Anda di halaman 1dari 8

MERENCANAKAN KONSEP DRAINASE YANG BAIK UNTUK 30 TAHUN YANG

AKAN DATANG
Drainase berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan sehingga tidak
merugikan masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Kelebihan
air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik maupun air limbah industri. Oleh
karena itu drainase perkotaan harus terpadu dengan sanitasi, sampah, pengendali banjir kota
dan lainnya.
Berkembangnya kawasan perkotaan, selalu diikuti dengan berkurangnya daerah
resapan air hujan. Hal ini, akibat dari berubahnya kawasan yang sebelumnya dapat
meresapkan sebagian dari limpasan air hujan, (seperti persawahan, lapangan berumput),
menjadi lahan dengan lapisan perkerasan (jalan, perumahan, pertokoan). Disamping itu,
banyak kawasan rendah yang semula berfungsi sebagai tempat parkir air dan bantaran sungai,
berubah fungsi menjadi tempat hunian, pertokoan dan lain-lain.(Suhardjono, 2013). Hal ini
dapat dilihat dari air yang meluap dari saluran drainase, baik di perkotaan maupun di
permukiman, yang menimbulkan genangan air atau bahkan banjir. Hal itu terjadi karena
selama ini drainase difungsikan untuk mengalirkan air hujan yang berupa limpasan (run-off)
secepat-cepatnya ke penerima air/badan air terdekat.
Untuk mengatasi permasalahan infrastruktur tersebut diperlukan sistem drainase yang
berwawasan lingkungan dengan prinsip dasar mengendalikan kelebihan air permukaan
sehingga dapat dialirkan secara terkendali dan lebih banyak memiliki kesempatan untuk
meresap ke dalam tanah. Hal ini dimaksudkan agar konservasi air tanah dapat berlangsung
dengan baik dan dimensi struktur bangunan sarana drainase dapat lebih efisien.
Konsep drainase baru (paradigma baru) yang biasa disebut drainase ramah lingkungan
atau eko-drainase atau drainase berwawasan lingkungan yang sekarang ini sedang menjadi
konsep utama di dunia internasional dan merupakan implementasi pemahaman baru konsep
eko-hidrolik dalam bidang drainase. Konsep ini sangat tepat untuk perencanaan desain sistem
drainase jangka waktu panjang, yaitu dapat di terapkan untuk 30 tahun kedepan.

TRI DIAH LUTFIYANI


21080113120034

Drainase ramah lingkungan didefinisikan sebagai upaya mengelola air kelebihan


dengan cara meresapkan sebanyak-banyaknya air ke dalam tanah secara alamiah atau
mengalirkan air ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai sebelumnya. Dalam
drainase ramah lingkungan, justru air kelebihan pada musim hujan harus dikelola sedemikian
rupa sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai. Namun diusahakan meresap ke dalam
tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah untuk cadangan pada musim kemarau.
Konsep ini sifatnya mutlak di daerah beriklim tropis dengan perbedaan musim hujan dan
kemarau yang ekstrim seperti di Indonesia.
Ada beberapa metode drainase ramah lingkungan yang dapat dipakai di Indonesia,
diantaranya adalah metode kolam konservasi, metode sumur resapan, metode river side
polder dan metode pengembangan areal perlindungan air tanah (ground water protection
area).
a. Metode kolam konservasi
Limpasan air hujan melalui saluran drainase dialirkan terlebih dahulu ke
waduk/kolam

tampungan

untuk

diresapkan

(pola

retensi

sebagai

upaya

pengawetan/konservasi air). Kemudian kelebihan limpasan airnya dialirkan ke badan air


terdekat. Metode yang tepat untuk di terapkan di wilayah hulu adalah Metode kolam
konservasi. Metode ini dilakukan dengan membuat kolam-kolam air baik di perkotaan,
TRI DIAH LUTFIYANI
21080113120034

permukiman, pertanian atau perkebunan. Kolam konservasi ini dibuat untuk menampung air
hujan terlebih dahulu, diresapkan dan sisanya dapat dialirkan ke sungai secara perlahanlahan. Kolam konservasi dapat dibuat dengan memanfaatkan daerah dengan topografi rendah,
daerah bekas galian pasir atau galian material lainnya, atau secara ekstra dibuat dengan
menggali suatu areal atau bagian tertentu. Kolam konservasi

b. Metode sumur resapan


Metode sumur resapan merupakan metode praktis dengan cara membuat sumur-sumur
untuk mengalirkan air hujan yang jatuh pada atap perumahan atau kawasan tertentu. Sumur
resapan ini juga dapat dikembangkan pada areal olahraga dan wisata. Konstruksi dan
kedalaman sumur resapan disesuaikan dengan kondisi lapisan tanah setempat. Perlu dicatat
bahwa sumur resapan ini hanya dikhususkan untuk air hujan, sehingga masyarakat harus
mendapatkan pemahaman mendetail untuk tidak memasukkan air limbah rumah tangga ke
sumur resapan tersebut. Metode sumur resapan merupakan konsep penanganan di wilayah
tengah.

TRI DIAH LUTFIYANI


21080113120034

Sumber: Meneg LH

Persyaratan teknis sumur resapan Menurut buku Panduan dan Petunjuk Paktis
Pengelolaan Drainase Perkotaan, Kementerian Pekerjaan Umum. Persyaratan umum yang
diberikan untuk sumur resapan adalah (1) Sumur resapan air hujan dibuat pada lahan yang
lulus air (porous) dan tahan longsor; (2) Sumur resapan air hujan bebas dari kontaminasi atau
pencemaran limbah; (3) Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan; (4)
Permeabilitas tanah yang dapat digunakan untuk sumur resapan minimal 2,0 cmn/jam; (5)
Tinggi muka air tanah cukup rendah (kontur air tanahnya dalam) (>3 meter); (6) Penempatan
atau jarak minimum sumur resapan ai hujan dari bangunan lain adalah sebagai berikut: (a)
Jarak terhadap tangki septik: 2 meter; (b) Jarak terhadap resapan tangki septik, saluran air
limbah, pembuangan sampah: 5 meter; (c) Jarak terhadap sumur resapan air hujan/sumur air
bersih: 2 meter.
c. Metode river side polder
Metode river side

polder

adalah

metode

menahan

aliran

air

dengan

mengelola/menahan air kelebihan (hujan) di sepanjang bantaran sungai. Pembuatan polder


pinggir sungai ini dilakukan dengan memperlebar bantaran sungai di berbagai tempat secara
selektif di sepanjang sungai. Lokasi polder perlu dicari, sejauh mungkin polder yang
dikembangkan mendekati kondisi alamiah, dalam arti bukan polder dengan pintu-pintu
TRI DIAH LUTFIYANI
21080113120034

hidraulik teknis dan tanggul-tanggul lingkar hidraulis yang mahal. Pada saat muka air naik
(banjir), sebagian air akan mengalir ke polder dan akan keluar jika banjir reda, sehingga
banjir di bagian hilir dapat dikurangi dan konservasi air terjaga.

d. Metode areal perlindungan air tanah


TRI DIAH LUTFIYANI
21080113120034

Metode areal perlindungan air tanah dilakukan dengan cara menetapkan kawasan
lindung untuk air tanah, dimana di kawasan tersebut tidak boleh dibangun bangunan apapun.
Areal tersebut dikhususkan untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah. Di berbagai kawasan
perlu sesegara mungkin dicari tempat yang cocok secara geologi dan ekologi sebagai areal
untuk recharge dan perlindungan air tanah sekaligus sebagai bagian penting dari komponen
drainase kawasan.
Masyakarat dapat berperan dan berpartisipasi dalam setiap tahapan perencanaan,
pembangunan, operasional dan pemeliharaan sistem jaringan drainase melalui beberapa
tahap, antara lain:
a.
Tahap Survei dan Investigasi: masyarakat dapat memberikan informasi calon lokasi
yang akan dibangun dan kondisi setempat seperti kelayakan dari segi teknis dan ekonomi.
b.
Tahap Perencanaan: masyarakat dapat ikut serta dalam persetujuan, kesepakatan dan
penggunaan dari perencanaan yang telah dibuat.
c.
Tahap Pembebasan Lahan: masyarakat memberi kemudahan dan memperlancar proses
pembebasan lahan apabila lahan masyarakat terkena dampak pembangunan.
d.
Tahap Pembangunan: masyarakat dapat ikut serta dalam pengawasan dan terlibat dalam
pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan kemampuan.
e.
Tahap Operasi dan Pemeliharaan: masyarakat ikut serta aktif dalam pemeliharan dan
pengoperasian, melaporkan jika ada kerusakan.
f.
Tahap Monitoring dan Evaluasi: masyarakat dapat memberikan data yang benar dan
nyata sesuai dengan kondisi eksisting di lapangan terkait segala sesuatu yang berhubungan
dengan pelaksanaan proyek serta dampak yang ditimbulkannya.
Cara paling efektif agar drainase berwawasan lingkungan ini dapat berkelanjutan
adalah peran serta masyarakat untuk ikut aktif di dalam penerapan pelestarian air tanah
karena jika persediaan air tanah habis, merekalah yang paling merasakan akibatnya.
Masyarakat dapat berperan aktif untuk ikut menabung air melalui kolam tandon penampung
air hujan, berupa reservoir bawah tanah maupun dengan tangki penampung yang berfungsi
menampung dan mengalirkan air hujan yang jatuh dari permukaan tanah, bangunan, juga atap
rumah. Sasaran penyediaan sistem drainase dan pengendalian banjir adalah :
1. Penataan sistem jaringan drainase primer, sekunder, dan tersier melalui normalisasi
maupun rehabilitasi saluran guna menciptakan lingkungan yang aman dan baik
terhadap genangan, luapan sungai, banjir kiriman, maupun hujan lokal. Dari masingmasing jaringan dapat didefinisikan sebagai berikut :
a. Jaringan Primer : saluran yang memanfaatkan sungai dan anak sungai.

TRI DIAH LUTFIYANI


21080113120034

b. Jaringan Sekunder : saluran yang menghubungkan saluran tersier dengan


saluranprimer (dibangun dengan beton/plesteran semen).
c. Jaringan Tersier : saluran untuk mengalirkan limbah rumah tangga ke saluran
sekunder,
berupa plesteran, pipa dan tanah.
2. Memenuhi kebutuhan dasar (basic need) drainase bagi kawasan hunian dan kota.
3. Menunjang kebutuhan pembangunan (development need) dalam menunjang
terciptanya scenario pengembangan kota untuk kawasan andalan dan menunjang sektor
unggulan

yang

berpedoman

pada

Rancana

Umum

Tata

Ruang

Kota.

Sedangkan arahan dalam pelaksanaannya adalah.


Harus dapat diatasi dengan biaya ekonomis.
Pelaksanaannya tidak menimbulkan dampak sosial yang berat.
Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana.
Memanfaatkan semaksimal mungkin saluran yang ada.
Jaringan drainase harus mudah pengoperasian dan pemeliharaannya.
Mengalirkan air hujan ke badan sungai yang terdekat.
Standarisasi sistem penyediaan drainase untuk penempatan perumahan di pinggiran
saluran primer atau sungai yang mengacu pada provincial water reclement (PWR) BAB II
pasal 2 tentang Pemakaian Bebas dari Perairan Umum (Waterrocilijn), yang berbunyi
Dilarang menempatkan sebuah bangunan apapun, atau memperbaharui seluruhnya atau
sebagian dalam jarak diukur dari kaki tangkis sepanjang perairan umum atau bilamana tidak
ada tangkis, dari pinggir atas dari tamping (talud) perairan umum kurang dari :
a. 20 meter untuk sungai-sungai tersebut dalam daftar 1 dari verordening ini.
b. 5 meter untuk sungai-sungai tersebut dalam daftar 2 dari verordening ini, demikia juga
untuk saluran pengaliran dan pembuangan dengan kemampuan (kapasistet) 4 meter
kubik/detik atau lebih.
c. 3 meter untuk saluran-saluran pengairan, pengambilan dan pembuangan kemampuan
normal 1 s/d 4 meter kubik/detik.
d. 2 meter untuk saluran-saluran pengairan pengambilan dan pembuangan kemampuan
normal kurang dari 1 meter kubik/detik.
Sumber :
http://www.pu.go.id/uploads/services/infopublik20141219102216.pdf
Lampiran 1 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 12/PRT/M/2014
TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN
Suhardjono. 2013. Drainas Perkotaan. Malang: Universitas Brawijaya Malang Fakultas
Teknik.
TRI DIAH LUTFIYANI
21080113120034

TRI DIAH LUTFIYANI


21080113120034

Anda mungkin juga menyukai