PENDAHULUAN
Di era yang semakin berkembang sekarang banyak budaya yang bermunculan dan tidak luput dari kemajuan
teknologi yang semakin cangih untuk melakukan aktifitas seperti halnya bertransaksi uang kepada orang
lain ataupun keluarga tanpa harus mengambilnya dulu ke bank jauh jauh. Budaya membeli sekarang juga
sudah lebih praktis seperti saat lapar dan tidak ada makan di rumah lebih lagi malas untuk keluar rumah,
sekarang tingal angakat telepon dan menekan tombol yang ingin di tuju makanan beberapa saat kemudian
sudah datang.
Sebuah budaya biasanya terlahir karena factor keluarga, teman, keabat, lingkungan, organisasi, dll.
Bagaimana cara kita berbicara kepada orang lain yang berbeda budaya dan menyesuaikan perbedaanperbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Penyusun
( 15209741 )
3ea13
BAB II
1.
2.
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk oleh masyarakat.
Untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas harus melalui proses
menimbang. Hal ini tentu sangat dipengaruhi oleh kebudayaan yang dianut masyarakat. Tak heran apabila
antara masyarakat yang satu dan masyarakat yang lain terdapat perbedaan tata nilai
Merupakan bagian dari usaha pemenuhan kebutuhan dan kepuasan sosial manusia.
Berdasarkan ciri-cirinya, nilai sosial dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu nilai dominan dan nilai
mendarah daging (internalized value).
Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting daripada nilai lainnya. Ukuran dominan tidaknya
suatu nilai didasarkan pada hal-hal berikut.
Banyak orang yang menganut nilai tersebut. Contoh, sebagian besar anggota masyarakat
menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik di segala bidang, seperti politik, ekonomi, hukum,
dan sosial.
Tinggi rendahnya usaha orang untuk dapat melaksanakan nilai tersebut. Contoh, orang Indonesia
pada umumnya berusaha pulang kampung (mudik) di hari-hari besar keagamaan, seperti Lebaran atau
Natal.
Prestise atau kebanggaan bagi orang yang melaksanakan nilai tersebut. Contoh, memiliki mobil
dengan merek terkenal dapat memberikan kebanggaan atau prestise tersendiri.
Nilai mendarah daging adalah nilai yang telah menjadi kepribadian dan kebiasaan sehingga ketika seseorang
melakukannya kadang tidak melalui proses berpikir atau pertimbangan lagi (bawah sadar). Biasanya nilai ini
telah tersosialisasi sejak seseorang masih kecil. Umumnya bila nilai ini tidak dilakukan, ia akan merasa
malu, bahkan merasa sangat bersalah. Contoh, seorang kepala keluarga yang belum mampu memberi
nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga yang tidak bertanggung jawab. Demikian
pula, guru yang
melihat siswanya gagal dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut.
Bagi manusia, nilai berfungsi sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam segala tingkah laku dan
perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup seseorang dalam
masyarakat. Menurut Notonegoro,nilai sosial terbagi 3, yaitu:
1.
Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi fisik/jasmani seseorang.
2.
3.
Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jiwa/psikis seseorang.
1.
3.
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang diperhatikan
konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide
yang
diharapkan
dapat
memuaskan
konsumen
untuk
dapat
memuaskan
kebutuhannya
dengan
Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993)
adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini melibatkan
individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat
keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
3.1.
Model
perilaku
konsumen
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan perusahaan besar
meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang
dibeli konsumen, dimana mereka membeli, bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa
mereka membeli.
Pertanyaan sentral bagi pemasar: Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap berbagai usaha
pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Perusahaan benarbenar memahami bagaimana konsumen akan
memberi responterhadap sifat-sifat produk, harga dan daya tarik iklan yang berbeda mempunyai
keunggulan besar atas pesaing.
3.2.
Faktor
Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus
mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas social pembeli. Budaya adalah
penyebab
paling
mendasar
dari
keinginan
dan
perilaku
seseorang.
Budaya merupakan kumpulan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang
anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya
sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para
anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok
keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan
pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu masyarakat,
yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang serupa. Kelas
sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi
pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variable lain.
3.2.1.
Pengaruh
Budaya
Yang
Tidak
Disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan . Dengan memahami beberapa
bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan konsumen
terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak sadar. Pengaruh
budaya sangat alami dan otomatis sehingga pengaruhnya terhadap perilaku sering diterima begitu saja.
Ketika kita ditanya kenapa kita melakukan sesuatu, kita akan otomatis menjawab, ya karena memang
sudah seharusnya seperti itu. Jawaban itu sudah berupa jawaban otomatis yang memperlihatkan pengaruh
budaya dalam perilaku kita. Barulah ketika seseorang berhadapan dengan masyarakat yang memiliki
budaya, nilai dan kepercayaan yang berbeda dengan mereka, lalu baru menyadari bahwa budaya telah
membentuk perilaku seseorang. Kemudian akan muncul apresiasi terhadap budaya yang dimiliki bila
seseorang dihadapan dengan budaya yang berbeda. Misalnya, di budaya yang membiasakan masyarakatnya
menggosok gigi dua kali sehari dengan pasta gigi akan merasa bahwa hal itu merupakan kebiasaan yang
baik bila dibandingkan dengan budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi dua kali
sehari. Jadi, konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka berdasarkan
latar belakang kebudayaan yang mereka miliki. Dan, setiap individu akan mempersepsi dunia dengan
kacamata budaya mereka sendiri.
3.2.2.
Pengaruh
Budaya
dapat
Memuaskan
Kebutuhan
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu produk
yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan metode
Coba dan buktikan dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya
budaya yang memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang harus
dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan.
Begitu juga hal yang sama yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan
olahan dan suatu obat.
3.2.3.
Pengaruh
Budaya
dapat
Dipelajari
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai
mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk budaya
seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu
misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda
mengenai cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku keluarganya,
teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung
memilih cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Misalnya
dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai suatu produk dan pembentukan kepercayaan
dalam diri masyarakat. Seperti biasanya iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan
suatu produk yang dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya
mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk, namun dapat
juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan didapat dari suatu
kategori produk tertentu.
3.2.4.
Pengaruh
Budaya
yang
Berupa
Tradisi
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkah-langkah (berbagai
perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan
selama kehidupan manusia, dari lahir hingga mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting
dari tradisi ini untuk para pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap
masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan pohon cemara. Dan
untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan
acara tersebut.
1.
4.
Struktur Konsumsi
Secara matematis struktur konsumsi yaitu menjelaskan bagaimana harga beragam sebagai hasil dari
keseimbangan antara ketersediaan produk pada tiap harga (penawaran) dengan kebijakan distribusi dan
keinginan dari mereka dengan kekuatan pembelian pada tiap harga (permintaan). Grafik ini memperlihatkan
sebuah pergeseran ke kanan dalam permintaan dari D 1 ke D2bersama dengan peningkatan harga dan jumlah
yang diperlukan untuk mencapai sebuah titik keseimbangan (equibilirium) dalam kurva penawaran (S).
1.
5.
5.1.
Kebutuhan
Konsep dasar yang melandasi pemasaran adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia adalah
pernyataan dari rasa kahilangan, dan manusia mempunyai banyak kebutuhan yang kompleks. Kebutuhan
manusia yang kompleks tersebut karena ukan hanya fisik (makanan, pakaian, perumahan dll), tetapi juga
rasa aman, aktualisasi diri, sosialisasi, penghargaan, kepemilikan. Semua kebutuhan berasal dari
masyarakat konsumen, bila tidak puas consumen akan mencari produk atau jasa yang dapat memuaskan
kebutuhan tersebut.
5.2.
Keinginan
Bentuk kebutuhan manusia yang dihasilkan oleh budaza dan kepribadian individual dinamakan keinginan.
Keinginan digambarkan dalam bentuk obyek yang akan memuaskan kebutuhan mereka atau keinginan
adalah hasrat akan penawar kebutuhan yang spesifik. Masyarakat yang semakin berkembang, keinginannya
juga semakin luas, tetapi ada keterbatasan dana, waktu, tenaga dan ruang, sehingga dibutuhkan
perusahaan yang bisa memuaskan keinginan sekaligus memenuhi kebutuhan manusia dengan menenbus
keterbatasan tersebut, paling tidak meminimalisasi keterbatasan sumber daya. Contoh : manusia butuh
makan, tetapi keinginan untuk memuaskan lapar tersebut terhgantung dari budayanya dan lingkungan
tumbuhnya. Orang Yogya akan memenuhi kebutuhan makannya dengan gudeg, orang Jepang akan
memuaskan keinginannya dengan makanan sukayaki dll.
4.3.
Permintaan
Dengan keinginan dan kebutuhan serta keterbatasan sumber daya tersebut, akhirnya manusia menciptakan
permintaan akan produk atau jasa dengan manfaat yang paling memuaskan. Sehingga muncullah istilah
permintaan, yaitu keinginan menusia akan produk spesifik yang didukung oleh kemampuan dan
ketersediaan untuk membelinya.
6.
Perubahan
Nilai
Budaya juga perlu mengalami perubahan nilai. Ada beberapa aspek dari perlunya perluasan
perubahan
budaya
yaitu
1. Budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal atau luas. Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari
pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari
frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar, hal tersebut berpengaruh jika waktu dan cara dari dorongan
ini
akan
memberi
kepuasan.
2. Budaya adalah hal yang diperoleh. Namun tidak memaksudkan mewarisi respon dan kecenderungan.
Bagaimanapun
juga,
bermula
dari
perilaku
manusia
tersebut.
3. Kerumitan dari masyarakat modern yang merupakan kebenaran budaya yang jarang memberikan
ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
6.1.
Variasi
nilai
perubahan
dalam
nilai
budaya
terhadap
pembelian
dan
konsumsi
Nilai budaya memberikan dampak yang lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan
kedalam kategori-kategori umum yaitu berupa orientasi nilai-nilai lainnya yaitu merefleksi gambaran
masyarakat dari hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini
mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika masyarakat menilai
aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan
tidak akan merespon keuntungan pada seruan promosi untuk menjadi seorang individual. Dan begitu juga
pada budaya yang individualistik. Sifat dasar dari nilai yang terkait ini termasuk individual/kolektif, kaum
muda/tua, meluas/batas keluarga, maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
6.2.
Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia.
Sedangkan Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis dalam orientasi
mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya, dan konsep diri yang berpengaruh besar
pada individu. Tidak mengherankan, konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula
reaksi mereka pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi. Seperti contoh,
konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif
dalam pembelian mereka dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti
be your self dan stand out, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi secara umum tidak di negara
Jepang, Korea, atau Cina.
6.3.
Usia
muda/tua
Dalam hal ini apakah dalam budaya pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan
dibandingkan dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor budaya yang
lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh di Negara kepulauan Fiji, para orang tua
memilih untuk menyenangkan anak mereka dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para
orang tua di Amerika yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun
Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki lebih dari satu anak, tetapi
bagi budaya mereka anak merupakan kaisar kecil bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan
segera dipenuhi. Dengan kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih
berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya melainkan juga pada
budaya didalamnya.
6.4.
Luas/batasan
keluarga
Yang dimaksud disini adalah bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting
bagi anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua) memiliki kebijakan
yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya. Atau malah sebaliknya anak-anak memberi
keputusan sendiri apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwa pengaruh
pembelian oleh orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa
budaya yaitu seperti di Meksiko, sama halnya dengan Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh.
Para orang tua lebih memiliki kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli. Begitu juga para
orang dewasa muda di Thailand yang hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi
ketergantungan dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka. Yang lain
halnya di India, sesuatu hal yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu keluarga yaitu seperti
diskusi keluarga diantara mereka.
Contoh Kasus :
REPUBLIKA.CO.ID,KARANGAYAR
Pelestarian
terhadap
seni
budaya
batik
menjadi
salah
kaprah.
Masalahnya, seluruh siswa SMP dan SMA/SMK di Kabupaten Karanganyar diwajibkan membeli seragam
batik. Kewajiban ini berlaku bagi siswa baru maupun siswa lama saat orangtua mengambil rapot kenaikan
kelas.
Koleksi seragam sekolah bertambah. Siswa SMP, misalnya, selain memiliki seragam putih-biru dan Pramuka,
kini bertambah seragam batik. Demikian dengan siswa SMA/SMK. Selain seragam putih-abu-abu dan
Pramuka, kini juga bertambah seragam batik.
Ini yang dipersoalkan orangtua di sana. Mereka bukan saja mempermasalahkan cara paksaan yang
dilakukan pihak sekolah. Tapi, soal harga yang terlalu tinggi.
Masak seragam batik printing harganya Rp 179 ribu per potong, tutur salah seorang walisiswa
kepada Republika.
Walisiswa dari sebuah SMPN di Jaten, Karangnyar, ini merasa keberatan dengan model pungutan seperti ini.
Masalahnya, siswa setiap ajaran baru itu wajib membeli seragam reguler dan seragam olahraga.
Menurutnya, banyak orangtua yang memprotes. Tapi, mereka tak dapat berbuat banyak. kebijakan
seragam batik sebagai identitas sekolah. Mau tidak mau, siswa harus membeli, katanya.
Siswa SMAN I Karanganyar mewajibkan membeli seragam batik lewat koperasi sekolah. Orangtua disodori
belangko pembelian seragam batik senilai Rp 179 ribu. Ini diberikan saat orangtua mengambil rapor. Dalam
blangko disebutkan, orangtua bisa membayar batik saat mengambil rapor. Atau setelah libur sekolah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak
aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia.
