TAHUN 2016
TENTANG
: a. bahwa
untuk
mengenai
menindaklanjuti
Pemerintahan
Desa
ketentuan
pengaturan
berdasarkan
Peraturan
Undang-Undang
Desa,
maka
Nomor
terhadap
Tahun
pengaturan
2014
mengenai
Nomor
69
Tahun
1958
tentang
Wilayah
Timur ( Lembaran
Negara Republik
3. Undang-Undang
Nomor
28
Tahun
1999
tentang
Kolusi,
dan
Nepotisme
(Lembaran
Negara
Nomor
12
Tahun
2011
tentang
Republik
Indonesia
Tahun
2011
Nomor
82,
6, Tambahan
Lembaran
Negara Republik
Nomor
Daerah
23
Tahun
(Lembaran
2014
Negara
tentang
Republik
Nomor
23
Tahun
2014
tentang
Republik
Indonesia
Tahun
2015
Nomor
58,
dan
Belanja
Negara
(Lembaran
Negara
2
Pengelolaan
Keuangan
Desa
(Berita
Negara
Tertib
dan
Mekanisme
Pengambilan
Keputusan
Transmigrasi
Nomor
Tahun
2015
tentang
DAERAH
TENTANG
PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN DESA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Lombok Tengah;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah;
3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asa
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya
dalam
sistem
dan
prinsip
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia
18. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah forum
permusyawaratan yang diikuti oleh
Bagian Kesatu
Kepala Desa
Paragraf 1
Pemilihan Kepala Desa
Pasal 2
(1) Pemilihan Kepala Desa bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan
adil.
(2) Pemilihan kepala Desa dilaksanakan secara serentak diseluruh wilayah
daerah.
(3) Pemilihan kepala Desa secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilaksanakan bergelombang paling banyak 3 (tiga) kali dalam
jangka waktu 6 (enam) tahun.
(4) Pemilihan Kepala Desa secara bergelombang sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilaksanakan pada setiap tahun genap dan dimulai pada tahun
2016.
(5) Jadwal dan desa yang akan melaksanakan pemilihan kepala desa serentak
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.
(6) Pemilihan
Kepala
Desa
dilaksanakan
melalui
tahapan
persiapan,
Pasal 3
BPD memberitahukan kepada kepala Desa tentang akhir masa jabatan yang
disampaikan 6 (enam) bulan sebelum berakhir masa jabatan.
Paragraf 2
Panitia Pemilihan Kepala Desa
Pasal 4
(1) BPD membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa.
(2) Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri
dari
unsur
perangkat
desa,
lembaga
kemasyarakatan,
dan
tokoh
Pasal 5
Panitia pemilihan kepala desa mempunyai tugas dan wewenang meliputi :
a. merencanakan, mengkoordinasikan, menyelenggarakan, mengawasi dan
mengendalikan semua tahapan pelaksanaan pemilihan;
b. merencanakan dan mengajukan biaya pemilihan kepada Bupati melalui
Camat;
c. melaksanakan sosialisasi penjaringan dan penyaringan calon kepala desa
kepada masyarakat;
d. melakukan penjaringan Bakal calon Kepala Desa;
e. melaksanakan pendaftaran Bakal calon Kepala Desa
f.
j.
Pasal 6
(1)
(2)
Pasal 7
Tim Fasilitasi Tingkat Kabupaten mempunyai tugas dan wewenang:
a. Merencanakan,
mengkoordinasikan,
dan
menyelenggarakan
semua
Melaksanakan
pengamanan
pada
setiap
tahapan
pemilihan
dan
teguh
dan
mengamalkan
Pancasila,
melaksanakan
dan
memelihara
keutuhan
Negara
Kesatuan
tidak
pernah
dijatuhi
pidana
penjara
berdasarkan
putusan
tidak pernah menjabat sebagai Kepala Desa selama 3 (tiga) kali masa
jabatan, baik berturut-turut atau tidak secara berturut-turut;
Kepala Desa yang akan mencalonkan diri sebagai Calon Kepala Desa,
diberi cuti sejak ditetapkan sebagai calon sampai dengan penetapan calon
terpilih.
(3)
Perangkat Desa yang mencalonkan diri sebagai calon Kepala Desa, diberi
cuti sejak yang bersangktan terdaftar sebagai bakal calon sampai dengan
penetapan calon terpilih.
9
(4)
PNS yang mencalonkan diri sebagai Calon Kepala Desa, harus mendapat
ijin tertulis dari pejabat pembina kepegawaian.
(5)
Dalam hal PNS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) terpilih dan diangkat
sebagai kepala desa ,yang bersangkutan dibebaskan sementara dari
jabatannya selama menjadi kepala Desa tanpa kehilangan hak sebagai
PNS.
(6)
(7)
Bagi Anggota DPRD yang akan mencalonkan diri sebagai calon Kepala
Desa yang bersangkutan mengajukan cuti sejak ditetapkan sebagai calon
sampai dengan penetapan calon terpilih.
(8)
Bagi Penjabat Kepala Desa yang akan mencalonkan diri sebagai calon
Kepala Desa, yang bersangkutan mengundurkan diri sebagai penjabat
kepala Desa sejak ditetapkan sebagai calon Kepala Desa.
(9)
Bagi Anggota BPD yang mencalonkan diri sebagai calon kepala Desa , yang
bersangkutan harus mengundurkan diri sejak ditetapkan sebagai calon
kepala desa.
Paragraf 4
Penjaringan dan Penyaringan Bakal Calon
Pasal 10
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
10
(3)
Penetapan calon kepala desa paling sedikit 2 (dua) orang dan paling
banyak 5 (lima) orang.
(4)
Pasal 12
(1)
Dalam hal bakal calon yang memenuhi syarat lebih dari 5 (lima) orang
dilakukan proses penyaringan tambahan melalui seleksi akademis.
(2)
Seleksi
akademis
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
dapat
(1)
(2)
(3)
Penetapan calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat final dan
mengikat.
(4)
Paragraf 5
Penetapan Pemilih
Pasal 14
(1)
(2)
11
Pemilih yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi
memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak dapat
menggunakan hak memilih.
Pasal 15
(1)
(2)
Daftar pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari Daftar
Pemilih Tetap Pemilihan Umum terakhir.
(3)
memenuhi syarat usia pemilih, yang sampai dengan hari dan tanggal
pemungutan suara pemilihan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun;
b.
(4)
c.
d.
e.
belum terdaftar.
(5)
Pasal 16
(1)
(2)
(3)
Dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pemilih atau
anggota keluarga dapat mengajukan usul perbaikan mengenai penulisan
nama dan/atau identitas lainnya.
(4)
Selain usul perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemilih atau
anggota keluarga dapat memberikan informasi yang meliputi:
12
a.
b.
c.
d.
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
ada
pemilih
yang
meninggal
dunia,
panitia
pemilihan
Undian Nomor Urut Calon dipimpin langsung oleh ketua panitia, dihadiri
oleh calon, anggota panitia, BPD, Pemerintah Desa dan dapat dihadiri oleh
unsur Kecamatan di Kantor Desa.
(2)
Atas dasar pertimbangan tertentu, ketua panitia atas ijin BPD dapat
memindahkan tempat pelaksanaan undian nomor urut calon ke tempat
lainnya.
Paragraf 7
Kampanye
Pasal 19
(1)
Pertemuan terbatas;
b.
Tatap muka;
c.
Dialog;
d.
e.
f.
(2)
(3)
(1)
Mempersoalkan
dasar
negara
pancasila,
Undang-Undang
dasar
c.
d.
e.
f.
Mengancam
untuk
melakukan
kekerasan
atau
menganjurkan
h.
i.
selain dari gambar dan / atau atribut calon yang bersangkutan; dan
Menjanjikan atau meberikan uang atau materi lainnya kepada
j.
peserta kampanye.
(2)
Pelaksana
kampanye
dalam
kegiatan
kampanye
dilarang
mengikutsertakan :
a.
Kepala Desa;
b.
Perangkat Desa;
c.
Anggota BPD.
Pasal 21
Pelaksana
kampanye
yang
melanggar
larangan
kampanye
sebagaimana
b.
Pasal 22
(1)
(2)
(1)
(2)
Biaya pemilihan kepala desa sebagaimana dimasud pada ayat (1) adalah
untuk membiayai 5 (lima) komponen kegiatan pemilihan kepala desa yaitu
15
Biaya pemilihan kepala Desa selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati
(4)
Pasal 24
(1)
(1)
(2)
Paragraf 10
Surat Suara
Pasal 26
(1)
Bentuk dan tanda gambar surat suara ditetapkan oleh panitia yang
memuat nomor urut, foto, dan nama calon.
(2)
(3)
b.
Tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi empat yang
memuat satu calon; atau
16
c.
Tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak segi empat yang
memuat nomor, foto dan nama calon yang telah ditentukan; atau
d.
Tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih dalam salah satu kotak
segi empat yang memuat nomor , foto, dan nama calon; atau
e.
Tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat yang
memuat nomor, foto dan nama calon.
(4)
b.
c.
d.
(5)
(1)
b.
(2)
d.
e.
f.
Calon Kepala Desa yang meninggal dunia sebelum dan/atau pada saat
pemungutan suara, maka tanda pengenal atau tanda gambarnya tetap
diikutsertakan dalam pemilihan namun perolehan suaranya dinyatakan
gugur.
17
(3)
Panitia pemilihan dan calon kepala desa mempunyai hak pilih sepanjang
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2)
Pasal 29
(1)
Pada
saat
pemungutan
suara
dilaksanakan,
panitia
pemilihan
berkewajiban untuk :
a.
b.
c.
(2)
(3)
(4)
(5)
Apabila saksi dari calon kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meninggalkan tempat pemungutan suara sebelum penandatanganan
berita acara dilaksanakan, dinyatakan telah menerima hasil pemilihan
kepala desa
Paragraf 12
Perhitungan Suara
Pasal 30
(1)
(2)
Saksi dari calon kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mempunyai hak untuk mengajukan keberatan terhadap hasil perhitungan
18
Pasal 31
(1)
Calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dari jumlah suara
sah ditetapkan sebagai calon kepala desa terpilih
(2)
Dalam hal calon kepala desa terpilih memperoleh jumlah suara terbanyak
yang sama lebih dari 1(satu) calon, calon terpilih ditetapkan berdasarkan
cakupan wilayah perolehan suara yang lebih luas
Pasal 32
Ketentuan teknis pelaksanaan pemungutan suara dan perhitungan suara
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Paragraf 13
Penetapan calon terpilih
Pasal 33
(1)
(2)
Paragraf 14
Perselisihan hasil Pemilihan Kepala Desa
Pasal 34
(1)
(2)
(3)
(4)
Paragraf 15
Pengesahan Kepala Desa terpilih
Pasal 35
(1)
Laporan Calon Kepala Desa terpilih disampaikan oleh BPD kepada Bupati
melalui camat paling lambat 7 (tujuh) hari setelah BPD menerima laporan
panitia pemilihan.
(2)
Paragraf 16
Pelantikan dan pengambilan sumpah Kepala Desa
Pasal 36
(1)
Bupati atau pejabat lain yang ditunjuk melantik Calon Kepala Desa
terpilih paling lambat 30 hari sejak diterbitkannya pengesahan dan
Pengangkatan Kepala Desa.
(2)
Pejabat lain yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah
Wakil Bupati atau Camat.
(3)
(1)
(2)
Pasal 38
Pada
Upacara
pengucapan
sumpah/janji
dan
pelantikan
kepala
desa
sebagaimana dimaksud dalam pasal 37 ayat (2), kepala desa yang akan dilantik
menggunakan Pakaian Dinas Upacara Besar.
Paragraf 17
Masa Jabatan
Pasal 39
(1)
(2)
Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menjabat paling
banyak 3 (tiga) kali masa jabatan secara berturut-turut atau tidak secara
berturut-turut.
(3)
Dalam hal
j.
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
Desa berkewajiban:
a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila,
melaksanakan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;
b. meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;
c. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa;
d. mentaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender;
f.melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel,
transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih,serta bebas dari
kolusi, korupsi, dan nepotisme;
g. menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan di Desa;
h. menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik;
i.mengelola Keuangan dan Aset Desa;
j.melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa;
k. menyelesaikan perselisihan masyarakat di Desa;
l.mengembangkan perekonomian masyarakat Desa;
m. membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat Desa;
n. memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di Desa;
o. mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan
hidup; dan
p. memberikan informasi kepada masyarakat Desa.
(4) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala
Desa berhak:
a. mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja Pemerintah Desa;
22
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(2)
Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat
dilanjutkan dengan pemberhentian.
Paragraf 19
Larangan Kepala Desa
Pasal 47
sendiri,
anggota
(2)
Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat
dilanjutkan dengan pemberhentian.
Paragraf 20
Pemberhentian dan Pemberhetian Sementara Kepala Desa
Pasal 49
(1)
(2)
b. tidak
dapat
melaksanakan
tugas
secara
berkelanjutan
atau
Apabila kepala Desa berhenti sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPD
melaporkan kepada bupati melalui camat.
(4)
Pemberhentian kepala
Desa
sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(3)
Pasal 51
Kepala Desa yang diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud
dalam
diterima
oleh
Kepala
Desa,
Bupati
merehabilitasi
dan
Apabila
Kepala
Desa
yang
diberhentikan
sementara
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) telah berakhir masa jabatannya, Bupati harus
merehabilitasi nama baik Kepala Desa yang bersangkutan.
26
Pasal 53
(1)
(2)
Dalam hal terdapat kekosongan jabatan sekretaris desa, maka tugas dan
kewajiban kepala desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
oleh perangkat desa yang ditunjuk oleh Camat
Paragraf 21
Penjabat Kepala Desa
Pasal 54
Pasal 55
(1)
Dalam hal sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti tidak lebih dari 1
(satu) tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49
ayat (1) huruf a dan huruf b serta ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf
f, dan huruf g, bupati mengangkat Pegawai Negeri Sipil dari pemerintah
daerah sebagai penjabat kepala Desa sampai terpilihnya kepala Desa yang
baru.
(2)
Dalam hal sisa masa jabatan kepala Desa yang berhenti lebih dari 1 (satu)
tahun karena diberhentikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat
(1) huruf a dan huruf b serta ayat (2) huruf b, huruf c, huruf d, huruf f,
dan huruf g, bupati mengangkat Pegawai Negeri Sipil dari pemerintah
daerah sebagai penjabat kepala Desa sampai terpilihnya kepala Desa yang
baru melalui hasil musyawarah Desa.
Pasal 56
(1)
(2)
(1)
Pasal 58
Penjabat kepala desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 56 mempunyai
tugas, wewenang, kewajiban dan larangan serta hak yang sama dengan kepala
desa kecuali :
a. Memberhentikan perangkat desa yang tidak berdasarkan peraturan
perundang-undangan;
b. Mengangkat perangkat desa
c. Memperoleh penghasilan berupa hak garap tanah bengkok dan/atau
penghasilan lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan
Pasal 59
Bupati atau Pejabat yang ditunjuk melantik Penjabat kepala desa paling lambat
30
(tiga
puluh)
hari
sejak
diterbitkannya
Keputusan
Bupati
tentang
Pasal 60
(1)
(2)
desa
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
Bupati
dapat
Pasal 61
Dalam hal belum ditetapkannya Keputusan Bupati tentang Penjabat kepala
desa, maka sekretaris desa dan/atau perangkat desa melaksanakan tugas
kepala desa
Paragraf 22
Pemilihan Kepala Desa Antarwaktu
Pasal 62
(1)
(2)
pelaksanaan
pemilihannya
dilakukan
oleh
panitia
pemilihan;
2. pengesahan
calon
kepala
Desa
yang
berhak
dipilih
oleh
mekanisme
musyawarah
mufakat
atau
melalui
BPD
dalam
jangka
waktu
(tujuh)
Hari
setelah
Pasal 63
(1)
(2)
Musyawarah desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Bupati
Bagian Kedua
Perangkat Desa
Paragraf 1
Struktur Organisasi
Pasal 64
30
(1)
(2)
(3)
Perangkat Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh Kepala
Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati.
(4)
Dalam
melaksanakan
tugas
dan
wewenangnya,
perangkat
Desa
Sekretariat Desa dipimpin oleh sekretaris Desa dibantu oleh unsur staf
sekretariat
yang
bertugas
membantu
kepala
Desa
dalam
bidang
administrasi pemerintahan.
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
b.
Setia dan taat kepada Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan
kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah
Republik Indonesia
c.
d.
yang
sekurang-kurangnya
dibuktikan
dengan
Surat
f.
g.
h.
j.
k.
Pasal 70
(1)
(2)
(3)
32
(4)
(5)
Pasal 71
(1)
(2)
Dalam hal pegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terpilih dan diangkat menjadi perangkat Desa, yang bersangkutan
dibebaskan sementara dari jabatannya selama menjadi perangkat Desa
tanpa kehilangan hak sebagai pegawai negeri sipil.
Pasal 72
teguh
dan
mengamalkan
pancasila,
melakssanakan
dan
memelihara
keutuhan
Negara
Kesatuan
Republik Indonesia;
b. Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang bersih, dan bebas
Kolusi, Korupsi dan Nepotisme
c. Mentaaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan;
d. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik
e. Melaksanakan
dan
mempertanggungjawabkan
tugas
serta
wewenangnya.
Pasal 73
Perangkat Desa berhak :
a. Menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan dan penerimaan
lainnya yang sah serta jaminan kesehatan
b. Mendapatkan cuti
Pasal 74
Perangkat Desa dilarang:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
lain
yang
ditentukan
dalam
peraturan
perundangan-
undangan;
j.
k.
l.
tanpa
alasan
yang
jelas
dan
tidak
dapat
dipertanggungjawabkan.
Pasal 75
(1)
(2)
Dalam hal sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat
dilanjutkan dengan pemberhentian.
(3)
Pemberian Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilakukan setelah berkonsultasi dengan Camat.
Paragraf 3
Pemberhentian Perangkat Desa
Pasal 76
(1)
meninggal dunia;
34
b.
permintaan
sendiri; atau
c.
(2)
diberhentikan.
b.
berhalangan tetap;
c.
d.
e.
dinyatakan
sebagai
terpidana
Pasal 77
Pemberhentian perangkat Desa dilaksanakan dengan mekanisme sebagai
berikut:
a. kepala
Desa
melakukan
konsultasi
dengan
camat
mengenai
Pasal 78
(1)
(2)
Pemberhentian
ditetapkan
Sementara
dengan
sebagaimana
Keputusan
Kepala
dimaksud
Desa
setelah
pada
ayat
(1)
menddapatkan
Rekomendasi Camat
Pasal 79
35
(1)
(2)
BAB III
BADAN PERMUSYAWARATAN DESA
Bagian Kesatu
Kedudukan, Fungsi dan Wewenang
Paragraf 1
Kedudukan
Pasal 81
BPD merupakan Badan Permusyawaratan di tingkat Desa yang turut
membahas dan menyepakati berbagai kebijakan dalam penyelenggaraan
pemerintahan Desa
Paragraf 2
Fungsi
Pasal 82
BPD mempunyai fungsi:
a. membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama
Kepala Desa;
b. menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan
c. melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.
Paragraf 3
Wewenang
Pasal 83
BPD mempunyai mewenang :
36
dan
meminta
keterangan
tentang
penyelenggaraan
pengembangan
kapasitas
melalui
pendidikan
dan
memperoleh
penghargaan
dari
pemerintah,
pemerintah
daerah
Pasal 86
Anggota BPD wajib:
a. memegang
teguh
dan
mengamalkan
pancasila,
melakssanakan
kepentingan
umum
diatas
kepentingan
pribadi,
Bagian Ketiga
Pemilihan, Pengesahan, dan Peberhentian
Paragraf 1
Pemilihan
Pasal 88
(1)
Anggota
BPD merupakan
wakil dari
penduduk
Desa
berdasarkan
anggota BPD berjumlah gasal, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling
banyak 9 (sembilan) orang, dengan memperhatikan wilayah, perempuan,
penduduk, dan kemampuan Keuangan Desa.
(3)
Pasal 89
Persyaratan calon anggota BPD adalah:
a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan UndangUndang
Dasar
mempertahankan
Negara
dan
Republik
Indonesia
memelihara
Tahun
keutuhan
1945,
Negara
serta
Kesatuan
sebagai
kepala
Desa,
perangkat
Pemerintah
Desa,
dan
Pasal 90
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 91
(1)
(2)
(3)
(4)
musyawarah
perwakilan,
calon
anggota
BPD
sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dipilih dalam proses musyawarah perwakilan oleh
unsur masyarakat yang mempunyai hak pilih.
(5)
(6)
Paragraf 2
Peresmian Anggota
Pasal 92
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
dapat
melaksanakan
tugas
secara
berkelajutan
atau
(3)
(4)
Paragraf 4
Pengisian keanggotaan BPD Antar Waktu
Pasal 94
(1)
(2)
(1)
(2)
Anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipilih untuk
masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau
tidak secara berturut-turut.
Paragraf 2
Struktur Organisasi
Pasal 96
(1)
Pimpinan BPD terdiri atas 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang wakil ketua,
dan 1 (satu) orang sekretaris.
(2)
Pimpinan BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh
anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara
khusus.
(3)
Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota
tertua dan dibantu oleh anggota termuda.
Bagian Kelima
Peraturan tata Tertib BPD
42
Pasal 97
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pengaturan
mengenai
penyusunan
berita
acara
musyawarah
BPD
(1) Keuangan BPD ditetapkan setiap tahun dalam Anggaran pendapatan dan
Belanja Desa
(2) Keuangan sebagimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh Sekretaris BPD
Bagian Kedelapan
44
pemenuhan
kebutuhan
dasar,
pembangunan
sarana
dan
(3)
Paragraf 2
Perencanaan Pembangunan Desa
Pasal 102
(1)
kewenangannya
dengan
mengacu
pada
perencanaan
pembangunan Daerah.
(2)
45
Pemerintah
Desa,
merupakan
penjabaran
dari
Rencana
(4)
(5)
(6)
(7)
salah
satu
sumber
masukan
dalam
perencanaan
pembangunan Kabupaten.
Pasal 103
(1)
(2)
Dalam
menyusun
perencanaan
Pembangunan
Desa
sebagaimana
(4)
Prioritas,
program,
kegiatan
dan
kebutuhan
Pembangunan
Desa
dan
pemeliharaan
infrastruktur
dan
lingkungan
46
Pasal 104
Perencanaan
Pasal 105
(1)
Dalam menyusun RPJM Desa dan RKP Desa, Pemerintah Desa wajib
menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara
partisipatif.
(2)
(3)
(4)
Rancangan RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling sedikit
memuat penjabaran visi dan misi kepala Desa terpilih dan arah kebijakan
perencanaan pembangunan Desa.
(5)
Rancangan
RPJM
Desa
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(4)
Pasal 106
(1)
(2)
RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat visi misi kepala
Desa,
rencana
penyelenggaraan
Pemerintahan
Desa,
pelaksanaan
47
(4)
RPJM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak pelantikan kepala Desa.
Pasal 107
(1)
RKP
Desa
sebagaimana
dimaksud
dalam
Pasal
105
merupakan
Pemerintahan
Desa,
pelaksanaan
pembangunan,
RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit berisi
uraian:
a. evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;
b. prioritas program, kegiatan, dan anggaran
Desa;
c. prioritas program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola melalui
kerjasama antar-Desa dan pihak ketiga;
d. rencana program, kegiatan, dan anggaran Desa yang dikelola oleh Desa
sebagai kewenangan penugasan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten; dan
e. pelaksana kegiatan Desa yang terdiri atas unsur perangkat Desa
dan/atau unsur masyarakat Desa.
(4)
RKP Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun oleh Pemerintah
Desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah Kabupaten
berkaitan dengan pagu indikatif Desa dan rencana kegiatan Pemerintah,
pemerintah
daerah
provinsi,
dan
pemerintah
daerah
Kabupaten
(6)
RKP Desa ditetapkan dengan peraturan Desa paling lambat akhir bulan
September tahun berjalan.
(7)
Pasal 108
48
(1)
(2)
(3)
(4)
Dalam
hal
Bupati
memberikan
persetujuan,
usulan
sebagaimana
Usulan Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dihasilkan dalam musyawarah perencanaan pembangunan Desa.
(6)
Pasal 109
(1)
(2)
(1)
dibahas
dan
disepakati
dalam
musyawarah
perencanaan
Paragraf 3
Pelaksanaan Pembangunan Desa
Pasal 110
(1)
Pembangunan
Desa
dilaksanakan
sesuai
dengan
Rencana
Kerja
Pemerintah Desa.
(2)
masyarakat
Desa
dengan
semangat
gotong
royong
dan
(3)
(4)
Pelaksanaan
pembangunan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(3)
(6)
Pelaksana
pembangunan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
pada
ayat
(4)
untuk
menanggapi
laporan
pelaksanaan
pembangunan Desa.
Pasal 111
(1)
Pemerintah,
Pemerintah
Daerah
Provinsi
dan
Pemerintah
Daerah
(3)
Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang berskala lokal Desa
dikoordinasikan dan/atau didelegasikan pelaksanaannya kepada Desa.
(4)
Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat dalam lampiran APB
Desa.
Paragraf 4
Pemantauan dan Pengawasan Pembangunan Desa
Pasal 112
(1)
(2)
(3)
(4)
Pembangunan
Jangka
Menengah
Desa,
Rencana
Kerja
50
Desa
melalui
layanan
informasi
kepada
umum
dan
Masyarakat
Desa
berpartisipasi
dalam
Musyawarah
Desa
untuk
Bagian Kedua
Pembangunan Kawasan Perdesaan
Paragraf 1
Umum
Pasal 113
Pembangunan kawasan perdesaan meliputi:
a. penataan ruang partisipatif;
b. penetapan dan pengembangan pusat pertumbuhan antar desa secara
terpadu;
c. penguatan kapasitas masyarakat, kelembagaan, dan kemitraan
ekonomi; dan
d. pembangunan infrastruktur antarperdesaan
Pasal 114
(1)
(2)
penetapan
desa
sebagai
lokasi
pembangunan
kawasan
51
(3)
(4)
(5)
Paragraf 2
Penataan Ruang Partisipatif
Pasal 115
(1)
b.
c.
(2)
(3)
b.
c.
di luar desa.
Pasal 116
(1)
(2)
(3)
(4)
52
Pasal 117
(1)
menyusun
rencana detail tata ruang desa yang diselaraskan dengan RTRWP dan
RTRWD;
b. mengetahui isi rencana tata ruang desa dan tata ruang di luar desa;
c. menikmati manfaat dari penataan ruang desa; dan
d.
(2)
Pasal 118
Dalam penataan ruang partisipatif, masyarakat desa berkewajiban:
a. memelihara kelestarian lingkungan dan konservasi Sumber Daya
Alam;
b. memelihara hasil pemanfaatan ruang desa; dan
c. mencegah kerusakan lingkungan dan Sumber Daya Alam.
Pasal 119
Penataan ruang desa partisipatif dilakukan dalam rangka pemberdayaan
masyarakat meliputi:
a. menyusun profil desa dalam rangka mendayagunakan potensi desa;
b. memperkuat efektifitas perencanaan pembangunan desa;
c. menemukan dan mengembangkan komoditas unggulan kawasan;
d. memelihara kelestarian lingkungan dan konservasi Sumber Daya
Alam;
e. memperkuat kearifan lokal kawasan perdesaan sesuai karakteristik
wilayah;
f.
53
Pasal 120
Pelaksanaan partisipasi masyarakat dilakukan dengan memperhatikan hak
dan kewajiban masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 117 dan Pasal
118.
Paragraf 3
Penetapan Dan Pengembangan
Pusat Pertumbuhan Terpadu Antar Desa (PPTAD)
Pasal 121
(1)
Penetapan
PPTAD
dilakukan
berdasarkan
hasil
analisis
kawasan
perdesaan dan data profil desa dan dituangkan dalam dokumen rencana
tata ruang desa partisipatif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 ayat
(3).
(2)
b.
c.
Pasal 122
(1)
Pengembangan
PPTAD
dilakukan
berdasarkan
potensi
dan
54
Pasal 123
Pengembangan PPTAD meliputi kegiatan:
a.
b.
c.
d.
f.
Pasal 125
(1)
a.
f.
Pasal 126
Penguatan kapasitas kelembagaan dalam pembangunan kawasan perdesaan
meliputi:
a.
b.
Pasal 127
(1)
Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan melalui kemitraan multipihak dan pemangku kepentingan.
(2)
Untuk
mendukung
kemitraan
antar
desa
dapat
dibentuk
Forum
masyarakat
yang
difasilitasi
oleh
Badan/Dinas/Kantor
Pasal 128
(1)
Bentuk
dan
struktur
Forum
Pembangunan
Kawasan
Perdesaan
kebutuhan.
(2)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
Forum
Pembangunan
Kawasan
Paragraf 5
Pembangunan Infrastruktur Antarperdesaan
Pasal 129
Pembangunan Infrastruktur antarperdesaan dalam pembangunan kawasan
perdesaan merupakan penyiapan penunjang sarana prasanana pendukung
desa atau antar desa, meliputi :
a. Penyiapan Infrastruktur antarperdesaan yang menjadi kewengan desa
disiapkan oleh desa yang diawali mulai dari keterpaduan program
kegiatan penunjang dalam perumusan perencanaan desa yang termuat
dalam RPJMDesa dan RKPDesa, serta dibiayai dari APBDesa;
b. Penyiapan Infrastruktur antarperdesaan yang menjadi kewenangan
Daerah disiapkan oleh Daerah.
Bagian Kelima
Sistim Informasi Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan
Perdesaan
Pasal 130
(1)
(2)
Pemerintah
dan
Pemerintah
Daerah
wajib
mengembangkan
sistem
(4)
Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi data
Desa, data Pembangunan Desa, Kawasan Perdesaan, serta informasi lain
yang berkaitan dengan Pembangunan Desa dan pembangunan Kawasan
Perdesaan.
(5)
Sistem informasi Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikelola oleh
Pemerintah Desa dan dapat diakses oleh masyarakat Desa dan semua
pemangku kepentingan.
57
(6)
Pemerintah Daerah
Bagian Ketiga
Pemberdayaan Masyarakat dan Pendampingan Masyarakat Desa
Paragraf 1
Pemberdayaan Masyarakat Desa
Pasal 131
(1)
aksi
bersama
sebagai
suatu
kesatuan
tata
kelola
(3)
Pasal 132
(1)
(2)
partisipasi
masyarakat
dalam
perencanaan
dan
sistem
transparansi
dan
akuntabilitas
dalam
j.
melakukan
pengawasan
dan
pemantauan
penyelenggaran
Paragraf 2
Pendampingan Masyarakat Desa
Pasal 133
(1)
(2)
teknis
dilaksanakan
oleh
satuan
kerja
perangkat
daerah
oleh
tenaga
pendamping
profesional,
kader
pemberdayaan
Camat
melakukan
koordinasi
pendampingan
masyarakat
Desa
di
wilayahnya.
Pasal 134
(1)
pendamping
lokal
Desa
yang
bertugas
di
desa
untuk
yang
b. Tenaga
pendamping
Desa
yang
bertugas
di
kecamatan
untuk
yang
tenaga
pendamping
dalam
rangka
penyelenggaraan
kompetensi
dan
kualifikasi
pendampingan
di
bidang
menumbuhkan
dan
mengembangkan
serta
menggerakkan
Pasal 135
(1)
Pemerintah
Daerah
dapat
mengadakan
sumber
daya
manusia
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN DESA
60
Bagian Kesatu
Pembinaan dan Pengawasan Oleh
Pemerintah Daerah
Pasal 136
(1)
Pemerintah
Daerah
membina
dan
mengawasi
penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
(2)
Pemerintah Daerah
(4)
Pasal 137
Pembinaan
dan
pengawasan
yang
dilakukan
oleh
Pemerintah
Daerah
b.
dan Peraturan
Kepala Desa;
c.
memberikan
pedoman
penyusunan
perencanaan
pembangunan
partisipatif;
d.
e.
f.
g.
Desa;
h.
melakukan
pembinaan
dan
pengawasan
penyelenggaraan
Pemerintahan Desa;
61
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Bagian Kedua
Pembinaan dan Pengawasan Desa
Oleh Camat
Pasal 138
(1)
(2)
kepala
Desa;
b.
c.
d.
memfasilitasi
penerapan
dan
penegakan
peraturan
perundang-
undangan;
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
o.
p.
q.
r.
perdesaan di
wilayahnya.
Pasal 139
Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimasud dalam Pasal 137 dan pasal
138 diatur lebih lanjut dengan peraturan Bupati
BAB VI
KETENTUAN SANKSI
Pasal 140
(1)
(2)
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 141
(1)
Kepala Desa yang ada tetap melaksanakan tugas sampai dengan habis
masa jabatannya
(2)
Anggota BPD yang ada tetap melaksanakan Tugas sampai dengan habis
masa keanggotaannya
(3)
BPD yang ada sebelum peraturan daerah ini diundangkan dan jumlah
anggotanya tidak memenuhi kuorum, wajib melaksanakan pengisian
keanggotaan
BPD
antar
Waktu
dengan
mekanisme
musyawarah
(4)
(5)
(6)
Perangkat desa yang ada tetap melaksanakan tugas sampai dengan habis
masa tugasnya
(7)
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 142
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan
yang mengatur tentang Desa yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.
Pasal 143
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku:
1. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pembentukan Badan
Permusyawaratan Desa (Lembaran Daerah Kabupaten Lombok Tengah
Tahun 2006 Nomor 8 Seri D Nomor 1, Tambahan Lembaran Daerah
kabupaten Lombok Tengah Nomor 45)
2. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan
Organisasi
dan
Tata
Kerja
Pemerintahan
Desa
(Lembaran
Daerah
Daerah
Penghapusan,
Nomor
11
Penggabungan
Tahun
dan
2007
tentang
Peruganah
Status
Pembentukan,
Desa
menjadi
64
4. Peraturan
Daerah
Nomor
Tahun
2008
tentang
Sumber-sumber
Pasal 144
IBNU SALIM
65
Diundangkan di Praya
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
H.LALU SUPARDAN
PENJELASAN
ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH
NOMOR
TAHUN 2016
Desa,
Desa,
pelaksanaan
pembangunan
dan pemberdayaan
Desa,
masyarakat
pembinaan
Desa.
Dengan
Desa,
serta pembinaan dan pengawasan Desa oleh Pemerintah Daerah dan Camat.
Berkaitan dengan pengaturan mengenai pemerintahan Desa, Peraturan
Daerah ini mengatur secara lebih terperinci mengenai tata cara pemilihan
kepala desa secara langsung atau memalui musyawarah Desa, kedudukan,
persyaratan, mekanisme pengangkatan perangkat desa, , penempatan
perangkat desa yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil, serta tatacara
pemberhentian kepala desa dan perangkat desa.
Peraturan Daerah ini disusun dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan
pemerintahan
Desa
yang
didasarkan
pada
asas
penyelenggaraan
Desa,
pemerintahan,
antara
tertib
lain
kepastian
kepentingan
hukum,
umum,
tertib
penyelenggaraan
keterbukaan,profesionalisme,
pemangku
kepentingan
lainnya
dalam
mewujudkan
tujuan
Pasal 4
Cukup Jelas
Pasal 5
Cukup Jelas
Pasal 6
Cukup Jelas
Pasal 7
67
Cukup Jelas
Pasal 8
Cukup Jelas
Pasal 9
Cukup Jelas
Pasal 10
Cukup Jelas
Pasal 11
Cukup Jelas
Pasal 12
Cukup Jelas
Pasal 13
Cukup Jelas
Pasal 14
Cukup Jelas
Pasal 15
cukup jelas
Pasal 16
Cukup Jelas
Pasal 17
Cukup Jelas
Pasal 18
Cukup Jelas
Pasal 19
Cukup Jelas
Pasal 20
Cukup Jelas
Pasal 21
Cukup Jelas
Pasal 22
Cukup Jelas
Pasal 23
68
Cukup Jelas
Pasal 24
Cukup Jelas
Pasal 25
Cukup Jelas
Pasal 26
Cukup Jelas
Pasal 27
Cukup Jelas
Pasal 28
Cukup Jelas
Pasal 29
Cukup Jelas
Pasal 30
Cukup Jelas
Pasal 31
Cukup Jelas
Pasal 32
Cukup Jelas
Pasal 33
Cukup Jelas
Pasal 34
Cukup Jelas
Pasal 35
Cukup Jelas
Pasal 36
Cukup Jelas
Pasal 37
ayat (1)
Cukup Jelas
ayat (2)
69
cukup jelas
huruf k
cukup jelas
huruf l
cukup jelas
huruf m
Yang dimaksud dengan partisipatif adalah
mengikutsertakan masyarakat dan kelembagaan yang ada di
Desa.
huruf n
`cukup jelas
huruf o
cukup jelas
Pasal 41
Cukup Jelas
Pasal 42
Cukup Jelas
Pasal 43
Cukup Jelas
Pasal 44
Cukup Jelas
Pasal 45
Yang dimaksud dengan media informasi antara lain papan
pengumuman, radio komunitas, dan media informasi lainnya.
Pasal 46
Cukup Jelas
Pasal 47
Cukup Jelas
Pasal 48
Cukup Jelas
Pasal 49
Cukup Jelas
Pasal 50
71
Cukup Jelas
Pasal 51
Cukup Jelas
Pasal 52
Cukup Jelas
Pasal 53
Cukup Jelas
Pasal 54
Cukup Jelas
Pasal 55
Cukup Jelas
Pasal 56
Cukup Jelas
Pasal 57
Cukup Jelas
Pasal 58
Cukup Jelas
Pasal 59
Cukup Jelas
Pasal 60
Cukup Jelas
Pasal 61
Cukup Jelas
Pasal 62
Cukup Jelas
Pasal 63
Cukup Jelas
Pasal 64
Cukup Jelas
Pasal 65
Cukup Jelas
Pasal 66
Cukup Jelas
72
Pasal 67
Cukup Jelas
Pasal 68
Cukup Jelas
Pasal 69
ayat (1)
huruf a
Cukup Jelas
huruf b
Cukup Jelas
huruf c
Cukup Jelas
huruf d
Yang dimaksud sederajat Sekolah Menengah Umum adalah
Sekolah
Menengah
Kejuruan,
Madrasah
Aliyah,
Ujian
diselenggarakan
oleh
Pemerintah
atau
diakui
Pasal 71
Cukup Jelas
Pasal 72
Cukup Jelas
Pasal 73
Cukup Jelas
Pasal 74
Cukup Jelas
Pasal 75
Cukup Jelas
Pasal 76
Cukup Jelas
Pasal 77
Cukup Jelas
Pasal 78
Cukup Jelas
Pasal 79
Cukup Jelas
Pasal 80
Cukup Jelas
Pasal 81
Cukup Jelas
Pasal 82
Cukup Jelas
Pasal 83
Cukup Jelas
Pasal 84
Cukup Jelas
Pasal 85
Cukup Jelas
Pasal 86
Cukup Jelas
74
Pasal 87
Cukup Jelas
Pasal 88
Cukup Jelas
Pasal 89
Cukup Jelas
Pasal 90
Cukup Jelas
Pasal 91
Cukup Jelas
Pasal 92
Cukup Jelas
Pasal 93
Cukup Jelas
Pasal 94
Cukup Jelas
Pasal 95
Cukup Jelas
Pasal 96
Cukup Jelas
Pasal 97
Cukup Jelas
Pasal 98
Cukup Jelas
Pasal 99
Cukup Jelas
Pasal 100
Cukup Jelas
Pasal 101
Cukup Jelas
Pasal 102
Cukup Jelas
Pasal 103
75
Cukup Jelas
Pasal 104
Cukup Jelas
Pasal 105
Cukup Jelas
Pasal 106
ayat ( 1 )
Cukup Jelas
ayat ( 2 )
Cukup Jelas
ayat ( 3 )
Yang dimaksud dengan kondisi objektif Desa adalah kondisi yang
menggambarkan situasi yang ada di Desa, baik mengenai sumber
daya manusia, sumber daya alam, maupun sumber daya lainnya,
serta dengan mempertimbangkan, antara lain, keadilan gender,
pelindungan terhadap anak, pemberdayaan keluarga, keadilan bagi
masyarakat miskin, warga disabilitas dan marginal, pelestarian
lingkungan hidup, pendayagunaan teknologi tepat guna dan
sumber daya lokal, pengarusutamaan perdamaian, serta kearifan
lokal.
ayat ( 4 )
cukup jelas
Pasal 107
ayat (1)
cukup jelas
ayat (2)
cukup jelas
ayat (3)
huruf a
cukup jelas
huruf b
cukup jelas
huruf c
Yang dimaksud dengan pihak ketiga, antara lain, adalah
lembaga swadaya masyarakat, perguruan tinggi, organisasi
76
daerah
provinsi,
pemerintah
daerah
Pasal 114
Cukup Jelas
Pasal 115
Cukup Jelas
Pasal 116
Cukup Jelas
Pasal 117
Cukup Jelas
Pasal 118
Cukup Jelas
Pasal 119
Cukup Jelas
Pasal 120
77
Cukup Jelas
Pasal 121
Cukup Jelas
Pasal 122
Cukup Jelas
Pasal 123
Cukup Jelas
Pasal 124
Cukup Jelas
Pasal 125
Cukup Jelas
Pasal 126
Cukup Jelas
Pasal 127
Cukup Jelas
Pasal 128
Cukup Jelas
Pasal 129
Cukup Jelas
Pasal 130
Cukup Jelas
Pasal 131
Cukup Jelas
Pasal 132
Cukup Jelas
Pasal 133
Cukup Jelas
Pasal 134
Cukup Jelas
Pasal 135
Cukup Jelas
Pasal 136
Cukup Jelas
78
Pasal 137
Cukup Jelas
Pasal 138
Cukup Jelas
Pasal 139
Cukup Jelas
Pasal 140
Cukup Jelas
Pasal 141
Cukup Jelas
Pasal 142
Cukup Jelas
Pasal 143
Cukup Jelas
Pasal 144
Cukup Jelas
79