Anda di halaman 1dari 52

TUGAS KOSMETOLOGI

LIPSTIK
FITRIA LAVITA AGRESA
1211013001

Pendahuluan
sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada

Kosmetik

abad ke-19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian yaitu


selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan. Saat abad ke-19 itu pula
terjadi Revolusi Industri di Eropa dan Amerika, sehingga ditemukan
berbagai bahan sintetis baru dan mulai diperkenalkannya mesin-mesin
produksi baru bertenaga listrik yang dapat menghemat waktu dan
tenaga,

sehingga

produksi

kosmetika

secara

tradisional

mulai

ditinggalkan. Kosmetika modern mulai mendominasi pasar pada awal


abad ke-20 (Rahmadhita, 2013). Saat ini, kosmetik menjadi bagian
penting dalam kehidupan sehari-hari, jumlah kosmetik yang digunakan
terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk setiap
tahun (Mitsui, 1997).

Salah satu produk kosmetik yang banyak digunakan oleh kaum

wanita yaitu pewarna bibir. Pewarna bibir merupakan sediaan


kosmetika yang digunakan untuk mewarnai bibir dengan
sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam
tata rias wajah. Sediaan pewarna bibir terdapat dalam berbagai
bentuk seperti cairan, krayon, dan krim. Pewarna bibir dalam
bentuk cairan dan krim umumnya akan memberikan selaput
yang tidak tahan lama dan mudah terhapus dari bibir sehingga
tidak begitu digemari orang terutama jika dibandingkan dengan
pewarna bibir dalam bentuk krayon. Pewarna bibir bentuk
krayon lebih dikenal dengan nama lipstik (Ditjen POM, 1985).

Lipstik memang sulit dipisahkan dari wanita,

dipakai dalam keseharian dengan harapan akan


tampil lebih cantik dan menarik. Banyak wanita
yang kurang percaya diri jika belum memakai
lipstik jika berpergian. Sebenarnya, lipstik bukan
hal yang berbahaya karena terbuat dari minyak
galian atau sayuran, lilin dan pewarna serta
beberapa bahan tambahan seperti pelembab,
pewangi,

pengawet,

mungkin rasa.

antioksidan

dan

juga

Bibir
Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri tersendiri dengan

kulit jangat yang sangat tipis, aliran darah lebih banyak


mengaliri di daerah permukaan kulit bibir, tidak terdapat
kelenjer keringat, dan sangat jarang terdapat kelenjer
lemak sehingga kulit bibir lebih peka dibandingkan kulit
lainnya. Karena itu hendaknya berhatihati dalam memilih
bahan yang digunakan untuk sediaan lipstik, terutama
dalam hal memilih zat warna yang digunakan untuk
maksud pembuatan sediaan tersebut (Ditjen POM, 1985).

Bibir merupakan kulit yang memiliki ciri khusus yaitu memiliki

stratum korneum yang tipis dan adanya aliran darah yang banyak
mengalir di dalam pembuluh darah di lapisan bawah kulit bibir yang
menyebabkan bibir berwarna merah (Wibowo, 2005). Kulit bibir
mengandung lebih sedikit melanosit atau sel yang berfungsi
menghasilkan

pigmen

melanin.

Pada

lapisan

dermisnya

tidak

terdapat kelenjar keringat maupun kelenjar lemak sehingga dalam


cuaca yang dingin dan kering, lapisan stratum korneum akan
cenderung mengering, dan pecah-pecah yang memungkinkan zat
yang melekat padanya mudah berpenetrasi ke dalam statum
germinativum, tetapi pada permukaan kulit bibir sebelah dalam
terdapat kelenjar liur yang menjadi pembasah alami pada bibir. Bibir
terdiri dari 3 bagian yaitu kutaneus, vermillion dan mukosa.

Bibir berfungsi untuk membantu proses berbicara dan makan.

Hal ini menyebabkan bibir harus ditarik, berbelok, dan


berkontraksi ke berbagai arah. Bibir memiliki permukaan kulit
transisi yang dikenal dengan nama vermillion (Draelos dan
Thaman, 2006). Daerah vermillion adalah batas paling bawah
dari bagian bibir atas atau disebut bingkai merah bibir yang
merupakan daerah transisi dimana kulit bibir bergabung
kedalam membran mukosa. Vermillion dibatasi oleh garis
basah dimana mukosa bibir dimulai. Garis basah adalah
perbatasan

antara

bagian

luar

bingkai

vermillion

yang

biasanya kering, dan bagian dalam mukosa yang lembut dan


lembab. Pada daerah ini biasanya lipstik diaplikasikan (Woelfel
dan Scheild, 2002).

Sejarah
Lipstik
Lipstik telah ditemukan sejak

masa kuno ketika batu

permata semimulia dihancurkan dan dioleskan ke biir


dan kadang-kadang ke mata
Selama zaman keemasan Islam, kosmetolog Al-Andalus

terkenal Abu Qasim az-Zahrawi menemukan lipstik


padat, yang merupakan batangan wangi yang digiling
dan ditekan dalam cetakan khusus, dan ia menjelaskan
dalam bukunya At-Tashrif
Lipstik mulai populer pada masa Ratu Elizabeth I dari

Inggris

Pengertian Lipstik
Pewarna bibir merupakan sediaan kosmetika yang digunakan

untuk mewarnai bibir dengan sentuhan artistic sehingga


dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah. Sediaan
pewarna bibir terdapat dalam berbagai bentuk, seperti
cairan, krayon, dan krim. Pewarna bibir modern yang disukai
adalah jenis sediaan pewarna bibir yang jika dilekatkan pada
bibir akan memberikan selaput yang kering. Dewasa ini
pewarna bibir yang banyak digunakan adalah pewarna bibir
dalam bentuk krayon. Pewarna bibir krayon lebih dikenal
dengan sebutan lipstick (Ditjen POM, 1985).

Rias

bibir

atau

lipstik

merupakan

kosmetika

dekoratif, disamping untuk merias bibir, lipstik juga


disertai

dengan

bahan

untuk

meminyaki

dan

melindungi bibir dari lingkungan yang merusak


misalnya sinar ultra violet (Wasitaatmaja, 1997).
Lipstik merupakan pewarna bibir yang dikemas
dalam bentuk batang padat (stick) yang dibentuk
dari minyak, lilin dan lemak. Fungsinya adalah untuk
memberikan warna bibir menjadi merah semerah
delima, yang dianggap akan memberikan ekspresi
wajah sehat dan menarik (Ditjen POM,1985).

Lipstik diaplikasikan pada bibir yang anatomis

dan fisiologisnya agak berbeda dari kulit


bagian badan lainnya. Stratum corneum bibir
sangat tipis dan dermisnya tidak mengandung
kelenjar keringat maupun kelenjar minyak,
sehingga bibir mudah kering dan pecah-pecah
terutama jika dalam udara yang dingin dan
kering (Tranggono dan Latifah, 2007).

Jenis Lipstik
Menurut Chenny Han (2010) ada beragam jenis lipstik sebagai berikut :
1. Stik

jenis ini tidak mengkilap, sedikit lembab dan mudah digunakan


2. Palette
dalam satu wadah terdapat beberapa jenis warna, jenis ini biasanya
berupa krim padat
3. Pen Lip Polish

berbentuk cair, kemasannya seperti pena. Praktiss karena ujungnya


dilengkapi dengan kuas dan dapat memberikan efek yag kilat pada
bibir.

4. Liquid
bentuk cair, mengkilap dan pekat. Biasanya
dilengkapi dengan spons atau kuas dibagian
ujung untuk memudahkan pengolesan.
5. Pasta
bentuknya semacam gel cair, dikemas dalam
bentuk pasta gigi dan dapat membuat bibir
mengilap.

Syarat Lipstik
Dari segi kualitas, lipstik harus memenuhi beberapa
persyaratan berikut (Mitsui, 1977):
1. Tidak menyebabkan iritasi atau kerusakan pada bibir
2. Tidak memiliki rasa dan bau yang tidak menyenangkan
3. Polesan lembut dan tetap terlihat baik selama jangka waktu
tertentu
4. Selama masa penyimpanan bentuk harus tetap utuh, tanpa
kepatahan dan perubahan wujud.
5. Tidak lengket
6. Penampilan tetap menarik dan tidak ada perubahan warna.

Syarat Mutu Lipstik

Komponen Utama dalam Sediaan


Lipstik
Minyak
Lilin
Lemak
Zat warna

Minyak
Minyak adalah salah satu komponen dalam basis lipstik yang

berfungsi untuk melarutkan atau mendispersikan zat warna.


Minyak yang sering digunakan antara lain minyak jarak, minyak
mineral dan minyak nabati lain. Minyak jarak merupakan
minyak nabati yang unik karena memiliki viskositas yang tinggi
dan memiliki kemampuan melarutkan staining-dye dengan baik.
Minyak jarak merupakan salah satu komponen penting dalam
banyak lipstik modern. Viskositasnya yang tinggi adalah salah
satu keuntungan dalam menunda pengendapan dari pigmen
yang tidak larut pada saat pencetakan, sehingga dispersi
pigmen benar benar merata (Balsam, 1972).

Lilin
Lilin digunakan untuk memberi struktur batang yang kuat pada

lipstick dan menjaganya tetap padat walau dalam keadaan hangat.


Campuran lilin yang ideal akan menjaga lipstik tetap padat
setidaknya pada suhu 50C dan mampu mengikat fase minyak agar
tidak ke luar atau berkeringat, tetapi juga harus tetap lembut dan
mudah dioleskan pada bibir dengan tekanan serendah mungkin.
Lilin yang digunakan antara lain carnauba wax, candelilla wax,
beeswax, ozokerites, spermaceti dan setil alkohol. Carnauba wax
merupakan salah satu lilin alami yang yang sangat keras karena
memiliki titik lebur yang tinggi yaitu 85C. Biasa digunakan dalam
jumlah kecil untuk meningkatkan titik lebur dan kekerasan lipstick
(Balsam, 1972).

Lemak
Lemak yang biasa digunakan adalah campuran lemak padat yang
berfungsi untuk membentuk lapisan film pada bibir, memberi
tekstur yang lembut, meningkatkan kekuatan lipstik dan dapat
mengurangi efek berkeringat dan pecah pada lipstik. Fungsinya
yang lain dalam proses pembuatan lipstik adalah sebagai
pengikat dalam basis antara fase minyak dan fase lilin dan
sebagai bahan pendispersi untuk pigmen. Lemak padat yang
biasa digunakan dalam basis lipstik adalah lemak coklat,
lanolin, lesitin, minyak nabati terhidrogenasi dan lain-lain.

Zat Warna
Zat warna dalam lipstik dibedakan atas dua jenis yaitu staining dye dan

pigmen. Staining dye merupakan zat warna yang larut atau terdispersi
dalam basisnya, sedangkan pigmen merupakan zat warna yang tidak larut
tetapi tersuspensi dalam basisnya. Kedua macam zat warna ini masing
masing memiliki arti tersendiri, tetapi dalam lipstik keduanya dicampur
dengan komposisi sedemikian rupa untuk memperoleh warna yang
diinginkan. Pigmen-pigmen yang diigunakan dalam lipstik dapat berupa
lake dari barium atau kalsium, akan tetapi lake dari stronsium juga sering
digunakan karena menghasilkan warna yang tahan lama dan jernih. Untuk
menghasilkan warna yang agak pudar (muda), pigmen putih seperti
titanium dioksida dan zink oksida harus ditambahkan (Balsam, 1972).

Zat warna yang sering digunakan pada sediaan


lipstik antara lain (Noermastuti, 2013):
1) Staining dyes, merupakan zat warna yang
dapat mewarnai bibir dengan warna yang
diinginkan, digunakan pada konsentrasi 2-3%.
Merupakan

turunan

fluorescein

yang

terhalogenasi seperti bromo acid, eosin, dan


tetra bromofluorescein.

2) Noneosin staining dyes juga merupakan


turunan

dari

fluorescein,

yang

sering

digunakan adalah yang bersifat lipofilik yang


tak larut dalam air yaitu bentuk sulfo acidnya.
3) Pigmen, merupakan zat warna logam yang
dapat bercampur dengan bahan dasar. Zat
warna ini dapat bersifat anorganik maupun
organik dan digunakan pada konsentrasi 810%.

4)

Titanium

memudahkan

dioksida,
warna,

berguna
serta

untuk

menyinarkan

warna. Lapisan yang terbentuk agak keruh


keputihan dan digunakan pada konsentrasi
1%.
5) Lakes, merupakan campuran zat warna Drug
& Cosmetic dan logam logam seperti Al, Ba,
Ca, dan Sr. Digunakan pada konsentrasi 515%.

Zat Tambahan dalam Lipstik


Zat tambahan dalam lipstik adalah zat yang

ditambahkan

dalam

formula

lipstik

untuk

menghasilkan lipstik yang baik, yaitu dengan


cara

menutupi

kekurangan

yang

ada

tetapi

dengan syarat zat tersebut harus inert, tidak


toksik, tidak menimbulkan alergi, stabil dan dapat
bercampur

dengan

bahan-bahan

lain

dalam

formula lipstik. Zat tambah yang digunakan yaitu


antioksidan, pengawet dan parfum.

Antioksidan
Antioksidan digunakan untuk melindungi minyak dan bahan

tak jenuh lain yang rawan terhadap reaksi oksidasi. BHT,


BHA dan vitamin E adalah antioksidan yang paling sering
digunakan (Butler, 2000). Antioksidan lainnya antara lain:
ekstrak

rosemary,

asam

sitrat,

propil

paraben,

metil

paraben, dan tokoferol (Barel, Paye dan Maibach, 2001).


Antioksidan yang digunakan harus memenuhi syarat yaitu:
tidak berbau agar tidak mengganggu wangi parfum dalam
kosmetika, tidak berwarna, tidak toksik, dan tidak berubah
meskipun disimpan lama (Wasitaatmadja, 1997).

Pengawet
Kemungkinan bakteri atau jamur untuk tumbuh di dalam
sediaan lipstik sebenarnya sangat kecil karena lipstik
tidak

mengandung

diaplikasikan

pada

air.

Akan

bibir

tetapi

ketika

kemungkinan

lipstik
terjadi

kontaminasi pada permukaan lipstik sehingga terjadi


pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu perlu
ditambahkan

pengawet

di

dalam

formula

lipstik.

Pengawet yang sering digunakan yaitu metil paraben


dan propil paraben (Butler, 2000).

Parfum
Parfum perlu ditambahkan dalam formula
lipstik untuk menutupi bau dari minyak dan
lilin yang terdapat dalam basis dan bau lain
yang tidak enak yang timbul setelah lipstik
digunakan

atau

disimpan.

berasal

dari

minyak

adalah

yang

paling

(Balsam, 1972).

Parfum

tumbuhan
banyak

yang

(bunga)

digunakan

Proses Pembuatan Lipstik


a. Colour Grinding/ Penggilingan atau

Pencampuran Zat Warna


b. Mixing / Pencampuran
c. Molding/ Pencetakan
d. Flaming / Pengkilapan
(Noermastuti, 2013)

a. Colour Grinding/
Penggilingan atau Pencampuran
Zat Warna
Warna yang homogen dalam formulasi sediaan lipstik
didapat dengan mendispersikan zat pewarna kedalam
minyak, atau kedalam basis. Mencampurkan pewarna
kedalam campuran bahan sekaligus akan membuat zat
warna menggumpal atau tidak terdispersi merata dalam
sediaan, sebaiknya zat pewarna dicampurkan kedalam
salah satu bahan lalu didispersikan kedalam basis
sehingga didapatkan keseragaman warna dan tekstur
yang lembut dari massa lipstik (Noermastuti, 2013).

Proses grinding tidak bertujuan untuk menurunkan


ukuran partikel dari masing-masing bahan, namun
untuk memecah gumpalan. Alat yang digunakan
biasanya roller mill atau colloid mill.Pada roller
mill, suspensi pigmen dalam minyak dilewatkan
diantara silinder berputar pada kecepatan yang
berbeda

satu

sama

lain. Untuk

colloid

mill,

pencampuran dilakukan diantara dua kepingan


atau alat berbentuk kerucut dan diputar pada
kecepatan tinggi (Noermastuti, 2013).

b. Mixing / Pencampuran
Pada proses pencampuran sebaiknya tidak menggunakan panas

yang berlebihan, waktu pemanasan yang tidak terlalu lama, dan


proses pengadukan yang terlalu cepat. Pencampuran dilakukan
secara perlahan untuk memastikan apakah campuran bahan telah
homogen. Setelah homogen, barulah ditambah dengan parfum
untuk memberikan aroma yang mengenakan pada lipstik. Massa
minyak kemudian disimpan kedalam wadah yang inert serta
tertutup rapat, diruangan yang gelap, dan suhu yang rendah.
Proses tersebut sangat penting jika akan disimpan dalam jangka
waktu yang lama (Noermastuti, 2013).

c. Molding/ Pencetakan
Pada

proses

pencetakan

menghilangkan

gelembung

sangat

penting

untuk

udara.

Adanya

udara,

dapat membuat sediaan menjadi berlubang-lubang


kecil

di

sisi

luarnya.

