Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK BY. M DENGAN


BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)
DI RUANG PERINATOLOGI RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh:
Bela Romandha S, S.Kep. NIM 1501031041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

JANUARI, 2016
LEMBAR KONSULTASI

TANGGAL

MATERI YANG DIKONSULTASIKAN DAN

NAMA & TTD

URAIAN PEMBIMBING

PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK By. M DENGAN BBLR
DI RUANG PERINATOLOGI RSD DR. SOEBANDI JEMBER

Jember, 06 Januari 2016


Mengetahui,
Kepala Ruangan

Mahasiswa

Purgaryantyas S, S. Kep., Ners.


NIP. 197206261996032003

Bela Romandha S., S.Kep.


NIM. 15010301041

Menyetujui,
Pembimbing Akademik

Pembimbing Ruangan

Ns. Zuhrotul Eka Yulis, S.Kep., M.Kes.


NPK. 01503619

Purgaryantyas S, S. Kep., Ners.


NIP. 197206261996032003

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK By. M DENGAN BBLR


DI RUANG PERINATOLOGI RSD DR. SOEBANDI JEMBER

Nama
: By. M
Diagnosa Medis
: BBLR
Diagnosa Keperawatan:
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan imaturitas fungsi hepar.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang
asupan nutrisi.
3. Ketidakefektifan pola nafas ybd disfungsi neuromuskuler.
4. Hipotermia ybd peningkatan area permukaan tubuh terhadap rasio berat badan.
5. Ketidakefektifan pemberian ASI ybd reflek hisap lemah.
6. Risiko infeksi ybd pertahanan tubuh primer tidak adekuat.

Jember, 06 Januari 2016


Mengetahui,
Kepala Ruangan

Mahasiswa

Purgaryantyas S, S. Kep., Ners.


NIP. 197206261996032003

Bela Romandha S., S.Kep.


NIM. 15010301041

Menyetujui,
Pembimbing Akademik

Pembimbing Ruangan

Ns. Zuhrotul Eka Yulis, S.Kep., M.Kes.


Purgaryantyas S, S. Kep., Ners.
NPK. 01503619
NIP. 197206261996032003
BBLR (BERAT BAYI LAHIR RENDAH)

I.

KONSEP MEDIS
A. Definisi
BBLR adalah bayi yang mempuyai berat badan lahir kurang dari 2500 gram. BBLR ada 3
macam yaitu:
1. Bayi dengan usia kehamilan aterm (37-42 minggu) maupn posterm (kurang 42 minggu)
dengan BB <2,5 kg, kecil untuk masa kehamilan.
2. Bayi dengan preterm (28-37 minggu) BB<2,5 kg, BB bayi sesuai dengan umur
kehamilan. Disebut juga premature murni.
3. Bayi Preterm usia (28-37 minggu) BB<dari umur kehamilan.
Menurut WHO(1961) BBLR adalah semua bayi baru lahir yang BBnya kurang atau sama
dengan 2500.
Kongres European Perinatal Medicine II di London diusulkan definisi sebagai berikut:
1. Pre Term Infant
2. Term Infant
3. Post Term Infant

: masa gestasi<259hari (37minggu)


: masa gestasi259-293 hari (37-41minggu)
: masa gestasi 294 hari atau lebih (42 minggu atau lebih)

Dengan pengertian seperti apa yang telah diterangkan diatas, maka bayi BBLR dibagi
menjadi dua golongan ,yaitu:
1. Prematuritas Murni

: Masa gestasi kurang dari 37minggu dan Bbnya sesuai dengan

BB masa gestasi ini.


2. Dismamatur

: Kalau BB bayi tersebut kurang dari BB seharusnya untuk masa-

masa gestasi (Saifudin dkk, 2007).


B. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan BBLR adalah
1. Faktor ibu

a. Gizi saat hamil yang kurang dan antenatal care yang kurang
b. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35tahun
c. Jarak kehamilan dan bersalin yamg telalu dekat
d. Ibu pendek dengan tinggi badan kurang dari 150cm
e. Penyakit menahun ibu, hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok,
gangguan narkotik.
f. Pekerjaan yang terlalu berat.
2. Faktor kehamilan.
a. Penyakit yang berhubungan dengan kehamilan misalnya toxemia gravidarum,
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis
b. Hamil ganda
c. Hamil dengan hidromion
3. Faktor janin
a. Cacat bawaan
b. Infeksi dalam rahim
c. Gangguan metabolisme dalam rahim
d. Kelainan kromosom
e. Syphilis termasuk infeksi kronis
4. Faktor-faktor yang lain
a. Radiasi
b. Bahan-bahan keratogen atau karsinogen
c. Tempat tinggal didataran tinggi (Sacharin, 2010)

C. Pathway (Herdman, 2015 dan Nurarif, 2015)


Etiologi
Faktor Ibu

Faktor Janin
Faktor Plasenta
BBLR/BLSR

Permukaan tubuh Relatif lebih luas

Jaringan lemak
sub kutan lebih tipis

Prematuritas

Fungsi organ-organ belum baik

Penguapan
Pemaparan
berlebih dengan Kehilangan
suhu luar panas
Kekurangan cadangan
Penurunan
energi
daya tahan
Hati
melalui kulit

Konjugasi bilirubin
Dinding
blmlambung
baik Periltastik
lunak
Malnutrisi Resiko infeksi
belum
sempurna

Kehilangan panas

Hipoglikemi
Hipotermia

Ginjal
Imaturitas
Ginjal
Filtrasi
glomerulus
menurun
Kekurangan
volume cairan

dehidrasi

Usus

Absorbsi urin
menurun

Paru
-Pertumbuhan
ddg dada blm
sempurna
-Vaskuler
Paru imatur
Insuf.
Pernafasan
Penyakit
membrane
hialin

Hiper
Mudah
bilirubin kembung
Ikterus

Pengosongan
lambung ke usus
halus belum baik
Tidak terjadi

Otak

Kulit

Halus
Imaturitas sentrum2
-Imaturitas
Vital
Lensa mata mudah lecet
-Sekunder
efek O2
Regulasi Pernafasan Resiko Infeksi Piod
Retrolentral Fibroplasia

Pernafasan Periodic
Retinopaty

Ketidakseimbang
penyerapan
an nutrisi kurang
nutrisi di usus
dari kebutuhan
tubuh
Reflek menelan blm sempurna
Pernafasan Biot

Ketidakefektifan pemberian ASI

Ketidakefektifan
pola nafas

Mata

Sepsis

D. Tanda Dan Gejala


Menurut Sacharin (2010), tanda dan gejalanya sebagai berikut :
1. Sistem Pernafasan
a. Apnea
b. Ritme dan dalamnya pernafasan cenderung tidak teratur
c. Timbul sianosis
d. Kecepatan pernafasan dapat 60-80.
2.

Sistem Sirkulasi
a. Kerja jantung lemah lembut dan lambat
b. Sirkulasi perifer seringkali buruk dan dinding pembuluh darah juga lemah
c. Tekanan darah lebih rendah (sistolik 45-60 mmHg, diastolik 30-45 mmHg)
d. Nadi bervariasi antara 100 dan 160/menit
e. Cenderung ditemukan aritmia

3.

Pengendalian suhu.,
a.

Cenderung memiliki suhu tubuh yang subnormal yang disebabkan karena produksi
panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas, pusat pengatur panas belum
berfungsi dengan sempurna, kurangnya lemak dalam jaringan akibatnya mempercepat
perubahan suhu tubuh, kurangnya pergerakan sehingga produksi panas juga
berkurang, permukaan tubuhlebih luas sehingga pengeluaran panas melalui tubuh
lebih besar.

b.

Kegagalan untuk mempertahankan suhu adekuat disebabkan karena tidak adanya


jaringan adipose coklat (yang mempuyai aktivitas metabolic yang tinggi). Pernafasn
yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk. Aktivitas otot yang buruk dan
pemasukan makanan yang rendah.

c.

Metode kehilangan panas


1) Evaporasi
Kehilangan panas ke udara ruangan melelui kulit yang basah atau selaput mukosa.
2) Konduksi
Terjadi jika bayi diletakkan pada perukaan yang dingin dan padat.
3) Radiasi
Terjadi jika panas berpindah dari bayi ke benda padat lainnya tanpa melalui
kontak langsung.
4) Konveksi

Kehilangan panas dari kulit bayi ke udara yang bergerak.


5.

Sistem Pencernaan
a.

Reflek menghisap dan menelan lemah

b.

Sering terjadi regurgitasi karena mekanisme penutupan spinter jantung yang kurang
berkembang dan spinter pylorus yang relatif kuat.

5.

Sistem Urinarius
a.

GFR(Glomerolus Filtrasi Rate) menurun

b.

Urin sedikit

c.

Sering terjadi gangguan keseimbangan keseimbangan air dan elektrolit

6.

Sistem Persarafan
a. Tangisan lemah
b. Pusat pengendalian fungsi vital kurang berkembang
c. Lebih sulit untuk dibangunkan

7.

Sistem Genetalia
a.

Genital kecil

b.

Pada laki-laki, testis terdapat dalam abdomen, kanalis ingualis atau skrotum.

c.

Pada wanita labia minor tidak ditutupi oleh labia mayor hingga aterm.

8.

Gambaran umum
a.

Bbkurang dari 2500 gr

b.

TB kurang dari 45cm

c.

Lingkar dada kurang dari 30 cm

d.

Lingkar kepala kurang dari 33 cm

e.

Kulit biasanya tipis, merah, dan berkerut.

f.

Ditemukan sedikit lemak subkutan.

g.

Kuku lembut dan lanugo mencolok tetapi terdapat sedikit atau tidak ditemukan
verniks caseosa.

h.

Rambut pendek dan jarang.

i.

Alis mata sering kali tidak ada.

Komplikasi
1. Sindroma aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindroma distress respirasi, penyakit
membrane hialin
2. Hiperbilirubinemia, perdarahan ventrikel otak
3. Hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah
4. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi congenital
E. Diagnostik
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
F. Penatalaksanaan Medis
1. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
2. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
3. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotic yang tepat
G. Langkah Pencegahan
1. Mencegah kehamilan premature
2. Pemeriksaan kehamilan yang teratur dan berkualitas
3. Meningkatkan status nutrisi ibu
H. Penatalaksanaan
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan bayi BBLR
cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa
neonatal. Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun
psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :
1.

Oksigenasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan mempertahankan

respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan
atau tanpa penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada

BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu. Dalam kondisi seperti ini
diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk
mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit
bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of
prematurity.
2.

Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya respirasi adalah

pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan panas pada bayi distress sangat
dibutuhkan karena produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem
kardiovaskular, neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang
netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran kalori minimal.
Menurut Thomas (1994) suhu aksilar optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5C 37,5C,
sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7C 37,3C.
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui
beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
a. Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi dengan ibunya. Jika
ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain sebagai penggantinya.
b. Pemancar pemanas.
c. Ruangan yang hangat.
d. Inkubator
Tabel 2.1 Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan berat

Manfaat Kangoroo Mother Care (KMC)

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.

Stabilisasi kondisi
Perlindungan suhu
Pemberian ASI
Ibu bebas bergerak
Menurunkan morbiditas
Meningkatkan harapan hidup
Denyut jantung bayi lebih stabil
Pernapasan bayi lebih teratur
Distribusi oksigen ke seluruh tubuh menjadi lebih baik
Mencegah bayi terkena udara dingin
Waktu tidur bayi lebih lama
Pemakaian kalori berkurang
Mempermudah pemberian ASIproduksi ASI meningkat
Ikatan batin dengan ibu lebih baik
Bayi lebih tenang dan rileks
Pengaruh psikologis terhadap orang tua lebih baik

Kriteria BBLR yang akan menggunakan KMC


a.
b.
c.
d.
e.
f.
3.

