Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Teh merupakan sumber alami kafein, teofilin dan antioksidan dengan kadar
lemak, karbohidrat atau protein mendekati nol persen. Teh bila diminum terasa
sedikit pahit yang merupakan kenikmatan tersendiri dari teh. Teh mengandung
sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa
mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin
yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena
katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga mengandung kafein (sekitar 3%
dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin dan teobromin dalam
jumlah sedikit (Graham, 1992).
Kafein merupakan salah satu jenis alkaloid yang terdapat pada tumbuhan. Kafein
dapat disebut juga sebagai tein. Kafein termasuk salah satu derivat xantin yang
mengandung gugus metil. Kafein atau 1,3,7-trimetilxantin dengan rumus molekul
C8H10N4O2. Kafein memiliki sifat fisis seperti berbentuk kristal dengan warna
putih, memiliki titik leleh 234o C, larut dengan air (15 mg/ml) dan kloroform,
serta memiliki rasa agak pahit (British Pharmacopeia, 1993).

Suatu berkas sinar jika melewati suatu medium yang bersifat homogen, maka
sebagian dari cahaya datang akan diabsorpsi, sebagian lagi dipantulkan, dan
sisanya akan ditransmisikan dengan efek intesitas murni. Berdasarkan hukum

Lambert-Beer dapat diketahui hubungan antara absorbansi, tebal sel, konsentrasi,


dan intesitas cahaya. Hukum Beer dapat diterapkan hanya untuk radiasi
monokromatik dan memiliki sifat dasar sebagai spesies penyerap yang tidak
berubah sepanjang jangkauan konsentrasi yang diteliti (Harris & Bashford 1987).
Berdasarkan hal tersebut, digunakan metode spektrofotometri ultraviolet pada
penetapan kadar kafein dalam daun teh. Karena metode ini memiliki banyak
keuntungan antara lain dapat digunakan untuk analisis suatu zat dalam jumlah
kecil, pengerjaannya mudah. Cukup sensitif dan selektif. Spektrofotometri
ultraviolet adalah pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dan
molekul atau atom dari suatu zat kimia. Jangkauan panjang gelombang untuk
daerah ultraviolet adalah 190-380 nm, daerah cahaya tampak 380-780 nm, daerah
inframerah dekat 7803000 nm,dan daerah inframerah 2,5-40 nm atau 4000 250 cm-1 (Tim Dosen Analisis Instrumen, 2015).

1.1.

Rumusan Masalah

Berapa nilai absorbansi kandungan kafein dalam daun teh secara spektrofotometer
ultraviolet.
1.3.

Tujuan Percobaan

Mengetahui nilai absorbansi kandungan kafein dalam daun teh secara


spektrofotometer ultraviolet.
1.4.

Manfaat Percobaan

Manfaat dari percobaan ini agar dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya bidang analisi instrumen.

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Daun Teh


Daun teh mengandung 30-40% polifenol yang sebagian besar dikenal sebagai
katekin. Komposisi daun teh terkenal sangat kompleks. Lebih dari 400 komponen
kimiawi telah diidentifikasi terkandung dalam daun teh. Jumlah kompenen
kimiawi ini berbeda-beda tergantung pada tanah, iklim, dan usia daun teh ketika
dipetik. Katekin (polifenol) adalah antioksidan yang kuat, lebih kuat daripada
vitamin E, C dan -karoten. Didalam teh terdapat beberapa jenis katekin, yaitu
epikatekin (EC), epikatekin Galat (ECG), epigallokatekin (EGC), epigalokatekin
Galat (EGCG), gallokatekin, dan katekin (Nur alam syah, 2006).

Salah satu produk komoditas dunia yang dihasilkan Indonesia adalah teh. Teh
menjadi produk minuman yang mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Jenis
teh yang dikenal ada 2 macam, yaitu Camelia sinensis var. sinensis dari Cina dan
C. sinensis var. assamica dari India. Zat aktif yang terdapat dalam teh antara lain
katekin, epigalokatekin galat, tanin, teobromin dan teofilin (Maroef, 2000).

Senyawa utama teh adalah katekin, yaitu kerabat tanin terkondensasi yang disebut
polifenol. Teh juga mengandung alkaloid kafein yang bersama- sama polifenol
akan membentuk rasa menyegarkan. Beberapa vitamin yang terkandung dalam teh

adalah vitamin E, vitamin C, vitamin B, dan vitamin A. Ada juga beberapa


mineral dalam teh, salah satunya adalah Flouride (Kustamiyati, 2000).

Teh cukup banyak mengandung mineral, baik makro maupun mikro. Komponen
aktif yang terkandung dalam teh, baik yang volatil maupun yang non-volatil
antara lain adalah polyphenol (10-25%), methylxanthines, asam amino, peptida,
tannic acid (9-20%), vitamin (C, E dan K), Kalium (1795 mg%), Flour (0,1-4,2
mg/L), Zinc (5,4 mg%), Mangan (300-600 g/ml), Magnesium (192 mg%),
Betakaroten (13-20%), Selenium (1-1,8 ppm%), Copper (0,01 mg%) dan kafein
(45-50 mg%). Kandungan senyawa-senyawa tersebut berbeda-beda antara
masing-masing jenis teh (Pambudi, 2000).

2.2 Kafein
Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat dalam biji kopi, daun
teh, dan biji coklat (Coffeefag, 2001). Kafein memiliki efek farmakologis yang
bermanfaat secara klinis, seperti menstimulasi susunan syaraf pusat, relaksasi otot
polos terutama otot polos bronkus dan stimulasi otot jantung (Coffeefag, 2001).
Berdasarkan efek farmakologis tersebut, kafein ditambahkan dalam jumlah
tertentu ke minuman. Efek berlebihan (over dosis) mengkonsumsi kafein dapat
menyebabkan gugup, gelisah, tremor, insomnia, hipertensi, mual dan kejang
(Farmakologi UI, 2002). Berdasarkan FDA (Food Drug Administration) yang
diacu dalam Liska (2004), dosis kafein yang diizinkan 100- 200mg/hari,
sedangkan menurut SNI 01- 7152-2006 batas maksimum kafein dalam makanan

dan minuman adalah 150 mg/hari dan 50 mg/sajian. Kafein sebagai stimulan
tingkat sedang (mild stimulant) memang seringkali diduga sebagai penyebab
kecanduan. Kafein hanya dapat menimbulkan kecanduan jika dikonsumsi dalam
jumlah yang banyak dan rutin. Namun kecanduan kafein berbeda dengan
kecanduan obat psikotropika, karena gejalanya akan hilang hanya dalam satu dua
hari setelah konsumsi (Realita,dkk.,2013).
Kafeina, atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloidxantina berbentuk
kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan
diuretik ringan. Kafeina dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji
kopi, daunteh, buah kola, guarana, dan mat. Pada tumbuhan, ia berperan sebagai
pestisida alami yang melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu
yang memakan tanaman tersebut. Ia umumnya dikonsumsi oleh manusia dengan
mengekstraksinya dari biji kopi dan daun teh (Underwood,1998).
2.4 Spektrofotometri UV
Pada awalnya, spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari tentang radiasi sinar
tampak yang berinteraksi dengan molekul pada panjang gelombang tertentu dan
menghasilkan suatu spektra, yang merupakan hasil inetraksi antara energi radian
dengan

panjang

gelombang

atau

frekuensi.

Kemudian

perkembangan

dikembangkan tidak hanya untuk radiasi sinar tampak, tapi juaga jenis radiasi
elekromagnetik yang lain seperti sinar X, ultraviolet, inframerah, gelombang
mikro, dan radiasi frekuensi radio. Spekrtofotometri UV adalah teknik analisis
spektroskopik yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet (190

380 nm) dan sinar tampak (380 780 nm) dengan memakai instrument
spektrofotometri. Prinsip dari Spektrofotometri

UV adalah mengukur jumlah

cahaya yang diabsorbsi atau ditransmisikan oleh molekul-molekul dalam larutan.


Ketika panjang gelombang cahaya ditransmisikan melalui larutan, sebagian energi
cahaya tersebut akan diserap (diabsorpsi). Besarnya kemampuan molekul-molekul
zat terlarut untuk mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu dikenal
dengan istilah absorbansi (A), yang setara dengan nilai konsentrasi larutan
tersebut dan panjang berkas cahaya yang dilalui (biasanya 1 cm dalam
spektrofotometri) ke suatu point dimana presentase jumlah cahaya yang
ditransmisikan atau diabsorbsi diukur dengan phototube (Susanti, 2010).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada tanggal 24 November 2015 di Laboratorium
Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Tadulako.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain serbuk teh, akuades,
kloroform, kertas saring dan amoniak 10%
Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain erlenmeyer 50 ml, corong
kaca, gelas ukur 10 ml, botol semprot, corong pisah, batang pengaduk, hot plate,
labu ukur 100 ml dan 50 ml, statif dan klem, tabung sentrifuge, neraca
analitik,stopwatch dan spektrofotometri ultraviolet.
3.3. Prosedur kerja
Timbang serbuk teh sebanyak 2,5 gram. Masukkan ke dalam erlenmeyer 50 ml.
Tambahkan akuades15 ml, biarkan sebentar. Didihkan selama 5 menit diatas hot
plate, saringlah panas-panas. Ulangi 3 kali lalu kumpulkan filtratnya. Tambahkan
5 ml amonia 10%. Masukkan filtrat ke dalam corong pisah lalu tambahkan
kloroform 12,5 ml dan dikocok selama 1 menit. Biarkan terpisah lapisan
kloroform dan air. Fraksi kloroform dikeluarkan. Ulangi 3 kali ekstraksi dengan
kloroform. Tepatkan volume ekstrak dengan kloroform dalam labu takar 100 ml.
Ukurlah absorbansi larutan pada panjang gelombang 276,5 nm dengan
spektrofotometri ultraviolet.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil pengamatan

Sampel

Panjang Gelombang

Absorbansi

Kafein terdistribusi

276,5 nm

1,3173

dalam kloroform

4.2. Analisa Data


A.V
x fp
W

C=

Dik : A =

1,3173

V = 12,5 ml = 0,0125 L
fp = 3 Kali
W = 2,5 gr
Dit : C = ......?
Penyelesaian :

C=

A.V
x fp
W

C=

1,3173 x 0,125 L
x3
2,5 gr

C=

0,0103 L
x3
2,5 gr

C = 6,58 X 10-2 L/gr X 3


C = 0,1974 L/gr

4.2. Pembahasan
Kafeina, atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloidxantina berbentuk

kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan
diuretik ringan. Kafeina dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti biji
kopi, daunteh, buah kola, guarana, dan mat. Kafein umumnya dikonsumsi oleh
manusia dengan mengekstraksinya dari biji kopi dan daun teh. Kafein memiliki
berat molekul 194.19 dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9 (larutan
kafein 1% dalam air). Kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform, tetapi
sedikit larut dalam air dingin dan alkohol. Kafein bersifat basa lemah dan hanya
dapat membentuk garam dengan basa kuat. Percobaan ini bertujuan untuk
menganalisis

kuantitatif

kandungan

kafein

dalam

daun

teh

secara

spektrofotometer ultraviolet. Radiasi ultraviolet diabsorpsi oleh molekul organik


aromatik, molekul yang mengandung elektron- terkonjugasi dan atau atom yang
mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari
tingkat energi elektron tereksitasi lebih tinggi. Besarnya serapan radiasi tersebut
sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga dapat
digunakan untuk analisis kuantitatif.
Tujuan percobaan ini yaitu analisis kuantitatif kandungan kafein dalam daun teh
secara spektrofotometer ultra violet. Senyawa utama teh adalah katekin, yaitu
kerabat tanin terkondensasi yang disebut polifenol. Teh juga mengandung alkaloid
kafein yang bersama- sama polifenol akan membentuk rasa menyegarkan.
Beberapa vitamin yang terkandung dalam teh adalah vitamin E, vitamin C,
vitamin B, dan vitamin A. Ada juga beberapa mineral dalam teh, salah satunya
adalah Flouride

Kafein dapat dianalisis dari teh dengan pelarut air dan kloroform karena kelarutan
kafein dalam kedua pelarut itu besar. Air sebagai pelarut mempunyai banyak
keuntungan, selain murah juga mudah didapat dan selama analisis tidak merusak
kafein

walaupun

pada

suhu

tinggi.

Tujuan

pendiaman

yaitu

untuk

menghomogenkan antara teh dengan pelarut. Pemecahan kafein dari garam-garam


tanaman sukar, hal ini mengakibatkan kafein yang dapat diekstrak sedikit sekali.
Analisis penetapan kafein dalam teh, seperti pada percobaan ini yang didasarkan
pada distribusi solut dalam hal ini kafein dalam teh antara dua fasa yaitu fasa
organic dan fasa air. Karena teh dapat larut dengan baik pada air panas, sehingga
harus dilarutkan pada air panas selama 5 menit dan ditambahkan ammonia 10%.
Pemanambahan ammonia yaitu sebagai katalis untuk memisahkan kafein dengan
air. Selanjutnya menyaring campuran tersebut dengan menggunakan corong
kedalam Erlenmeyer. Fungsi dari penyaringan ini yaitu agar kafein yang terdapat
dalam campuran teh tadi dapat terpisah dari residu atau ampas teh, sehingga yang
didapat dalam filtrat yaitu kafein. Filtrat yang dihasilkan kemudian digabungkan
dengan filtrat yang pertama dihasilkan. Filtrat dimasukan kedalam corong pisah
dan ditambahkan kloroform. Penambahan kloroform ini berfungsi untuk
melarutkan kafein dalam filtrat. Kafein dalam filtrat larut ditandai dengan
terbentuknya dua lapisan pada filtrat, dimana lapisan atas merupakan lapisan fasa
organik yang mengandung sisa garam dan Pb dan lapisan atau fasa air (lapisan
bawah) merupakan lapisan yang mengandung kafein dalam kloroform. Setelah
kedua larutan tersebut terdistribusi menjadi dua lapisan yang mana larutan
kloroform tadi telah mengikat kafein. Terbentuknya dua lapisan tadi disebabkan

karena berat jenis antara kedua larutan tersebut berbeda dimana larutan teh
bersifat polar sedangkan pada lapisan bawah yaitu CHCl 3 bersifat non polar.
Larutan teh mempunyai berat jenis yang lebih kecil bila dibandingkan dengan
kloroform. Perbedaan berat jenis kedua larutan tersebut mengakibatkan
terbentuknya dua lapisan. Dimana lapisan atas adalah larutan teh, sedangkan
lapisan bawah merupakan larutan kloroform (CHCl3). Lapisan bawah yang
mengandung kafein ditampung dalam labu ukur dan lapisan atas dibilas kembali
dengan kloroform. Hal ini dimaksudkan agar kafein yang masih ada pada lapisan
atas/fasa air larut dan sekaligus memurnikan kafein dari zat-zat pengotornya,
sehingga kafein yang diperoleh benar-benar murni. Fungsi dari penambahan
CHCl3 ini yaitu untuk mengekstrak kafein. Dalam hal ini corong pisah yang kita
gunakan harus diguncang dengan kuat agar kedua larutan terdistribusi dalam dua
fase polar dan non polar sehingga pada suhu dan tekanan yang tetap terjadi
kesetimbangan kimia. Proses penenangan yang dilakukan dimaksudkan untuk
menstabilkan molekul-molekul yang terganggu pada saat dilakukan proses
penggocangan atau biasa disebut pengaturan diri sehingga tercapai kesetimbangan
kimia, maka terbentuklah dua fasa. Lapisan atas merupakan campuran teh dengan
air sedangkan pada lapisan bawah merupakan larutan kloroform yang terdapat
kafein terlarut didalamnya.
Alasan penggunaan 276,5 karena blanko yang digunakan adalah kloroform.
Nilai absorbansi yang diperoleh yaitu 1,3173. Menurut Henry (2002), nilai
absorbansi kandungan kafein pada 276,5 yaitu 0,3779. Hal ini tidak sesuai
dengan literatur, kemungkinan disebabkan lamanya waktu untuk mengukur

absorbansi kafein.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kafeina, atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloidxantina
berbentuk kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang
psikoaktif dan diuretik ringan.
2. Teh juga mengandung alkaloid kafein yang bersama- sama polifenol akan
membentuk rasa menyegarkan.
3. Nilai absorbansi yang diperoleh yaitu 1,3173 A.
4. Konsentrasi kandungan kafein yang diperoleh yaitu 0,1974 L/gr
5.2. Saran
Dalam praktikum ini diharap agar praktian diizinkan menggunakan alat
instrumennya sehingga praktikan lebih mengenal dan mampu mengoprasikan alat
instrumen yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai