Anda di halaman 1dari 28

TUGAS PRANCANGAN ALAT PABRIK

KELOMPOK :
1. HERNY KURNIAWATI
2014437041
2.
3.

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014

HEAT EXCHANGER (HE)


1.1 Alat Penukar Kalor
Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke
tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu
proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat dan atau perubahan
tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida
yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah
dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak
berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
Stabilitas fasa fluida pada HE suhu rendah sangat penting mengingat aliran
panas/dingin harus dapat mengalir dengan baik (viscositas optimal). Pengaruh suhu,
tekanan, dan jenis kriogenik akan sangat menentukan efektivitas pertukaran panas yang
terjadi. Beberapa kriteria utama HE yang dibutuhkan untuk penggunaan pada suhu rendah:
1. Perbedaan suhu aliran panas dan dingin yg kecil guna meningkatkan efisiensi
2. Rasio luas permukaan terhadap volume yg besar untuk meminimalkan
kebocoran
3. Perpindahan panas yang tinggi untuk mengurangi luas permukaan
4. Massa yg rendah untuk meminimalkan waktu start up
5. Kemampuan multi channel untuk mengurangi jumlah HE
6. Kemampuan menerima tekanan yg tinggi
7. Pressure Drop yg rendah
Minimalisasi beda suhu aliran panas & dingin harus juga memperhatikan pengaruh
suhu terhadap panas spesifik (Cp) fluida. Jika Cp menurun dengan menurunnya suhu
fluida (contoh Hidrogen), maka perbedaan suhu inlet & outlet harus ditambah dari harga
minimal beda suhu aliran.
Perpindahan Panas Secara Konduksi
Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan
antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul
tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang panas bergetar lebih cepat
dibandingkan molekul-molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran

yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga


menyebabkan getaran yang lebih cepat maka akan memberikan panas.
Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel
atau zat tersebut secara fisik.
Perpindahan Panas Secara Radiasi
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi
dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang
dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini
akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.

Gambar 2.1 Perpindahan Kalor pada Heat Exchanger (Djunaidi, 2009)

Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari
dua fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung
ataupun tidak langsung.
a. Secaara kontak langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dinginmelalui permukaan kontak
langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.Transfer panas yang terjadi yaitu
melalui interfase / penghubung antara kedua fluida.Contoh : aliran steam pada kontak
langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan partikel
padat-kombinasi fluida.
b. Secara kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui dinding pemisah.
Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.

Seperti yang telah dikemukakan dalam pendahuluan terdapat banyak sekali


jenis-jenis alat penukar kalor. Maka untuk mencegah timbulnya kesalah pahaman maka
alat penukar kalor dikelompokan berdasarkan fungsinya :
a. Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida
sampai pada temperature yang rendah. Temperature fluida hasil pendinginan
didalam chiller yang lebih rendah bila dibandingkan dengan fluida pendinginan
yang dilakukan dengan pendingin air. Untuk chiller ini media pendingin
biasanya digunakan amoniak atau Freon.
b. Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap atau
campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin yang
dipakai biasanya air atau udara. Uap atau campuran uap akan melepaskan panas
atent kepada pendingin, misalnya pada pembangkit listrik tenaga uap yang
mempergunakan

condensing

turbin,

maka

uap bekas dari turbin akan

dimasukkan kedalam kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.


c. Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan atau gas
dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak terjadi
perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka pendingin
coler mempergunakan media pendingin berupa udara dengan bantuan fan
(kipas).
d. Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan menjadi
uap. Dimana pada alat ini menjadi proses evaporasi (penguapan) suatu zat dari
fasa cair menjadi uap. Yang dimanfaatkan alat ini adalah panas latent dan zat
yang digunakan adalah air atau refrigerant cair.
e. Reboiler, alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali (reboil) serta
menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun media pemanas yang sering
digunakan adalah uap atau zat panas yang sedang diproses itu sendiri. Hal ini
dapat dilihat pada penyulingan minyak pada gambar 2.2, diperlihatkan sebuah
reboiler dengan mempergunakan minyak (665

F) sebagai media penguap,

minyak tersebut akan keluar dari boiler dan mengalir didalam tube.

Gambar. 2.2. Thermosiphon Reboiler (Anonim, 2011)

f. Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan panas
suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu:

Memanaskan fluida

Mendinginkan fluida yang panas

Suhu yang masuk dan keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan
kebutuhannya. Pada gambar diperlihatkan sebuah heat exchanger, dimana fluida
yang berada didalam tube adalah air, disebelah luar dari tube fluida yang
mengalir adalah kerosene yang semuanya berada didalam shell.

Gbr. 2.3. Konstruksi Heat Exchanger (Anonim, 2011)

1.2 Klasifikasi Alat Penukar Kalor


Melihat begitu banyaknya jenis alat penukar kalor (heat exchanger), maka dapat
diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam pertimbangan yaitu :
1.

Klasifikasi berdasarkan proses perpindahan panas


a.

