A
B
I
PENDAHU
LUAN
ilmu
yang
serta
makhluk
mengharuskan
penelitiaan
geologi
dilakukan
dalam cakupan lokal untuk melengkapi data regional yang sudah ada.
Kondisi tatanan geologi suatu daerah selama ini telah dipetakan dalam
skala yang lebih kecil (regional). Sehingga tidak memberikan gambaran
yang cukup detail terhadap aspek-aspek geologi yang
dibutuhkan.
daerah
penelitian.
saja
jenis
batuan
yang
tersebut.
sebagai berikut:
1.
Mengetahui
unsur-unsur
geomorfologi
dan
proses-proses
jenis-jenis
struktur
geologi,
menelusuri
5
1.4 Metode Pemetaan Geologi
Pada sub bab ini akan dipaparkan mengenai objek penelitian, alat-alat yang
digunakan, langkah-langkah penelitian, dan analisis data.
1.4.1 Objek Penelitian
Dalam pemetaan geologi ini objek-objek yang diteliti adalah sebagai berikut :
1. Unsur-unsur geomorfologi yang digunakan untuk menentukan proses
geomorfologi meliputi morfografi, skala erosi, pola pengaliran sungai yang
berkembang serta memperkirakan indikasi adanya struktur geologi yang aktif
dan penyebaran batuan di daerah penelitian.
2. Litologi, objek pengamatannya adalah batuan yang tersingkap di permukaan.
Pengamatan yang dilakukan adalah deskripsi batuan meliputi warna segar,
warna lapuk, tekstur, kemas, kandungan mineral dan karbonatnya,
permeabilitas, porositas, pemilahan, dan lain sebagainya. Kemudian batuan
terdeskripsi itu dikelompokkan menjadi satuan batuan bernama berdasarkan
tatanama tidak resmi.
3. Unsur-unsur struktur sedimen. Struktur sedimen ini digunakan untuk
membantu
mengetahui
mekanisme
pengendapan
dan
lingkungan
5. Lup dengan perbesaran 10x dan 20x, digunakan untuk mengamati tekstur
batuan dan komponen mineral batuan.
6. Komparator besar butir dan mineral batuan sedimen dan beku, sebagai acuan
pembanding ukuran butir, bentuk butir dan diagram perkiraan presentase
volume fragmen dari batuan.
7. HCL (asam klorida) 0,1 N, untuk mengetahui ada tidaknya kandungan
karbonat dalam batuan, dapat terlihat dari reaksi yang terjadi antara HCL dan
kandungan karbonat pada batuan.
8. Pita ukur untuk mengukur jarak lintasan dan ketebalan lapisan, dan sebagai
alat yang membantu untuk metode pemetaan lintasan pita ukur dan kompas.
9. Kamera untuk mengambil data singkapan secara menyeluruh, lithologi, serta
geomorfologi daerah pemetaan.
10. Kantong sampel sebagai alat penyimpanan sampel batuan (handspeciment)
dan sampel lainnya supaya tidak terkontaminasi.
11. Label, untuk memberi nama kantong sampel.
12. Buku catatan lapangan, gunanya untuk menggambar sketsa singkapan,
geomorfologi, dan lain sebagainya.
13. Pulpen, pensil, dan spidol permanen, adalah untuk mencatat hal-hal penting
yang terjadi di lapangan dan untuk sketsa serta mencatat nobmor sampel di
kantong sampel.
5. Setiap singkapan dan titik pengamatan kemudian diplot di peta dasar dan
diberi nomor urut.
6. Pengamatan terhadap indikasi struktur geologi yang ada di lapangan seperti
kekar, sesar, dan lipatan.
1.4.3.3 Tahap Analisis Data
Analisis data lapangan untuk pemetaan geologi, antara lain analisis geomorfologi,
analisis paleontologi, analisis litologi, analisis geologi struktur, analisis stratigrafi,
dan analisis geologi sejarah.
1.4.3.3.a Tahap Analisis Geomorfologi
Analisis geomorfologi dalam penelitian ini mengacu pada pendekatan yang
dikembangkan oleh Van Zuidam (1985), tentang pembuatan atau klasifikasi peta
geomorfologi terapan, yang dalam hal ini bertujuan untuk membantu kegiatan
pemetaan geologi. Analisis Geomorfologi mencakup beberapa analisis yaitu analisis
morfografi, analisis morfometri, dan analisis morfogenetik.
Morfografi
Morfografi merupakan gambaran bentuk permukaan bumi. Secara umum
morfografi dapat dibedakan menjadi bentuk lahan, dan pola pengaliran. Beberapa
pendekatan lain untuk pemetaan geomorfologi selain morfografi adalah pola
punggungan dan bentuk lembah sungai.
Aspek morfografi dilakukan dengan cara menganalisis kondisi topografi di
lapangan berupa pengenalan bentuk lahan dan identifikasi pola yang tampak dari
tampilan kerapatan kontur pada peta, sehingga dapat menentukan bentuk lahan daerah
penelitian. Sedangkan perubahan pola punggungan dan pola pengaliran sungai bisa
mengidentifikasikan kegiatan tektonik yang ada di daerah penelitian. Aspek-aspek
morfografi menurut Van Zuidam (1985), diantaranya :
1. Bentuk lahan
a. Dataran, memiliki kemiringan 0% - 2% ( 0 - 2 ).
b. Perbukitan, memiliki kemiringan 7% - 20% ( 4 - 10 ).
c. Pegunungan, memiliki kemiringan 20% - 55% ( 10 - 25 ).
d. Vulkanik (gunungapi), memiliki kemiringan 56% - 140% ( 25 - 55 ).
2. Bentuk lembah sungai, terdiri atas lembah bentuk U, V dan U-V.
3. Pola punggungan
4. Pola pengaliran
Pola pengaliran di daerah penelitian dibuat berdasarkan analisis peta rupa
bumi, sehingga dapat dilihat pola pengaliran sungai-sungainya. Pola pengaliran dapat
mencerminkan jenis batuan, struktur geologi, dan tingkat erosi. Setelah didapat pola
pengaliran daerah penelitian, kemudian dibandingkan dengan pola pengaliran
menurut Zenith (1932).(Gambar 1.1)
Morfometri
Analisis morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari bentuk lahan
sebagai aspek pendukung dari morfografi dan morfogenetik sehinga klasifikasi
kualitatif akan semakin tegas dengan angka-angka yang jelas. Teknik perhitungan
kemiringan lereng dapat dilakukan dengan menggunakan teknik grid cell berukuran
2x2 cm pada peta topografi skala 1 : 25.000. Kemudian setiap sisi ditarik tegak lurus
kontur dan dihitung kemiringan lerengnya dengan menggunakan persamaan berikut.
Tabel 1.3 Hubungan Kelas Lereng dengan Sifat - sifat Proses dan Kondisi Lahan
Disertai Simbol Warna yang Disarankan (Van Zuidam, 1985).
Kelas Lereng
00 - 20
lahan
Datar atau hampir datar, tidak ada
disarankan.
Hijau tua
(0 - 2 %)
20 - 40
(2 - 7 %)
Hijau Muda
dalam.
Lahan memiliki kemiringan lereng
(7 - 15 %)
Kuning Muda
(15 - 30 %)
Kuning Tua
alur.
Lahan memiliki kemiringan lereng
(30 - 70 %)
Merah Muda
longsor
350 - 550
(70 - 140 %)
Merah Tua
erosi.
Lahan memiliki kemiringan lereng
( > 140% )
Ungu Tua
1. Jika suatu materi isotrofik yang homogen dikenai suatu gaya kompresi yang
2. Orde kedua dalam sistem tegasan ini muncul dari tegasan yang berarah 300450 dari tegasan orde pertama atau tegak lurus terhadap bidang gerus
maksimum orde pertama. Bidang gerus orde kedua ini akan berpola sama
dengan pola bidang gerus yang terbentuk pada orde pertama.
3. Orde ketiga dalam sistem ini arahnya akan mulai menyerupai arah orde
pertama, sehingga tidak mungkin untuk membedakan orde keempat dan
seterusnya dari orde pertama, kedua dan orde ketiga. Akibatnya tidak akan
muncul jumlah tak terhingga dari arah tegasan. Sistem ini dipecahkan
kedalam delapan arah shear utama empat antiklinal utama, dan arah patahan
1.5
Geografi Umum
tanggal