengan cara:


pelatihan, pengelolaan dan penanganan sistem distribusi Air Minum/minum agar
dapat berjalan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.

2.

Strategi Pengelolaan Air Minum

Strategi pengelolaan air minum Kabupaten Bulukumba, meliputi kecamatan


Gantarang, Kindang, Bulukumpa, Kajang, Herlang, Botobahari, Bontotiro, Rilau Ale,
Ujung Bulu, Ujung Loe, Bontotiro yaitu:

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


a.

Peningkatan sistem pelayanan air minum pada kawasan perumahan dan


permukiman dan kawasan lainnya yang mengalami kesulitan distribusi Air
Minum;

b.

Pembangunan sistem distribusi minum untuk pelayanan kegiatan melalui


pendayagunaan potensi sumber air minum yang dapat dikembangkan dengan
menggunakan sistem jaringan perpipaan dan pemanfaatan air tanah dangkal dan
dalam (artesis); dan

c.

Mengoptimalkan penyelenggaraan pelayanan air minum yang lebih profesional,


termasuk

peningkatan

cakupan

pelayanan

serta

peningkatan

dukungan

pemerintah dalam hal aspek manajemen, teknis-teknologis, sistem pembiayaan


dan penyediaan air baku.
3.

Strategi Pengembangan Tata Laksana Sistem Pegelolaan Air Minum

Strategi pengembangan tata laksana sistem pengelolaan air minum, sebagai berikut:
a.

Peningkatan kualitas dan kuantitas penyelenggaraan sistem pelayanan air minum


dengan prinsip kebersamaan bahwa air minum adalah kebutuhan mendasar yang
harus terpenuhi;

b.

Azas keseimbangan untuk berfungsinya pelayanan air minum secara efisien dan
efektif dengan melakukan pembenahan dengan melengkapi prasarana dan sarana
yang paling minimal;

c.

Terciptanya keseimbangan kapasitas produksi dan distribusi yang mampu


menyalurkan air minum ke konsumen secara efektif, efisien dan berkelanjutan;
dan

d.

Mengoptimalkan prosedur dan tata cara perizinan dalam pengelolaan sistem air
minum, meliputi; jenis perizinan yang harus ditempuh dan prosesnya, tata cara
pengajuan perizinan dan kelengkapannya serta waktu penyelesaian dan besaran
pembiayaan.

4.

Pengembangan Tata Cara Pengawasan dan Pengendalian

Pengembangan tata cara pengawasan dan pengendalian sistem pelayanan Air


Minum/minum dalam hal:
a.

Prinsip dasar pengawasan yang dilaksanakan oleh instansi yang memberikan izin
sebagai dasar pengawasan;

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


b.

Prosedur pengawasan dilakukan berdasarkan ketentuan perundangan yang


berlaku;

c.

Dilakukan dalam rangka tertib pengelolaan serta pencapaian mutu; dan

d.

Penetapan sanksi bagi pelanggaran dan pemberian insentif bagi pemberi manfaat
yang diatur melalui peraturan daerah bagi setiap pelanggaran yang diduga akan
terjadi.

F. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN
Dalam pelaksanaan pelayanan air minum di Kabupaten Bulukumba, Gantarang
Kindang, Bulukumpa, Kajang, Herlang, Botobahari, Bontotiro, Rilau Ale, Ujung
Bulu, Ujung Loe, Bontotiro tiga hal pokok yang perlu mendapat perhatian dan
pengkajian lebih lanjut untuk mendukung kelancaran pelaksanaan, sebagai berikut:
a.

Pengelolaan administrasi dan aparatur pelaksanaan;

b.

Pengelolaan lingkungan; dan

c.

Peran pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.

1.

Pengelolaan Administrasi dan Aparatur Pelaksana

Aspek pengelolaan pembangunan terdapat dua masalah utama yaitu:


a.

Koordinasi antar sektor/lintas sektor dan antar instansi; dan

b.

Pengambilan keputusan.

Perencanaan,

pelaksanaan, dan pembiayaan

program-program pembangunan,

melibatkan banyak instansi dari berbagai bagian dan sektor. Kebijaksanaan satu
instansi sering menimbulkan dampak atas instansi lainnya. Atas dasar itu maka
penting sekali adanya komunikasi antar instansi tentang berbagai imformasi.
Mekanisme komunikasi antar instansi yang baik untuk memberi peringatan secara dini
kepada yang berkepentingan mengenai rencana-rencana instansi lainnya. Mekanisme
harus didasarkan pada informasi yang jelas mengenai program-program untuk dibahas
sebelum membuat suatu komitmen yang tegas.
Dalam bidang administrasi pelaksanaan, dikembangkan kearah suatu sistem
keterpaduan program pelaksanaan, yang efisien dan efektif. Hal ini berarti diperlukan
suatu pedoman sebagai landasan, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan di
lapangan, pengawasan, monitoring, dan pengendalian sampai pada tahap evaluasi

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


sebagai umpan balik program pembangunan. Harus dihindari simpul-simpul birokrasi
dalam administrasi yang berkepanjangan. Selama periode perencanaan perlu diatur
mekanisme pelimpahan kewenangan yang lebih besar dari tingkat yang lebih tinggi
kepada tingkat yang lebih rendah. Terpusatnya proses pengambilan keputusan pada
satu simpul, tidak membantu percepatan pelaksanaan program-program pembangunan
yang akan dilaksanakan.
2.

Pengelolaan Lingkungan

Pembinaan dan pengelolaan lingkungan dihadapkan kepada masalah pokok sebagai


berikut:
a.

Perkembangan tidak sepenuhnya atas dasar potensi akan tetapi karena tuntutan
fungsi secara regional maupun lokal. Hal ini mengakibatkan terjadinya
kesenjangan antara kesempatan memenuhi tuntutan pembangunan dengan
perkembangan aspirasi masyarakat;

b.

Kemampuan

Pemda

dan

masyarakat

yang

terbatas

dalam

menunjang

pembangunan, menimbulkan kecendrungan untuk memanfaatkan potensi


sumberdaya alam lain secara berlebihan. Kondisi ini kemudian kembali menjadi
masalah bagi masyarakat dan dampak lingkungan yang akan ditimbulkan; dan
c.

Pelaksanaan

pembangunan

tanpa

memperhatikan

pemanfaatan

potensi

sumberdaya secara optimal akan berdampak pada semakin besar beban


pembangunan. Keadaan yang demikian tentu tidak sesuai dengan usaha-usaha
agar pembangunan berjalan secara lancar dan efisien.
3.

Peran Pemerintah dan Masyarakat

Berhasilnya tidaknya pelaksanaan pelayanan air minum di Kabupaten Bulukumba,


akan sangat tergantung pada usaha pemerintah dan masyarakat. Untuk dapat
mewujudkan kondisi tersebut, perlu dihayati kegunaan dan manfaatnya, baik bagi
Pemerintah Daerah, swasta, maupun oleh seluruh lapisan masyarakat. Mekanisme
perencanaan pembangunan dari bawah ke atas (Bottom-up Planning) perlu
dikembangkan bukan saja pada tingkat perencanaan makro, tapi harus dilembagakan
pada tingkat-tingkat perencanaan pembangunan yang lebih mikro. Peran pemerintah
dan masyarakat yang dimaksud sebagai berikut:
a.

Yang bersifat langsung, pemerintah menanamkan dana dan biaya untuk


pembangunan prasarana dan sarana yang bersifat kepentingan umum sesuai

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


dengan prioritas yang telah. Ini berarti bahwa pemerintah harus pada posisi
memimpin (leading);
b. Yang bersifat tidak langsung, agar pembangunan yang dilaksanakan langsung

oleh pemerintah dapat menimbulkan rangsangan-rangsangan pembangunan lain


sesuai dengan rencana maka perlu diambil langka-langkah seperti; penyuluhan,
bimbingan kepada masyarakat, dan penyusunan/penyempurnaan peraturanperaturan baik yang bersifat memberikan inisiatif (rangsangan) maupun bersifat
menghambat/ membatasi pembangunan oleh masyarakat; dan
c.

Masyarakat baik melalui jalur formal maupun non formal terus ditingkatkan
kesadaran akan hal dan tanggung jawabnya dan peran sertanya pada
pembangunan atas dasar kebersamaan kepentingan dan tujuan.

