AKAN DATANG
Drainase berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak
merugikan masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Kelebihan
air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik maupun air limbah industri. Oleh
karena itu drainase perkotaan harus terpadu dengan sanitasi, sampah, pengendali banjir kota
dan lainnya.
Berkembangnya kawasan perkotaan, selalu diikuti dengan berkurangnya daerah
resapan air hujan. Hal ini, akibat dari berubahnya kawasan yang sebelumnya dapat
meresapkan sebagian dari limpasan air hujan, (seperti persawahan, lapangan berumput),
menjadi lahan dengan lapisan perkerasan (jalan, perumahan, pertokoan). Disamping itu,
banyak kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air dan bantaran sungai,
berubah fungsi menjadi tempat hunian, pertokoan dan lain-lain.(Suhardjono, 2013). Hal ini
dapat dilihat dari air yang meluap dari saluran drainase, baik di perkotaan maupun di
permukiman, yang menimbulkan genangan air atau bahkan banjir. Hal itu terjadi karena
selama ini drainase difungsikan untuk mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run-off)
secepat-cepatnya ke penerima air/badan air terdekat.
Untuk mengatasi permasalahan infrastruktur tersebut diperlukan sistem drainase yang
berwawasan lingkungan dengan prinsip dasar mengendalikan kelebihan air permukaan
sehingga dapat dialirkan secara terkendali dan lebih banyak memiliki kesempatan untuk
meresap ke dalam tanah. Hal ini dimaksudkan agar konservasi air tanah dapat berlangsung
dengan baik dan dimensi struktur bangunan sarana drainase dapat lebih efisien.
Konsep drainase baru (paradigma baru) yang biasa disebut drainase ramah lingkungan
atau eko-drainase atau drainase berwawasan lingkungan yang sekarang ini sedang menjadi
konsep utama di dunia internasional dan merupakan implementasi pemahaman baru konsep
eko-hidrolik dalam bidang drainase. Konsep ini sangat tepat untuk perencanaan desain sistem
drainase jangka waktu panjang, yaitu dapat di terapkan untuk 30 tahun kedepan.
tampungan
untuk
diresapkan
(pola
retensi
sebagai
upaya
permukiman, pertanian atau perkebunan. Kolam konservasi ini dibuat untuk menampung air
hujan terlebih dahulu, diresapkan dan sisanya dapat dialirkan ke sungai secara perlahanlahan. Kolam konservasi dapat dibuat dengan memanfaatkan daerah dengan topografi rendah,
daerah bekas galian pasir atau galian material lainnya, atau secara ekstra dibuat dengan
menggali suatu areal atau bagian tertentu. Kolam konservasi
Sumber: Meneg LH
Persyaratan teknis sumur resapan Menurut buku Panduan dan Petunjuk Paktis
Pengelolaan Drainase Perkotaan, Kementerian Pekerjaan Umum. Persyaratan umum yang
diberikan untuk sumur resapan adalah (1) Sumur resapan air hujan dibuat pada lahan yang
lulus air (porous) dan tahan longsor; (2) Sumur resapan air hujan bebas dari kontaminasi atau
pencemaran limbah; (3) Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan; (4)
Permeabilitas tanah yang dapat digunakan untuk sumur resapan minimal 2,0 cmn/jam; (5)
Tinggi muka air tanah cukup rendah (kontur air tanahnya dalam) (>3 meter); (6) Penempatan
atau jarak minimum sumur resapan ai hujan dari bangunan lain adalah sebagai berikut: (a)
Jarak terhadap tangki septik: 2 meter; (b) Jarak terhadap resapan tangki septik, saluran air
limbah, pembuangan sampah: 5 meter; (c) Jarak terhadap sumur resapan air hujan/sumur air
bersih: 2 meter.
c. Metode river side polder
Metode river side
polder
adalah
metode
menahan
aliran
air
dengan
hidraulik teknis dan tanggul-tanggul lingkar hidraulis yang mahal. Pada saat muka air naik
(banjir), sebagian air akan mengalir ke polder dan akan keluar jika banjir reda, sehingga
banjir di bagian hilir dapat dikurangi dan konservasi air terjaga.
Metode areal perlindungan air tanah dilakukan dengan cara menetapkan kawasan
lindung untuk air tanah, dimana di kawasan tersebut tidak boleh dibangun bangunan apapun.
Areal tersebut dikhususkan untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah. Di berbagai kawasan
perlu sesegara mungkin dicari tempat yang cocok secara geologi dan ekologi sebagai areal
untuk recharge dan perlindungan air tanah sekaligus sebagai bagian penting dari komponen
drainase kawasan.
Masyakarat dapat berperan dan berpartisipasi dalam setiap tahapan perencanaan,
pembangunan, operasional dan pemeliharaan sistem jaringan drainase melalui beberapa
tahap, antara lain:
a.
Tahap Survei dan Investigasi: masyarakat dapat memberikan informasi calon lokasi
yang akan dibangun dan kondisi setempat seperti kelayakan dari segi teknis dan ekonomi.
b.
Tahap Perencanaan: masyarakat dapat ikut serta dalam persetujuan, kesepakatan dan
penggunaan dari perencanaan yang telah dibuat.
c.
Tahap Pembebasan Lahan: masyarakat memberi kemudahan dan memperlancar proses
pembebasan lahan apabila lahan masyarakat terkena dampak pembangunan.
d.
Tahap Pembangunan: masyarakat dapat ikut serta dalam pengawasan dan terlibat dalam
pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan.
e.
Tahap Operasi dan Pemeliharaan: masyarakat ikut serta aktif dalam pemeliharan dan
pengoperasian, melaporkan jika ada kerusakan.
f.
Tahap Monitoring dan Evaluasi: masyarakat dapat memberikan data yang benar dan
nyata sesuai dengan kondisi eksisting di lapangan terkait segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan proyek serta dampak yang ditimbulkannya.
Cara paling efektif agar drainase berwawasan lingkungan ini dapat berkelanjutan
adalah peran serta masyarakat untuk ikut aktif di dalam penerapan pelestarian air tanah
karena jika persediaan air tanah habis, merekalah yang paling merasakan akibatnya.
Masyarakat dapat berperan aktif untuk ikut menabung air melalui kolam tandon penampung
air hujan, berupa reservoir bawah tanah maupun dengan tangki penampung yang berfungsi
menampung dan mengalirkan air hujan yang jatuh dari permukaan tanah, bangunan, juga atap
rumah. Sasaran penyediaan sistem drainase dan pengendalian banjir adalah :
1. Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder, dan tersier melalui normalisasi
maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang aman dan baik
terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun hujan lokal. Dari masingmasing jaringan dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Jaringan Primer : saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai.
yang
berpedoman
pada
Rancana
Umum
Tata
Ruang
Kota.