Anda di halaman 1dari 27

B

A
B
I
PENDAHU
LUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Geologi merupakan salah satu cabang dari ilmu kebumian yang
berasal dari bahasa yunani yaitunya geo (bumi) dan logos (ilmu). Jadi
geologi dapat diartikan sebagai
mempelajari tentang

ilmu

yang

bumi, meliputi proses-proses

yang berlangsung di dalamnya dan pengaruhnya terhadap bumi itu


sendiri. Geologi juga dapat diartikan

sebagai ilmu pengetahuan yang

mempelajari tentang material penyusun kerak bumi, proses-proses yang


berlangsung selama ataupun setelah pembentukannya,
hidup

serta

makhluk

yang pernah ada di dalamnya. Untuk mempelajari geologi ini

tidak hanya mempelajari aspek teorinya saja, tetapi juga mempelajari


secara praktek. Dalam prakteknya ini dikenal dengan pemetaan geologi.
Pemetaan geologi ini dilaksanakan di daerah Sukamanah dan
sekitarnya, Kecamatan Jatinunggal, Kabupaten Sumedang. Keunikan kondisi
geologi dari daerah ini

mengharuskan

penelitiaan

geologi

dilakukan

dalam cakupan lokal untuk melengkapi data regional yang sudah ada.
Kondisi tatanan geologi suatu daerah selama ini telah dipetakan dalam
skala yang lebih kecil (regional). Sehingga tidak memberikan gambaran
yang cukup detail terhadap aspek-aspek geologi yang
dibutuhkan.

Kondisi geologi menurut Djuri (1995) dalam peta geologi


regional Arjawinangun, daerah penelitian termasuk ke dalam Formasi
Cinambo bagian atas dan bawah serta Formasi Halang bagian atas dan
bawah. Selain itu, daerah penelitian juga dipengaruhi oleh aktifitas tektonik
periode Miosen Pliosen. Hal inilah yang menjadikan peneliti ingin
melakukan pemetaan yang lebih detail di daerah ini.
Pemetaan geologi dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi
daerah tersebut, yang mencakup aspek litologi dan sebarannya, aspek struktur
geologi, aspek stratigrafi dan sejarah geologi berdasarkan data dan informasi
geologi yang rinci dan lengkap, serta ditunjang dengan teori yang diperoleh
selama perkuliahan.
Hasil akhir dari penelitian ini dituangkan dalam bentuk peta geologi
dengan skala yang lebih besar (1:12.5000) sehingga akan memberikan
gambaran yang detail terhadap daerah yang dipetakan.

1.2 Identifikasi Masalah


Keadaan geologi pada daerah penelitian yang belum dijelaskan
secara rinci merupakan suatu masalah yang harus dikaji, diteliti dan
dijelaskan sehingga memberikan penjelasan yang lebih rinci terhadap

daerah

penelitian.

Identifikasi masalah yang akan dikaji pada pemetaan

geologi kali ini adalah :


1. Morfologi daerah penelitian dan proses-proses yang mempengaruhinya.

2. Jenis-jenis litologi pada daerah penelitian yang meliputi karakter


fisik, lingkungan

pengendapan, umur, dan penyebarannya serta

urutan dan posisi stratigrafi untuk menentukan satuan batuannya.


3. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian.
4. Sejarah geologi daerah penelitian.
5. Keberadaan bahan galian dan kebencanaan geologi pada daerah
penelitian.

Rumusan masalah yang ditemukan dalam penelitian ini


adalah:
1. Bagaimana morfologi daerah penelitian dan apa saja prosesproses yang mempengaruhinya?
2. Apa
dilihat

saja

jenis

batuan

yang

menyusun daerah penelitian

dari karakteristik fisik, lingkungan pengendapan, umur dan

penyebarannya serta posisi stratigrafinya untuk penentuan satuan


batuan di daerah penelitian?
3. Bagaimana struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian?
4. Bagaimana sejarah geologi daerah penelitian?
5. Bagaimana keberadaan bahan galian dan kebencanaan geologi di
daerah penelitian?

