tahapan
muda
umumnya
belum
terganggu
oleh
gaya-gaya
tumbuhnya
sistem
drainase
dengan
jumlah
panjang
dan
dasar-dasar geomorfologi - 1
Gambar 1.
Gambar 2.
Uniformitarianisme
sebaliknya
berpendapat
bahwa
proses
1.
Proses-Proses Geomorfik
dasar-dasar geomorfologi - 3
level yang baru. Kemudian gradasi tersebut dibagi menjadi dua proses yaitu
degradasi
(menghasilkan
level
yang
lebih
rendah)
dan
agradasi
fisik
dan
mekanik
(desintegrasi)
seperti
pemanasan,
dasar-dasar geomorfologi - 4
dengan
perbedaan
perbedaan
kekerasan,
jenis,
intensitas
dan
yang
struktur
disebabkan
batuan).
Hal
oleh
tersebut
mengelupas
dalam
lapisan-lapisan
atau
serpihan-serpihan
melengkung).
Pada Gambar 3 dapat dilihat kenampakan talus dan exfoliation domes.
(a)
(b)
oleh
Sharpe
(1938)
kondisi-kondisi
yang
menyebabkan
Faktor-faktor aktif
proses perombakan
2. Satuan Morfologi
Bentuk-bentuk pada permukaan yang dihasilkan oleh peristiwa-peristiwa
geomorfik berdasarkan kesamaan dalam bentuk dan pola aliran sungai
dapat
dikelompokkan
ke
dalam
satuan
yang
sama.
Tujuan
dari
menjadi
subsatuan
berdasarkan
struktur
dan
tahapan
(untuk
2.1 Sungai
Pada hakekatnya aliran sungai terbentuk oleh adanya sumber air (hujan,
mencairnya es, dan mata air) dan adanya relief dari permukaan bumi.
Sungai-sungai juga mengalami tahapan geomorfik yaitu perioda muda,
dewasa, dan tua.
Sungai muda dicirikan dengan kemampuan untuk mengikis alurnya, dimana
hal ini dapat terjadi jika gradien sungai cukup terjal. Sungai muda biasanya
sempit, dengan tebing terjal yang terdiri dari batuan dasar. Gradien sungai
yang tidak teratur (seragam) disebabkan oleh variasi struktur batuan (keraslunak). Sungai pada stadium dewasa akan mengalami pengurangan gradien
sungai sehingga kecepatan aliran dan daya erosi (pengikisan) berkurang,
sehingga mulai terjadi pengendapan. Sungai demikian disebut dengan
graded. Jika sungai utama mengalami graded berarti telah tercapai
kedewasaan awal, dan jika cabang-cabang sungai tersebut juga telah
mengalami graded maka telah mencapai kedewasaan lanjut, dan jika alur-
dasar-dasar geomorfologi - 7
alur sungai juga telah mengalami graded, maka sungai tersebut telah
mencapai perioda tua.
Pada umumnya aliran sungai dikendalikan oleh struktur batuan dasar,
kekerasan batuan, dan struktur geologi, serta beberapa hal lainnya
membentuk pola-pola aliran sungai (Gambar 4), antara lain :
Pola dendritik, dengan pola aliran menjari dan menyebar seperti dahandahan pohon, mengalir ke semua arah, dan menyatu di induk sungai.
Umum terdapat pada daerah dengan struktur batuan yang homogen atau
pada lapisan endapan sedimen yang horizontal.
Pola aliran rektangular, dibentuk oleh cabang-cabang sungai yang
berbelok, berliku-liku, dan menyambung dengan membentuk sudut-sudut
tegak lurus, yang umumnya dikendalikan oleh pola kekar dan sesar yang
berpola berpotongan secara tegak lurus. Umum terdapat pada daerah
batuan kristalin, serta perlapisan batuan keras yang horizontal.
Pola aliran trelis, berbentuk pola trali pagar. Sungai-sungai yang lebih
besar cenderung mengikuti singkapan dari batuan lunak. Pola ini umum
pada daerah yang terlipat dan miring kuat.
Pola aliran radial, dengan pola sentrifugal dari suatu puncak, misalnya
aliran sungai pada pegunungan kubah atau gunung api muda.
Pola aliran anular, merupakan aliran dimana sungai-sungai besarnya
mengalir melingkar mengikuti struktur dan batuan yang lunak, dan umum
terbentuk pada daerah kubah struktural yang telah terkikis dewasa. Pola
aliran anular dengan demikian merupakan variasi dari pola aliran trelis.
dasar-dasar geomorfologi - 8
(a)
dasar-dasar geomorfologi - 10
(b)
Gambar 5.(a) Sketsa bentuk tanggul alam (natural levees) dan point bar.
(b) Kenampakan foto udara undak-undak sungai dan mender
sungai yang terbentuk.
dasar-dasar geomorfologi - 11
Dataran lava (lava plains) dan plateau lava (lava plateau), terbentuk oleh
aliran lava encer
Dataran endapan glasial (till plains), terdiri dari endapan glacial yang
menutupi topografi tidak rata
Dataran aluvial (alluvial plains), yang terbentuk dari endapan aluvial dari
kipas aluvial di kaki pegunungan hingga jauh ke dataran banjir dan
dataran pantai.
Plateau pada stadium muda merupakan daerah dengan lapisan horizontal
dan kebanyakan telah terkikis dalam oleh aliran sungai. Daerah plateau
dapat lebih tinggi terhadap sekitarnya dan dibatasi oleh gawir atau dapat
pula
lebih
rendah
dari
pegunungan
disekitarnya.
Plateau
dewasa
dasar-dasar geomorfologi - 13
dasar-dasar geomorfologi - 14
melanjut maka pengikisan sungai lateral dapat menajam ke hulu dan juga
sepanjang puncak antiklin. Pada tahapan dewasa pengikisan di puncak
antiklin dapat melanjut, melebar ke arah dalam sepanjang puncak antiklin
dan akhirnya terbentuk lembah antiklin dengan kenampakan morfologi
terhadap struktur geologi menjadi terbalik (interved relief), bukit-bukit antiklin
(anticlinal ridges), dan lembah-lembah sinklin (sinclinal ridges), serta bukitbukit yang terbentuk oleh lapisan-lapisan yang miring searah disebut bukitbukit homoklin (homoclinal ridges). Pada tahapan tua, daerah pegunungan
lipatan oleh pengikisan menjadi peneplane dan sungai mengalir di dataran
tersebut seolah tanda mengindahkan adanya lapisan lunak ataupun keras
(Gambar 8).
Daerah pegunungan lipatan umumnya berbukit-bukit terjal, dengan lembahlembah yang panjang, adanya perulangan antara lembah lebar dan lembah
sempit akibat perbedaan kekerasan batuan, adanya gawir terjal dan
pegunungan landai pada hogbacks atau homoclinal ridges.
Daerah pegunungan lipatan yang terdiri dari batuan-batuan sedimen sering
pula mengandung nilai-nilai ekonomis seperti batugamping, batulempung,
batupasir kuarsa, gipsum, dan sebagainya.
dasar-dasar geomorfologi - 15
dasar-dasar geomorfologi - 16
erosi berjalan lebih lambat dari proses pembentukan gunung api (Gambar
10). Disamping itu gunung api dapat pula mengalami proses konstruksi lain
seperti sesar dan lipatan.
menjadi
muda
kembali.
Perubahan-perubahan
bentuk
oleh
Gambar 11. Gambar suatu bentuk sisa gunung api (volcanic neck)
3.
Analisis Morfologi
Analisis pada suatu daerah (secara regional) dapat dilakukan pada foto
udara atau pada peta topografi. Analisis morfologi dapat dilakukan dengan
pemisahan-pemisahan unsur-unsur morfologi menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil. Analisis dilakukan dengan memperhatikan tujuan semula,
mungkin berupa tujuan-tujuan ilmiah atau tujuan-tujuan aplikasi. Analisis
morfologi yang lazim diadakan adalah: elevasi, sudut lereng, pola kontur,
bentuk bukit, pola bukit, bentuk aliran, pola aliran, kerapatan sungai, luas
DAS, tekuk lereng/gradien, dan lain-lain.
Dalam melakuan pemerian geomorfologi pada suatu daerah (wilayah) dapat
dilakukan secara empiris atau deskriptif. Pemerian empiris dilakukan dengan
dasar-dasar geomorfologi - 19
4.
udara atau analisis peta topografi (berdasarkan pola kontur). Kegiatan ini
akan sangat membantu untuk memberikan gambaran (interpretasi awal)
tentang sejarah geologi, struktur, dan litologi regional daerah yang akan
diobservasi.
McKinstry (1948) dalam tulisannya membahas tentang penggunaan petunjuk
geomorfik dalam pekerjaan eksplorasi, dan mengelompokkan tiga petunjuk
dalam pencarian endapan mineral, yaitu :
Beberapa endapan mineral akan memperlihatkan suatu bentuk topografi
yang khas.
Topografi suatu daerah dapat memberikan suatu struktur geologi dimana
suatu endapan mineral dapat terakumulasi.
Dengan mempelajari sejarah geomorfik suatu daerah memungkinkan
untuk dapat memperkirakan kondisi-kondisi fisik dimana mineral-mineral
terakumulasi atau terkayakan.
Tidak semua tubuh bijih mempunyai ekspresi permukaan (topografi) yang
khas,
namun
ada
beberapa
diantaranya
dapat
diprediksikan
dari
DAFTAR PUSTAKA
1. Lapedes, D.N., Encyclopedia of The Geological Sciences., McGraw and
Hill, 1978.
2. Thornbury., W.D., Principles of Geomorphology., Second Edition., Willey
and Sons., 1969.
dasar-dasar geomorfologi - 22