Oleh:
Bela Romandha S, S.Kep. NIM 1501031041
JANUARI, 2016
LEMBAR KONSULTASI
TANGGAL
URAIAN PEMBIMBING
PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK By. M DENGAN BBLR
DI RUANG PERINATOLOGI RSD DR. SOEBANDI JEMBER
Mahasiswa
Menyetujui,
Pembimbing Akademik
Pembimbing Ruangan
Nama
: By. M
Diagnosa Medis
: BBLR
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan imaturitas fungsi hepar.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan nutrisi.
3. Ketidakefektifan pola nafas ybd disfungsi neuromuskuler.
4. Hipotermia ybd peningkatan area permukaan tubuh terhadap rasio berat badan.
5. Ketidakefektifan pemberian ASI ybd reflek hisap lemah.
6. Risiko infeksi ybd pertahanan tubuh primer tidak adekuat.
Mahasiswa
Menyetujui,
Pembimbing Akademik
Pembimbing Ruangan
I.
KONSEP MEDIS
A. Definisi
BBLR adalah bayi yang mempuyai berat badan lahir kurang dari 2500 gram. BBLR ada 3
macam yaitu:
1. Bayi dengan usia kehamilan aterm (37-42 minggu) maupn posterm (kurang 42 minggu)
dengan BB <2,5 kg, kecil untuk masa kehamilan.
2. Bayi dengan preterm (28-37 minggu) BB<2,5 kg, BB bayi sesuai dengan umur
kehamilan. Disebut juga premature murni.
3. Bayi Preterm usia (28-37 minggu) BB<dari umur kehamilan.
Menurut WHO(1961) BBLR adalah semua bayi baru lahir yang BBnya kurang atau sama
dengan 2500.
Kongres European Perinatal Medicine II di London diusulkan definisi sebagai berikut:
1. Pre Term Infant
2. Term Infant
3. Post Term Infant
Dengan pengertian seperti apa yang telah diterangkan diatas, maka bayi BBLR dibagi
menjadi dua golongan ,yaitu:
1. Prematuritas Murni
a. Gizi saat hamil yang kurang dan antenatal care yang kurang
b. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35tahun
c. Jarak kehamilan dan bersalin yamg telalu dekat
d. Ibu pendek dengan tinggi badan kurang dari 150cm
e. Penyakit menahun ibu, hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok,
gangguan narkotik.
f. Pekerjaan yang terlalu berat.
2. Faktor kehamilan.
a. Penyakit yang berhubungan dengan kehamilan misalnya toxemia gravidarum,
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis
b. Hamil ganda
c. Hamil dengan hidromion
3. Faktor janin
a. Cacat bawaan
b. Infeksi dalam rahim
c. Gangguan metabolisme dalam rahim
d. Kelainan kromosom
e. Syphilis termasuk infeksi kronis
4. Faktor-faktor yang lain
a. Radiasi
b. Bahan-bahan keratogen atau karsinogen
c. Tempat tinggal didataran tinggi (Sacharin, 2010)
Faktor Janin
Faktor Plasenta
BBLR/BLSR
Jaringan lemak
sub kutan lebih tipis
Prematuritas
Penguapan
Pemaparan
berlebih dengan Kehilangan
suhu luar panas
Kekurangan cadangan
Penurunan
energi
daya tahan
Hati
melalui kulit
Konjugasi bilirubin
Dinding
blmlambung
baik Periltastik
lunak
Malnutrisi Resiko infeksi
belum
sempurna
Kehilangan panas
Hipoglikemi
Hipotermia
Ginjal
Imaturitas
Ginjal
Filtrasi
glomerulus
menurun
Kekurangan
volume cairan
dehidrasi
Usus
Absorbsi urin
menurun
Paru
-Pertumbuhan
ddg dada blm
sempurna
-Vaskuler
Paru imatur
Insuf.
Pernafasan
Penyakit
membrane
hialin
Hiper
Mudah
bilirubin kembung
Ikterus
Pengosongan
lambung ke usus
halus belum baik
Tidak terjadi
Otak
Kulit
Halus
Imaturitas sentrum2
-Imaturitas
Vital
Lensa mata mudah lecet
-Sekunder
efek O2
Regulasi Pernafasan Resiko Infeksi Piod
Retrolentral Fibroplasia
Pernafasan Periodic
Retinopaty
Ketidakseimbang
penyerapan
an nutrisi kurang
nutrisi di usus
dari kebutuhan
tubuh
Reflek menelan blm sempurna
Pernafasan Biot
Ketidakefektifan
pola nafas
Mata
Sepsis
Sistem Sirkulasi
a. Kerja jantung lemah lembut dan lambat
b. Sirkulasi perifer seringkali buruk dan dinding pembuluh darah juga lemah
c. Tekanan darah lebih rendah (sistolik 45-60 mmHg, diastolik 30-45 mmHg)
d. Nadi bervariasi antara 100 dan 160/menit
e. Cenderung ditemukan aritmia
3.
Pengendalian suhu.,
a.
Cenderung memiliki suhu tubuh yang subnormal yang disebabkan karena produksi
panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas, pusat pengatur panas belum
berfungsi dengan sempurna, kurangnya lemak dalam jaringan akibatnya mempercepat
perubahan suhu tubuh, kurangnya pergerakan sehingga produksi panas juga
berkurang, permukaan tubuhlebih luas sehingga pengeluaran panas melalui tubuh
lebih besar.
b.
c.
Sistem Pencernaan
a.
b.
Sering terjadi regurgitasi karena mekanisme penutupan spinter jantung yang kurang
berkembang dan spinter pylorus yang relatif kuat.
5.
Sistem Urinarius
a.
b.
Urin sedikit
c.
6.
Sistem Persarafan
a. Tangisan lemah
b. Pusat pengendalian fungsi vital kurang berkembang
c. Lebih sulit untuk dibangunkan
7.
Sistem Genetalia
a.
Genital kecil
b.
Pada laki-laki, testis terdapat dalam abdomen, kanalis ingualis atau skrotum.
c.
Pada wanita labia minor tidak ditutupi oleh labia mayor hingga aterm.
8.
Gambaran umum
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Kuku lembut dan lanugo mencolok tetapi terdapat sedikit atau tidak ditemukan
verniks caseosa.
h.
i.
Komplikasi
1. Sindroma aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindroma distress respirasi, penyakit
membrane hialin
2. Hiperbilirubinemia, perdarahan ventrikel otak
3. Hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah
4. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi congenital
E. Diagnostik
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
F. Penatalaksanaan Medis
1. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
2. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
3. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotic yang tepat
G. Langkah Pencegahan
1. Mencegah kehamilan premature
2. Pemeriksaan kehamilan yang teratur dan berkualitas
3. Meningkatkan status nutrisi ibu
H. Penatalaksanaan
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan bayi BBLR
cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa
neonatal. Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun
psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :
1.
Oksigenasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan mempertahankan
respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan
atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada
BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini
diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk
mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit
bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of
prematurity.
2.
Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah
pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat
dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem
kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang
netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal.
Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5C 37,5C,
sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7C 37,3C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
a. Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan ibunya. Jika
ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai penggantinya.
b. Pemancar pemanas.
c. Ruangan yang hangat.
d. Inkubator
Tabel 2.1 Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
Stabilisasi kondisi
Perlindungan suhu
Pemberian ASI
Ibu bebas bergerak
Menurunkan morbiditas
Meningkatkan harapan hidup
Denyut jantung bayi lebih stabil
Pernapasan bayi lebih teratur
Distribusi oksigen ke seluruh tubuh menjadi lebih baik
Mencegah bayi terkena udara dingin
Waktu tidur bayi lebih lama
Pemakaian kalori berkurang
Mempermudah pemberian ASIproduksi ASI meningkat
Ikatan batin dengan ibu lebih baik
Bayi lebih tenang dan rileks
Pengaruh psikologis terhadap orang tua lebih baik
kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan
digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian
nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral
ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam pemberian
makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha
memberi makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau
melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan
kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung,
saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress dan keletihan.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas
sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan
reflek menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke
lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi
abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan. Kapasitas lambung berdasarkan umur dapat
diukur sebagai berikut (Jones, dkk., 2005) :
Tabel 2.2 Kapasitas lambung berdasarkan umur
4.
lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR imunitas seluler dan humoral
masih kurang sehingga sangat rentan denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk mencegah infeksi antara lain :
a. Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan cuci
tangan terlebih dahulu.
b. Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur. Ruang
perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
c. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang
perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk memakai
alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.
Kontrol infeksi
Bayi premature sangat mudah terkena infeksi disebabkan sistem kekebalan tubuhnya
masih imatur.
Beberapa factor yang menyebabkan neonatus mudah terkena infeksi:
a. Prematuritas
b. Terlalu lama dirawat di rumah sakit
c.
d.
e.
f.
g.
Pencegahan infeksi
Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi kejadian infeksi nosokomial:
a.
b.
c.
d.
Sebagian besar tranmisi bakteri pathogen terjadi melalui tangan penting cuci tangan.
Setiap pasien mempunyai alat sendiri.
Gunakan alat sekali pakai.
Lakukan prosedur dengan teknik antiseptic dan aseptic.
5.
Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan kalori,
elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm karena kandungan
air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi
preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis
terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut
sangat peka terhadap kehilangan cairan.
II. KONSEP KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.
Biodata
1)
Identitas bayi
2)
b.
c.
Pemeriksaan Penunjang
1) Penurunan Hb/Hct
2) Serum glukosa menurun
3) Elektrolit(Na,K,Cl)
4) BGA,asidosis
5) Trombositopenia
6) Serum kalsium menurun (Saifudin, 2007).
2.
Diagnosa Keperawatan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2.
1. Manajemen infeksi
1. Manajemen infeksi
a. Ajarkan
keluarga
membiasakan
a. Mencegah transfer kuman infeksi dari
mencuci tangan sebelum kontak dengan
keluarga.
klien.
b. Lakukan segala tindakan kepada klien
b. Mencegah transfer kuman infeksi dari
dengan cara aseptik.
perawat.
2. Monitor dan evaluasi
2. Monitor dan evaluasi
a. Observasi tanda-tanda infeksi.
a. Mengetahui tanda-tanda infeksi agar
segera dapat ditindaklanjuti.
b. Observasi kadar leukosit dalam darah.
b. Peningkatan jumlah leukosit melebihi
batas normal adalah indikasi infeksi.
3. Health education
3. Health education
a. Beri informasi kepada keluarga bahwa
a. Meningkatkan pemahaman keluarga
klien rentan terjadi infeksi.
bahwa klien memiliki kerentanan
terjadi infeksi.
b. Beri informasi kepada keluarga tentang
b. Meningkatkan pemahaman keluarga
cara pencegahan infeksi.
tentang cara pencegahan infeksi.
4. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
4. Obat untuk membunuh kuman infeksi dan
mencegah terjadinya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A. H. dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.
Sacharin, Rosa M. 2010. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Herdman, T. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2015-2017. Jakarta: EGC.
Saifudin, A. B. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
JNPKKR-POGI: Jakarta.