PENDAHULUAN
Untuk mendukung tindakan terapi yang lebih baik terhadap batu saluran
empedu, maka pengetahuan tentang saluran empedu, gejala batu empedu sangat
penting. Sejak perkembangan anestesi umum dan antibiotika pada tahun 1848 dan
1868, maka perkembangan tindakan bedah abdomen juga berkembang dengan pesat
sehingga tindakan pembedahan pada batu di saluan biliaris bukan lagi merupakan
hal yang sulit.1)
Di negara berkembang 10% populasi orang dewasa kemungkinan terbentuk
batu empedu sepanjang kehidupannya dan bersifat asimtomatik. Prevalensi batu
empedu meningkat seiring bertambahnya usia. Batu empedu lebih sering terjadi
pada wanita berumur lebih dari 40 tahun daripada laki-laki dan meningkat pada
wanita hamil, obesitas dan diabetes. Tipical batu empedu fair fat fertile female of
forty walaupun hal ini bukan suatu deskripsi yang harus ada. 2)
Dirumah sakit Immanuel pada tahun 2006 dari 131 kasus batu empedu insidensi
batu empedu pada laki-laki berjumlah 56 kasus dan pada perempuan 75 kasus
dengan umur termuda antar 15-24 tahun dan tertua >75 tahun. Grafik tahun 2006
menunjukkan insidensi tertinggi pada umur antara 45 64 tahun.
Pada tahun 2007 terdapat 116 kasus batu empedu dengan insidensi pada
perempuan 61 kasus dan laki-laki 55 kasus dengan umur termuda 15-24 tahun
berjumlah 5 kasus dan tertua >75 tahun berjumlah 4 kasus. Grafik tahun 2007
menunjukkan insidensi tertinggi pada umur antara 45 64 tahun.
Pada tahun 2008 sampai bulan April terdapat 44 kasus batu empedu dengan
insidensi pada perempuan 27 kasus dan laki-laki 17 kasus dengan kasus termuda
15-24 tahun bejumlah 3 kasus dan tertua 65-74 tahun terdapat 2 kasus. Grafik
menunkukkan insidensi tertinggi pada umur antara 45-64 tahun.
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Traktus biliaris ekstrahepatik terdiri atas percabangan Ductus hepaticus sinistra
dan dextra, Ductus hepaticus communis, Ductus choledochus, Ductus cysticus dan
Vesica fellea. Ductus hepaticus sinistra berhubungan dengan segmen II, III, dan IV
Hepar dan memiliki panjang saluran ekstrahepatic yaitu 2 cm atau lebih. Ductus
hepaticus dextra berhubungan dengan segmen VI dan VII (kanan belakang) serta
segmen V dan VIII (kanan depan) Hepar dan memiliki panjang yang lebih pendek.
Ductus choledochus berasal dari persatuan Ductus cysticus dan Ductus hepaticus
communis yang berlanjut ke Papilla duodeni dan akan berlanjut ke Duodenum
dengan panjang 5-9 cm dan dibagi atas 3 segmen yaitu supraduodenal,
retroduodenal, dan intrahepatik.1,2)
Vesica fellea berbentuk buah pear dan berhubungan dengan Ductus hepaticus
communis dan Ductus choledochus melalui Ductus cysticus. Vesica fellea dibagi
atas Fundus, Corpus, Infundibulum , dan Collum. Collum Vesica fellea dan Ductus
cysticus memiliki lipatan mukosa yang dikenal dengan nama Valvula Heister.
Ductus cysticus memiliki variasi panjang antara 1-4 cm. 1,2)
Traktus biliaris, Vesica fellea, Sphincter Oddi berfungsi untuk menyusun,
menyimpan, dan mengatur aliran empedu. 1,2)
BAB III
DEFINISI, PEMBAGIAN, DAN EPIDEMIOLOGI
Cholelithiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat batu dalam kandung
empedu. Batu empedu ini terbentuk dari presipitasi cairan empedu. 1,2,3,4)
Teori Pembentukan Batu
Terdapat tiga pinsip pada pembentukan batu, yaitu:
1. Supersaturasi kolesterol
Kolesterol dibentuk di retikulum endoplasma dari asetil koenzymA (asilcoA) melalui tahapan enzymatik dengan enzym HMG coA Reduktase sebagai
enzym yang penting dalam reaksi tersebut. Sebagai tambahan pada sintesa
kolesterol endogen, hepar mengambil beberapa gram kolesterol yang
berhubungan dengan lipoprotein melalui jalur endositosis primer. Kilomikron,
LDL, VLDL, ditangkap oleh reseptor LDL dan proteinnya. Penyimpanan
kolesterol terjadi oleh proses enzym ACAT (Acyl coA Cholesterol
Transferase) dalam bentuk kolesterol ester. Kolesterol ester menyediakan
kolesterol bebas untuk pembentukan asam empedu.
Metabolisme kolesterol mempengaruhi secara langsung jumlah asam empedu
dan sekresi kolesterol. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasien
dengan batu di Vesica fellea memiliki aktivitas HMG coA Reduktase dan
sintesa kolesterol yang lebih tinggi dari pasien kontrol.
Esterifikasi kolesterol memiliki pengaruh terhadap produksi kolesterol
bilier karena obat-obat yang menghambat esterifikasi (progesteron dan
klofibrat) cenderung untuk meningkatkan kolesterol. Peningkatan sintesis
kolesterol atau uptake atau penurunan esterifikasi kolesterol potensial untuk
meningkatkan kolesterol bebas.
Pada empedu yang tidak tersaturasi, kolesterol terdapat pada micelles
sederhana dan campuran. Micelles merupakan agregat lemak yang memiliki
kelompok hidroksil atau fosfat polar. Seiring peningkatan saturasi kolesterol
dalam empedu, kolesterol dibawa dalam bentuk vesikel. Vesikel 10 kali lebih
besar daripada micelles dan memiliki dua lapisan fosfolipid tetapi tidak
memiliki garam empedu.
Kelompok polar memiliki dua rantai hidrokarbon hidrofobic berhubungan
dengan dua lapisan fosfolipid tersebut. Hal ini memungkinkan kolesterol
untuk memasuki inti. Vesikel unilamelar kemudian berubah menjadi vesikel
multilameral yang kurang stabil dan memungkinkan pertumbuhan kristal
kolesterol pada permukaan. Pada pasien dengan dengan batu empedu
kolesterol mensekresi vesikel dalam lumen canaliculer yang memiliki 33%
kolesterol yang lebih kaya.
Garam empedu secara aktif disekresikan dalam kanalikuli melewati
gradien konsentrasi yang tampaknya tidak tergantung terhadap kolesterol dan
molekul fosfolipid. Lebih hidrofobik asam empedu dan lebih besar
kemampuan untuk menginduksi sekresi lemak dan menghambat ativitas 7hydroxylase maka sintesis asam empedu berkurang. Kedua hal tersebut
menghasilkan peningkatan empedu litogenik.
Pasien dengan batu Vesica fellea memiliki area asam cholic dan metabolit
bakteri
asam
deoxycholic.Asam
deoxycholic
sangat
hidrofobik
dan
empedu
yang
mengalami
supersaturasi,
langkah
pertama
empedu, yang berasal dari micelle dan vesikel. Setelah pembentukan inti,
maka proses kristalisasi terjadi, yang menghasilkan kristal kolesterol
monohidrat. Kristal tersebut akan bersatu dan membentuk batu Veica fellea
yang makroskopis. Pada pasien dengan batu pada Vesica fellea waktu
pembentukan inti yang lebih cepat, protein bilier yang meningkat dalam
empedu. Beberapa faktor spesifik yang diperkirakan berperan yaitu
glikoprotein mucin. Inti protein ini bersifat hidrofobik yang dapat berikatan
dengan kolesterol dan fosfolipid dan bilirubin. Ikatan dengan vesikel yang
kaya dengan kolesterol dengan area hirofobik tersebut tampaknya memediasi
proses pembentukan inti yang cepat. Selain itu agregasi vesikel khas pada
peningkatan konsentrasi mucin. Glikoprotein mucin disekresi rutin dari
kandung empedu, tetapi pada empeu yang litogenik sekresinya berlebihan.
Hipersekresi tersebut mengakibatkan pembentukan kristal kolesterol. Sekresi
tersebut dimediasi oleh prostaglandin dan dapat dihambat oleh aspirin. Faktor
penting lain yaitu konsentrasi kalsium bilier karena kalsium karbonat, kalsium
bilirubin dan kalsium fosfat berperan dalam kristalisasi kolesterol.
3. Hipomotilitas Vesica Fellea
Konsentrasi empedu yang tinggi mempengaruhi pembentukan vesikel.
Selain itu asidifikasi empedu meningkatkan kelarutan garam kalsium. Kedua
hal tersebut dapat terjadi karena sifat mukosa Vesika fellea yang menyerap air
dalam jumlah tinggi dan menyerap bikarbonat dan mensekresi ion hidrogen.
Pasien dengan batu empedu mengalami kelainan dalam motilitas. Yang
sebabnya belum diketahui. Hal tersebut dapat menyebabkan stasis pada
kandung empedu sehingga terbentuk lumpur dalam Vesica fellea.
2. Batu pigmen:
Batu hitam
o Komposisi : kalsium bilirubinat atau gabungan kalsium,
cupprum dan 20% nya terdiri dari glikoprotein mucin
o Faktor predisposisi :
Bilirubin konjugasi (terutama monoglukoronat)
Tidak terdapat kelainan motilitas
Terutama didapatkan pada keadaan stasis (contohnya
pada pemberian nutrisi parentral) ataupun karena
terdapat kelebihan bilirubin unconjugated (contohnya
pada kasus-kasus hemolisis dan cirrhosis)
o Umumnya tetap berada di dalam Vesica fellea
Batu cokelat
o Komposisi : garam-garam kalsium dari bilirubin unconjugated
dan sedikit kolesterol dan protein
2. Cysticolithiasis
3. Hepatolithiasis
4. Choledocholithiasis
Gambar 2. Cholecystolithiasis6)
orang dewasa) mengalami batu empedu. Setiap tahun sekitar 1-3% dari orang-orang
menderita batu empedu dan 1-3% diantaranya asimtomatik.
Penelitian di Italia menunjukkan 20% wanita menderita batu empedu,
sedangkan pada pria ditemukan sekitar 14%. Penelitian di Belanda menunjukkan
angka kejadian batu empedu pada usia 30 tahun sekitar 1,8% untuk laki-laki dan
4,8% pada wanita. Pada usia 60 tahun adalah 12,9% pada laki-laki dan 22,4% pada
wanita. Batu kandung empedu lebih banyak terdapat pada wanita dibanding lakilaki. Hal ini disebabkan karena estrogen mengakibatkan meningkatnya sekresi
kolesterol dan progesteron akan menyebabkan stasis sistem bilier. Selain itu, resiko
untuk timbulnya batu kandung empedu juga meningkat seiring dengan
bertambahnya umur. Insidensi batu empedu meningkat 1-3% tiap tahun. Adalah hal
yang sangat tidak biasa jika terjadi pembentukkan batu pada anak-anak. Anak
dengan batu empedu biasanya memiliki anomali kongenital, malformasi bilier dan
penyakit pada sistem biliernya atau batu pigmen akibat proses hemolitik.
Setiap tahunnya, 1-3% orang mengalami batu empedu dan sekitar jumlah
yang sama mengalami gejala-gejala batu empedu. Batu empedu asimtomatik tidak
berhubungan dengan kematian. Angka kesakitan dan kematian berhubungan dengan
simtomatik Cholelithiasis, Cholecystitis, atau Cholangitis.
Angka kejadian batu empedu tertinggi pada orang Eropa utara dan
populasi orang Hispanik dan Amerika. Sedangkan untuk Asia dan Afrika, angka
kejadian batu empedu relatif lebih rendah.
BAB IV
RIWAYAT PENYAKIT
Faktor resiko untuk terjadinya batu empedu yaitu: 1,2,3,4)
10
Etnik : paling tinggi pada orang Caucasian barat, Hispanic, dan Native
American. Tidak terlalu tinggi pada Eropa timur, African American,
dan Asia
Umur : semakin banyak terjadi seiring dengan bertambahnya usia.
Jarang pada anak
Gender : angka kejadian Cholelithiasis lebih tinggi pada wanita pada
seluruh umur. Hal ini disebabkan oleh estrogen yang meningkatkan
pembentukkan cholesterol, yang akan menyebabkan hipersatuasi
cairan empedu yang menyebabkan presipitasi dari batu kolesterol.
Progesteron menghambat motilitas kandung empedu yang akan
menyebabkan stasis sistem bilier dan pembentukkan batu
Diet tinggi lemak : menurut sejarahnya diet tinggi lemak berhubungan
dengan pembentukkan batu dan resiko tinggi untuk terjadinya
Cholelithiasis
Genetik : berdasarkan riwayat penyakit keluarga, genetik memiliki
peranan penting untuk terjadinya pembentukkan batu empedu
Pemilihan makanan : obesitas, makanan tinggi lemak dan hyperhighfat diet, serta hypertriglyceridemia berhubungan erat dengan
pembentukkan batu empedu dan komplikasi yang akan terjadi. Faktor
resiko tambahan yaitu menurunkan asupan oral, penurunan berat badan
terlalu cepat,dan menggunakan nutrisi parentral
Komorbiditas :
Penyakit
hemolitik,
misalnya
penyakit
Sickle
cell
dan
Cirrhosis
karier
adalah
multifaktor
resiko
utama
untuk
11
12
Gejala-gejala ini dapat tidak spesifik dan tidak sensitif. Nyeri bisa saja
lebih menetap disekitar midepigastrium, terbangun dari tidur dan biasanya tidak
berhubungan dengan makan. Nyeri kolik bilier tidak memiliki karakteristik posisi,
pleuritik atau mereda dengan pergerakan usus atau flatus.
Gejala-gejala lain yang biasanya berhubungan dengan Cholelithiasis, yaitu
gangguan pencernaan, dyspepsia, pengeluaran gas dari saluran pencernaan melalui
mulut kembung, dan intoleransi terhadap lemak. Bagaimanapun, hal ini tidak
spesifik dan bisa didapat pada orang dengan atau tanpa batu empedu
Nyeri RUQ terjadi bila kandung empedu yang mengalami peregangan
menyentuh peritoneum. Gejala yang menyertainya seperti mual, muntah atau
referred pain yang terjadi saat distensi Ductus choledochus tapi bukan pada
kandung empedu. Pada kasus klasik nyeri didapat di RUQ, akan tetapi nyeri
visceral dan distensi dinding kandung empedu mungkin hanya terlokalisir di area
epigastrium.
Saat peritoneum mengalami iritasi, nyeri akan terlokalisir di RUQ. Disini
batu yang lebih kecil biasanya lebih memberikan gejala dibanding batu dengan
ukuran yang lebih besar.
Gejala lain dari batu empedu adalah jantung berdegup cepat dan
seperti terbakar, kembung, gas pada perut dan sakit perut, mual-muntah, jaundice,
perasaan tidak enak setelah makan makanan pedas, nyeri perut RUQ atau
pertengahan perut bagian atas.
Gejala Klinis. 1,2,3,4,7)
Klinis :
Nyeri kolik khas :
13
Cholecystitis :
Gejala : 1. Nyeri di RUQ
2. Mual dan muntah
Tanda : 1. Murphy sign
3. Demam
4. Konstipasi
3. Jaundice (jarang)
2. Leukositosis
Obstruksi pada kasus-kasus Choledocholithiasis ikterus dan akumulasi
bilirubin.
14
BAB V
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A.
Laboratorium1,3,7,8) :
Fungsi hepar meliputi SGOT, SGPT, dan GGT
Bilirubin, alkali fosfatase, amilase dan lipase.
Darah rutin.
B.
Pencitraan 1,3,7,8):
Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan utama pada kasus-kasus cholelithiasis, juga dapat
memberikan informasi mengenai ketebalan dinding Vesica fellea,
distensi pada Ductus biliaris, masa, polyp pada Vesica fellea dan
juga dapat menunjukkan terjadinya gangguan pada pancreas dan
metastasis kanker pada hepar.
15
C.
Pemeriksaan Endoscopy1,3,7,8)
Endoscopy Retrogade Cholangio Pancreatography diagnostik
ERCP memberikan gambaran x-ray dari ductus bilier. Pada prosedur
ini, endoskop dimasukkan ke Duodenum dan Papilla Vateri dikanulasi.
Cairan kontras radioopaque disuntikkan ke dalam ductus bilier, yang
kemudian akan memberikan gambaran x-ray yang baik. Batu akan
tampak sebagai adanya filling defect pada ductus yang opak. Saat ini,
ERCP biasanya dilakukan bersambungan dengan endoscopic retrorade
sphincterotomy dan ekstraksi batu empedu.
16
17
D.
CT scan1,3,7,8)
Biasanya kandung empedu ditemukan secara tidak sengaja pada
18
F.
Oral cholecystography1,3,7,8)
G.
19
BAB VI
KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada Cholelithiasis yaitu1,3,7,8):
Cholecystitis
Cholangitis (ascending) yang dibiarkan trias Charchot dan
Pentad Raynaud.
Trias Charcot yaitu febris sampai menggigil, nyeri RUQ, dan
ikterus.
Pentad Raynaud yaiu trias Charcot, shock, dan gangguan
mental(lethargi, confuse)
Perforasi lokal, pembentukan abscess dan empyema.
Mirizzis syndrome obstruksi pada Ductus cysticus yang
kemudian dapat menyebabkan terjadinya kompresi pada Ductus
choledochus.
Pancreatitis e.c. obstruksi cholelithiasis
Cholescystocholedochal fistulta (Dapat disebabkan oleh karena
nekrosis akibat penekanan pada Mirizzis syndrome IIa).
Cholecystoduodenal fistula
Cholecystoenteric fistula mengarah pada terjadinya ileus e.c.
cholelithiasis
Carcinoma Vesica fellea
Porcelain gallbladder premalignant
20
21
BAB VII
PENATALAKSANAAN
1.
Medikamentosa :
Terapi medikamentosa terhadap kandung empedu tergantung dari tahapan
22
Jumlah batu 3.
Kontraindikasi ESWL :
Hamil.
Obstruksi CBD.
.3 Percutaneous Therapy
Terutama pada psaien-pasien high risk.
Terdapat 2 rute yang dapat digunakan :
transperitoneal
transhepatik
23
pengangkatan
batu
dengan
menggunakan
Cholecystoscope.
Percutaneous cholecystolithotripsy : batu dihancurkan dengan
menggunakan
alat
(ultrasonic
lithotriptor,
electrohydraulic
24
25
26
27
28
Terapi operatif
29
telah
membuktikan
metode
ini
lebih
efektif
dibanding
open
30
Pasien dengan sickle cell anemia dimana batas antara krisis nyeri dan
cholecystitis sulit dibedakan.
Pada pasien dengan keadaan kritis dengan empyema kandung empedu dan
sepsis, ahli bedah dapat menunda cholecystostomy, suatu prosedur minimal yang
mengikutsertakan pemasangan tube drainage di kandung empedu. Biasanya
kliniknya membaik. Setelah pasien stabil, terapi definitive cholecystectomy dapat
dilakukan secara elektif.
Jika pengangkatan batu ductus choledochus secara bedah sulit dilakukan
maka endoscopy dapat digunakan unuk mengeluarkan batu tersebut melalui incisi
kecil papilla vateri (endoscopic sphincterotomy). Metode ini berguna pada pasien
dalam
keadaan
kritis
dengan
31
ascending
cholangitis.
32
BAB VIII
KESIMPULAN
Penyakit kandung empedu adalah salah satu penyakit pada sistem
pencernaan yang sering terjadi. Cakupan penyakit pada kandung empedu mulai dari
asimtomatik cholelithiasis hingga kolik empedu, cholecystitis choledocholithiasis,
dan cholangitis.
Cholelitiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat satu atau beberapa batu
dalam kandung empedu atau saluran-salurannya. Kolik bilier adalah suatu nyeri
yang diakibatkan dari batu yang mengobstruksi ductus cysticus yang bersifat
sementara.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahrendt S.A., Ritt H.A. Chapt. 52 : Tractus Biliary, in : Sabiston Textbook
of surgery. 17th ed. Saunders. Philadelphia. p 1597-639.
33
2. Andersen D,K., Billiar T,R., Brunicardi F,C., Dunn D,L., Hunter J,G.,
Pollock R,E. Gallbladder and the Extrahepatic Billiary System, in :
Schwartzs Principles of Surgery. 18th ed. 2005. McGraw-Hill. New
York. p.1187-1217
3. Karan J., Roslyn J.J. editor : Ellis H., Schwartz S,I., Zinner M,J.
Cholelithiasis and Cholecystectomy, in : Maingots Abdominal
Operation vol II, 10th ed. 2001. McGraw-Hill. Boston. p 1717-36
4. Karan J., Roslyn J.J. editor : Ellis H., Schwartz S,I., Zinner M,J.
Choledocholithiasis and Cholangitis, in : Maingots Abdominal
Operation vol II. 10th ed. 2001. McGraw-Hill. Boston. p 1736-68
5. Lee F,M. Cholelithiasis. http : // www. medscape. com/ files/ emedicine/
topic97. htm. April 2008
6. Merck. Cholelithiasis. http: // www. merck. com/ mmpe/ sec03/ ch030/
ch030b.html. April 2008
7. Sherlock S., Droley J. Chapter 11 : Gallstone and Inflamatory Gall Bladder
Disease, in : Disease of the Liver and Biliary tract. 9 th ed. 1993.
Oxford. London. p 562-86
8.
34
35