Terjadi bila allergen berikatan dengan IgE pada permukaan Sel Mast sehingga
dilepaskan beberapa mediator.
Immediate process bermula ketika antigen menginduksi pembentukan IgE antibody,
kemudian IgE tersebut berikatan dengan bagian Fc pada basophil dan sel Mast.
Paparan pada antigen yang sema menghasilkan cross-link pada IgE yang telah
berikatan dengan sel. Selanjutnya terjadi degranulasi yang menimbulkan edema
dan eritema dan pruritic.
Late Phase terjadi + 6jam setelah paparan antigen. Hal ini terjadi akibat akibat
leukotriene yang disensitesis setelah degranulasi sel. Mediator ini menyebabkan
influx dari sel-sel inflamasi (neutrophil/eosinophil) dan gejalan yang timbul seperti
eritem dan indurasi. Pada Reaksi ini tidak ada peran Complement karena IgE tidak
mengaktifkan sistem komplemen
Allergen pada reaksi anaphylactic adalah substansi seperti bulu, makanan, obat,
yang pada sebagian besar orang tidak terjadi. Namun pada beberapa orang
memberikan reaksi. Pada kebanyakan orang, paparan antigen tersebut
menghasilkan IgG tapi tidak menghasilkan reaksi anaphylactic karena tidak ada
reseptor IgG pada basophil dan sel Mast. Namun pada orang-orang tertentu terjadi
pelepasan IL-4 yang merangsang Th-2 untuk class Switching.
Reaksi Anaphylactic umumnya hanya menghasilkan urtica, dermatitis, rhinitis, dan
konjungtivitis, dan asthma. Namun dapat terjadi reaksi sistemik dimana terjadi
bronchokonstriksi dan hypotensi yang dapat menyebabkan kematian.
Mediator yang berperan dalam Reaksi anaphylactic adalah:
1) Histamine: yang terdapat dalam granule sel mast dan basophil. Dapat
menyebabkan vasodilatasi, dan peningkatan permeabilitas kapiler serta
kontraksi dari otot polos.
2) Slow Reacting Substance of Anaphylaxis : terdiri dari beberapa leukotrienes
yang ada dalam keadaan normal namun diproduksi selama reaksi
anaphylactic. Leukotriene dibentuk dari Asam Arachidonat melalui jalur
Lipoxygenase. Produksi dari leukotriene menyebabkan vasodilatasi dan
kontraksi otot polos. Ini adalah prinsip dari bonchokonstriksi sehingga tidak
dapat dipengaruhi obat antihistamin.
3) Eosinophil Chemotactic Factor of Anaphylactic: dilepaskan ketika terjadi
reaksi anaphylactic. ECF-A menarik eosinophil.Peran Eosinophyl pada
hypersensitivitas type I tidak diketahui namun melepaskan histaminases dan
arylsulfatase yang mendegradasi 2 mediator kimia, yaitu histamine dan SRSA. Eosinophyl mengurangi beratnya reaksi anaphylactic.
tersebut. Pada reaksi Arthus ini, inflamasi terjadi lokal, tempat antigen masuk, sama
dengan tempat terkumpulnya Antibody-antigen kompleks.
Reaksi serum sickness terjadi akibat antigen diam di dalam darah sampai
terbentuknya antibody. Antigen-antibody komplek ini akan tersebar di seluruh tubuh
sehingga dapat muncul gejala sistemik, misalnya demam, urticaria, arthralgia,
lymphadenopathy, splenomegaly, dan eosinophilia. Gejala tersebut timbul dalam
beberapa hari sampai dengan 2 minggu setelah antigen masuk ke dalam darah.