Saran
Suatu budaya boleh saja di lestarikan dan di jaga utuh ,tetapi suatu budaya jangan di jadikan sebuah
konsumsi yang berlebihan atau beban,gunakan budaya sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kalau
tidak sesuai malah akan jadi salah kaprah.
Mempelajari budaya yang modern dan cangih bisa menaikan pendapatan seperti halnya berbisnis online.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
http://gilangjaelani.blogspot.com/2011/10/pengaruh-kebudayaan-terhadap-pembelian.html
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Supply-demand-right-shiftdemand.svg&filetimestamp=20090629160839
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/berita-pendidikan/11/06/26/lndgx2-demi-alasan-pelestarianbudaya-siswa-dipaksa-beli-seragam-batik-rp-179-ribu
1. DEFINISI
Budaya mengacu pada seperangkat nilai, gagasan, artefak dan simbol yang mempunyai
makna, yang membantu individu berkomunikasi, memberikan tafsiran serta melakukan
evaluasi. Budaya tidak hanya bersifat naluriah saja, namun budaya memberikan dampak
pada perilaku yang dapat diterima didalam masyarakat. Beberapa sikap dan perilaku yang
dipengaruhi budaya, meliputi : (James Engel,2002 :70).
2. Mitos dan Ritual Kebudayaan
Mitos adalah cerita yang berisi elemen simbolis yang mengekspresikan emosi dan cita-cita
budaya. Misalnya mitos mengenai binatang yang mempunyai kekuatan ( Lion King ) atau
binatang yang cerdik ( Kancil ) yang dimaksudkan sebagai jembatan antara kemanusiaan
dan alam semesta.
Ritual kebudayaan merupakan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat. Ritual Budaya sebagai urutan-urutan tindakan yang terstandarisasi yang
secara periodik diulang, memberikan arti dan meliputi penggunaan simbol-simbol budaya
( Mowen, 1995). Ritual budaya bukan sekedar kebiasaan yang dilakukan seseorang, tetapi
hal ini dilakukan dengan serius dan formal, yang memerlukan intensitas mendalam dari
seseorang
3. Budaya dan Konsumsi
kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar.
Dengan kata lain faktor budaya merupakan faktor paling utama dalam perilaku pengambilan
keputusan dan perilaku pembelian. Menurut suatau analisis, lahirnya masyarakat konsumsi
pertama kali muncul di Inggris pada abad ke XVII ketika ada bebarapa kejadian penting yang
berlangsung. pengaruh budaya dapat mempengaruhi berbagai makna budaya dalam masyarakat
dalam suatu proses yang berkesinambungan dan timbal balik yang hamper mirip dengan analisis
roda konsumen. Budaya konsumsi yang muncul juga dipengaruhi oleh strategi pemasaran,
konsumsi massal meningkat sejalan dengan semakin banyaknya orang yang memiliki
pendapatan. Gambaran singakat kejadian yang kompleks di awal terbentuknya masyarakat
konsumsi modern menunjukan pentingnya budaya dalam uapaya memahami perilaku konsumen.
Konsumen adalah makhluk social, yaitu makhluk yang hidup bersama dengan orang lain,
berinteraksi dengan sesamanya. Orang-orang sekeliling inilah yang disebut sebagai lingkungan
social konsumen. Konsumen saling berinteraksi satu sama yang lain, saling mempengaruhi
dalam membentuk perilaku, kebiasaan, sikap, kepercayaan dan nilai-nilai yang dianggap penting.
Salah satunya unsur lingkungan social adalah budaya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Memaparkan penjelasan mengenai pengruh budaya dan sub-budaya terhadap perilaku
konsumem.
1.2.2 Memaparkan apa yang diabahas dalam Unsur-unsur budaya.
1.2.3 Memaparkan Tinjauan su-budaya budaya.
1.2.4 Memaparkan cakupan dan lintas sub-budaya
1.2.5 Memaprkan bauran pemasaran dalam lintas budaya
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian budaya.
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.4 Manfaat
1.4.1 memberikan informasi dan masukan kepada mahasiswa-mahasiswi serta tenagapengajar tentang
materi persepsi sosial dan sikap
1.4.2 penulis bisa lebih mengetahui penran budaya dan sub-budaya dalami mempengaruhi perilaku
konsumen .
1.4.3 penulis bisa lebih mengetahui apa saja cakupan budaya dan subdudaya dalam mempengaruhi
prilaku konsumen.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Budaya adalah segala nilai, pemikiran, simbol, yang mempengaruhi perilaku, sikap,
kepercayaan, dan kebiasaan seseorang dan masyarakat. Budaya bukan hanya bersifat abstrak
tetapi bisa berbentuk objek material seperti rumah, kendaraan, peralatan elektronik, pakaian,
undang-undang, makanan, minuman, musik, teknologi, dan bahasa.
Produk dan jasa memainkan peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi budaya,
karena produk mampu membawa pesan makna budaya. Makna budaya akan dipindahkan ke
produk dan jasa, dan produk kemudian dipindahkan ke konsumen dalam bentuk pemilikan
produk (possession ritual), pertukaran (exchange ritual), pemakaian (grooming ritual), dan
pembuangan (divestment ritual).
Dalam pemasaran, analisis lintas budaya sering memerlukan pengidentifikasian implikasi
kultur terhadap peran-peran pembelian keluarga, fungsi produk, desain produk, aktivitas promosi
dan penjualan, sistem saluran dan penentuan harga. Etnis dapat diartikan sebagai kelompok
orang yang mempunyai norma dan nilai spesifik yang sama dalam persepsi dan kognisi yang
berbeda dengan persepsi dan kognisi kelompok lain dalam masyarakat yang lebih luas, nilai ini
dapat terbentuk dari segi fisik, agama, geografis atau faktor lainnya namun tidak mutlak
DAFTAR PUSTAKA
Schiffman, Leon. Leslie Lazar Kanuk. 2008. Perilaku Konsumen. Indonesia: Mancanan Jaya
Cemerlang.
Sumarwan, Ujang. 2004. Perilaku Konsumen. Bogor: Ghalia Indinesia
Setiadi, Nugroho J. 2008. Perilaku Konsumen. Jakarta: Prenada Media Group
Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari, karena konsumen tidak dilahirkan spontan mengenai
nilai atau norma kehidupan sosial mereka, tetapi mereka harus belajar tentang apa yang diterima dari
keluarga dan teman-temannya. Anak menerima nilai dalam perilaku mereka dari orang tua , guru dan
teman-teman di lingkungan mereka. Namun dengan kemajuan zaman yang sekarang ini banyak produk
diarahkan pada kepraktisan, misal anak-anak sekarang lebih suka makanan siap saji seperti Chicken
Nugget, Sossis, dan lain-lainnya karena kemudahan dalam terutama bagi wanita yang bekerja dan tidak
memiliki waktu banyak untuk mengolah makanan.
Kebudayaan juga mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari dan diwariskan, misalnya anak
yang dibesarkan dalam nilai budaya di Indonesia harus hormat pada orang yang lebih tua, makan sambil
duduk dsb. Sedangkan di Amerika lebih berorientasi pada budaya yang mengacu pada nilai-nilai di
Amerika seperti kepraktisan, individualisme, dsb.
Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain di masyarakat. Hidup dengan orang lain
menimbulkan kebutuhan untuk menentukan perilaku apa saja yang dapat diterima semua anggota
kelompok. Norma budaya dilandasi oleh nilai-nilai, keyakinan dan sikap yang dipegang oleh anggota
kelompok masyarakat tertentu. Sistem nilai mempunyai dampak dalam perilaku membeli, misalnya
orang yang memperhatikan masalah kesehatan akan membeli makanan yang tidak mengandung bahan
yang merugikan kesehatannya.
STRATEGI PEMASARAN DENGAN MEMPERHATIKAN BUDAYA
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Perilaku merupakan suatu bentuk kepribadian yang dapat diartikan bentuk sifat-sifat yang ada
pada diri individu, yang ditentukan oleh faktor internal (motif, IQ, emosi, dan cara berpikir) dan
faktor eksternal (lingkungan fisik, keluarga, masyarakat, sekolah, dan lingkungan alam).
3. Faktor Lingkungan
Prinsip teori Gestalt ialah bahwa keseluruhan lebih berarti daripada sebagian-bagian. Sedangkan
teori lapangan dari Kurt Lewin berpendapat tentang pentingnya penggunaan dan pemanfaatan
lingkungan.
Berdasarkan teori Gestalt dan lapangan bahwa faktor lingkungan merupakan kekuatan yang
sangat berpengaruh pada perilaku konsumen.
SUB-BUDAYA DAN DEMOGRAFI
Budaya yang ada di dalam suatu masyarakat bisa dibagi lagi ke dalam beberapa bagian yang lebih kecil.
Inilah yang disebut dengan subbudaya. Sub- budaya bisa tumbuh dari adanya kelompok-kelompok di
dalam suatu masyarakat. Pengelompokan masyarakat biasanya berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi
tinggal, pekerjaan dan sebagainya. Suatu budaya akan terdiri dari beberapa kelompok kecil lainnya,
yang dicirikan oleh adanya perbedaan perilaku antar kelompok kecil tersebut. Perbedaan kelompok
tersebut berdasarkan karakteristik sosial, ekonomi dan demografi. Demografi akan menggambarkan
karakteristik suatu penduduk. Di dalam varibel demografi tersebut, kita bisa mendapatkan Sub- budaya
yang berbeda, yaitu suku sunda, batak, padang, dsb.
LINTAS BUDAYA (CROSS CULTURAL CONSUMER BEHAVIOR)
Dalam pengujian terhadap faktor-faktor psikologi, sosial dan budaya, secara konsisten ditemukan
bagaimana lapisan yang beragam pada masyarakat Amerika secara umum mengkonsumsi barang-barang
yang beragam pula. Jika keragaman konsumsi tersebut banyak terjadi di antara segmen-segmen yang
berbeda pada satu kumpulan masyarakat, maka akan terjadi lebih banyak lagi keragaman konsumsi
pada dua atau lebih kumpulan masyarakat. Agar dapat berhasil, para pemasar harus mengerti sifat
alamiah dan ukuran-ukuran perbedaan diantara konsumen-konsumen dari masyarakat yang berbedaperbedaanlintas budaya-sehingga mereka dapat mengembangkan strategi pemasaran terarah yang
efektif untuk digunakan di setiap pasar asing yang diinginkan.
Sudut pandang pemasaran global menekankan pada kemiripan-kemiripan konsumen di seluruh dunia
dan strategi pemasaran lokal menekankan pada keragaman konsumen di negara-negara yang berbeda
serta orientasi budaya mereka yang spesifik. Para pemasar seharusnya menyadari serta mempunyai
sensitifitas terhadap kemiripan-kemiripan dan perbedaan-perbedaan lintas budaya yang dapat
memberikan kesempatan perluasan pemasaran serta kesempatan memperoleh keuntungan. Para
pemasar multinasional harus siap untuk membuat bentuk pemasaran yang spesifik di setiap negara yang
mereka tuju.
BAURAN PEMASARAN DALAM LINTAS BUDAYA
Beberapa hal dalam pemasaran internasional yang berkaitan dengan lintas budaya adalah bagaimana
mengorganisasikan perusahaan agar dapat menembus pasar luar negeri, bagaimana keputusan masuk ke
dalam pasar internasional, bagaimana merencanakan standarisasi, bagaimana merencanakan produk,
sumber:
http://nirawarna.wordpress.com/2011/07/04/pengaruh-budaya-dalam-perilaku-konsumen/
http://mohdyunus1992.wordpress.com/2012/09/24/mitos-dan-kebudayaan/
http://yulliyana-yanayullicantik.blogspot.com/2012/01/tugas-vi-prilaku-konsumen-budaya-dan.html
http://ddesar.blogspot.com/2014/01/bab-12-pengaruh-budaya-dalam-perilaku.html
http://diahtara.blogspot.com/2014/01/pengaruh-budaya-dalam-perilaku-konsumen.html
http://shoimus1990.blogspot.com/2012/06/lingkungan-dan-strategi-pemasaran.html
http://nuranisa3ea01.blogspot.com/2009/11/perilaku-konsumen-lintas-budaya-sebuah.html
http://macnoumi.wordpress.com/2012/01/26/pengaruh-budaya-dalam-perilaku-konsumen/
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku
yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi
dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen
untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang
ditawarkan.
Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini
melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan
barang-barang dan jasa-jasa.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai upaya
konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli dan dikonsumsi.
3.1. Model perilaku konsumen
Konsumen mengambil banyak macam keputusan membeli setiap hari. Kebanyakan
perusahaan besar meneliti keputusan membeli konsumen secara amat rinci untuk
menjawab pertanyaan mengenai apa yang dibeli konsumen, dimana mereka membeli,
bagaimana dan berapa banyak mereka membeli, serta mengapa mereka membeli.
Pertanyaan sentral bagi pemasar: Bagaimana konsumen memberikan respon terhadap
berbagai usaha pemasaran yang dilancarkan perusahaan? Perusahaan benarbenar
memahami bagaimana konsumen akan memberi responterhadap sifat-sifat produk,
harga dan daya tarik iklan yang berbeda mempunyai keunggulan besar atas pesaing.
budaya yang tidak mengajarkan masyarakatnya menggosok gigi dua kali sehari. Jadi,
konsumen melihat diri mereka sendiri dan bereaksi terhadap lingkungan mereka
berdasarkan latar belakang kebudayaan yang mereka miliki. Dan, setiap individu akan
mempersepsi dunia dengan kacamata budaya mereka sendiri.
3.2.2. Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya
dalam suatu produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan
masalah dengan menyediakan metode Coba dan buktikan dalam memuaskan
kebutuhan fisiologis, personal dan sosial. Misalnya dengan adanya budaya yang
memberikan peraturan dan standar mengenai kapan waktu kita makan, dan apa yang
harus dimakan tiap waktu seseorang pada waktu makan. Begitu juga hal yang sama
yang akan dilakukan konsumen misalnya sewaktu mengkonsumsi makanan olahan dan
suatu obat.
3.2.3. Pengaruh Budaya dapat Dipelajari
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan
seseorang mulai mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang
kemudian membentuk budaya seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat
dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu misalnya ketika orang dewasa dan
rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih muda mengenai
cara berperilaku. Ada juga misalnya seorang anak belajar dengan meniru perilaku
keluarganya, teman atau pahlawan di televisi. Begitu juga dalam dunia industri,
perusahaan periklanan cenderung memilih cara pembelajaran secara informal dengan
memberikan model untuk ditiru
masyarakat.Misalnya dengan adanya pengulangan iklan akan dapat membuat nilai
suatu produk dan pembentukan kepercayaan dalam diri masyarakat. Seperti biasanya
iklan sebuah produk akan berupaya mengulang kembali akan iklan suatu produk yang
dapat menjadi keuntungan dan kelebihan dari produk itu sendiri. Iklan itu tidak hanya
mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu
produk, namun dapat juga memepengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai
keuntungan yang akan didapat dari suatu kategori produk tertentu.
3.2.4. Pengaruh Budaya yang Berupa Tradisi
Tradisi adalah aktivitas yang bersifat simbolis yang merupakan serangkaian langkahlangkah (berbagai perilaku) yang muncul dalam rangkaian yang pasti dan terjadi
berulang-ulang. Tradisi yang disampaikan selama kehidupan manusia, dari lahir hingga
mati. Hal ini bisa jadi sangat bersifat umum. Hal yang penting dari tradisi ini untuk para
pemasar adalah fakta bahwa tradisi cenderung masih berpengaruh terhadap
masyarakat yang menganutnya. Misalnya yaitu natal, yang selalu berhubungan dengan
pohon cemara. Dan untuk tradisi-tradisi misalnya pernikahan, akan membutuhkan
perhiasan-perhiasan sebagai perlengkapan acara tersebut.
http://vermizze.multiply.com/journal/item/11?&show_interstitial=1&u=
%2Fjournal%2Fitem
Pengaruh budaya dalam perilaku konsumen
PENDAHULUAN
Kebudayaan adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang, terutama dalam
perilaku pengambilan keputusan dan perilaku pembelian. Dalam perkembangan sejarah
budaya konsumsi maka masyarakat konsumsi lahir pertama kali di Inggris pada abad
18 saat terjadinya tehnologi produksi secara massal. Tehnologi yang disebabkan oleh
berkembangnya revolusi industri memungkinkan perusahaan-perusahaan memproduksi
barang terstandarisasi dalam jumlah besar dengan harga yang relatif murah.
Pada saat yang bersamaan muncul revolusi kebudayaan, di mana masyarakat secara
bertahap berubah dari masyarakat agraris menjadi masyarakat yang kekotaan, karena
dengan berpindahnya ke perkotaan maka budaya mereka berubah sehingga
berkembanglah tata nilai baru dan pola kehidupan yang baru akibat pekerjaan yang
berbeda. Tidak hanya orang yang kaya saja bahkan orang yang biasa juga merasa
perlu membeli produk yang dapat memuaskan kebutuhan budaya baru, seperti
munculnya perbedaan status yang makin menonjol di kalangan masyarakat perkotaan.
Gambaran lahirnya masyarakat konsumsi tersebut diatas, menunjukkan pentingnya
budaya dalam memahami perilaku konsumen. Aspek-aspek budaya yang penting dapat
diidentifikasi sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk memahami bagaimana hal
tersebut dapat mempengaruhi konsumen dan tentunya dapat digunakan dalam
mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif.
DEFINISI KEBUDAYAAN
Banyak definisi tentang budaya yang dipaparkan oleh para pakar, diantaranya:
Kebudayaan didefinisikan sebagai kompleks simbol dan barang-barang buatan manusia
(artifacts) yang diciptakan oleh masyarakat tertentu dan diwariskan dari generasi satu
ke generasi yang lain sebagai faktor penentu ( determinants) dan pengatur ( regulator )
halnya penganalisisan pada tingkat makro dari masyarakat atau negara secara
keseluruhan ataupuan budaya dari nilai-nilai bersama oleh sekelompok masyarakat
tertentu secara mikro, seperti dilihat dari segmen masyarakat tertentu misalnya
sekelompok orang dalam kelas sosisl atau grup referensi ,ataupun dalam lingkup
keluarga.
2. Konsep makna umum atau yang dimiliki bersama sangat penting untuk memahami
budaya. Makna budaya ( cultural meaning) adalah jika sebagian atau beberapa
masyarakat dalam suatu kelompok sosial memiliki makna dasar yang sama. (misalnya,
apakah arti orang tua/ manula? apakah makna lingkungan yang aman? bagaimana
artibicara yang sopan? dsb).
3. Makna budaya diciptakan oleh masyarakat melalui interaksi sosial mereka.
Pembangunan makna budaya terlihat dalam tingkatan kelompok yang lebih kecil
misalnya bagaimana mode busana yang disebut ngetrend pada mahasiswa sampai
akhir tahun ini? Accessories apa yang sering mereka gunakan?Sedangkan di
lingkungan makro makna itu dipengaruhi oleh institusi budaya seperti pemerintah,
organisasi keagamaan, pendidikan, dan juga perusahaan semuanya dapat terlibat
dalam pembangunan makna budaya.
4. Makna budaya terus melakukan gerakan ( dinamis ) dan dapat mengalami
perubahan yang cepat, misalnya perilaku masyarakat yang dramatis oleh munculnya
tipe ponsel (handphone ) Blackberry, yang dianggap mampu melakukan fungsi lebih
dari sekedar ponsel tetapi mampu melakukan chating , facebook, email dsb.
5. Kelompok-kelompok sosial memiliki perbedaan dalam tingkat kebebasan memilih
makna budaya tertentu, seperti di Amerika dan Eropa masyarakat lebih memiliki
kesempatan untuk menciptakan identitas pribadi dan menggunakannya, sementara
sebagian masyarakat lain di Cina, India dan Arab Saudi mungkin lebih terbatas dalam
memiliki kebebasan memilih makna budaya tertentu.
KANDUNGAN SUATU BUDAYA
Kandungan utama budaya sering digunakan sebagai pendekatan oleh pemasar dalam
menganalisis budaya untuk melakukan terobosan pemasaran. Pemasar biasanya
berfokus pada nilai-nilai dominan dalam suatu masyarakat. Kandungan suatu budaya
( content of culture) adalah kepercayaan, sikap, tujuan, dan nilai-nilai yang dipegang
oleh sebagian besar masyarakat dalam suatu lingkungan yang menyangkut aspekaspek lingkungan sosial ( ragam agama dan kepercayaan, ragam partai politik , dsb)
dan fisik ( produk, peralatan , gedung dan bangunan dsb) dalam masyarakat tertentu.