Tipe kontak tidak langsung


Tipe dari satu fase
Tipe dari banyak fase
Tipe yang ditimbun (storage type)
Tipe fluidized bed

b.

Tipe kontak langsung


1) Immiscible fluids
2) Gas liquid
3) Liquid vapor

2.

Klasifikasi berdasarkan jumlah fluida yang mengalir


a.

Dua jenis fluida

b.

Tiga jenis fluida

c.

N Jenis fluida (N lebih dari tiga)

3.

Klasifikasi berdasarkan kompaknya permukaan


a.

Tipe penukar kalor yang kompak, Density luas permukaan > 700 m

b.

Tipe penukar kalor yang tidak kompak, Density luas permukaan < 700 m

4.

Klasifikasi berdasarkan mekanisme perpindahan panas


a.

Dengan cara konveksi, satu fase pada kedua sisi alirannya

b.

Dengan cara konveksi pada satu sisi aliran dan pada sisi yang lainnya terdapat cara
konveksi 2 aliran

c.

Dengan cara konveksi pada kedua sisi alirannya serta terdapat 2 pass aliran
masingmasing

d.
5.

Kombinasi cara konveksi dan radiasi


Klasifikasi berdasarkan konstruksi

a.

Konstruksi tubular (shell and tube)


1) Tube ganda (double tube)
2) Konstruksi shell and tube o Sekat plat (plate baffle) o Sekat batang (rod baffle)
o Konstruksi tube spiral

b.

Konstruksi tipe pelat


1) Tipe pelat 3) Tipe lamella

2) Tipe spiral 4) Tipe pelat koil


c.

Konstruksi dengan luas permukaan diperluas (extended surface)


1) Sirip pelat (plate fin)
2) Sirip tube (tube fin)

d.

Heat pipe wall

Ordinary separating wall

Regenerative
1) Tipe rotary 3) Tipe disk (piringan)
2) Tipe drum 4) Tipe matrik tetap

6.

Klasifikasi berdasarkan pengaturan aliran


a.

Aliran dengan satu pass


1) Aliran berlawanan

4) Aliran parallel

2) Aliran melintang

5) Aliran split

3) Aliran yang dibagi (divided)


b.

Aliran multipass
1) Permukaan yang diperbesar (extended surface)

Aliran counter menyilang

Aliran paralel menyilang

Aliran compound

Shell and tube

Aliran paralel yang berlawanan (M pass pada shell dan N pass pada tube)

Aliran split

Aliran dibagi (devided)

2) Multipass plat

N paralel plat multipass

1.3 Jenis-jenis Heat Exchanger


Dikarenakan banyaknya jenis dari alat penukar kalor, maka dalam pembahasan
akan dibatasi pada alat penukar kalor jenis heat exchanger yang banyak dijumpai dalam
industri perminyakan. Heat exchanger ini juga banyak mempunyai jenisjenisnya.
Perlu diketahui bahwa untuk alat-alat ini terdapat suatu terminology yang telah
distandarkan untuk menamai alat dan bagian-bagian alat tersebut yang dikeluarkan oleh
Asosiasi pembuat Heat Exchanger yang dikenal dengan Tublar Exchanger Manufactures
Association (TEMA). Standarisasi tersebut bertujuan untuk melindungi para pemakai dari
bahaya kerusakan atau kegagalan alat, karena alat ini beroperasi pada temperature
dan tekanan yang tinggi.
Didalam standar mekanik TEMA, terdapat dua macam kelas heat Exchanger, yaitu :
1. Kelas R, yaitu untuk peraalatan yang bekerja dengan kondisi berat, misalnya
untuk industri minyak dan kimia berat.
2. Kelas C, yaitu yang dibuat untuk general purpose, dengan didasarkan pada segi
ekonomis dan ukuran kecil, digunakan untuk proses-proses umum industri.
Jenis-jenis Heat Exchanger yang terdapat pada industri perminyakan dapat
dibedakan atas :
1.3.1 Shell and Tube
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri
perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana
didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan diameter yang relative
kecil. Satu jenis fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya
mengalir dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 2.4
Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang ).

Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di
luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut
dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk meningkatkan effisiensi
pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas cangkang dan buluh dipasang sekat (
buffle ). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan menambah waktu
tinggal ( residence time ), namun pemasangan sekat akan memperbesar pressure drop
operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju alir fluida yang dipertukarkan
panasnya harus diatur.
Ada beberapa fitur desain termal yang akan diperhitungkan saat merancang
tabung di shell dan penukar panas tabung. Ini termasuk:
a. Diameter pipa : Menggunakan tabung kecil berdiameter membuat penukar panas baik
ekonomis dan kompak. Namun, lebih mungkin untuk heat exchanger untuk
mengacau-balaukan lebih cepat dan ukuran kecil membuat mekanik membersihkan
fouling yang sulit. Untuk menang atas masalah fouling dan pembersihan, diameter
tabung yang lebih besar dapat digunakan. Jadi untuk menentukan diameter tabung,
ruang yang tersedia, biaya dan sifat fouling dari cairan harus dipertimbangkan.
b. Ketebalan tabung: Ketebalan dinding tabung biasanya ditentukan untuk memastikan:

Ada ruang yang cukup untuk korosi

Itu getaran aliran-diinduksi memiliki ketahanan

Axial kekuatan

Kemampuan untuk dengan mudah stok suku cadang biaya

Kadang-kadang ketebalan dinding ditentukan oleh perbedaan tekanan maksimum


di dinding.
c. Panjang tabung : penukar panas biasanya lebih murah ketika mereka memiliki
diameter shell yang lebih kecil dan panjang tabung panjang. Dengan demikian,
biasanya ada tujuan untuk membuat penukar panas selama mungkin. Namun, ada
banyak keterbatasan untuk ini, termasuk ruang yang tersedia di situs mana akan
digunakan dan kebutuhan untuk memastikan bahwa ada tabung tersedia dalam
panjang yang dua kali panjang yang dibutuhkan (sehingga tabung dapat ditarik dan
diganti). Juga, itu harus diingat bahwa tunggal, tabung tipis yang sulit untuk
mengambil dan mengganti.
d. Tabung pitch : ketika mendesain tabung, adalah praktis untuk memastikan bahwa
tabung pitch (yaitu jarak pusat-pusat tabung sebelah) tidak kurang dari 1,25 kali
diameter luar tabung '

Shell and tube penukar panas terdiri dari serangkaian tabung. Satu set dari tabung
berisi cairan yang harus baik dipanaskan atau didinginkan. Cairan kedua berjalan lebih
dari tabung yang sedang dipanaskan atau didinginkan sehingga dapat menyediakan panas
atau menyerap panas yang dibutuhkan. Satu set tabung disebut berkas tabung dan dapat
terdiri dari beberapa jenis tabung: polos, bersirip longitudinal dll Shell dan penukar panas
tabung biasanya digunakan untuk aplikasi tekanan tinggi (dengan tekanan lebih besar dari
30 bar) dan suhu lebih besar dari 260 C. Hal ini karena shell dan penukar panas tabung
yang kuat karena bentuknya.
Pemilihan Material Tabung
Agar dapat memindahkan panas dengan baik, material tabung harus mempunyai
thermal conductivity. Karena panas ditransfer dari suatu sisi yang panas menuju sisi yang
dingin melalui tabung, terdapat perbedaan temperature sepanjang lebar tabung. Karena
ada kecenderungan material tabung untuk mengembang berbeda-beda secara thermal
pada berbagai temperature thermal stresses muncul selama operasi. Hal ini sesuai
terhadap tegangan dari tekanan tinggi dari fluida itu sendiri.
Material tabung juga harus sesuai dengan kedua hal yaitu sisi shell dan sisi tube
yang dialiri untuk periode lama dibawah kondisi-kondisi operasi (temperature, tekanan,
pH, dan lain-lain) untuk memperkecil hal yang buruk seperti korosi. Semua yang
dibituhkan yaitu melakukan pemilihan seksama atas bahan yang kuat, thermalconductive,
corrosion resistant, material tabung bermutu tinggi, yang secara khas berbahan metal.
Pilihan material tabung yang buruk bisa mengakibatkan suatu kebocoran melalui suatu
tabung antara sisi shell dan tube yang menyebabkan fluida yang lewat terkontaminasi dan
kemungkinan hilangnya tekanan.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan aliran fluida dalam
shell side dan Tube side untuk shell and Tube exchanger adalah :
a.

Kemampuan untuk dibersihkan (Cleanability)


Jika dibandingkan cara membersihkan Tube dan Shell, maka pembersihan sisi
shell jauh lebih sulit. Untuk itu fluida yang bersih biasanya dialirkan di sebelah shell
dan fluida yang kotor melalui Tube.

b.

Korosi

Masalah korosi atau kebersihan sangat dipengaruhi oleh penggunaan dari


paduan logam. Paduan logam tersebut mahal, oleh karena itu fluida dialirkan melalui
Tube untuk menghemat biaya yang terjadi karena kerusakan shell. Jika terjadi
kebocoran pada Tube, heat exchanger masih dapat difungsikan kembali. Hal ini
disebabkan karena Tube mempunyai ketahanan terhadap korosif, relatif murah dan
kekuatan dari small diameter Tube melebihi shell.
c.

Tekanan
Shell yang bertekanan tinggi dan diameter yang besar akan diperlukan dinding
yang tebal, hal ini akan memakan biaya yang mahal. Untuk mengatasi hal itu apabila
fluida bertekanan tinggi lebih baik dialirkan melalui Tube.

d.

Temperatur
Biasanya lebih ekonomis meletakkan fluida dengan temperatur lebih tinggi pada
Tube side, karena panasnya ditransfer seluruhnya ke arah permukaan luar Tube atau ke
arah shell sehingga akan diserap sepenuhnya oleh fluida yang mengalir di shell. Jika
fluida dengan temperatur lebih tinggi dialirkan padashell side, maka transfer panas
tidak hanya dilakukan ke arah Tube, tapi ada kemungkinan transfer panas juga terjadi
ke arah luar shell (ke lingkungan).

e.

Sediment/ Suspended Solid / Fouling


Fluida yang mengandung sediment/suspended solid atau yang menyebabkan

fouling sebaiknya dialirkan di Tube sehingga Tube-Tube dengan mudah dibersihkan. Jika
fluida yang mengandung sediment dialirkan di shell, maka sediment/fouling tersebut akan
terakumulasi pada stagnant zone di sekitar baffles, sehingga cleaning pada sisi shell
menjadi tidak mungkin dilakukan tanpa mencabutTube bundle. f. Viskositas
Fluida yang viscous atau yang mempunyai low transfer rate dilewatkan melalui
shell karena dapat menggunakan baffle. Koefisien heat transfer yang lebih tinggi dapat
diperoleh dengan menempatkan fluida yang lebih viscous pada shell side sebagai hasil
dari peningkatan turbulensi akibat aliran crossflow (terutama karena pengaruh baffles).
Biasanya fluida dengan viskositas > 2 cSt dialirkan di shell side untuk mengurangi luas
permukaan perpindahan panas yang diminta. Koefisien perpindahan panas yang lebih
tinggi terdapat pada shell side, karena aliran turbulen akan terjadi melintang melalui sisi
luar Tube dan baffle.

Faktor yang mempengaruhi efektivitas alat penukar panas (Heat Exchanger)


terutama Heat exchanger tipe shell & tube:
1. penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar panas, hal ini sejalan
dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.
2. pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas meningkat hingga suatu
harga maksimum dan kemudian berkurang.
3. dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris, efektifitas berkurang,
jika kecepatan udara masuk dingin meningkat dan efektifitas meningkat, jika laju
alir massa udara meningkat.
4. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell sedangkan jarak
maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak baffle yang panjang akan
membuat aliran membujur dan kurang menyimpang dari aliran melintang.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas Heat exchanger tipe shell & tube:
5. Melakukan penelitian penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar
panas, hal ini sejalan dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.
6. Melakukan penelitian pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas
meningkat hingga suatu harga maksimum dan kemudian berkurang.
7. Menyimpulkannya dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris,
efektifitas berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin meningkat dan efektifitas
meningkat, jika laju alir massa udara meningkat.
8. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell sedangkan jarak
maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak baffle yang panjang akan
membuat aliran membujur dan kurang menyimpang dari aliran melintang.
1.3.2 Jenis Double Pipe (Pipa Ganda)
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Dalam jenis
penukar panas dapat digunakanberlawanan arah aliran atau arah aliran, baik dengan
cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam ruangan nular dan cairan
lainnya dalam pipa.
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang
dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat. Fluida
yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam ruang
anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat

digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi. Sedangkan
untuk kapasitas yang lebih besar digunakan penukar panas jenis selongsong dan buluh
( shell and tube heat exchanger ).
Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell sendirisendiri. Untuk menghindari tempat yang terlalu panjang, heat exchanger ini
dibentuk menjadi U. pada keperluan khusus, untuk meningkatkan kemampuan
memindahkan panas, bagian diluar pipa diberi srip. Bentuk siripnya ada yang
memanjang, melingkar dan sebagainya.

Gambar. 2.4 Alat penukar kalor jenis Double Pipa (Ike Yulia, 2011)

Keistimewaan jenis ini adalah mampu beroperasi pada tekanan yang tinggi, dank
arena tidak ada sambungan, resiko tercampurnya kedua fluida sangat kecil. Kelemahannya
terletak pada kapasitas perpindahan panasnya sangat kecil, Fleksibel dalam berbagai aplikasi
dan pengaturan pipa, dapat dipasang secara seri ataupun paralel, dapat diatur sedimikian
rupa agar diperoleh batas pressure drop dan LMTD sesuai dengan keperluan,mudah bila kita
ingin menambahkan luas permukaannya dan kalkulasi design mudah dibuat dan akurat
Sedangkan kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan panasnya sangat kecil, mahal,
terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan kalor kecil (<50 m2), dan
biasanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan dipanaskan atau dikondensasikan.

Prinsip kerja double pipe


Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak langsung (indirect
contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida sehingga kedua fluida
tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida pendingin) mengalir melalui
pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu yang lebih tinggi mengalir pada pipa yang lebih
besar (pipa annulus). Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa lintasan yang
disusun dalam susunan vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida adalah proses
konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir dari fluida yang
bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah.
Dalam desain pipa penukar panas ganda, merupakan faktor penting adalah jenis
pola aliran dalam penukar panas. Sebuah penukar panas pipa ganda biasanya akan baik
berlawanan arah / counterflow atau aliran paralel. Crossflow hanya tidak bekerja untuk
penukar panas pipa ganda. Pola yang aliran dan tugas panas yang dibutuhkan
pertukaran memungkinkan perhitungan log mean perbedaan suhu. Yang bersama-sama
dengan perpindahan panas keseluruhan diperkirakan koefisien memungkinkan
perhitungan luas permukaan perpindahan panas yang diperlukan. Kemudian ukuran
pipa, panjang pipa dan jumlah tikungan dapat ditentukan.
Prinsip kerja dari alat ini adalah memindahkan panas dari cairan dengan
temperature yang lebih tinggi ke cairan yang memiliki temperatur lebih rendah. Dalam
percobaan kali ini, aliran panas (steam) dialirkan pada bagian dalam pipa konsentris
sedangkan air dialirkan pada bagian luar dari pipa konsentris ini (bagian anulus).
Namun, terkadang dalam beberapa alat seperti HE ini, akan ada pengotor
didalam pipa yang membuat proses perpindahan kalor nya menjadi terganggu.
Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang mengalir, juga disebabkan oleh
korosi pada komponen dari heat exchanger akibat pengaruh dari jenis fluida yang
dialirinya. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh pengotoran pasti akan
terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau memperngaruhi
temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan ataau mempengaruhi koefisien
perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut. Beberapa faktor yang dipengaruhi
akibat pengotoran antara lain : Temperatur fluida, Temperatur dinding tube dan
Kecepatan aliran fluida.

1.3.3 Koil Pipa


Heat Exchanger ini mempunyai pipa berbentuk koil yang dibenamkan didalam
sebuah box berisi air dingin yang mengalir atau yang disemprotkan untuk
mendinginkan fluida panas yang mengalir di dalam pipa. Jenis ini disebut juga sebagai
box cooler jenis ini biasanya digunakan untuk pemindahan kalor yang relative kecil
dan fluida yang didalam shell yang akan diproses lanjut.

Gambar 2.5 Pipa Coil Heat Exchanger (Anonim, 2012)

HE jenis ini disusun dari tabung-tabung (tubes) dengan jumlah besar mengelilingi
tabung inti, dimana setiap HE terdiri dari lapisan-lapisan tabung sepanjang arah aksial
maupun radial. Aliran tekanan tinggi diberikan pada tube diameter kecil, sementara untuk
tekanan rendah dialirkan pada bagian luar tube diameter kecil.
HE jenis ini memiliki keuntungan untuk kondisi suhu rendah antara lain:
1. Perpindahan kalor dapat dilakukan lebih dari dari dua aliran secara simultan.
2. Memiliki jumlah unit Heat transfer yang tinggi
3. Dapat dilakukan pada tekanan tinggi.
Geometri HE Coiled Tube sangat bervariasi, tergantung pada kondisi aliran dan
drop pressure yang dibutuhkan. Parameter yang berpengaruh antara lain: kecepatan
aliran pada shell dan tube, diameter tube, jarak antar tube (tube pitch), layer spacer
diameter. Faktor lain yang juga harus diperhitungkan yaitu jumlah fasa aliran,
terjadinya kondensasi dan evaporasi pada shell atau tube.

Aplikasi HE Coiled Tube untuk skala besar telah banyak diterapkan pada LNG
Plant, dimana alat HE ini memiliki kapasitas 100,000 m 3/h pada 289 K dan 0.101 Mpa.
Luas permukaan heat transfer 25,000 m2 dan panjang keseluruhan 61 m, diameter 4.5
m dan berat 180 ton. Gambar Skematik alat tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.15.

Gb. 2.6 Skema HE Coiled Tube yang Digunakan Pada LNG Plant (Anonim, 2012)

1.3.4 Jenis Pipa Terbuka (Open Tube Section)


Pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak ditempatkan lagi didalam shell,
tetapi dibiarkan di udara. Prndinginan dilakukan dengan mengalirkan air atau udara
pada bagian pipa. Berkas pipa itu biasanya cukup panjang. Untuk pendinginan
dengan udara biasanya bagian luar pipa diberi sirip-sirip untuk memperluas
permukaan perpindahan panas. Seperti halnya jenis coil pipa, perpindahan panas
yang terjadi cukup lamban dengan kapasitas yang lebih kecil dari jenis shell and
tube.

Gbr. 2.7. Alat penukar kalor jenis open tube section (Anonim, 2010)

1.3.5 Penukar Panas Plate and Frame ( plate and frame heat exchanger )
Plate Heat Exchanger adalah salah satu jenis alat penukar panas yang terdiri
atas paket pelat-pelat tegak lurus bergelombang atau dengan profil lain, yang
dipisahkan antara satu dengan lainnya oleh sekat-sekat lunak. Pelat-pelat ini
dipersatukan oleh suatu perangkat penekan dan jarak antara pelat-pelat ditentukan oleh
sekat-sekat tersebut. Pada setiap sudut dari pelat yang berbentuk empat persegi
panjang terdapat lubang. Melalui dua di antara lubang-lubang ini media yang satu
disalurkan masuk dan keluar pada satu sisi, sedangkan media yang lain karena adanya
sekat mengalir melalui ruang antara disebelahnya. Dalam hal itu hubungan ruang yang
satu dan yang lainnya dimungkinkan. pelat-pelat yang dibentuk sesuai kebutuhan dan
umumnya terbuat dari baja (stainless steel type 304, 316, 317) atau logam lainnya.
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat pelat tegak lurus,
bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak
( biasanya terbuat dari karet ). Pelat pelat dan sekat disatukan oleh suatu perangkat
penekan yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi empat ) terdapat lubang pengalir
fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi yang lain,
sedangkan fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi sebelahnya karena
ada sekat.
Sistem Kerja dari Plate Heat Exchanger
Produk akan dipanaskan dan masuk kedalam suatu larutan yang kemudian akan
mengalir pada sebuah pelat. Proses pemanasan ini terjadi dengan adanya medium pemanas
yang mengalir pada saluran dan pelat yang lainnya. Dimana pelat yang telah tersusun ini
akan secara bergantian mengalirkan produk dan medium pemanas. Pelat yang dialiri produk
tidak akan dialiri oleh komponen lain.
Cairan panas yang melintasi bagian bawah head dialirkan ke atas melintas diantara
setiap plae genap sementara cairan dingin pada bagian puncak head dialirkan turun diantara
plat-plat ganjil. Arah aliran produk dan medium pemanas di dalam pelat biasanya berbeda
atau boleh dikatakan mengalir secara berlawanan. Pada umumnya produk akan masuk
melalui saluran

atas dan mengalir kebawah melewati pelat, sehingga aliran keluaran

produk akan berada dibawah, sedangkan medium pemanas akan masuk melalui saluran
yang berkebalikan dari produk, yaitu masuk melalui saluran bawah dan mengalir ke atas
melewati pelat, sehingga aliran pengeluaran medium pemanas akan berada diatas. Arah
aliran yang berlawanan ini dimaksudkan agar proses pemanasan dapat

lebih cepat

berlangsung.
Produk yang mengalir pada suatu pelat akan terhimpit oleh medium pemanas dengan
arah aliran yang berbeda, sehingga produk akan cepat memanas karena tertekan oleh pelat
yang mengalirkan medium pemanas. Produk yang telah menjadi panas dan medium yang
telah mengalir pada suatu pelat akan mengalir keluar.
Saluran pengeluaran medium pemanas dan produk ada dua macam tergantung dari
rangkaian pelat yang digunakan, baik itu seri maupun paralel. Pada rangkaian seri produk
yang masuk dan keluar akan melewati ports pada bagian front head yang sama. Sedangkan
pada rangkaian paralel produk dan medium pemanas akan masuk dan keluar melewati bagian
yang berbeda, yaitu masuk melewati ports pada bagian front head dan keluar melalui ports
pada bagian belakangnya.
Prinsip Alat Ukur PHE
1.

Alat ukur laju alir

2.

Alat ukur tekanan

3.

Alat ukur suhu

Kelebihan PHE
1.

Mempunyai permukaan perpindahan yang sangat besar pada volume alat yang
kecil,sehingga perpindahan panas yang efisien.

2.

Mudah dirawat dan dibersihkan

3.

Mudah dibongkar dan dipasang kembali ketika proses pembersihan

4.

Waktu tinggal media sangat pendek

5.

Dapat digunakan untuk cairan yang sangat kental (viskos)

6.

Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan mudah pelatnya ditambah

7.

Ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi biaya dalam segi bahan (Stainless
Steel,Titanium, dan logam lainnya)

8.

Aliran turbulensinya mengurangi peluang terjadinya fouling dan sedimentasi

Kekurangan PHE
1.

Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan. Plate and Frame
Heat Exchanger tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih dari 30 bar.

2.

Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting

3.

Maksimum temperatur operasi terbatas hingga 250 oC dikarenakan performa dari


material gasket yang sesuai.

Gambar 2.8 Penukar panas jenis pelat and Frame (Stevano Viktor, 2011)

PHE yang banyak dijumpai di industri adalah type: a. Glue type


Tipe glue ini memerlukan lem untuk memasang gasket pada plat PHE. Lem yang
digunakan hendaknya ialah lem yang mempunyai ketahanan terhadap panas yang baik.

Gambar 2.9 Glue type (Stevano Viktor, 2011)

b. Clip type
Luar gasket tipe ini terdapat clip-clip, sehingga dalam pemasangannya cukup
menancapkan clip-clip tersebut ke lubang yang terdapat pada plat. Pemasangan gasket
tipe ini lebih mudah dan ringkas jika dibandingkan dengan tipe glue.

Gambar 2.10 Clip type (Stevano Viktor, 2011) Klasifikasi alat


penukar panas :
a.

Berdasarkan kontak antara bahan atau fluida


Pertukaran panas langsung
Bahan yang dipanaskan atau yang didinginkan dikontakan langsung

dengan

media pemanas atau pendingin.


Pertukaran Panas tidak langsung
Memungkinkan terjadinya perpindahan panas dari satu cairan fluida ke fluida lain
melalui dinding pemisah.
b.

Berdasarkan arah aliran

Penukar panas satu lintas (single-pass)

Penukar panas aliran searah (parallel-flow)

Penukar panas berlawanan arah (Counter-flow)

Penukar panas aliran lintang (Cross-flow)

Bagian-Bagian dari Plate Heat Exchanger

Gambar. 2.11 Plate Heat Exchanger (Stevano Viktor, 2011)

1.

Gasket terbuat dari karet (non logam) atau bahan yang biasa digunakan adalah nitrile
dan ethylene propylene rubber (EPR/EPDM)
a. Nitrile : -400F - 2500F untuk temperatur rendah
b. Nitrile : -400F - 2500F untuk temperatur tinggi
c. EPR/ EPDM : -800F 3000 F sangat tahan terhadap air yang sangat panas dan
uap serta memiliki ketahanan yang baik untuk kompresi atau volume yang besar.
Fungsi gasket ini adalah sebagai perekat alat atau pengatur aliran fluida, sehingga
antara fluida yang satu dengan fluida yang lain tidak mengalami kontak secara langsung
yang menyebabkan kebocoran.

2.

Pelat penekan (Compression Plate) terbuat dari logam yang berfungsi sebagai penekan
pelat agar pada saat operasi alat berjalan tidak ada rongga didalam aliran fluida agar
tidak terjadi kebocoran.

3.

Pelat (plates), umumnya berukuran 0,4 - 0,6 mm terbuat dari stainless steel atau
titanium dan terdapat pada berbagai macam susunan yang berombak-ombak, berfungsi
sebagai tempat mengatur fluida serta tempat terjadinya pertukaran panas antara fluida
panas dengan fluida dingin. Fluida pada pelat ini mengalir secara turbulen, hal ini
dikarenakan bentuk dari pelat tersebut yang bergerigi sehingga pertukaran panas dapat
berlangsung secara cepat. Makin banyak pelat tekanan makin besar.

Gambar 2.12 Tipe pelat (Stevano Viktor, 2011)

Tipe Pelat

Vertical, termasuk salah satu pola pelat yang sering digunakan karena mempunyai
banyak pembatas untuk mengalir, sehingga menyebabkan banyak gerakan putaran
(turbulen), perpindahan panas dengan kecepatan tinggi, dan menurunkan tekanan.

Horizontal, juga merupakan pola yang sering digunakan. Mempunyai pembatas,


gerak putaran (turbulen), dan penurunan tekanan yang lebih sedikit dibandingkan
pola vertical

Combination, penggunaan pola pelat ini biasanya ditujukan untuk hasil pemanasan
dan penurunan tekanan yang lebih optimal.

4.

Pelat penyangga tetap (fixed frame), terbuat dari logam dan berfungsi menjaga pelat agar
tetap stabil

Gambar 2.13 Pelat penyangga tetap (fixed frame) (Stevano Viktor, 2011)

5.

Alat penekan (Compression Bolt), berupa baut pelat baja yang digunakan untuk
menekan pelat dan frame

Gambar 2.14 Compression Bolt (Anonim, 2010)

6.

Guide Bars, berupa batang yang terbuat dari carbon steel atau stainless steel yang
mendukung dan menjaga agar pelat berjajar secara rapi.

Gambar 2.15 Guide Bars (Anonim, 2010)

7.

Front and Rear Heads . (Bagian depan dan kepala bagian belakang), merupakan bagian
yang dilapisi oleh frame carbon steel yang melekat pada kumpulan pelat yang ditekan.

1.3.6 Adiabatic wheel heat exchanger


Jenis keenam penukar panas menggunakan intermediate cairan atau toko yang
solid untuk menahan panas, yang kemudian pindah ke sisi lain dari penukar panas
akan dirilis. Dua contoh ini adalah roda adiabatik, yang terdiri dari roda besar dengan
benang halus berputar melalui cairan panas dan dingin, dan penukar panas cairan.

1.3.7 Pillow plate heat exchanger


Sebuah pelat penukar bantal umumnya digunakan dalam industri susu untuk
susu pendingin dalam jumlah besar langsung ekspansi tank massal stainless steel.
Pelat bantal memungkinkan untuk pendinginan di hampir daerah seluruh permukaan
tangki, tanpa sela yang akan terjadi antara pipa dilas ke bagian luar tangki. Pelat
bantal dibangun menggunakan lembaran tipis dari logam-spot dilas ke permukaan
selembar tebal dari logam.
Pelat tipis dilas dalam pola teratur dari titik-titik atau dengan pola serpentin
garis las. Setelah pengelasan ruang tertutup bertekanan dengan kekuatan yang cukup
untuk menyebabkan logam tipis untuk tonjolan di sekitar lasan, menyediakan ruang
untuk cairan penukar panas mengalir, dan menciptakan penampilan yang karakteristik
bantal membengkak terbentuk dari logam.

Gambar 2.16 Pillow plate heat exchanger (Anoni, 2012)

1.3.8 Dynamic scraped surface heat exchanger


Tipe lain dari penukar panas disebut "(dinamis) besot permukaan heat
exchanger". Ini terutama digunakan untuk pemanasan atau pendinginan dengan tinggi
viskositas produk, proses kristalisasi, penguapan tinggi dan fouling aplikasi. Kali
berjalan panjang yang dicapai karena terus menerus menggores permukaan, sehingga
menghindari pengotoran dan mencapai kecepatan transfer panas yang berkelanjutan
selama proses tersebut.

Gambar 2.17 Dynamic scraped surface heat exchanger (Anonim, 2010)

1.3.9 Phase-change heat exchanger


Selain memanas atau pendinginan cairan hanya dalam satu fasa, penukar
panas dapat digunakan baik untuk memanaskan cairan menguap (atau mendidih) atau
digunakan sebagai kondensor untuk mendinginkan uap dan mengembun ke cairan.
Pada pabrik kimia dan kilang, reboilers digunakan untuk memanaskan umpan masuk
untuk menara distilasi sering penukar panas.
Distilasi set-up biasanya menggunakan kondensor untuk mengkondensasikan
uap distilasi kembali ke dalam cairan.Pembangkit tenaga listrik yang memiliki uap
yang digerakkan turbin biasanya menggunakan penukar panas untuk mendidihkan air
menjadi uap.
Heat exchanger atau unit serupa untuk memproduksi uap dari air yang sering
disebut boiler atau generator uap.Dalam pembangkit listrik tenaga nuklir yang disebut
reaktor air bertekanan, penukar panas khusus besar yang melewati panas dari sistem
(pabrik reaktor) primer ke sistem (pabrik uap) sekunder, uap memproduksi dari air
dalam proses, disebut generator uap.Semua pembangkit listrik berbahan bakar fosil
dan nuklir menggunakan uap yang digerakkan turbin memiliki kondensor permukaan
untuk mengubah uap gas buang dari turbin ke kondensat (air) untuk digunakan
kembali.
Untuk menghemat energi dan kapasitas pendinginan dalam kimia dan tanaman
lainnya, penukar panas regeneratif dapat digunakan untuk mentransfer panas dari satu
aliran yang perlu didinginkan ke aliran yang perlu dipanaskan, seperti pendingin
distilat dan pakan reboiler pra-pemanasan.

Gambar 2.18 Phase-change heat exchanger (Zuhrina, 2006)

Faktor yang mempengaruhi efektivitas alat penukar panas (Heat Exchanger) terutama Heat
exchanger tipe shell & tube:
1.

penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar panas, hal ini sejalan
dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.

2.

pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas meningkat hingga suatu harga
maksimum dan kemudian berkurang.

3.

dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris, efektifitas berkurang, jika
kecepatan udara masuk dingin meningkat dan efektifitas meningkat, jika laju alir massa
udara meningkat.

4.

Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell sedangkan jarak
maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak baffle yang panjang akan
membuat aliran membujur dan kurang menyimpang dari aliran melintang.

5.

Melakukan penelitian penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar


panas, hal ini sejalan dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.

6.

Melakukan penelitian pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas meningkat
hingga suatu harga maksimum dan kemudian berkurang.

7.

Menyimpulkannya dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris,


efektifitas berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin meningkat dan efektifitas
meningkat, jika laju alir massa udara meningkat.

8.

Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell sedangkan jarak
maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak baffle yang panjang akan
membuat aliran membujur dan kurang menyimpang dari aliran melintang.

Analisa kinerja HE :
1. Koefisien overall perpindahan panas (U)
Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida dingin
dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan
konveksi.
2. Fouling factor (Rd)
Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di
permukaan Heat Exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan
heat transfer. Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi
dan proses biologi. Angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang
terbawa fluida yang mengalir di dalam HE
Penyebab terjadinya fouling :
a. Adanya pengotor berat yaitu kerak keras yang berasal dari hasil korosi atau coke
keras.
b. Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi kerak
keras.

Akibat fouling :
a. mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga meningkatkan biaya,
baik investasi, operasi maupun perawatan.
b. ukuran Heat Exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energi meningkat,
waktu shutdown lebih panjang dan biaya perawatan meningkat.

Variabel operasi yang berpengaruh terhadap fouling :


a. Kecepatan Linier Fluida (Velocity)
Semakin tinggi kecepatan linier fluida, semakin rendah kemungkinan
terjadinya fouling. Sebagai batasan dalam rancangan dapat digunakan nilai-nilai
berikut:
1). Kecepatan fluida proses di dalam tube adalah 3 6 ft/s
2). Kecepatan fluida pendingin di dalam tube adalah 5 8 ft/s

3). Kecepatan fluida tube maksimum untuk menghambat terjadinya fouling


adalah 10 15 ft/s
4). Kecepatan fluida shell adalah 1 3 ft/s.

Temperature Permukaan dan Temperature Fluida


Kecepatan

terbentuknya

fouling

akan

meningkat

dengan

meningkatnya

temperatur.
3. Pressure drop
Untuk mengetahui sejauh mana fluida dapat memepertahankan tekanan yang dimilikinya
selama fluida mengalir.
Disebabkan oleh 2 hal :

Friksi aliran dengan dinding

Pembelokan aliran

Anda mungkin juga menyukai