1.3 Maksud, Tujuan, dan Manfaat


Pemetaan geologi kali ini dilaksanakan dengan maksud untuk
meningkatkan pemahaman terhadap prinsip-prinsip pemetaan geologi
sehingga bisa mendapatkan

informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi geologi daerah penelitian.


Sehingga bisa menjelaskan dan merekonstruksi hubungan antar batuan baik
itu geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi yang berkembang di
daerah

tersebut.

Tujuan dilaksanakannya pemetaan geologi ini adalah

sebagai berikut:
1.

Mengetahui

unsur-unsur

geomorfologi

dan

proses-proses

geomorfologi yang sedang berlangsung, bentuk-bentuk morfologi,


dan pola pengaliran sungai.
2.

Mengetahui jenis-jenis batuan yang terdapat di daerah penelitian,


lingkungan pengendapannya, umur, dan penyebaran dari batuan
tersebut untuk menyusun stratigrafi satuan satuan batuan.

3. Mengetahui, mengukur, dan menganalisis indikasi struktur geologi,


mencoba menentukan

jenis-jenis

struktur

geologi,

menelusuri

keberadaannya dan menguraikan sejarah tektoniknya.


4. Mencoba mengungkapkan sejarah geologi daerah penelitian.
5. Mengetahui keterdapatan bahan galian dan kebencaan geologi
daerah penelitian.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pemetaan

geologi ini adalah

mahasiswa dapat mengaplikasikan seluruh ilmu dan

pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan. Hasil penelitian ini


diharapkan dapat berguna untuk menentukan potensi dan lokasi sumber
daya geologi maupun kebencanaan. Serta sebagai dasar dalam perencanaan
dan pengembangan wilayah.

5
1.4 Metode Pemetaan Geologi
Pada sub bab ini akan dipaparkan mengenai objek penelitian, alat-alat yang
digunakan, langkah-langkah penelitian, dan analisis data.
1.4.1 Objek Penelitian
Dalam pemetaan geologi ini objek-objek yang diteliti adalah sebagai berikut :
1. Unsur-unsur geomorfologi yang digunakan untuk menentukan proses
geomorfologi meliputi morfografi, skala erosi, pola pengaliran sungai yang
berkembang serta memperkirakan indikasi adanya struktur geologi yang aktif
dan penyebaran batuan di daerah penelitian.
2. Litologi, objek pengamatannya adalah batuan yang tersingkap di permukaan.
Pengamatan yang dilakukan adalah deskripsi batuan meliputi warna segar,
warna lapuk, tekstur, kemas, kandungan mineral dan karbonatnya,
permeabilitas, porositas, pemilahan, dan lain sebagainya. Kemudian batuan
terdeskripsi itu dikelompokkan menjadi satuan batuan bernama berdasarkan
tatanama tidak resmi.
3. Unsur-unsur struktur sedimen. Struktur sedimen ini digunakan untuk
membantu

mengetahui

mekanisme

pengendapan

dan

lingkungan

pengendapan, serta mengetahui top and bottom batuan dalam menentukan


kedudukan batuan. Kemudian mengetahui paleocurrent.
4. Stratigrafi, meliputi pola perlapisan batuan sedimen dari batuan tertua sampai
termuda menggunakan hukum superposisi lalu menyertakan fosil sebagai
salah satu aspek penunjang dalam menentukan umur dan lingkungan
pengendapan satuan batuan sedimen.
5. Struktur geologi dan manifestasinya, yang dapat digunakan untuk menentukan
arah gaya tegasan yang berkembang di wilayah penelitian, tipe struktur
geologi, pola struktur geologi, seperti sesar, kekar, dan perlipatan serta

identifikasi struktur geologi berupa gawir sesar, zona hancuran, pergeseran


lapisan, dan struktur geologi lain yang berkembang pada zona penelitian.
6. Sejarah geologi wilayah penelitian adalah rekonstruksi evolusi tatanan geologi
berdasarkan analisis fosil yang terdapat dalam batuan dan hasil analisis
aktifitas tektonik yang berkembang di wilayah penelitian.
7. Sumber daya geologi yang terdapat di wilayah pemetaan yang bernilai
ekonomis baik yang telah dimanfaatkan maupun yang belum dimanfaatkan
serta potensi kebencanaan geologi yang mungkin akan dan telah timbul di
wilayah pemetaan.
1.4.2 Alat-Alat yang Digunakan
a. Peralatan Lapangan
Peralatan yang digunakan ketika melakukan pemetaan dan penelitian di
lapangan adalah sebagai berikut :
1. Peta topografi dengan skala 1 : 12.500 yang merupakan salinan dan
perbesaran dari Peta Rupabumi Digital dengan skala 1 : 25.000 terbitan
BAKOSURTANAL sebagian Lembar Jampang Tengah No. 1208 443.
2. GPS, digunakan sebagai alat bantu dalam menentukan posisi singkapan dan
daerah penelitian serta sebagai peralatan metode perlintasan GPS.
3. Kompas geologi, digunakan untuk menentukan lokasi singkapan dalam peta,
mengukur arah jurus dan kemiringan perlapisan (strike/dip) batuan, serta
untuk mengukur slope (kemiringan lereng).
4. Palu geologi yaitu palu batuan sedimen dan palu batuan beku, digunakan
untuk mengambil sampel batuan.

5. Lup dengan perbesaran 10x dan 20x, digunakan untuk mengamati tekstur
batuan dan komponen mineral batuan.
6. Komparator besar butir dan mineral batuan sedimen dan beku, sebagai acuan
pembanding ukuran butir, bentuk butir dan diagram perkiraan presentase
volume fragmen dari batuan.
7. HCL (asam klorida) 0,1 N, untuk mengetahui ada tidaknya kandungan
karbonat dalam batuan, dapat terlihat dari reaksi yang terjadi antara HCL dan
kandungan karbonat pada batuan.
8. Pita ukur untuk mengukur jarak lintasan dan ketebalan lapisan, dan sebagai
alat yang membantu untuk metode pemetaan lintasan pita ukur dan kompas.
9. Kamera untuk mengambil data singkapan secara menyeluruh, lithologi, serta
geomorfologi daerah pemetaan.
10. Kantong sampel sebagai alat penyimpanan sampel batuan (handspeciment)
dan sampel lainnya supaya tidak terkontaminasi.
11. Label, untuk memberi nama kantong sampel.
12. Buku catatan lapangan, gunanya untuk menggambar sketsa singkapan,
geomorfologi, dan lain sebagainya.
13. Pulpen, pensil, dan spidol permanen, adalah untuk mencatat hal-hal penting
yang terjadi di lapangan dan untuk sketsa serta mencatat nobmor sampel di
kantong sampel.

14. Pakaian, tas, dan perlengkapan mendukung lainnya

b. Peralatan laboratorium atau studio


Peralatan yang digunakan untuk melakukan penelitian di laboratorium
Paleontologi adalah alat tulis, mikroskop binokuler perbesaran 10x, 20x, dan 40x
lembar deskripsi fosil, ayakan 100 mesh, kuas, H2O2 15 %, oven, lumping besi dan
mortar, tatakan sampel, dan plate fosil.
1.4.3 Langakah-langkah Penelitian
Langkah langkah penelitian meliputi tahap persiapan, tahap kegiatan
lapangan, tahap pekerjaan laboratorium dan analisis data serta tahap pembuatan peta
dan penulisan laporan.
1.4.3.1 Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini dilakukan sebelum berangkat ke lapangan. Tahap
persiapan meliputi :
1. Pembuatan peta dasar skala 1 : 12.500 dengan mendigitasi peta Bakosurtanal
skala 1 : 25.000.
2. Melakukan studi pustaka dengan mempelajari keadaan daerah penelitian dari
penelitian-penelitian yang terdahulu.
3. Tahapan perizinan, mulai dari perizinan dalam kampus sampai pada
pemerintah dan daerah setempat.
4. Inventarisasi data sekunder dan pemilihan metoda yang akan digunakan.
5. Penyediaan alat yang akan digunakan.
6. Penyusunan rencana kerja.
7. Pembekalan oleh dosen dan diskusi internal.

