Lesi Jinak
Lesi Ganas
Chondrogenic
Osteogenic
Osteoid osteoma
Osteosarcoma
Fibrous,
osteofibrous,
and
fibrohistiocytiv
(fibrogenic)
Enchondroma (chondroma)
Periosteal chondroma
Enchondromatosis
Osteochondroma
Chondroblastoma
Chondromyxoid fibroma
Fibrocartilaginous
mesenchymoma
Osteoma
Osteoid osteoma
Osteoblastoma
Hemangioma
Multiple myeloma
Lymphoma
Chondrosarcoma
Conventional
Mesenchymal
Clear cell
Dedifferentiated
Periosteal Chondrosarcoma
Fibrosarcoma
MFH
Vascular
Glomus tumor
Cystic angiomatosis
Angiosarcoma
Heamangioendothelioma
Hemangiopericytoma
Lipogenic
Lipoma
Liposarcoma
Neurogenic
Notocordal
Chordoma
Unknown Origin
Giant Cell Tumor
Ewing sarcoma
Adamantinoma
Tumor Jinak
Well-defined
Sclerotic : narrow transitional zone
Pattern : geographic
Periosteal reaction : un-interrapted
& solid
No soft tissue mass
Tumor Ganas
2. Osteosarkoma
Osteosarkoma adalah keganasan pada tulang yang merupakan
salah satu keganasan tersering pada anak-anak dan usia dewasa
muda. Insidensi osteosarcoma memiliki sifat bimodal yaitu dengan
usia tersering pada anak-anak dan dewasa muda serta usia tua di
atas 65 tahun serta lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita
dengan perbandingan 1.2:1.
Predileksi tersering pada: lengan atas, tungkai, perbatasan dengan
lutut karena osteosarcoma muncul terutama pada daerah tulang
besar dengan rasio pertumbuhan yang cepat meskipun tidak
menutup kemungkinan dapat terjadi pada semua tulang.
Beberapa faktor resiko yang dikaitkan dengan patogenesis
terjadinya osteosarkoma adalah: faktor genetik (sindrom LiFraumeni,
Retinoblastoma familial, sindrom Werner, RothmundThomson,
Bloom), lesi tulang jinak (Paget, osteomielitis kronis,
displasia fibrosis, osteokondroma dll), riwayat radiasi dan atau
kemoterapi, lokasi implan logam.
Manifestasi klinis
Nyeri (+ )
Massa ( ada + pada periostel; kadang tidak ada pada
intramedulari )
Edema jaringan lunak ( )
metastasis
IIA derajat keganasan tinggi, lokasi intrakompartemen, tanpa
metastasis
IIB derajat keganasan tinggi, lokasi ekstrakompartemen, tanpa
metastasis
III ditemukan adanya metastasis
Sistem Klasifikasi AJCC edisi ke 7
IA derajat keganasan rendah, ukuran 8
IB derajat keganasan rendah, ukuran > 8 atau adanya
diskontinuitas
IIA derajat keganasan tinggi, ukuran 8
IIB derajat keganasan tinggi, ukuran > 8
III derajat keganasan tinggi, adanya diskontinuitas
IVA metastasis paru
IVB metastasis lain
Prognosis
Beberapa faktor yang menentukan prognosis pada pasien
osteosarkoma :
Tumor related:
a. Lokasi tumor
b. Ukuran tumor
c. Umur pasien
d. Metastasis ( ada/tidak, lokasi metastasis )
e. Respons histologi terhadap kemoterapi
f. Tipe dan margin operasi
g. BMI (Body Mass Index): tidak begitu related dengan
a. Lokasi tumor
b. Ukuran tumor
c. Umur pasien
d. Metastasis ( ada/tidak, lokasi metastasis )
e. Respons histologi terhadap kemoterapi
f. Tipe dan margin operasi
g. BMI (Body Mass Index): tidak begitu related dengan
osteosarcoma tetapi berhubungan dengan prognosis
h. ALP dan LDH level: menggambarkan luasnya lesi
PENATALAKSANAAN
Terapi pada osteosarkoma meliputi terapi pembedahan ( limb sparing surgery atau amputasi ), kemoterapi dan radioterapi yang
diberikan konkuren ataupun sekuensial sesuai indikasi.
3
Pembedahan
Terapi pembedahan merupakan terapi utama pada osteosarkoma
yang masih dapat dioperasi, dengan prinsip pembedahan reseksi en
bloc komplit dengan preservasi organ semaksimal mungkin.
Kontraindikasi untuk preservasi organ adalah bila ada keterlibatan
pembuluh darah ataupun struktur saraf, fraktur patologis, adanya
hematoma besar terkait tindakan biopsi.
Limb sparing surgery dilakukan pada high grade osteosarcoma dan
respon baik terhadap kemoterapi ( sel viable < 10 % dan margin
jaringan - ), serta tepi bebas tumor.
Setelah limb sparing surgery maka kemoterapi dilanjutkan sebanyak
2 siklus. Jika setelah 3 bulan dievaluasi terjadi relaps maka dilakukan
amputasi.
jika setelah itu pasien memberikan respons yang baik maka lakukan
kontrol sesuai jadwal. Jika setelah kemoterapi dan reseksi ulang
terjadi relaps atau penyakit menjadi progresif maka terdapat
beberapa pilihan penanganan yaitu: reseksi paliatif (jika
memungkinkan), kemoterapi second line, radioterapi paliatif ( radium
223, Samarium-1 , 153Sm-EDTMP).
Dengan pendekatan tersebut, 60-70% pasien dapat memiliki
3. Osteomielitis
Osteomyelitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan
struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik (Randall, 2011). Dalam
kepustakaan lain dinyatakan bahwa Osteomyelitis adalah radang tulang yang disebabkan
oleh organism piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat
menyebabkannya. Ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang,
melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa dan periosteum. (Dorland, 2002).
2.3 Etiologi
Mikroorganisme dapat menginfeksi tulang melalui tiga cara yaitu melalui
pembuluh darah, langsung melalui area lokal infeksi (seperti selulitis) atau melalui
trauma, termasuk iatrogenik seperti dislokasi sendi atau fiksasi internal.
Pada balita, infeksi dapat menyebar ke sendi dan menyebabkan arthritis. Pada
anak-anak yang biasanya terinfeksi adalah tulang panjang. Abses subperiosteal dapat
terbentuk karena periosteum melekat longgar di permukaan tulang, sedangkan pada orang
dewasa tulang yang paling sering terinfeksi adalah tulang belakang dan tulang panggul.
Tibia bagian distal, femur bagian distal, humerus, radius dan ulna bagian
proksimal dan distal, vertebra, maksila, dan mandibula merupakan tulang yang paling
beresiko untuk terkena Osteomyelitis karena merupakan tulang yang banyak
vaskularisasinya.
Tabel 1. Organisme penyebab Osteomyelitis
Umur
Organisme
Orang dewasa
Selain bakteri, jamur dan virus juga dapat menginfeksi langsung melalui fraktur
terbuka, operasi tulang atau terkena benda yang terkontaminasi. Osteomyelitis kadang
dapat merupakan komplikasi sekunder dari tuberkulosis paru. Pada keadaan ini, bakteri
biasa menyebar ke tulang melalui sistem sirkulasi, pertama yang terinfeksi adalah
sinovium (karena kadar oksigen yang tinggi) sebelum menginfeksi tulang. Pada
Osteomyelitis tuberkulosis, tulang panjang dan tulang belakang merupakan satu-satunya
tulang yang terinfeksi.
Osteomyelitis dapat juga disebabkan potongan besi yang mengenai tulang pada
saat pembedahan untuk memperbaiki fraktur. Spora bakteri dan jamur dapat juga
mengenai sendi tulang yang terlibat. Osteomyelitis juga dapat terjadi akibat penyebaran
infeksi jaringan lunak. Infeksi tersebut meyebar ke tulang dalam beberapa hari sampai
beberapa minggu. Tipe penyebaran ini biasa terjadi pada orang yang lebih tua. Infeksi
dapat dimulai dari kerusakan akibat trauma, terapi radiasi, kanker, atau pada kulit yang
luka yang disebabkan sedikitnya sedikit sirkulasi darah pada tulang atau pada penyakit
diabetes. Infeksi sinus, gusi atau gigi dapat meyebar ke tulang-tulang kepala. Penyebab
Osteomyelitis biasanya adalah Staphylococcus aureus, bakteri gram positif seperti
Streptococcus pyogenes atau S. Pneumoniae. Pada anak dibawah 4 tahun bakteri gram
negatif Haemophilus influenzae (insiden bervariasi dari 5-50%). Bakteri gram negatif
lainnya : Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis dan Bacteroides
fragilis anaerobik biasanya menyebabkan infeksi tulang akut.
Penyebab Osteomyelitis pada anak-anak adalah kuman Staphylococcus aureus
(89-90%), Streptococcus (4-7%), Haemophilus influenza (2-4%), Salmonella typhii dan
Eschericia coli (1-2%). Pada anak infeksi melalui aliran darah berasal dari abrasi kecil
pada kulit, bisul, infeksi pada gigi atau pada saat lahir dari infeksi tali pusat. Pada dewasa
sumber infeksi berasal dari kateter ureter, jarum dan semprit arteri yang tidak pada
tempatnya atau kotor.
Organisme lain ditemukan pada pecandu heroin dan kelainan oportunistik pada
pasien dengan mekanisme immune defence compromised . Pasien dengan sickle-cell
disease mudah terinfeksi Salmonella.
2.4 Patofisiologi
Infeksi dalam sistem muskuloskeletal dapat berkembang melalui beberapa cara.
Kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka penetrasi langsung, melalui penyebaran
hematogen dari situs infeksi didekatnya ataupun dari struktur lain yang jauh, atau selama
pembedahan dimana jaringan tubuh terpapar dengan lingkungan sekitarnya.
Osteomyelitis hematogen adalah penyakit masa kanak-kanak yang biasanya
timbul antara usia 5 dan 15 tahun. Ujung metafisis tulang panjang merupakan tempat
predileksi untuk Osteomyelitis hematogen. End-artery dari pembuluh darah yang
menutrisinya bermuara pada vena-vena sinusoidal yang berukuran jauh lebih besar,
sehingga menyebabkan terjadinya aliran darah yang lambat dan berturbulensi pada
tempat ini. Kondisi ini mempredisposisikan bakteri untuk bermigrasi melalu celah pada
endotel dan melekat pada matriks tulang. Selain itu, rendahnya tekanan oksigen pada
daerah ini juga akan menurunkan aktivitas fagositik dari sel darah putih. Dengan
maturasi, ada osifikasi total lempeng fiseal dan ciri aliran darah yang lamban tidak ada
lagi. Sehingga Osteomyelitis hematogen pada orang dewasa merupakn suatu kejadian
yang jarang terjadi.
Infeksi hematogen ini akan menyebabkan terjadinya trombosis pembuluh darah
lokal yang pada akhirnya menciptakan suatu area nekrosis avaskular yang kemudian
berkembang menjadi abses. Akumulasi pus dan peningkatan tekanan lokal akan
menyebarkan pus hingga ke korteks melalui sistem Havers dan kanal Volkmann hingga
terkumpul dibawah periosteum menimbulkan rasa nyeri lokalisata di atas daerah infeksi.
Abses subperiosteal kemudian akan menstimulasi pembentukan involukrum periosteal
(fase kronis). Apabila pus keluar dari korteks, pus tersebut akan dapat menembus soft
tissues disekitarnya hingga ke permukaan kulit, membentuk suatu sinus drainase. Kuman
bisa masuk tulang dengan berbagai cara, termasuk beberapa cara dibawah ini :
Melalui aliran darah.
Kuman di bagian lain dari tubuh misalnya, dari pneumonia atau infeksi
saluran kemih dapat masuk melalui aliran darah ke tempat yang melemah di
tulang. Pada anak-anak, Osteomyelitis paling umum terjadi di daerah yang lebih
lembut, yang disebut lempeng pertumbuhan,di kedua ujung tulang panjang pada
lengan dan kaki.
Dari infeksi di dekatnya.
Luka tusukan yang parah dapat membawa kuman jauh di dalam tubuh.
Jika luka terinfeksi, kuman dapat menyebar ke tulang di dekatnya.
Kontaminasi langsung
Hal ini dapat terjadi jika terjadi fraktur sehingga terjadi kontak langsung
tulang yang fraktur dengan dunia luar sehingga dapat terjadi kontaminasi
langsung. Selain itu juga dapat terjadi selama operasi untuk mengganti sendi atau
memperbaiki fraktur. (anonym, 2011).
Beberapa penyebab utama infeksi, seperti s.aureus, menempel pada tulang dengan
mengekspresikan reseptor (adhesins) untuk komponen tulang matriks (fibronektin,
laminin, kolagen, dan sialoglycoprotein tulang); Ekspresi kolagen- binding adhesin
memungkinkan pelekatan patogen pada tulang rawan. Fibronektin-binding adhesin dari
S. Aureus berperan dalam penempelan bakteri untuk perangkat operasi yang akan
dimasukan dalam tulang, baru-baru ini telah dijelaskan
S. Aureus yang telah dimasukan ke dalam kultur osteoblas dapat bertahan hidup
secara intraseluler. Bakteri yang dapat bertahan hidup secara intraseluler (kadang-kadang
merubah diri dalam hal metabolisme, di mana mereka muncul sebagai apa yang disebut
varian koloni kecil) dapat menunjukan adanya infeksi tulang persisten. Ketika
mikroorganisme melekat pada tulang pertama kali, mereka akan mengekspresikan fenotip
yang resiten terhadap pengobatan antimikroba, dimana hal ini mungkin dapat
menjelaskan tingginya angka kegagalan dari terapi jangka pendek.
Remodeling ulang yang normal membutuhkan interaksi koordinasi yang baik
antara osteoblas dan osteoklas. Sitokin (seperti IL-1, IL-6, IL-15, IL 11dan TNF) yang
dihasilkan secara lokal oleh sel inflamasi dan sel tulang merupakan factor osteolitik yang
kuat. Peran dari faktor pertumbuhan tulang pada remodeling tulang normal dan fungsinya
sebagai terapi masih belum jelas. Selama terjadi infeksi, fagosit mencoba menyerang sel
yang mengandung mikroorganisme dan, dalam proses pembentukan radikal oksigen
toksik dan melepaskan enzim proteolitik yang melisiskan jaringan sekitarnya. Beberapa
komponen bakteri secara langsung atau tidak langsung digunakan sebagai factor-faktor
yang memodulasi tulang (bone modulating factors).
Kehadiran metabolit asam arakidonat, seperti prostaglandin E, yang merupakan
agonis osteoklas kuat dihasilkan sebagai respon terhadap patah tulang, menurunkan
jumlah dari inokulasi bakterial yang dibutuhkan untuk menghasilkan infeksi.
(Daniel,1997).
Nanah menyebar ke dalam pembuluh darah, meningkatkan tekanan intraosseus
dan mengganggu aliran darah. Nekrosis iskemik tulang pada hasil pemisahan fragmen
yang mengalami devaskularisasi, disebut sequestra. Mikroorganisme, infiltrasi neutrofil,
dan congesti atau thrombosis pembuluh darah merupakan temuan histologis utama dalam
Osteomyelitis akut. Salah satu penampakan yang membedakan dari Osteomyelitis kronis
adalah tulang yang mengalami nekrotik, yang dapat diketahui dengan tidak adanya
osteosit yang hidup.
2.5 Klasifikasi Osteomyelitis
Osteomyelitis secara umum dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan klinis,
yaitu Osteomyelitis akut, sub akut, dan kronis. Hal tersebut tergantung dari intensitas
proses infeksi dan gejala yang terkait.
umum timbul akibat bakterimia dan septikemia berupa panas tinggi, malaise serta
nafsu makan yang berkurang.
Osteomyelitis Kronis
Penderita sering mengeluhkan adanya cairan yang keluar dari luka/sinus
setelah operasi yang bersifat menahun. Kelainan kadang kadang disertai demam dan
nyeri lokal yang hilang timbul didaerah anggota gerak tertentu.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Demam (terdapat pada 50% dari neonatus)
Nyeri tekan
Gangguan pergerakan sendi oleh karena pembengkakan sendi dan gangguan akan
bertambah berat bila terjadi spasme lokal.
Ditemukan adanya sinus, fistel atau sikatriks bekas operasi dengan nyeri tekan.
(Osteomyelitis kronis)
Edema
Teraba hangat
Fluktuasi
Penurunan dalam penggunaan ekstremitas (misalnya ketidakmampuan dalam
berjalan jika tungkai bawah yang terlibat atau terdapat pseudoparalisis anggota
badan pada neonatus).
Kegagalan pada anak-anak untuk berdiri secara normal.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah lengkap
Jumlah leukosit mungkin tinggi, tetapi sering normal. Adanya pergeseran ke
Kultur
Kultur dari luka superficial atau saluran sinus sering tidak berkorelasi dengan
bakteri yang menyebabkan Osteomyelitis dan memiliki penggunaan yang terbatas.
Darah hasil kultur, positif pada sekitar 50% pasien dengan Osteomyelitis hematogen.
Bagaimanapun, kultur darah positif mungkin menghalangi kebutuhan untuk prosedur
invasif lebih lanjut untuk mengisolasi organisme. Kultur tulang dari biopsi atau
aspirasi memiliki hasil diagnostik sekitar 77% pada semua studi.
Radiologi
Foto polos
Pada Osteomyelitis awal, tidak ditemukan kelainan pada pemerikSosaan
radiograf. Setelah 7-10 hari, dapat ditemukan adanya area osteopeni, yang
mengawali destruksi cancellous bone.
Ultrasound
Berguna untuk mengidentifikasi efusi sendi dan menguntungkan untuk
mengevaluasi pasien pediatrik dengan suspek infeksi sendi panggul. Teknik
sederhana dan murah telah menjanjikan, terutama pada anak dengan
Osteomyelitis akut. Ultrasonografi dapat menunjukkan perubahan sejak 1-2 hari
setelah timbulnya gejala. Kelainan termasuk abses jaringan lunak atau kumpulan
cairan dan elevasi periosteal. Ultrasonografi memungkinkan untuk petunjuk
ultrasound aspirasi. Tidak memungkinkan untuk evaluasi korteks tulang.
Radionuklir
Jarang dipakai untuk mendeteksi Osteomyelitis akut. Pencitraan ini sangat
sensitif namun tidak spesifik untuk mendeteksi infeksi tulang. Umumnya, infeksi
tidak bisa dibedakan dari neoplasma, infark, trauma, gout, stress fracture, infeksi
jaringan lunak, dan artritis. Namun, radionuklir dapat membantu untuk
mendeteksi adanya proses infeksi sebelum dilakukan prosedur invasif dilakukan.
CT Scan
CT scan dengan potongan koronal dan sagital berguna untuk
menidentifikasi sequestra pada Osteomyelitis kronik. Sequestra akan tampak lebih
radiodense dibanding involukrum disekelilingnya.
MRI
MRI efektif dalam deteksi dini dan lokalisasi operasi osteomyelitis.
Penelitian telah menunjukkan keunggulannya dibandingkan dengan radiografi
polos, CT, dan scanning radionuklida dan dianggap sebagai pencitraan pilihan.
Sensitivitas berkisar antara 90-100%. Tomografi emisi positron (PET) scanning
memiliki akurasi yang mirip dengan MRI.
Radionuklida scanning tulang
Tiga fase scan tulang, scan gallium dan scan sel darah putih menjadi
pertimbangan pada pasien yang tidak mampu melakukan pencitraan MRI.
Osteomyelitis Hematogen Akut
Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak ditemukan
kelainan radiologik yang berarti dan mungkin hanya ditemukan pembengkakan
jaringan lunak.
Gambar 2. Proyeksi lateral pada tibia terlihat gambaran sklerotik di diametafisis tibia
Gambar 5. Ultrasound image of the left hip shows a large joint effusion
terutama pada daerah metafisis dari tibia dan femur atau kadang kadang pada
daerah diafisis tulang panjang.
Gambar 6. radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada Osteomyelitis sub
akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi oleh daerah sclerosis.
Osteomyelitis Kronis
Pada foto rontgen dapat ditemukan adanya tanda tanda porosis dan
sklerosis tulang, penebalan periost, elevasi periosteum dan mungkin adanya
sekuestrum.
Gambar 7. Proyeksi AP wrist terlihat gambaran lesi osteolitik dan sclerosis extensive dibagian
distal metafisis pada radius
Gambar 8. Osteomyelitis lanjut pada seluruh tibia dan fibula kanan. Ditandai dengan adanya
gambaran sekuestrum (panah).
Mandibula
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau
ekstraksi gigi. Namun, infeksi Osteomyelitis juga dapat menyebabkan
fraktur pada mulut. Infeksi terjadi melalui kanal pulpa merupakan yang
paling sering dan diikuti hygiene oral yang buruk dan kerusakan gigi.
Gambar 11. Osteomyelitis pada mandibula.
Pelvis
Osteomyelitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada bagian
sayap tulang ilium dan dapat meluas ke sendi sakroiliaka. Sendi
sakroiliaka jarang terjadi. Pada foto terlihat gambaran destruksi tulang
yang luas, bentuk tak teratur, biasanya dengan sekuester yang multipel.
Sering terlihat sklerosis pada tepi lesi. Secara klinis sering disertai abses
dan fistula. Bedanya dengan tuberkulosis, ialah destruksi berlangsung
lebih cepat, dan pada tuberkulosis abses sering mengalami kalsifikasi.
Dalam diagnosis diferensial perlu dipikirkan kemungkinan keganasan.
mendahului onset dari infeksi. Luka tembus dan prosedur bedah yang melibatkan
tulang belakang dapat menyebabkan Osteomyelitis vertebral nonhematogeno atau
infeksi lokal pada diskus vertebra.
Osteo Sarkoma
Merupakan tumor ganas primer tulang yang paling sering dengan prognosis
yang buruk. Kebanyakan penderita berumur antara 10-25 tahun. Paling sering
ditemukan sekitar lutut, yaitu lebih dari 50 %. Tulang tulang yang sering terkena
adalah femur distal, tibia proksimal, humerus proksimal, dan pelvis. Pada tulang
panjang, tumor biasanya mengenai bagian metafisis. Garis epifisier merupakan
barrier dan tumor jarang menembusnya.
Gambaran radiologik : tampak destruksi tulang yang berawal pada medula dan
terlihat sebagai daerah yang radiolusen dengan batas yang tidak tegas. Pada stadium
dini terlihat reaksi periosteal seperti garis garis tegak (Sunray appearance). Dengan
membesarnya tumor, selain korteks juga tulang subperiosteal akan dirusak oleh tumor
yang meluas ke luar tulang, berbentuk segitiga (segitiga codman). Pada stadium dini
Gambaran tumor ini sukar dibedakan dengan Osteomyelitis.
Gambar 15. Gambaran Radiologik osteosarkoma
Sarkoma Ewing
Tumor ganas primer ini paling sering mengenai tulang panjang. Kebanyakan
diafisis. Tulang yang juga sering terkena adalah pelvis dan tulang iga. 75% dari
penderita dibawah umur 20 tahun, paling sering antara 5-15 tahun.
Gambaran radiologik : tampak lesi destruksi yang bersifat infiltrat yang
berawal dimedula, pada foto terlihat sebagai daerah daerah radiolusen. Tumor
cepat merusak korteks dan tampak reaksi periosteal, sebagai garis garis yang
berlapis lapis menyerupai kulit bawang (onion peel appearance). Tumor membesar
dengan cepat, biasanya dalam beberapa minggu tampak destruksi tulang yang luas
dan pembengkakan jaringan lunak yang besar karena infiltrasi tumor ke jaringan
sekitar tulang.
Osteomyelitis Tuberkulosa
Osteomyelitis tuberkulosa selalu merupakan penyebaran sekunder dari
kelainan tuberkulosa di tempat lain, terutama paru paru. Seperti pada
osteomielitis hematogen akut, penyebaran infeksi juga terjadi secara hematogen
dan biasanya mengenai anak anak. Perbedaannya, osteomyelitis hematogen akut
umumnya terdapat pada daerah metafisis sementara osteomyelitis tuberkulosa
mengenai tulang belakang. Gambaran radiologis didapatkan pelebaran sendi dan
penebalan jaringan lunak yang menunjukkan proses infeksi kronis, mengarah
kepada osteomyelitis TB.
Gambar 15. Gambaran radiologis sendi kaki kanan : terdapat plebaran sendi dan penebalan
jaringan lunak
2.8 Penatalaksanaan
Setelah mendiagnosa Osteomyelitis, mengklasifikasikan dan mengetahui
penyebabnya, pengobatan yang dilakukan terdiri dari antibakteri, debridement dan jika
perlu dilakukan penstabilan tulang. Kebanyakan pasien dengan Osteomyelitis berhasil
diobati dengan terapi antibiotik. Antibakteri harus diberikan selama minimum 4 minggu
(sebenarnya, 6 minggu) untuk mencapai penyembuhan. Untuk mengurangi biaya
pengobatan, antibiotik parenteral untuk pasien rawat jalan dapat diganti dengan antibiotik
oral.
Beberapa penelitian telah membuktikan pengobatan untuk Osteomyelitis. Ada
yang menemukan bahwa hanya 5 penelitian yang mencakup 154 pasien dengan infeksi
tulang. Perencanaan pengobatan sulit dilakukan karena beberapa alasan: debridement
tidak secara jelas mempengaruhi kerja antibiotik, keadaan klinis dan mikroorganisme
patogen yang heterogen dan evaluasi bertahun-tahun diperlukan untuk menentukan ada
atau tidak adanya remisi. Banyak penelitian yang tidak secara acak, tidak mempunyai
grup sebagai kontrol dan hanya mencatat sejumlah kecil pasien.
Terapi Antibiotik
Osteomyelitis hematogen akut paling bagus diobati dengan evaluasi tepat
terhadap mikroorganisme penyebab dan kelemahan mikroorganisme tersebut dan
4-6 minggu terapi antbiotik yang tepat.
Debridement tidak perlu dilakukan jika diagnosis Osteomyelitis hematogen
telah cepat diketahui. Anjuran pengobatan sekarang jarang memerlukan
debridement. Bagaimanapun, jika terapi antibiotik gagal, debridement dan
pengobatan 4-6 minggu dengan antibiotik parenteral sangat diperlukan. Setelah
kutur mikroorganisme dilakukan, regimen antibiotik parenteral (nafcillin [Unipen]
+ cefotaxime lain [Claforan] atau ceftriaxone [Rocephin]) diawali untuk menutupi
gejala klinis organisme tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen
antibiotik ditinjau kembali. Anak-anak dengan Osteomyelitis akut harus menjalani
2 minggu pengobatan dengan antibiotik parenteral sebelum anak-anak diberikan
antibiotik oral.
Osteomyelitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan dan umumya
diobati dengan antibiotik dan tindakan debridement. Terapi antibiotik oral tidak
dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari jenis Osteomyelitis kronis, pasien
2.9 Prognosis
Setelah mendapatkan terapi, umumnya Osteomyelitis akut menunjukkan hasil
yang memuaskan. Prognosis Osteomyelitis kronik umumnya buruk walaupun dengan
pembedahan, abses dapat terjadi sampai beberapa minggu, bulan atau tahun setelahnya.
Amputasi mungkin dibutuhkan, khususnya pada pasien dengan diabetes atau
berkurangnya sirkulasi darah. Pada penderita yang mendapatkan infeksi dengan
penggunaan alat bantu prostetik perlu dilakukan monitoring lebih lanjut. Mereka perlu
mendapatkan terapi antibiotik profilaksis sebelum dilakukan operasi karena memiliki
resiko yang lebih tinggi untuk mendapatkan Osteomyelitis.
5. Otak