Tujuan dalam analisis budaya adalah untuk memahami kandungan makna dari sudut
pandang konsumen yang menciptakan dan menggunakannya. Misalnya pengibaran
bendera memiliki tanggapan rasa patriotisme dan semangat juang, diskon 50% adalah
memiliki tanggapan daya tarik yang heboh, antri lebih dari 30 menit bagi sebagian
orang Amerika membuat frustasi dan marah, namun di bagian masyarakat Indonesia
merupakan hal yang biasa saja, sehingga ada slogan budayakan antriyang ada
gambarnya bebek berbaris rapi.
Seperti halnya makna berjabat tangan ketika menyapa menjadi simbol selamat datang
dan persahabatan oleh sebagian besar masyarakat dunia, meskipun ada sebagian
yang melakukannya dengan membungkukkan badan atau mencium. Perbedaan makna
budaya bahkan dapat diamati dari lingkungan berbelanja apakah toko diskon yang
konsumen bisa memilih sendiri atau toko spesial yang dilengkapi dengan pelayanan
pribadi penuh dari pramuniaga dan fasilitas belanja yang mewah.
Akhirnya strategi pemasaran juga memiliki makna yang dipercaya bersama, seperti
reaksi masyarakat terhadap iklan. Masyarakat Amerika terbiasa mengungkap iklan
dengan secara langsung dan terbuka, bahkan dianggap terlalu fulgar atau emosional
oleh sebagian masyarakat di negara lain. Atau promosi diskon dan penjualan murah, di
sebagian masyarakat bisa dianggap positif tetapi bagian masyarakat lain bisa berbeda
dan justru sering mendapat reaksi negatif karena adanya anggapan bahwa barang yang
didiskon pasti tidak berkualitas dan barang sisa, cuci gudang atau barang yang tidak
laku.
Sehingga pemasar harus hati-hati menangkap makna budaya dari produk dan merek
yang akan dipasarkan dengan melihat lingkungan budaya yang melekat pada target
pasar yang akan dipilihnya.
MENGUKUR KANDUNGAN BUDAYA
Pemasar dapat menggunakan berbagai prosedur untuk mengukur kandungan budaya
yaitu melalui analisis kandungan budaya, penelitian etnografis dan pengukuran nilai.
Pendekatan yang umum dipakai adalah dengan penelitian konsumen melalui
wawancara, survei, telepon bahkan fokus group). Analisis kandungan budaya dapat
dilakukan dengan mengamati obyek material yang ada dalam kelompok sosial, misalnya
komik yang beredar di kalangan anak-anak sering berisi tentang nilai-nilai
persahabatan, nilai agama, bahkan ini dapat diamati selama periode waktu tertentu,
seperti perubahan peran wanita yang bekerja dalam puluhan tahun terakhir sehingga
iklan dapat disentuhkan dengan keberadaan mereka.
Penelitian etnografis, yang melibatkan pengamatan ciri yang rinci yang bersumber dari
antropologi untuk melihat tanggapan emosi, pengetahuan, dan perilaku dalam
keseharian dalam masyarakat lingkungan tertentu. Misalnya bagaimana perilaku
masyarakat pada pasar tradisional Jawa?Budaya tawar menawar yang dilakukan?Hal
itu dapat diangkat sebagai tema dalam iklan produk tertentu.
Pengukuran nilai cenderung dilakukan secara langsung untuk melihat nilai dominan,
dengan alat penilaian tertentu seperti rangking nilai yang dominan dan menggunakan
metode statistik tertentu.
MITOS DAN RITUAL KEBUDAYAAN
Setiap masyarakat memiliki serangkaian mitos yang mendefinisikan budayanya. Mitos
adalah cerita yang berisi elemen simbolis yang mengekspresikan emosi dan cita-cita
budaya. Misalnya mitos mengenai binatang yang mempunyai kekuatan ( Lion King )
atau binatang yang cerdik ( Kancil ) yang dimaksudkan sebagai jembatan antara
kemanusiaan dan alam semesta. Ada mitos pewayangan yang dapat diangkat dalam
membuat strategi penentuan merek suatu produk, seperti tokoh Bima dalam produk
Jamu kuat Kuku Bima Ginseng. Sehingga pemasar dituntut kreatif menggali mitos
agar bisa digunakan sebagai sarana menyusun strategi pemasaran tertentu.
Ritual kebudayaan merupakan kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok
masyarakat. Ritual Budaya sebagai urutan-urutan tindakan yang terstandarisasi yang
secara periodik diulang, memberikan arti dan meliputi penggunaan simbol-simbol
budaya ( Mowen, 1995).
Ritual budaya bukan sekedar kebiasaan yang dilakukan seseorang, tetapi hal ini
dilakukan dengan serius dan formal, yang memerlukan intensitas mendalam dari
seseorang. Kebiasaan sering tidak serius, kadang tidak pasti dan berubah saat ada
stimulus berbeda yang lebih menarik. Seringkali ritual budaya memerlukan bendabendayang digunakan untuk proses ritual, dan inilah yang bisa dibuat oleh pengusaha
menjadi peluang , seperti acara ulang tahun yang biasanya ada lilin, roti tart, balon,
permen, sirup, dan lain-lain. Pesta perkawinan merupakan ritual budaya juga, sehingga
dapat menjadi peluang untuk wedding organizer dan persewaan gedung, serta
peralatan dan perlengkapan pesta lainnya. Strategi iklan juga dapat dikaitkan dengan
ritual budaya seperti pada tema-tema perkawinan yang menonjolkan hadiah berlian
untuk pengantin perempuan, dan produk sarung untuk ritual keagamaan dan ibadah.
Simbol kebudayaan juga merupakan representasi tertentu dari budaya , secara umum
apa yang dipakai dan dikonsumsi oleh seseorang akan mencerminkan budayanya.
Perusahaan dapat menggunakan nilai-nilai simbolis untuk merek produknya , misalnya
perusahaan otomotif Toyota memberi nama Kijang untuk kendaraan dengan
penumpang keluarga, secara simbolis Kijang adalah binatang yang mempunyai
kemampuan lari yang sangat cepat dan lincah.Sementara perusahaan lain Mitsubishi
menciptakan Kuda. Simbol juga dapat ditunjukkan dengan warna, seperti warna hitam
mempunyai arti formal, biru sejuk, putih artinya suci, merah simbol berani dsb.
Sehingga pemasar menggunakan warna sebagai dasar untuk menciptakan produk yang
berkaitan dengan kebutuhan simbolis.
BUDAYA POPULER VS BUDAYA LUHUR
Budaya populer merupakan karakteristik budaya sangat banyak bahkan melintasi
budaya tradisional (luhur) yang mengakar dalam masyarakat. Budaya populer adalah
budaya yang menarik massa yang mempunyai karakteristik ; 1) masuk kedalam
pengalaman dan nilai kebanyakan anggota masyarakat, 2) tidak memerlukan
pengetahuan khusus untuk mmahaminya dan 3) dihasilkan karena mudahnya setiap
orang mengakses pada nilai budaya populer.
Sedangkan budaya luhur ( high culture) menghasilkan produk yang bernilai seni tinggi,
karena proses pembuatannya semata-mata didasarkan pada nilai-nilai estetis (Lukisan,
Batik, Patung, Keramik dsb) sedangkan budaya populer menghasilkan produk dengan
keahlian dan ketrampilan yang dapat dibuat secara massal dengan formula yang baku
( cetakan pabrik ). Aliran musik alternatif juga menunjukkan budaya populer, juga
budaya pakaian ketat yang marak dikenakan di kalangan remaja putri di Indonesia,
begitupun rok mini yang ngetrend tahun 60 70-an sekarang sedang ngetrend lagi.
BUDAYA DAN KONSUMSI
Produk mempunyai fungsi, bentuk dan arti . Ketika konsumen membeli suatu produk
mereka berharap produk tersebut menjalankan fungsi sesuai harapannya, dan
konsumen terus membelinya hanya bila harapan mereka dapat dipenuhi dengan baik.
Namun, bukan hanya fungsi yang menentukan keberhasilan produk . Produk juga harus
memenuhi harapan tentang norma, misalnya persyaratan nutrisi dalam makanan, crispy
(renyah) untuk makanan yang digoreng, makanan harus panas untuk steak hot plate
atau dingin untuk agar-agar pencuci mulut.Seringkali produk juga didukung dengan
bentuk tertentu untuk menekankan simbol fungsi seperti kristal biru pada detergen
untuk pakaian menjadi lebih putih. Produk juga memberi simbol makna dalam
masyarakat misal bayam diasosiasikan dengan kekuatan dalam film Popeye atau
makanan juga dapat disimbolkan sebagai hubungan keluarga yang erat sehingga resep
turun temurun keluarga menjadi andalan dalam memasak, misal iklan Sasa atau
Ajinomoto. Produk dapat menjadi simbol dalam masyarakat untuk menjadi ikon dalam
ibadat agama.
Budaya merupakan sesuatu yang perlu dipelajari, karena konsumen tidak dilahirkan
spontan mengenai nilai atau norma kehidupan sosial mereka, tetapi mereka harus
belajar tentang apa yang diterima dari keluarga dan teman-temannya. Anak menerima
nilai dalam perilaku mereka dari orang tua , guru dan teman-teman di lingkungan
mereka. Namun dengan kemajuan zaman yang sekarang ini banyak produk diarahkan
pada kepraktisan, misal anak-anak sekarang lebih suka makanan siap saji seperti
Chicken Nugget, Sossis, dan lain-lainnya karena kemudahan dalam terutama bagi
wanita yang bekerja dan tidak memiliki waktu banyak untuk mengolah makanan.
Kebudayaan juga mengimplikasikan sebuah cara hidup yang dipelajari dan diwariskan,
misalnya anak yang dibesarkan dalam nilai budaya di Indonesia harus hormat pada
orang yang lebih tua, makan sambil duduk dsb. Sedangkan di Amerika lebih
berorientasi pada budaya yang mengacu pada nilai-nilai di Amerika seperti kepraktisan,
individualisme, dsb.
Budaya berkembang karena kita hidup bersama orang lain di masyarakat. Hidup
dengan orang lain menimbulkan kebutuhan untuk menentukan perilaku apa saja yang
dapat diterima semua anggota kelompok. Norma budaya dilandasi oleh nilai-nilai,
keyakinan dan sikap yang dipegang oleh anggota kelompok masyarakat tertentu.
Sistem nilai mempunyai dampak dalam perilaku membeli, misalnya orang yang
memperhatikan masalah kesehatan akan membeli makanan yang tidak mengandung
bahan yang merugikan kesehatannya.
Nilai memberi arah pengembangan norma, proses yang dijalani dalam mempelajari nilai
dan norma disebut sosialisasi atau enkulturasi. Enkulturasi menyebabkan budaya
masyarakat tertentu akan bergerak dinamis mengikuti perkembangan zaman.
Sebaliknya, bila masyarakat cenderung sulit menerima hal-hal baru dalam masyarakat
dengan mempertahankan budaya lama disebut Accultiration.
Budaya pada gilirannya akan mempengaruhi pengembangan dalam implikasi
Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture. Kata tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Latin
= colere yang berarti pemeliharaan, pengelolaan tanah menjadi tanah pertanian. Sedangkan kata budaya
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu kata buddayah. Kata budayyah berasal dari kata budhi atau akal.
manusia memiliki unsur-unsur potensi budaya yaitu pikiran (cipta), rasa dan kehendak (karsa). Hasil
ketiga potensi budaya itulah yang disebut kebudayaan.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kebudayaan itu hanya dimiliki oleh masyarakat manusia
2. Kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar
3. Kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Menurut Selo Soedmardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,rasa,
dan cipta masyarkat. Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan
yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedagkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,religi, seni, dll, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
KEBUDAYAAN SEBAGAI TEMPAT SEORANG INDIVIDU MENEMUKAN NILAI-NILAI YANG
DIANUTNYA.
Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh dan berkembang
melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan hidupnya. Mereka belajar dari
keseharian dan menetukan tentang nilai-nilai mana yang benar dan mana yang salah. Untuk memahami
perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh
dan berkembang. Nilai-nilai tersebut diambil dengan berbagai cara antara lain :
1. Model atau contoh - dimana individu belajar tentang nilai-nilai yang baik atau yang buruk melalui
observasi perilaku keluarga, sahabat, teman sejawat dan masyarakat lingkungannya dimana ia bergaul.
2. Moralitas - diperoleh dari keluarga, ajaran agama, sekolah dan institusi tempatnya bekerja dan
memberikan ruang dan waktu atau kesempatan kepada individu untuk mempertimbangkan nilai-nilai yang
berbeda.
3. Sesuka hati adalah proses dimana adaptasi nilai-nilai kurang terarah dan sangat tergantung kepada
nilai-nilai yang ada didalam diri seseorang dan memilih serta mengembangkan sistem nilai-nilai tersebut
menurut kemauan mereka sendiri. Hal ini lebih sering disebabkan karena kurangnya pendekatan, atau
tidak adanya bimbingan atau pembinaan sehingga dapat menimbulkan kebingungan, dan konflik internal
bagi individu tersebut.
4. Penghargaan dan Sanksi : Perlakuan yang biasa diterima seperti : mendapatkan penghargaan bila
menunjukan perilaku yang baik, dan sebaliknya akan mendapatkan sanksi atau hukuman bila
menunjukan perilaku yang tidak baik.
5. Tanggung jawab untuk memilih - adanya dorongan internal untuk menggali nilai-nilai tertentu dan
mempertimbangkan konsekuensinya untuk diadaptasi. Disamping itu, adanya dukungan dan bimbingan
dari seseorang akan menyempurnakan perkembangan sistem nilai dirinya sendiri.
PENGARUH KEBUDAYAAN TERHADAP PERILAKU KONSUMEN
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah perilaku yang
diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan
produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan
kebutuhannya dengan menkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
Model Perilaku Konsumen
1. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Pengiklan harus
mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah
penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi
empat jenis : kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan, kelompok ras, area geografis.
Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu
masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaanya mempunyai nilai, minat dan perilaku yang
serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari
kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan variabel lain.
2. Pengaruh Budaya Yang Tidak Disadari
Dengan adanya kebudayaan, perilaku konsumen mengalami perubahan. Dengan memahami
beberapa bentuk budaya dari masyarakat, dapat membantu pemasar dalam memprediksi penerimaan
konsumen terhadap suatu produk. Pengaruh budaya dapat mempengaruhi masyarakat secara tidak
sadar.
3. Pengaruh Budaya dapat Memuaskan Kebutuhan
Budaya yang ada di masyarakat dapat memuaskan kebutuhan masyarakat. Budaya dalam suatu
produk yang memberikan petunjuk, dan pedoman dalam menyelesaikan masalah dengan menyediakan
metode "Coba dan Buktikan" dalam memuaskan kebutuhan fisiologis, personal dan sosial.
4. Pengaruh Budaya Dapat Dipelajari
Budaya dapat dipelajari sejak seseorang sewaktu masih kecil, yang memungkinkan seseorang mulai
mendapat nilai-nilai kepercayaan dan kebiasaan dari lingkungan yang kemudian membentuk kepribadian
seseorang. Berbagai macam cara budaya dapat dipelajari. Seperti yang diketahui secara umum yaitu
misalnya ketika orang dewasa dan rekannya yang lebih tua mengajari anggota keluarganya yang lebih
muda mengenai cara berperilaku. Begitu juga dalam dunia industri, perusahaan periklanan cenderung
memilih cara pembelajaran secara informal dengan memberikan model untuk ditiru masyarakat. Iklan
tidak hanya mampu mempengaruhi persepsi sesaat konsumen mengenai keuntungan dari suatu produk,
namun dapat juga mempengaruhi persepsi generasi mendatang mengenai keuntungan yang akan
didapat dari suatu kategori produk tertentu.
DEFINISI
Perilaku konsumen (consumer behavior) adalah proses pada konsumen ketika ia
memutuskan membeli, apa yang dibeli, dimana, kapan, dan bagaimana membelinya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, salah satunya
adalah faktor budaya yaitu faktor mendasar dalam pembentukan norma-norma yang
kemudian membentuk perilaku konsumen.
MITOS DAN RITUAL KEBUDAYAAN
Mitos adalah cerita yang berisi elemen simbolis yang mengekspresikan emosi dan citacita budaya. Misalnya mitos mengenai binatang yang cerdik (kancil) yang dimaksudkan
sebagai jembatan antara kemanusiaan dan alam semesta. Sehingga pemasar dituntut
kreatif menggali mitos agar bisa digunakan sebagai sarana menyusun strategi
pemasaran tertentu.
Ritual budaya bukan sekedar kebiasaan yang dilakukan seseorang, tetapi hal ini
dilakukan dengan serius dan formal, yang memerlukan intensitas mendalam dari
seseorang. Kebiasaan sering tidak serius, kadang tidak pasti dan berubah saat ada
stimulus berbeda yang lebih menarik. Seringkali ritual budaya memerlukan bendabendayang digunakan untuk proses ritual, dan inilah yang bisa dibuat oleh pengusaha
menjadi peluang. Strategi iklan juga dapat dikaitkan dengan ritual budaya seperti pada
tema-tema perkawinan yang menonjolkan hadiah berlian untuk pengantin perempuan,
dan produk sarung untuk ritual keagamaan dan ibadah.
Simbol kebudayaan juga merupakan representasi tertentu dari budaya , secara umum
apa yang dipakai dan dikonsumsi oleh seseorang akan mencerminkan budayanya.
Perusahaan dapat menggunakan nilai-nilai simbolis untuk merek produknya , misalnya
Nilai
Norma
Kebiasaan
Larangan
Mitos
Simbol
kita bisa mendapatkan Sub- budaya yang berbeda, yaitu suku sunda, batak, padang,
dsb.
Unsur-unsur Sub Budaya dan Demografi :
Usia
Merupakan hal yang penting untuk dipahami, karena konsumen yang berbeda usia akan
mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Siklus hidup seorang konsumen akan
ditentukan oleh usianya. Para pemasar harus memahami apa kebutuhan dari konsumen
dengan berbagai usia tersebut, kemudian membuat beragam produk yang bisa
memenuhi kebutuhan tersebut.
Pendidikan dan pekerjaan
Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seorang konsumen.
Profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterimanya.
Pendapatan dan pendidikan tersebut kemudian akan mempengaruhi proses keputusan
dan pola konsumsi seseorang.Tingkat pendidikan seseorang juga akan mempengaruhi
nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap
suatu masalah. Dari sisi pemasaran, semua konsumen dengan tingkat pendidikan yang
berbeda adalah konsumen potensial bagi semua produk dan jasa. Pemasar harus
memahami kebutuhan konsumen dengan tingkat pendidikan yang berbeda, dan produk
apa yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
Lokasi geografik
Dimana seorang konsumen tinggal akan mempengaruhi pola konsumsinya. Konsumen
yang tinggal di desa akan memiliki akses terbatas kepada berbagai produk dan jasa.
Sebaliknya, konsumen yang tinggal di kota-kota besar lebih mudah memperoleh semua
barang dan jasa yang dibutuhkannya. Para pemasar harus memahami dimana
konsumen tinggal agar pemasar dapat memfokuskan kemana produknya akan dijual.
LINTAS
Secara umum kebudayaan harus memiliki tiga karakteristik, seperti:
BUDAYA
sangat berkaitan erat satu sama lain, misalnya: unsure agama berkaitan erat
dengan unsure perkawinan, unsur bisnis berkaitan erat dengan unsur status
sosial.
3. Kebudayaan dibagikan, artinya: prinsip-prinsip serta kebudayaan menyebar
Sumber :
http://irriyanti.blogspot.com/search?q=perilaku+konsumen
http://macnoumi.wordpress.com/2012/01/26/pengaruh-budaya-dalam-perilakukonsumen/
http://earldimara.blogspot.com/2011/10/pengaruh-kebudayaan-terhadappembelian.html
http://titayulianita.wordpress.com/2011/07/05/bab-10-pengaruh-budaya-dalamperilaku-konsumen/
http://shinta.lecture.ub.ac.id
http://macnoumi.wordpress.com/category/ekonomi/page/2/