Jika

massa

minyak

tidak

memungkinkan untuk bebas dari udara yang ada


didalamnya,

maka

dilakukan

pemanasan

dibawah

vakum. Cetakan yang paling umum digunakan terbuat


dari lempeng kuningan atau alumunium, kemudian
dijepit dengan menggunakan pin.

Pendinginan cetakan tidak boleh terlalu dingin,


jika

terlalu

dingin

maka

perlu

sedikit

dipanaskan terlebih dahulu sebelum mengisi


ulang.

Ketika

sudah

terbentuk

batangan

lipstik, maka lipstik segera dikeluarkan dari


cetakan. Lipstik tersebut kemudian disimpan
ditempat yang bersuhu rendah (Noermastuti,
2013).

d. Flaming / Pengkilapan
Flaming umumnya dilakukan dengan cara melewatkan
lipstik melalui nyala api gas atau menggunakan pemanas
listrik. Jika menggunakan pemanas biasa nyala api hanya
berasal dari satu arah, maka lipstik perlu diputar saat
melewati api untuk mencairkan seluruh permukaan. Proses
ini dilakukan untuk membuat permukaan lipstik menjadi
lebih mengkilap dan memiliki permukaan yang rata.
Setelah proses pengkilapan selesai, maka lipstik ditutup
dan dimasukan kedalam wadahnya (Noermastuti, 2013).

Formula
Minyak/Emolient 40-55%
Lilin 8-13%
Lemak/Plastisizer 2-4%
Pewarna 3-8%
Pengkilap 3-6%
Zat aktif 0-2%
Texturing agent 4-15%
Parfum 0,05-0,1%
Pengawet 0,5% (Barel et al, 2001).

Pembuatan Lipstik
a. Memanaskan carnauba wax dan 2/3 lemak cokelat pada
waterbath listrik suhu 70-85C hingga terbentuk suatu massa
cair (campuran 1).
b. Melapisi cetakan dengan parafin cair.
c.

Melarutkan

pewarna

pangan

merah

rasberri

dengan

propilenglikol diaduk hingga larut, kemudian menambahkan


minyak jarak diaduk hingga tercampur merata (campuran 2).
d. Memasukkan campuran 2 ke dalam campuran 1 diaduk
hingga homogen.

e.

Mengangkat

waterbath,

lalu

campuran

dan

menambahkan

1/3

dari
lemak

cokelat diaduk hingga larut dan homogen.


f.

Menuangkan

ke

dalam

cetakan

(alat

pencetak) lalu didinginkan hingga terbentuk


padatan lipstik.
g. Sediaan lipstik yang sudah jadi dimasukkan
ke dalam wadah

Evaluasi/ Uji Kualitas Lipstik


1. Uji Organoleptis
2. Uji Oles
3. Uji Homogenitas
4. Uji Iritasi
5. Uji Kekuatan lipstik
6. Uji Suhu Leleh
7. Uji pH

Uji Organoleptis
Uji ini dilakukan dengan alat indra secara

pemerian yaitu bentuk, warna, dan bau.

Uji Oles
Uji oles dilakukan secara visual dangan cara mengoleskan

lipstik pada kulit punggung tangan kemudian mengamati


banyaknya

arna

yang

menempel

dengan

perlakuan

5x

pengolesan. Sediaan lipstik dikatakan mempunyai daya oles


yang baik jika menempel pada kulit punggung tangan banyak
dan merata dengan beberapa kali pengolesan pada tekanan
tertentu. Sedangkan sediaan dikatakan mempunyai daya oles
yang tidak baik jika warna yang menempel sedikit dan tidak
merata.

Pemerikasaan

dilakukan

terhadap

masing-masing

sediaan yang dibuat dan dioleskan pada punggung tangan


dengan 5x pengolesan (Keithler, 1956).

Uji Homogenitas
Uji

homogenitas dilakukan dengan cara

mengoleskan

sejumlah

tertent

sediaan

pada kaca yang transparan. Sediaan harus


menunjukkan susunan yang homogen dan
tidak terlihat adanya butir kasar (Ditjen
POM, 1979).

Uji Iritasi
Iritasi dapatt dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iritasi primer

yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi pelekatan


atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang
reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan
atau pelekatan pada kulit (Ditjen POM, 1985).
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel

terbuka (Patch Test) pada lengan bawah bagian dalam


terhadap 10 orang panelis. Uji tempel terbuka dilakukan
dengan mengoleskan sediaan yang dibuat pada lokasi.
Reaksi

iritasi

positif

ditandai

dengan

oleh

adanya

kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak pada kulit lengan atas


bagian dalam yang dibei perlakuan.

Uji kekuatan Lipstik


pengamatan dilakukan pada kekuatan lipstik degan

cara lipstik diletakkan horizontal. Pada jarak kirakira 12 inci dari tepi lipstik, diigantungkan beban
yang berfungsi sebagai penekan. Tiap 30 detik
berat penekan ditambah (10 gram).
Penambahan

berat

sebagai

penekan

dilakukan

secara terus menerus sampai lipstik patah, pada


saat lipstik patah merupakan nilai kekutan pada
lipstiknya (Vishwakarma, 2011).

Uji Suhu Leleh


Suhu leleh diukr pada suhu awal sediaan

lipstik meleleh. Dapat digunakan waterbath


listrik yang berisi air. Suhu yang dicatat
adalah suhu saat sampel mulai meleleh.
Pengujian dilakukan tiga kali pengulangan
(Noermastuti, 2013).

Uji pH
Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Cara
pengoperasiannya yaitu alat dikalibrasi terlebih dahulu dengan
menggunakan larutan dapar pH asam hingga alat menunjukkan
harga pH 4,01 pada suhu 25C atau disesuaikan dengan tabel
petunjuk

yang

tercantum

pada

wadah

larutan

dapar.

Lalu

elektroda dicuci dengan akuades, dikeringkan dengan tisu. Sampel


dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu 1 gram sediaan dilarutkan
dalam 100 ml akuades. Kemudian elektroda dimasukkan ke dalam
larutan sampel konsentrasi 1% dan dibiarkan alat menunjukkan
harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter
merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).

Kerusakan pada Lipstik


Sweating, merupakan keluarnya cairan dari permkaan

lipstik yang disebabkan karena kadar minya yang tinggi


atau rendahnya kulitas campuran minyak dan lilin dalam
formula
Bleeding, terjadi pemisahan antara zat warna dengan

basis lilin, sehingga menyebabkan zat warna tidak merata


Blooming, disebut juga pemekaran pada ujung lipstik yaitu

permukaan

lipstik

menjadi

lebih

tumpul

dari

yang

diharapkan. Hal ini terjadi karena tingginya konsentrasi


cetyl alcohol (>5%).

Streaking,

terbentuknya sebuah garis tipis

atau pita yag berbeda warna, atau substansi


yang nampak di permukaan pada produk jadi.
Hal

ini

terjadi

karena

terjadi

pemisahan

partikel yang tersuspensi.


Seam, ditandai dengan keretakan lipstik pada

saat digunakan. Hal ini terjadi karena massa


yang rapuh atau terjadi kesalahan pada saat
teknik pendinginan.

Colour chat

DAFTAR PUSTAKA
Balsam, M.S. (1972). Cosmetic Science and Technology

edisi kedua. London: John Willy and Son, Inc.


Barel, A. O., Marc Paye, and Howard I. Mabach (2001).
Handbook of Cosmetic Science and Technology . Edisi
ketiga. New York : Informa Healthcare
Chenny, Han. 2010. Make-up Bibir Sesuai Aura dan
Fengshui. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Umum
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi Ketiga.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Draelos, Z., D., dan Lauren A. Thaman. 2006. Cosmetic
Formulation of Skin Care Product. New York : Taylor and
Francis Group
Keithler. 1956. Formulation of Cosmetic and Cosmetic
Spesialities. Newyork : Drug and Cosmetic Industry.

Mitsui, T. (1997). New Cosmetic Science. Amsterdam:

Elsveir Science
Noermastuti, Rima. 2013. Formulasi dan Evaluasi Sediaan
Lipstik dengan Basis Lemak Cokelat dan Minyak Jarak.
Universitas Sebelas Maret
Tranggono, R.I., dan Latifah, F. (2007). Buku Pegangan
Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Editor: Joshita Djajadisastra.
Vishwakarma, dkk. 2011. Formulation and Evaluation of
herbal Lipstick. International Journal of Drug Discovery &
Herbal Research. 1 (1) : 1-19
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik
Medik. Jakarta: UIPress.
Woelfel, J. B., dan Rickne C. Scheild. 2002. Dental
Anatomy. Edisi keenam Maryland : Lippincot Williams and
Wilkins
www.workwithcolor.com 29 Januari 2016

Anda mungkin juga menyukai