pada penggunaan metode ini antara lain hipotensi dan berkurangnya perfusi
uterus.perkembangan teknik-teknik yang menggunakan induksi lambant analgesia
epidural dengan larutan anestetik encer dilaporkan dapat mengurangi kebutuhan
infuse cepat kristaloid atau koloid dalam jumlah besar,yang diperlukan untuk
memulihkan hipotensi pada ibu,dan biasanya menghindarkan terjadinya edema
paru (Hogg dkk., 1999;Wallace dkk.,1995).bahkan ,blok epidural dapat mencegah
stimulasi yang disebabkan oleh intubasi trakea,yang dapat menimbulkan hipertensi
berat mendadak . peningkatan tekanan darah semacam ini ,selanjutnya ,dapat
menyebabkan edema otak,atau perdarahan intraknial (Lavies dkk., 1989).
Akhirnya ,intubasi trakea khususnya dapat sulit dilakukan sehingga berbahaya bagi
perempuan dengan edema jalan napas akibat preeklamsia (American College of
Obstetricians and Gynecologists, 2002b).
Setidaknya dua penelitia teracak telah dilakukan untuk menilai metode-metode
analgesia dan anestesia ini . Wallace dkk., (1995) meneliti 80 perempuan dengan
preeklamsia berat dan rata-rata usia kehamilan 34,8 minggu yang menjalani
pelahiran dengan bedah Caesar CITO. Mereka belum diberikan analgesia epidural
untuk persalinan dan diacak untuk mendapatkan anestesia umum,analgesia
epidural,atau analgesia kombinasi epidural-spinal .Tekanan darah rerata mereka
sebelum operasi adalah sekitar 170/110 mm Hg,dan semua memeliki proteinuria
.Tata laksana anestesik dan obstetris mencakup pemberian terapi obat
antihipertensi dan pembatasan pemberian cairan intravena .keluaran perinatal pada
masing-masing kelompok ternyata serupa.hipotensi pada ibu yang terjadi akibat
analgesia regional ditata laksana dengan pemberian cairan intravena secukupnya
.serupa dengan ini ,tekanan darah ibu dikendalikan untuk mencegah terjadinya
hipertensi berat pada peremupuan yang menjalani anestasia umum (Gbr. 34-22).
Tidak terdapat komplikasi berat pada ibu maupun janin yang disebabkan oleh salah
satu di antara ketiga metode anestesi ini.disimpulkan bahwa ketiga metode ini
layak untuk digunakan pada perempuan hamil dengan komplikasi preeklamsia
berat,dengan syarat telah dilakukan langkah-langkah untuk memastikan
terlaksanakannya prosedur yang cermat menurut salah satu metode
tadi.kesimpulan yang serupa juga diperolehkan oleh Dyer dkk., (2003) pada
penelitian teracak mereka mengenai analgesia spinal versus anestesia umum pada
70 perempuan dengan preeklamsia dan hasil pengukuran denyut jantung janin
yang tidak meyakinkan.Dyer, dkk.,(2008) kemudian membuktikan bahwa
penurunan tahanan vaskular dan tekanan darah arteri rerata yang dicetuskan oleh
blok epidural dapat dilawan secara efektif dengan infus phenylephrine,untuk
mempertahankan keluaran jantung.
Dalam suatu penelitian dari universitas Alabama di Birmingham,Head dkk., (2002)
secara acak menempatkan 116 perempuan dengan preeklamsia berat ke kelompok
yang mendapatkan analgesia epidural atau analgesia meperidineintravena
terkontrol-pasien selama persalinan.protokol standar membatasi cairan intravena
hingga 100 mL/jam.lebih banyak perempuan 9 persen dari kelompok analgesia