G. KEBIJAKAN PENGELOLAAN AIR MINUM DI KABUPATEN


BULUKUMBA
Penyusunan kebijakan pelaksanaan pengelolaan air minum mempunyai tiga
pendekatan pengelolaan yaitu pengelolaan berbasis lembaga (tipe A), kombinasi dari
pengelolaan berbasis lembaga dan pengelolaan berbasis masyarakat (tipe B).dan
pengelolaan berbasis masyarakat (tipe C).
1.

Pengelolaan Berbasis Lembaga (Tipe A)

Pengambil keputusan dalam manajemen tipe ini adalah lembaga. Lembaga ini
memegang kekuasaan tertinggi dalam perumusan rencana, rancangan, operasi dan
pemeliharaan prasarana dan sarana serta pengelolaan pelayanannya Apabila ada
lembaga lain yang melakukan satu atau dua dari aspek-aspek tersebut. Lembaga ini
dapat berkonsultasi dapat pula tidak dengan para pelanggannya, dan hubungan dengan
mereka semata-mata bersifat komersil: pelanggan membayar uang sebagai biaya
penyambungan dan selanjutnya secara periodic diwajibkan membayar biaya
pelayanan. Contoh lembaga Tipe A ini adalah Perusahaan Daerah Air Minum,
Perusahaan Daerah Kebersihan, di beberapa kota khususnya di provinsi Sulawesi
Selatan.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


2.

Pengelolaan Bersama Lembaga dan Masyarakat (Tipe B)

Katagori tipe B terjadi karena tumpang tindihnya cakupan wilayah masing-masing


pengelolaan lembaga dan pengelolaan oleh masyarakat. Pendekatan tipe B membuka
peluang hibrida antara keduanya, dimana beberapa elemen dikelola oleh lembaga
sedangkan elemen-elemen lain oleh masyarakat pengguna. Kerjasama pengelolaan
didasarkan kepada kesepakatan kedua belah pihak dengan tetap mempertimbangkan
aspek komersial, namun segala urusan didalamnya sepenuhnya terserah kepada
anggota masyarakat yang bersangkutan.
3.

Pengelolaan Berbasis Masyarakat (Tipe C)

Karakteristik yang paling menonjol dari pengelolaan tipe ini adalah bahwa kekuasaan
tertinggi dalam pengambilan keputusan atas seluruh aspek yang menyangkut air
minum berada di tangan anggota masyarakat, mulai dari tahap awal identifikasi
kebutuhan pelayanan air minum, perencanaan tingkat pelayanan yang diinginkan,
perencanaan teknis, pelaksanaan pembangunan, hingga ke pengelolaan operasional.
Dalam waktu tertentu selama proses perkembangan mereka dapat memperoleh
fasilitasi dari pihak luar, misalnya informasi tentang berbagai alternatif teknologi dan
bantuan teknis (misalnya kontraktor, pengusaha, atau tenaga profesional), namum
keputusan terakhir tetap berada di tangan masyarakat itu sendiri.

H. STRATEGI KEBIJAKAN
Supaya tujuan pembangunan air minum dapat dicapai dengan baik diperlukan
perubahan kebijakan pembangunan air minum yang didasarkan kepada :
1.

Air Merupakan Benda Sosial dan Benda Ekonomi


Saat ini masyarakat menganggap bahwa air merupakan benda sosial (public good)
yang dapat diperoleh secara gratis dan tidak mempunyai nilai ekonomi. Anggapan
ini membuat masyarakat tidak menghargai air sebagai benda yang langka dan
mempunyai nilai ekonomi, sehingga masyarakat mengeksploitasi air secara bebas
dan berlebihan.
Untuk merubah anggapan dan perilaku tersebut diperlukan usaha kampanye
publik dan sosialisasi kepada lapisan masyarakat bahwa air merupakan benda
langka yang

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


mempunyai nilai ekonomi dan memerlukan pengorbanan untuk mendapatkannya.
Sehingga diharapkan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan air akan berubah,
lebih bijak dalam mengeksploitasi air, lebih efisien dalam memanfaatkan air,
berkorban dalam mendapatkan air. Prinsip utama dalam pelayanan air minum
adalah pengguna/pemakai harus membayar atas pelayanan yang diperolehnya.
2.

Pilihan yang Diinformasikan Sebagai Dasar dalam Pendekatan Tanggap


Kebutuhan
Pendekatan tanggap kebutuhan (Demand Responsive Approach) menempatkan
masyarakat pada posisi teratas dalam pengambilan keputusan dalam hal
pemilihan system yang akan dibangun, pendanaan, dan tata cara pengelolaannya.
Untuk meningkatan efektivitas pendekatan tersebut, pemerintah sebagai fasilitator
harus memberikan pilihan yang diinformasikan kepada masyarakat.
Pilihan yang diinformasikan tersebut menyangkut seluruh aspek pembangunan air
minum, seperti teknologi, pembiayaan, lingkungan sosial-budaya, kelembagaan
pengelolaan, serta partisipasi masyarakat dalam keinginan membayar untuk
pelayanan, biaya produksi dan pemeliharaan.

3.

Pembangunan Berwawasan Lingkungan


Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah upaya yang memadukan
lingkungan hidup, termasuk sumber daya air ke dalam proses pembangunan
untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan kualitas hidup generasi masa
kini dan generasi masa depan.
Pembangunan air minum mulai dari sumber air, pengambilan air baku,
pengolahan air minum, jaringan distribusi air minum dilaksanakan dengan
mempertimbangkan kaidah dan norma kelestarian lingkungan

4.

Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Pembangunan prasarana dan sarana air minum harus mampu mengubah perilaku
masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan sebagai dasar
menuju kualitas hidup yang lebih baik. Salah satu upaya untuk mengubah
perilaku masyarakat adalah melalui pendidikan perilaku hidup bersih dan sehat.
Hal ini merupakan komponen utama dalam pembangunan air minum selain
komponen fisik prasarana dan sarana air minum.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


5.

Keberpihakan pada Masyarakat Miskin


Pada dasarnya seluruh masyarakat Indonesia berhak untuk mendapatkan
pelayanan air minum yang layak dan terjangkau. Oleh sebab itu pembangunan air
minum harus
memperhatikan dan melibatkan secara aktif kelompok masyarakat miskin dan
kelompok masyarakat tidak mampu lainnya dalam proses pengambilan
keputusan. Hal ini sebagai upaya agar mereka tidak terabaikan dalam pelayanan
air minum, sehingga kebutuhan mereka akan air minum dapat terpenuhi secara
layak, adil dan terjangkau.

6.

Peran Perempuan dalam Pengambilan Keputusan


Perempuan mempunyai peran dalam memenuhi kebutuhan air minum untuk
kepentingan sehari-hari sangat dominan. Mereka langsung berhubungan dengan
pemanfaatan prasarana dan sarana air minum dan lebih mengetahui apa yang
mereka butuhkan dalam kemudahan menggunakan prasarana dan sarana air
minum.
Sehingga sepatutnya menempatkan perempuan sebagai pelaku utama dalam
pembangunan air minum.

7.

Akuntabilitas Proses Pembangunan


Dalam era desentralisasi dan keterbukaan maka pembangunan air minum harus
menempatkan masyarakat tidak lagi sebagai obyek pembangunan namun sebagai
subyek pembangunan. Kebijakan ini bertujuan meningkatkan rasa kepemilikan
masyarakat terhadap prasarana dan sarana air minum yang dibangun serta
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengenal lebih dini sistem
pengelolaannya.
Prisnsip dari, oleh dan untuk masyarakat dalam pembangunan air minum
mempunyai sasaran akhir masyarakat yang berkemampuan mengoperasikan,
memelihara, mengelola, dan mengembangkan prasarana dan sarana yang telah
dibangun. Sehingga pembangunan air minum harus lebih terbuka, transparan,
serta memberi peluang kepada semua pihak untuk memberikan kontribusi dalam
pembangunan air minum dengan kemampuan sumber daya yang ada pada seluruh
tahapan pembangunan, mulai perencanaan, pelasanaan, operasi dan pemeliharaan,
dan pengembangan pelayanan.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


8.

Peran Pemerintah Sebagai Fasilitator


Pada prinsipnya, peranan pemerintah dalam proses pemberdayaan masyarakat
adalah sebagai fasilitator, bukan sebagai penyedia. Sebagai fasilitator
pemberdayaan masyarakat, pemerintah dapat memberi kesempatan kepada pihak
lain yang berkompeten serta mendorong inovasi untuk meningkatkan pelayanan
air minum. Fasiltasi tidak diartikan sebagai pemberian prasarana dan sarana fisik
maupun subsidi langsung, namun pemerintah harus memberikan bimbingan
teknis dan non teknis secara terus menerus kepada masyarakat yang sifatnya
mendorong dan memberdayakan masyarakat agar mereka dapat merencanakan,
membangun, dan mengelola sendiri prasarana dan sarana air minum serta
melaksanakan secara mandiri kegiatan pendukung lainnya.

9.

Peran Aktif Masyarakat


Seluruh masyarakat harus terlibat secara aktif dalam setiap tahapan pembangunan
air minum. Keterlibatan tersebut dapat pula melalaui perwakilan yang demokratis
serta mencerminkan dan merepresentasikan keinginan dan kebutuhan mayoritas
masyarakat.

10. Pelayanan Optimal dan Tepat Sasaran


Pembangunan air minum harus optimal dan tepat sasaran, maksud optimal adalah
kualitas pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat, dan
nyaman serta terjangkau semua lapisan masyarakat. Jenis pelayanan air minum
harus ditawarkan kepada masyarakat pengguna agar mereka dapat memanfaatkan
sesuai dengan pilhannya. Tepat sasaran diartikan sebagai cakupan pelayanan
prasarana dan sarana air minum yang dibangun sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi oleh masyarakat.
11. Penerapan prinsip Pemulihan Biaya
Kapasitas dan kemampuan anggaran pemerintah (pusat dan daerah) yang ada
tidak mencukupi untuk terus membangun dan mengelola prasarana dan sarana air
minum bagi seluruh masyarakat. Untuk menunjang keberlanjutan pelayanan
maka pembangunan dan pengelolaan pelayanan air minum perlu memperhatikan
prinsip pemulihan biaya (cost recovery). Sehingga pembangunan air minum yang
berbasisi

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


masyarakat perlu memperhitungkan seluruh komponen biaya pembangunan,
mulai biaya perencanaan, pembangunan fisik, dan operasi pemeliharaan serta
penyusutannya (depreciation). Besaran iuran atas pelayanan air untuk menutup
minimal biaya operasional, harus disepakati oleh masyarakat pengguna sesuai
dengan tingkat kemampuan/daya beli masyarakat setempat.

I. TANTANGAN PENGEMBANGAN SPAM


Dengan beberapa isu yang berkembang dan permasalahan yang dihadapi dalam
pengembangan SPAM, beberapa tantangan yang cukup besar ke depan, diantaranya:
1.

Tantangan Internal:
Selain isu strategis, penyelenggaraan SPAM di Kabupaten Bulukumba
dihadapkan pada tantangan internal seperti:
a.

Tantangan dalam peningkatan cakupan kualitas air minum saat ini adalah
mempertimbangkan masih banyaknya masyarakat yang belum terlayani
meskipun minat masyarakat untuk mendapatkan pelayan penyediaan air
minum cukup tinggi. Potensi peningkatan cakupan pelayanan air minum
antara lain melalui program-program peningkatan kinerja operasi unit
pengolahan air eksisting, optimalisasi kapasitas unit produksi yang belum
termanfaatkan dan penambahan jaringan perpipaan distribusi.

b.

Tantangan lainnya dalam pengembangan SPAM di Kabupaten Bulukumba


adalah tuntutan PP 16/2005 untuk memenuhi kualitas air olahan PDAM
sebagai air yang layak diminum langsung (potable water) sesuai kriteria yang
telah disyaratkan.

c.

Banyak potensi dalam hal pendanaan pengembangan SPAM yang belum


dioptimalkan, merupakan tantangan yang harus segera dijawab dengan
penetapan skema pembiayaan yang tepat, efisien dan efektif dalam
pemanfaatan potensi sumber dana baik dari donor, swasta, bank, dan
masyarakat maupun mobilisasi dana daerah. Sedangkan adanya tuntutan
penerapan tarif dengan prinsip full cost recovery merupakan tantangan besar
dalam pengembangan SPAM.

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


d. Adanya tuntutan untuk penyelenggaraan SPAM yang profesional merupakan
tantangan dalam pengembangan SPAM di masa yang akan datang. Tantangan
tersebut akan mampu terjawab antara lain dengan operasionalisasi peraturan
normatif yang telah tersedia dan sertifikasi keahlian SDM penyelenggara
SPAM yang sampai saat ini belum sepenuhnya terwujud.
e.

Pemenuhan kualitas dan kuantitas air baku merupakan tantangan dalam


pengembangan SPAM di masa mendatang, mengingat sumber air baku yang
ada di Kabupate Bulukumba dalam kondisi terancam oleh aktivitas
masyarakat berupa perambahan hutan dan lainnya yang berkaitan dengan
pengelolaan sanitasi yang tidak sehat maupun terancam kekeringan akibat
meluasnya perkebunan kelapa sawit, yang menyerap air sangat banyak, di
sekitar sumber air baku. PP No. 16/2005 mengamanatkan adanya jaminan
pemenuhan standar pelayanan minimal dan kualitas air baku untuk
memenuhi standar yang diperlukan.

f.

Pemenuhan kebutuhan energi listrik dan bahan bakar yang handal dan sesuai
kebutuhan untuk mendukung penyelenggaraan SPAM di Kabupaten
Bulukumba, yang selama ini masih sangat terbatas dan menyebabkan
tingginya biaya operasional. Adanya tuntutan untuk lebih meningkatkan
pengarusutamaan jender dalam pembangunan air minum yang kini relatif
masih rendah.

h.

Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM yang


belum diberdayakan secara optimal, padahal hal ini merupakan peluang
untuk mencapai sasaran-sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan
SPAM

2.

Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal yang dihadapi penyelenggara SPAM di Kabupaten
Bulukumba antara lain sebagai berikut:
a.

Berkembangnya kegiatan penambangan baik di daratan maupun perairan


serta meluasnya pengalihan fungsi lahan menjadi perkebunan kelapa sawit
walaupun mendorong peningkatan pembangunan ekonomi tetapi juga
menjadi tekanan terhadap lingkungan hidup baik lingkungan biotis maupun
abiotis. Hal ini menjadi tantangan bagi Pemkab maupun masyarakat

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL


Kabupaten Bulukumba untuk memenuhi tuntutan akan pembangunan yang
berkelanjutan.
b.

Pasca reformasi, pengarusutamaan demokratisasi melalui pembangunan


berbasis masyarakat telah menjadi tuntutan untuk diterapkan. Hal ini
merupakan salah satu wujud dari penerapan good governance di Kabupaten
Bulukumba.

c.

Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals (MDGs)


2015 dan Protocol Kyoto dan Habitat, dimana pembangunan perkotaan harus
berimbang dengan pembangunan perdesaan.

J. MONITORING DAN SUPERVISI


Monitoring dan supervisi akan dilakukan, bagaimana mengatur tugas dan kewajiban,
jadwal dan rencana tindak turun tangan terhadap permasalahan dan atau beserta
sanksinya, mencakup:
a.

Monitoring dan supervisi


Dilakukan secara berkala oleh berbagai pihak sesuai dengan tugas pokok dan
kewenangannya dalam hal:

Kegiatan pembangunan yang perlu disupervisi dan atau dipantau;

Tugas dan kewenangan memantau;

Cakupan materi supervisi dan pantauannya;

Unit kerja yang perlu menindaklanjuti temuan supervisi dan pemantauan;


dan

b.

Kemana hasil temuan atau pantauan masyarakat disampaikan.

Tindak turun tangan


Tindak turun tangan (T3), dilakukan melalui klarifikasi:

Jenis dan klarifikasi pelanggaran yang dapat dikenai sanksi, apa sanksinya
dan siapa yang memberikan sanksi; dan

c.

Prosedur penanangan rencana tindak turun tangan.

Review/kaji ulang
Review atau kaji ulang dilakukan secara berkala disesuaikan dengan
perkembangan yang terjadi:

IV90

LAPORAN PROJECT PROFESIONAL

Berkala tengah tahunan terhadap rencana/kegiatan tahun berjalan; dan

Berkala 5 (lima) tahunan tehadap pelaksanaan kebijakan dan strategi,


pencapaian target jangka menengah dan pengembangan kelembagaan
serta infrastruktur.

IV90

Anda mungkin juga menyukai