1.4.3.2 Tahap Kegiatan Lapangan


Dalam melaksanakan pemetaan geologi ini digunakan metode lintasan
kompas dan pita ukur serta metoda GPS untuk menghasilkan data yang optimal.
Metode lintasan kompas dan pita ukur merupakan metode yang melakukan ploting
atau penentuan lokasi stasiun pengamatan sesuai dengan lintasan yang diinginkan.
Arah lintasan dapat direncanakan. Lintasan terbaik adalah yang tegak lurus terhadap
arah strike. Metode ini merupakan metode pemetaan yang paling teliti, efektif dan
efisien karena memiliki keuntungan, seperti arah lintasan yang bebas, data yang
didapat terpercaya, mudah dicek, dan tidak tergantung kepada peta dasar atau
topografi.
Metode GPS dilakukan dengan cara ploting melalui alat bantu berupa GPS,
koordinat yang didapat dari GPS ini dapat diplot langsung pada peta saat kita masih
berada di lapangan. Hasil ploting pada GPS dapat dipindahkan ke dalam komputer,
sehingga mempermudah kita dalam pengolahan peta secara digital.
Pengamatan yang dilakukan di lapangan antara lain:
1. Pengamatan terhadap singkapan batuan dengan melakukan pengukuran arah
jurus dan kemiringan perlapisan batuan, ketebalan dan struktur yang ada.
2. Pengamatan dan pencatatan terhadap indikasi yang dapat menunjukan adanya
perubahan litologi, misalnya perselingan batuan, sifat fisik batuan, batas antar
satuan batuan, dan lain-lain.
3. Pengambilan sampel contoh batuan yang dianggap dapat mewakili satuansatuan batuan dan sampel batuan untuk analisis fosil.
4. Pemotretan atau pembuatan sketsa pada objek-objek batuan dan bentang alam
yang dianggap penting.

5. Setiap singkapan dan titik pengamatan kemudian diplot di peta dasar dan
diberi nomor urut.
6. Pengamatan terhadap indikasi struktur geologi yang ada di lapangan seperti
kekar, sesar, dan lipatan.
1.4.3.3 Tahap Analisis Data
Analisis data lapangan untuk pemetaan geologi, antara lain analisis geomorfologi,
analisis paleontologi, analisis litologi, analisis geologi struktur, analisis stratigrafi,
dan analisis geologi sejarah.
1.4.3.3.a Tahap Analisis Geomorfologi
Analisis geomorfologi dalam penelitian ini mengacu pada pendekatan yang
dikembangkan oleh Van Zuidam (1985), tentang pembuatan atau klasifikasi peta
geomorfologi terapan, yang dalam hal ini bertujuan untuk membantu kegiatan
pemetaan geologi. Analisis Geomorfologi mencakup beberapa analisis yaitu analisis
morfografi, analisis morfometri, dan analisis morfogenetik.
Morfografi
Morfografi merupakan gambaran bentuk permukaan bumi. Secara umum
morfografi dapat dibedakan menjadi bentuk lahan, dan pola pengaliran. Beberapa
pendekatan lain untuk pemetaan geomorfologi selain morfografi adalah pola
punggungan dan bentuk lembah sungai.
Aspek morfografi dilakukan dengan cara menganalisis kondisi topografi di
lapangan berupa pengenalan bentuk lahan dan identifikasi pola yang tampak dari
tampilan kerapatan kontur pada peta, sehingga dapat menentukan bentuk lahan daerah

penelitian. Sedangkan perubahan pola punggungan dan pola pengaliran sungai bisa
mengidentifikasikan kegiatan tektonik yang ada di daerah penelitian. Aspek-aspek
morfografi menurut Van Zuidam (1985), diantaranya :
1. Bentuk lahan
a. Dataran, memiliki kemiringan 0% - 2% ( 0 - 2 ).
b. Perbukitan, memiliki kemiringan 7% - 20% ( 4 - 10 ).
c. Pegunungan, memiliki kemiringan 20% - 55% ( 10 - 25 ).
d. Vulkanik (gunungapi), memiliki kemiringan 56% - 140% ( 25 - 55 ).
2. Bentuk lembah sungai, terdiri atas lembah bentuk U, V dan U-V.
3. Pola punggungan
4. Pola pengaliran
Pola pengaliran di daerah penelitian dibuat berdasarkan analisis peta rupa
bumi, sehingga dapat dilihat pola pengaliran sungai-sungainya. Pola pengaliran dapat
mencerminkan jenis batuan, struktur geologi, dan tingkat erosi. Setelah didapat pola
pengaliran daerah penelitian, kemudian dibandingkan dengan pola pengaliran
menurut Zenith (1932).(Gambar 1.1)

Gambar 1.1 Pola Pengaliran Menurut Zenith (1932)

Tabel 1.1 Kontrol Struktur Terhadap Bentuk Sungai (Morisawa, 1985)

Morfometri
Analisis morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari bentuk lahan
sebagai aspek pendukung dari morfografi dan morfogenetik sehinga klasifikasi
kualitatif akan semakin tegas dengan angka-angka yang jelas. Teknik perhitungan
kemiringan lereng dapat dilakukan dengan menggunakan teknik grid cell berukuran

2x2 cm pada peta topografi skala 1 : 25.000. Kemudian setiap sisi ditarik tegak lurus
kontur dan dihitung kemiringan lerengnya dengan menggunakan persamaan berikut.

Tabel 1.3 Hubungan Kelas Lereng dengan Sifat - sifat Proses dan Kondisi Lahan
Disertai Simbol Warna yang Disarankan (Van Zuidam, 1985).
Kelas Lereng

Proses, Karakteristik dan Kondisi

Simbol warna yang

00 - 20

lahan
Datar atau hampir datar, tidak ada

disarankan.
Hijau tua

(0 - 2 %)

erosi yang besar, dapat diolah

20 - 40

dengan mudah dalam kondisi kering.


Lahan memiliki kemiringan lereng

(2 - 7 %)

landai, bila terjadi longsor bergerak

Hijau Muda

dengan kecepatan rendah,


pengikisan dan erosi akan
meninggalkan bekas yang sangat
40 - 80

dalam.
Lahan memiliki kemiringan lereng

(7 - 15 %)

landai sampai curam, bila terjadi

Kuning Muda

longsor bergerak dengan kecepatan


80 - 160

rendah, sangat rawan terhadap erosi.


Lahan memiliki kemiringan lereng

(15 - 30 %)

yang curam, rawan terhadap bahaya

Kuning Tua

longsor, erosi permukaan dan erosi


160 - 350

alur.
Lahan memiliki kemiringan lereng

(30 - 70 %)

yang curam sampai terjal, sering


terjadi erosi dan gerakan tanah
dengan kecepatan yang perlahan lahan. Daerah rawan erosi dan

Merah Muda

longsor

350 - 550

Lahan memiliki kemiringan lereng

(70 - 140 %)

yang terjal, sering ditemukan

Merah Tua

singkapan batuan, rawan terhadap


> 550

erosi.
Lahan memiliki kemiringan lereng

( > 140% )

yang terjal, singkapan batuan

Ungu Tua

muncul di permukaan, rawan


terhadap longsor batuan.
Morfogenetik
Morfogenetik adalah suatu proses terbentuknya permukaan bumi sehingga
membentuk dataran, perbukitan, pegunungan, gunungapi, plato, lembah, lereng dan
pola pengaliran. Kenampakan bentuk lahan pada muka bumi disebabkan dua proses
yakni proses endogenik merupakan proses yang dipengaruhi oleh kekuatan dari
dalam kerak bumi, dan proses eksogenik yang merupakan proses yang dipengaruhi
dari luar seperti iklim, vegetasi, erosi, buatan manusia. Dilihat dari genesis kontrol
utama pembentukannya, bentuk lahan dapat dibedakan menjadi bentuk asal
struktural, vulkanik, fluvial, marine, karst, dan denudasi.
1.4.3.3.b Analisis Paleontologi
Penelitian di laboratorium paleontologi berupa analisis kandungan fosil yang
dilakukan pada beberapa sampel batuan untuk mengetahui kisaran umur relatif dan
lingkungan pengendapan batuan. Prosedur standar dalam analisis fosil adalah sebagai
berikut :

1. Ambil sekitar 100 - 300 gram sampel batuan.


2. Sampel batuan ditumbuk secara perlahan-lahan hingga menjadi halus.
3. Sampel batuan tersebut dimasukkan ke dalam mangkuk dan dicampur dengan
larutan H2O2 30 % secukupnya untuk memisahkan mikrofosil dalam sampel
batuan tersebut dari matriks yang melingkupinya.
4. Biarkan sampai tidak ada lagi reaksi yang terjadi.
5. Setelah tidak terjadi reaksi, seluruh sampel batuan dicuci dengan air dalam
saringan yang berukuran 60 mesh dan 120 mesh.
6. Masukkan sampel batuan yang telah disaring kedalam oven untuk
dikeringkan.
7. Setelah kering, sampel batuan siap untuk dianalisis di bawah mikroskop.
8. Analisis dilakukan dengan memisahkan fosil dari sampel batuan dan
menaruhnya pada plate.
9. Fosil pada plate dideskripsi untuk kemudian dicocokkan dengan literatur.
1.4.3.3.c Analisis Litologi
Dalam menganalisis karakteristik litologi, peneliti menggunakan skala ukuran
butir menurut Wentworth (1968) untuk menentukan ukuran butir batuan, sehingga
dapat ditentukan jenis litologinya. Kemudian untuk menentukan nama satuan batuan
yang dibentuk oleh litologi tersebut dihubungkan konsep litostratigrafi pada Sandi
Stratigrafi Indonesia.

1.4.3.3.d Analisis Struktur Geologi


Interpretasi topografi perlu dilakukan untuk melihat indikasi struktur geologi
yang meliputi interpretasi kerapatan garis kontur, kelurusan sungai, kelurusan
punggungan, pola pengaliran sungai dan sebagainya.
Semua indikasi yang telah ditemukan direkonstruksikan bersamaan dengan
rekonstruksi pola jurus batuan yang akan menghasilkan jenis, arah dan pola struktur
geologi yang berkembang di daerah tersebut yang kemudian dituangkan dalam Peta
Pola Jurus.
Lipatan
Perlipatan merupakan hasil dari deformasi atau perubahan bentuk dan atau
volume dari suatu batuan yang ditunjukan sebagai suatu lengkungan atau himpunan
lengkungan pada unsur garis atau bidang-bidang dalam batuan. Unsur garis atau
bidang yang dimaksud adalah bidang perlapisan.
Berdasarkan bentuknya, maka lipatan dibagi atas 2 yaitu :
1. Antiklin adalah lipatan dimana bagian cembungnya mengarah ke atas.
2. Sinklin adalah lipatan dimana bagian cekungannya mengarah keatas.
Kekar
Kekar didefinisikan sebagai suatu rekahan pada kerak bumi yang belum atau
sedikit sekali mengalami pergeseran sepanjang bidangnya, akibat tekanan yang lebih
lanjut. Kekar memecahkan batuan dengan rekahan yang relatif halus dengan panjang
yang bervariasi mulai dari beberapa sentimeter sampai ratusan meter.
Kekar merupakan salah satu struktur yang sulit untuk diamati, sebab kekar
dapat terbentuk pada setiap waktu kejadian geologi, misalnya sebelum terjadinya
suatu lipatan. Kesulitan lainnya adalah tidak adanya atau relatif kecil pergeseran dari
kekar, sehingga tidak dapat ditentukan kelompok mana yang terbentuk sebelum atau

sesudahnya. Walaupun demikian, di dalam analisis, kekar dapat dipakai untuk


membantu menentukan pola tegasan.
Patahan
Untuk mengamati keberadaan arah dan jenis patahan di lapangan dapat dilihat
dari indikasi yang ada seperti dragfold (lipatan seret), offset litologi, kekar-kekar,
cermin patahan, slicken side, breksiasi, zona-zona hancuran, dan air terjun.
Klasifikasi patahan telah banyak dikemukakan oleh para ahli terdahulu.
Mengingat struktur patahan adalah rekahan kekar di dalam bumi yang ditimbulkan
karena pergeseran sehingga untuk membuat analisis strukturnya diusahakan untuk
dapat mengetahui arah dan besarnya pergeseran tersebut.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Moody dan Hill (1959) yang
meneliti hubungan tegasan utama terhadap unsur-unsur struktur yang terbentuk, maka
muncul teori pemodelan sistem patahan mendatar Moody dan Hill sebagai berikut:
(Gambar 1.2)

Gambar 1.2 Pemodelan Patahan berdasarkan Moody & Hill (1959)

1. Jika suatu materi isotrofik yang homogen dikenai suatu gaya kompresi yang

menggerus akan membentuk lipatan, kemudian seiring bertambahnya


kompresi akan membentuk patahan naik. Selanjutnya pada sudut 30 terhadap
arah tegasan maksimum yang mengenainya, bidang shear maksimum sejajar
terhadap sumbu tegasan menengah dan berada 45 terhadap tegasan kompresi
maksimum. Rentang sudut 15 antara 45 bidang shear maksimum dan 30
bidang shear yang terbentuk dipercaya akibat adanya sudut geser dalam
(internal friction). Suatu kompresi stress yang mengenai materi isotrofik yang
seragam, pada umumnya dapat dipecahkan kedalam tiga arah tegasan
(maksimum, menengah, dan minimum). Kenampakan bumi dari udara adalah
suatu permukaan yang tegasan gerusnya nol, dan sering kali berada tegak
lurus atau normal terhadap salah satu arah tegasan. Akibatnya salah satu dari
arah tegasan akan berarah vertikal.

2. Orde kedua dalam sistem tegasan ini muncul dari tegasan yang berarah 300450 dari tegasan orde pertama atau tegak lurus terhadap bidang gerus
maksimum orde pertama. Bidang gerus orde kedua ini akan berpola sama
dengan pola bidang gerus yang terbentuk pada orde pertama.
3. Orde ketiga dalam sistem ini arahnya akan mulai menyerupai arah orde
pertama, sehingga tidak mungkin untuk membedakan orde keempat dan
seterusnya dari orde pertama, kedua dan orde ketiga. Akibatnya tidak akan
muncul jumlah tak terhingga dari arah tegasan. Sistem ini dipecahkan
kedalam delapan arah shear utama empat antiklinal utama, dan arah patahan

naik untuk segala province tektonik. Dalam kenyataan di lapangan


kenampakan orde pertama dan orde kedua dapat kita bedakan dengan mudah,
namun kenampakan orde ketiga dan orde-orde selanjutnya pada umumnya
sulit sekali untuk ditemukan.

1.4.3.3.e Analisis Stratigrafi


Analisis stratigrafi dilakukan secara megaskopis. Pembagian satuan batuan
didasarkan pada satuan litostratigrafi tidak resmi, yaitu penamaan satuan batuan
didasarkan pada ciri fisik batuan yang dapat diamati di lapangan, meliputi jenis
batuan, keseragaman gejala litologi dan posisi stratigrafinya Penentuan batas
penyebaran satuannya harus memenuhi persyaratan Sandi Stratigrafi Indonesia 1996,
pasal 15, yaitu :
1. Batas satuan litostratigrafi adalah sentuhan antara dua satuan yang berlainan
ciri litologinya yang dijadikan dasar pembeda kedua satuan tersebut.
2. Batas satuan ditempatkan pada bidang yang nyata perubahan litologinya atau
dalam hal perubahan tersebut tidak nyata, batasnya merupakan bidang yang
diperkirakan kedudukannya.
3. Satuan-satuan yang berangsur berubah atau menjemari peralihannya dapat
dipisahkan sebagai satuan tersendiri apabila memenuhi persyaratan sandi.
4. Penyebaran suatu satuan litostratigrafi semata-mata ditentukan oleh kelanjutan
ciri-ciri litologi yang menjadi ciri penentunya.
5. Dari segi praktis, penyebaran suatu satuan litostratigrafi dibatasi oleh batasan
cekungan pengendapan atau aspek geologi lain.

6. Batas-batas daerah hukum (geografi) tidak boleh dipergunakan sebagai alasan


berakhirnya penyebaran lateral suatu satuan.
Penamaan satuan litostratigrafi didasarkan atas jenis litologi yang paling
dominan dalam satuan tersebut. Pengamatan terhadap litologi di lapangan dilakukan
secara megaskopis meliputi warna batuan baik warna segar maupun warna lapuknya,
ukuran butir, bentuk butir, kemas, pemilahan, kekerasan, mineral tambahan, struktur
sedimen, kandungan fosil dan lain-lain.

1.4.3.3.f Analisis Sejarah Geologi


Analisis geologi sejarah merupakan penerapan dan penafsiran dari aspekaspek geologi berupa geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi. Hasil dari
pembahasan aspek tersebut disusun berdasarkan urutan kejadian ruang dan waktu,
sehingga dapat diperkirakan proses sedimentasi, tektonik, dan erosi dalam kurun
waktu tersebut.
1.4.3.4 Tahap Penyusunan Laporan
Tahap akhir dari penelitian adalah penyusunan laporan yang meliputi
penafsiran dan rekontruksi data lapangan, dan hasil analisis laboratorium yang
hasilnya disajikan dalam bentuk laporan pemetaan geologi yang menerangkan
keadaan geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi, dan potensi
bahan galian dan kebencanaan daerah penelitian. Laporan ini dilengkapi dengan
lampiran berupa jurnal harian, lampiran analisis fosil foraminifera planktonik kecil
dan foraminifera bentonik kecil, kolom stratigrafi, peta kerangka geologi, peta pola
jurus perlapisan batuan, peta geomorfologi, dan peta geologi yang kemudian
dipresentasikan pada saat kolokium.

1.5

Geografi Umum

Secara geografis, daerah pemetaan geologi pendahuluan ini terletak pada


koordinat.........................., dan..................................... secara administratif terletak
pada Kecamatan Jampang Tengah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Daerah
pemetaan geologi pendahuluan ini termasuk ke dalam sebagian lembar peta topografi
Bakosurtanal Lembar Jampang Tengah No. 1208 443 dengan skala peta 1 : 25.000
dan luas daerah penelitian kurang lebih 25 km2.
Budaya yang berkembang di daerah tersebut adalah Budaya Sunda, hal ini
dapat dengan mudah diketahui dari bahasa yang digunakan penduduk setempat.
Agama yang dianut oleh penduduk adalah agama Islam yang diketahui dari adanya
bangunan masjid dan mushola di setiap dusun dan desa. Sarana pendidikan yang
ditemukan berupa bangunan Sekolah Dasar. Mata pencaharian penduduk umumnya
adalah bertani, dan berternak. Walaupun demikian ada juga yang bermata pencaharian
sebagai pegawai negeri dan pedagang.
Vegetasi penutup di daerah penelitian umumnya adalah tanaman pertanian
yang berumur pendek, seperti sayuran, palawija dan tembakau. Selain itu terdapat
pula tanaman perkebunan seperti pinus. Untuk konsumsi rumah tangga masyarakat
menggunakan air dari sumur, sungai maupun mata air. Sedangkan untuk konsumsi
pertanian, masyarakat menggunakan air dari sungai.
1.6 Waktu Pengerjaan dan Kelancaran Kerja

Waktu pengerjaan dimulai dengan mengurus perizinan dan tahapan


persiapan awal. Penelitian mencakup dua tahap, yaitu penelitian di lapangan dan
analisis studio dan laboratorium. Penelitian di lapangan dilaksanakan antara

tanggal

1723 September 2012, tanggal 1214 Oktober 2012 dan 14-16

Desember 2012. Analisis studio dan laboratorium dilaksanakan antara tanggal 5


Oktober 2012 hingga 4 Januari2013. Kegiatan tidak mengalami banyak hambatan,
kecuali minimnya transportasi di lapangan, dan cuaca yang tidak mendukung ketika
di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai