DEFINISI
Pterigium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang bersifat
degeneratif dan invasif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada celah kelopak
bagian nasal ataupun temporal konjungtiva yang meluas ke kornea berbentuk
segitiga dengan puncak di bagian sentral atau di daerah kornea.
dengan perempuan, meskipun disini hasil temuan ini lebih banyak disebabkan
besarnya paparan sinar ultraviolet dalam kelompok populasi tertentu.
Gangguan lain yang mungkin ikut berperan adalah Pseudopterygia
(misalnya disebabkan oleh bahan kimia atau luka bakar, trauma, penyakit kornea
marginal) dan Neoplasma (misalnya karsinoma in situ yang menyebabkan
konjungtiva perilimbal yang tidak meluas sampai ke kornea).
Beberapa teori telah dikemukakan untuk menerangkan patogenesis
terjadinya pterigium, tetapi etiologinya yang pasti dan penyebabnya bersifat
multifaktorial. Maka berkembang berbagai teori untuk menerangkan patogenesis
pterigium. Antara lain teori degenerasi, infl amasi, tropik, ataupun teori yang
menghubungkan terjadinya pterigium dengan sinar ultra violet. Sebagai tambahan,
hampir sebagian penderita menunjukkan ekspresi abnormal gen tumor suppresor
p53, tanda-tanda neoplasia, differensiasi sel dan apoptosis. Teori tropik
dikemukakan oleh Barraquer yang mengatakan bahwa pterigium adalah suatu
manifestasi pembentukan jaringan parut pada daerah yang mengalami iritasi yang
menahun. Dengan terbentuknya penonjolan di limbus, ada daerah diskontinuitas
precorneal tear film, sehingga terjadi pengeringan kornea yang kemudian menjadi
ulkus. Penyembuhan ulkus tidak dapat dilakukan oleh regenerasi epitel kornea
dan memerlukan konjungtiva yang kaya pembuluh darah dimana akan
menyebabkan terbentuknya jaringan ikat. Akibatnya terjadi perlekatan antara
konjungtiva dengan jaringan sub konjungtiva akan menjadi lebih erat yang
menyebabkan pterigium.
GEJALA KLINIS
Mata merah dengan tajam penglihatan normal disertai jaringan
fibrovaskular konjungtiva yang tumbuh secara abnormal berbentuk seperti sayap
(wing shaped). Gangguan penglihatan dapat terjadi jika pterigium menutupi aksis
visual atau terdapat astigmatisme.
Perhimpunan
Dokter
Spesialis
Mata
Indonesia,
derajat
TERAPI
Penanganan pterIgium pada tahap awal adalah berupa tindakann
konservatif seperti penyuluhan pada pasien untuk mengurangi iritasi maupun
paparan sinar ultraviolet dengan menggunakan kacamata anti UV dan pemberian
air mata buatan/topical lubricating drops. Indikasi eksisi pterigium termasuk: (a).
Ketidaknyamanan yang persisten; (b). Distorsi visual; (c). pertumbuhan tumor
yang progresif (lebih dari 3-4 mm) ke sentral kornea atau visual aksis; (d).
Berkurangnya pergerakan bola mata.
Adapun indikasi operasi pterigium antara lain: (a). Mengganggu visus; (b).
Mengganggu pergerakan bola mata; (c). Berkembang progresif; (d). Mendahului
suatu operasi intraokuler; (e). Progresif, resiko rekurensi > luas; (f). Di depan
apeks pterigium terdapat grey zone; (g). Pada pterigium dan kornea sekitarnya ada
nodul pungtat; (h). Terjadi kongesti (klinis) secara periodik.
Terdapat berbagai macam teknik dalam penanganan pterigium secara
operatif. Akan tetapi, yang menjadi masalah ialah angka kekambuhan setelah
dilakukan operasi pada pterigium. Beberapa penelitian melaporkan angka
kekambuhan yang bervariasi antara 24% hingga 89%, bergantung pada teknik
operatifnya. Namun penelitian menunjukkan bahwa eksisi pterigium saja
memberikan hasil kejadian rekurensi yang lebih tinggi dibanding eksisi yang
disertai dengan terapi adjuvan lain. Autograft konjungtiva atau limbal lebih
superior dibandingkan dengan graft membran amniotik. Penelitian lain
menunjukkan bahwa graft yang disertai pemberian mitomycin C (obat sitostatika)
menunjukkan hasil rekurensi yang terendah dibanding jika kedua metode ajuvan
tersebut dilakukan secara sendiri-sendiri. Masih diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai efek jangka panjang, serta dosis dan durasi daripada pemberian
mitomycin C.
KATARAK
DEFINISI
Katarak berasal dari yunani katarrhakies, inggris cataract, dan latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia di sebut bular dimana penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya.
KLASIFIKASI
Klasifikasi katarak berdasarkan maturitasnya:
Katarak insipiens: kekeruhan awal pada lensa dengan visus pasien masih
mencapai 6/6
Katarak imatur: lensa mengalami kekeruhan parsial
Katarak matur: lensa mengalami kekeruhan total
Katarak hipermatur: katarak menyusut dan kapsul anterior berkerut karena
MANIFESTASI KLINIS
Akibat perubahan opasitas lensa, terdapat berbagai gangguan pada penglihatan
termasuk:
lainnya
Sensasi silau (glare). Opasitas lensa mengakibatkan rasa silau karena
cahaya dibiaskan akibat perubahan indeks refraksi lensa.
TERAPI
Tata laksana utama katarak adalah pembedahan. Tidak ada manfaat dari
suplementasi nutrisi atau terapi farmakologi dalam mencegah atau memperlambat
progesivitas dari katarak.
Indikasi bedah:
Fakoemulsifikasi:
teknik
operasi
yang
memungkinkan
lensa