Kondisi secara klinis baik dan stabil


Berat lahir antara 1000-2500 gram atau 1000 gram
Suhu tubuh stabil (36,5-37,5oC)
Kemampuan menghisap dan menelan baik
Grafik berat badan cenderung naik
Ibu atau pengganti ibu ingin memakai metode KMC
Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi terdapat

kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme ingesti dan
digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian
nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral
ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam pemberian
makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring dapat terganggu oleh usaha
memberi makan yang terlalu cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau
melebihi kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan
kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung,
saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress dan keletihan.

Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan, dan bernapas
sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan
reflek menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke
lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami distensi
abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan. Kapasitas lambung berdasarkan umur dapat
diukur sebagai berikut (Jones, dkk., 2005) :
Tabel 2.2 Kapasitas lambung berdasarkan umur

4.

Perlindungan terhadap infeksi


Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua bayi baru

lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR imunitas seluler dan humoral
masih kurang sehingga sangat rentan denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan
untuk mencegah infeksi antara lain :
a. Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus melakukan cuci
tangan terlebih dahulu.
b. Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara teratur. Ruang
perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
c. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki ruang
perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan untuk memakai
alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.
Kontrol infeksi
Bayi premature sangat mudah terkena infeksi disebabkan sistem kekebalan tubuhnya
masih imatur.
Beberapa factor yang menyebabkan neonatus mudah terkena infeksi:
a. Prematuritas
b. Terlalu lama dirawat di rumah sakit

c.
d.
e.
f.
g.

Rasio perawat-pasien tidak seimbang


Pemakaian alat-alat bantu kesehatan/tindakan invasif
Pemberian antibiotic terlalu lama
Neonatus sakit berat
Pengendalian infeksi nosokomial belum memadai

Pencegahan infeksi
Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi kejadian infeksi nosokomial:
a.
b.
c.
d.

Sebagian besar tranmisi bakteri pathogen terjadi melalui tangan penting cuci tangan.
Setiap pasien mempunyai alat sendiri.
Gunakan alat sekali pakai.
Lakukan prosedur dengan teknik antiseptic dan aseptic.

5.

Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan tambahan kalori,

elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting pada bayi preterm karena kandungan
air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi
preterm). Hal ini dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis
terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi tersebut
sangat peka terhadap kehilangan cairan.
II. KONSEP KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
a.

Biodata
1)

Identitas bayi

2)

Identitas orang tua,

b.

Pemeriksaan Biologis Ibu


1) Riwayat kehamilan,umur kehamilan dan lain-lain
2) Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan
3) Keadaan fisik ibu saat pengkajian
4) Riwayat penyakit ibu

c.

Pemeriksaan Fisik Bayi


1) Keadaan bayi saat dilahirkan:warna kulit, rambut, tebal lemah subkutan, gerakan,
hasil Apgarscore, kemampuan bernafas, temperatur dan lain-lain.

2) Keadan bayi saat pengkajian: fisik, kesadaran, tingkatan sakit,kemampuan


bernafas, temperatur dan lain-lain.
3) Pengkajian proses pertolongan dan penanganan selanjutnya.
d.

Pemeriksaan Penunjang
1) Penurunan Hb/Hct
2) Serum glukosa menurun
3) Elektrolit(Na,K,Cl)
4) BGA,asidosis
5) Trombositopenia
6) Serum kalsium menurun (Saifudin, 2007).

2.

Diagnosa Keperawatan
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Ketidakefektifan pola napas ybd imaturitas neurologis.


Hipotermia ybd peningkatan area permukaan tubuh terhadap rasio berat badan.
Ketidakefektifan pemberian ASI ybd prematuritas.
Kekurangan volume cairan ybd kegagalan mekanisme regulasi.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ybd kurang asupan ASI.
Risiko infeksi ybd pertahanan tubuh primer dan sekunder tidak adekuat (Herdmant,
2015).

1. Diagnosa keperawatan 1: Ketidakefektifan pola napas ybd imaturitas neurologis.


Tujuan: pola napas klien efektif dalam waktu 3 Kriteria hasil:
x 24 jam
1) RR dalam batas normal
2) Tidak ada retraksi dada
3) Tidak ada pernapasan cuping hidung
Intervensi
Rasional
1. Manajemen pola napas
2. Manajemen pola napas
Posisikan klien sniffing position.
Posisi untuk melancarkan jalan napas.
2. Monitor dan evaluasi
3. Monitor dan evaluasi
e. Observasi RR klien.
a. Memantau pernapasan klien untuk
menentukan
apakah
mengalami
gangguan atau tidak.
f. Observasi retraksi dada klien.
b. Memantau pengembangan paru klien
apakah mengalami gangguan atau
g. Observasi pernapasan cuping hidung.
tidak.
3.
Health education
c. Memantau kesulitan klien dalam
a. Beri informasi kepada keluarga bahwa
bernafas.
klien
mengalami
masalah 4. Health education
ketidakefektifan pola napas
a. Meningkatkan pengetahuan keluarga
b. Beri informasi kepada keluarga tentang
tentang masalah ketidakefektifan pola
penyebab ketidakefektifan pola napas
napas klien.
klien.
b. Meningkatkan pemahaman keluarga
4.
Kolaborasi untuk pemberian
tentang
penyebab
masalah
terapi oksigen.
ketidakefektifan pola napas klien.
5. Memenuhi kebutuhan oksigen klien secara
adekuat.

2.

Diagnosa keperawatan 2: Hipotermia ybd peningkatan area permukaan tubuh


terhadap rasio berat badan.
Tujuan: hipotermi klien dapat teratasi dalam 3 Kriteria hasil:
x 24 jam.
1) Suhu tubuh klien dalam batas normal
(36,5-37,5oC).
2) Akral tubuh normal.
Intervensi
Rasional
1. Manajemen hipotermi
1. Manajemen hipotermi
a. Lakukan pembedongan pada tubuh
a. Mencegah efek suhu lingkungan yang
klien.
dingin.
b. Membantu memberi kehangatan pada
b. Gunakan lampu penghangat.
tubuh.
c. Mencegah hilangnya panas tubuh
c. Hindari pemakaian popok basah terlalu
akibat popok yang basah.
lama.
d. Mentransfer panas tubuh ibu atau
d. Ajarkan keluarga untuk melakukan
anggota keluarga yang lain ke tubuh
KMC.
bayi.
2. Monitor dan evaluasi
2. Monitor dan evaluasi
a. Memantau penurunan suhu tubuh klien.
a. Observasi suhu tubuh klien.
b. Akral tubuh dingin menandakan
b. Observasi akral tubuh klien.
terjadinya hipotermi.
3. Health education
3. Health education
a. Meningkatkan pengetahuan keluarga
a. Beri informasi kepada keluarga tentang
tentang penyebab hipotermi.
penyebab hipotermi klien.
b. Meningkatkan pemahaman keluarga
b. Beri informasi kepada keluarga tentang
untuk menangani hipotermi.
cara menangani hipotermi klien.
4. Pemberian asupan lemak melalu jalur
4. Kolaborasi pemberian lipid intravena.
intravena
untuk
meningkatkan
pembentukan lemah bawah kulit sebagai
penghasil panas tubuh.
3.
Diagnosa keperawatan 3: Ketidakefektifan pemberian ASI ybd prematuritas.
Tujuan: pemberian ASI klien efektif dalam Kriteria hasil:
waktu 3 x 24.
1) Bayi mampu latch-on.
2) Reflek hisap klien baik.
3) Berat badan klien meningkat.
Intervensi
Rasional
1. Manajemen laktasi
1. Manajemen laktasi
a. Latih ibu dan bayi untuk latching on.
a. Memposisikan pelekatan bayi dengan
payudara ibu yang benar.
b. Lakukan massage oral pada klien.
b. Merangsang reflek menghisap.
2. Monitor dan evaluasi
2. Monitor dan evaluasi
a. Observasi kemampuan klien latch-on.
a. Mengetahui
perkembangan
kemampuan latch-on.
b. Observasi reflek hisap klien.
b. Mengetahui
perkembangan
kemampuan reflek menghisap.

c. Observasi berat badan klien.

c. Mengetahui keefektifan pemberian ASI


berdasarkan peningkatan berat badan.
3. Health education
3. Health education
a. Beri informasi kepada keluarga tentang
a. Meningkatkan pengetahuan keluarga
manfaat ASI bagi klien.
tentang pentingnya ASI bagi klien.
b. Beri informasi kepada keluarga tentang
b. Meningkatkan pemahaman keluarga
penyebab masalah ketidakefektifan
tentang
penyebab
masalah
pemberian ASI.
ketidakefektifan pemberian ASI.
c. Beri informasi kepada keluarga tentang
c. Meningkatkan keluarga tentang cara
cara
menangani
masalah
menangani masalah ketidakefektifan
ketidakefektifan pemberian ASI.
pemberian ASI.
4. Kolaborasi untuk pemasangan OGT/NGT. 4. Mempertahankan pemenuhan ASI klien
melalui selang OGT/NGT.

4. Diagnosa keperawatan 4: Kekurangan volume cairan ybd kegagalan mekanisme regulasi.


Tujuan: volume cairan klien bertambah dalam Kriteria hasil:
3 x 24 jam.
1) Turgor kulit klien < 2 detik.
2) Mukosa bibir klien lembab.
3) UUB normal.
Intervensi
Rasional
1. Manajemen cairan
1. Manajemen cairan
Lakukan pemberian ASI atau susu formula.
Memenuhi asupan cairan per oral.
2. Monitor dan evaluasi
2. Monitor dan evaluasi
a. Observasi turgor kulit klien.
a. Penurunan tugor kulit menandakan
klien telah mengalami dehidrasi.
b. Observasi mukosa bibir klien.
b. Mukosa bibir kering merupakan tanda
terjadinya dehidrasi.
c. Observasi UUB klien.
c. UUB cekung adalah tanda dehidrasi.
3. Health education
3. Health education
a. Beri informasi kepada keluarga tentang
a. Meningkatkan pemahaman keluarga
penyebab kekurangan volume cairan.
tentang penyebab kekurangan volume
cairan.
b. Beri informasi kepada keluarga tentang
b. Meningkatkan kemampuan keluarga
cara menangani masalah kekurangan
untuk menangani masalah kekurangan
volume cairan.
volume cairan.
4. Kolaborasi untuk pemberian cairan infus.
4. Mempertahankan kecukupan cairan tubuh
klien.
5. Diagnosa keperawatan 5: Risiko infeksi ybd pertahanan tubuh primer dan sekunder tidak
adekuat.
Tujuan: kejadian infeksi pada klien dapat Kriteria hasil:
dicegah dalam 3 x 24 jam.
1) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
2) Kadar leukosit dalam batas normal.
Intervensi
Rasional

1. Manajemen infeksi
1. Manajemen infeksi
a. Ajarkan
keluarga
membiasakan
a. Mencegah transfer kuman infeksi dari
mencuci tangan sebelum kontak dengan
keluarga.
klien.
b. Lakukan segala tindakan kepada klien
b. Mencegah transfer kuman infeksi dari
dengan cara aseptik.
perawat.
2. Monitor dan evaluasi
2. Monitor dan evaluasi
a. Observasi tanda-tanda infeksi.
a. Mengetahui tanda-tanda infeksi agar
segera dapat ditindaklanjuti.
b. Observasi kadar leukosit dalam darah.
b. Peningkatan jumlah leukosit melebihi
batas normal adalah indikasi infeksi.
3. Health education
3. Health education
a. Beri informasi kepada keluarga bahwa
a. Meningkatkan pemahaman keluarga
klien rentan terjadi infeksi.
bahwa klien memiliki kerentanan
terjadi infeksi.
b. Beri informasi kepada keluarga tentang
b. Meningkatkan pemahaman keluarga
cara pencegahan infeksi.
tentang cara pencegahan infeksi.
4. Kolaborasi untuk pemberian antibiotik.
4. Obat untuk membunuh kuman infeksi dan
mencegah terjadinya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, A. H. dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.
Sacharin, Rosa M. 2010. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.
Herdman, T. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi
2015-2017. Jakarta: EGC.
Saifudin, A. B. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
JNPKKR-POGI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai