Disusun Oleh:
Nama
Nim
: 08061381320033
Kelas
: A
Dosen Pembimbing
harus
secara aseptik. Jika tidak dinyatakan lain, jika disebut inkubasi, maka yang
dimaksud adalah menempatkan wadah didalam ruangan terkendali secara termostatik
pada suhu antara 30 dan 35 C selama 24 jam sampai 48 jam. Istilah tumbuh
ditujukkan untuk pengertian adanya kemungkinan adanya perkrmbangan mikroba
viable.
Uji pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui apakah media dan prosedur yang
akan digunakan untuk melakukan uji batas mikroba dapat menumbuhkan mikroba
atau tidak. Uji pendahuluan dilakukan dengan menginokulasi spesimen uji dengan
biakan viable yang terdiri dari Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa dan Salmonella.
Cara pengujian:
1. 1 mL biakan mikroba dari enceran 10-3 biakan umur 24 jam Tambahkan kedalam
2. Enceran pertama spesimen uji (dalam dapar fosfat pH 7,2, Media Fluid SoybeanCasein Digest atau Media Fluid Lactosa Medium
Jika tidak terdapat pertumbuhan mikroba pada media, maka pengujian tersebut
dinyatakan tidak berlaku dan diperlukan modifikasi prosedur dengan
(1) meningkatkan volume pengencer dengan tetap mempertahankan jumlah bahan uji,
atau
(2) menambahkan zat inaktivator dengan jumlah secukupnya ke dalam pengencer,
atau
(3) suatu kombinasi modifikasi (1) dan (2) sedemikian rupa hingga terdapat
pertumbuhan inokulum.
Contoh zat yang dapat menjadi inaktivator yaitu lesitin kedele 0,5 % dan
polisorbat 20 4,0%. Jika hasil tidak terdapat pertumbuhan mikroba ulangi pengujian
menggunakan Media Fluid Casein Digest-Soy Lecithin-Polysorbate 20 untuk
menetralisasi pengawet atau bahan antimikroba lainnya. Jika masih tidak dapat
menumbuhkan mikroba viabel maka kegagalan isolasi mikroba dapat disebabkan oleh
daya bakterisida dari sediaan.
Larutan Dapar dan Media
Pada pembuatan media, perlu diperhatikan dengan sangat hati-hati karena media
sangat penting dalam proses pertumbuhan mikroba. Media berisi nutrisi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba, mikroba juga sangat rentan pertumbuhannya
terhadap pH sehingga pH media perlu dijaga agar media dapat menumbuhkan
mikroba secara optimal
Media
Jika tidak dinyatakan lain, media harus disterilkan dengan pemanasan dalam
autoklaf. Waktu paparan tergantung pada volume yang disterilkan. Berikut ini macammacam media yang biasa digunakan untuk uji mikroba, yaitu:
Media FCDSLP
Digesti pankreatik kasein P
Lesitin kedele
Polisorbat 20 P
Air
Prosedur :
20 g
5g
40 ml
960 ml
Larutkan digesti pankreatik kasein P dan lesitin kedele di dalam 960 ml air, panaskan
dalam tangas air pada suhu 48 sampai 50 selama lebih kurang 30 menit hingga
larut. Tambahkan 40 ml polisorbat 20 P, campur dan masukkan dalam wadah sesuai.
15,0 g
5,0 g
5,0 g
15,0 g
1000 ml
(1 dalam 100) dan 50 ml emulsi kuning telur. Campur secara hati-hati, dan tuang ke
dalam cawan.
Media VJA (Vojel-Johnson Agar Medium)
Digesti pankreatik kasein P
10,0 g
Ekstrak ragi P
5,0 g
Mannitol P
10,0 g
Kalium fosfat dibasa P
5,0 g
Litium klorida P
5,0 g
Glisin P
10,0 g
Agar P
16,0 g
Merah fenol P
25,0
Air
1000 mL
pH setelah sterilisasi 7,2 0,2
Prosedur :
Didihkan bahan padat yang telah dilarutkan selama 1 menit. Sterilkan, dinginkan
hingga suhu antara 45 dan 50 dan tambahkan 20 ml larutan kalium telurit P steril (1
dalam 100).
20,0 g
1,4 g
10,0 g
13,6 g
0,3 g
(setrimida)
Gliserin P
Air
10,0 ml
1000 ml
pH setelah sterilisasi 7,2 0,2
Prosedur :
Larutkan semua bahan padat di dalam air dan tambahkan gliserin P. Panaskan sambil
sering dikocok, dan didihkan selama 1 menit hingga larut.
Media PAF (Pseudomonas Agar Medium for Detection of Fluorescin)
10,0 g
10,0 g
1,5 g
1,5 g
(MgSO4.7H2O)
Gliserin P
10,0 ml
Agar P
15,0 g
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 7,2 0,2.
Prosedur :
Larutkan semua bahan padat di dalam air sebelum ditambahkan gliserin P. Panaskan
sambil sering di kocok, dan didihkan selama 1 menit hingga larut.
5,0 g
Laktosa P
Natrium fosfat
Natrium selenit asam
L-sistin P
Air
4,0 g
10,0 g
4,0 g
10,0 g
1000 ml
pH akhir 7,0 0,2
Prosedur :
Campur dan panaskan hingga larut. Panaskan di dalam uap air mengalir selama 15
menit. Tidak boleh disterilkan.
2,5 g
2,5 g
1,0 g
10,0 g
30,0 g
1000 ml
Didihkan larutan bahan padat. Pada hari penggunaan, tambahkan larutan yang dibuat
dengan melarutkan 5 g kalium iodida P dan 6 g iodium P di dalam berlian P (1 dalam
1000), dan campur. Media tidak boleh dipanaskan sesudah penambahan larutan hijau
berlian.
Media BGA (Brilliant-Green Agar Medium)
Ekstrak ragi P
3,0 g
Digesti peptik jaringan hewan P
5,0 g
Digesti pankreatik kasein P
5,0 g
Laktosa P
10,0 g
Natrium klorida P
5,0 g
Sukrosa P
10,0 g
Merah fenol P
80 mg
Agar P
20,0 g
Hijau berlian P
12,5 mg
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 6,9 0,2
Prosedur :
Didihkan larutan bahan padat selama 1 menit. Sterilkan sesaat sebelum digunakan,
lelehkan media, tuang ke dalam cawan petri dan biarkan hingga dingin.
3,5 g
5,0 g
7,5 g
7,5 g
5,0 g
3,0 g
80 mg
13,5 g
2,5 g
6,8 g
800 mg
1000 ml
pH akhir 7,4 0,2
Prosedur :
Panaskan campuran bahan padat dan air sambil diaduk, hingga tepat mencapai titik
didih. Tidak boleh dipanaskan berlebihan atau disterilkan. Pindahkan segera ke dalam
tangas air dan biarkan pada suhu lebih kurang 50, dan tuang ke dalam cawan setelah
dingin.
Media BSA (Bismuth Sulfite Agar Medium)
Ekstrak daging P
5,0 g
Digesti pankreatik kasein P
5,0 g
Digesti peptik jaringan hewan P
5,0 g
Dekstrosa P
5,0 g
Natrium fosfat
4,0 g
Besi(II) sulfat P
300 mg
Indikator bismut sulfit
8,0 g
Agar P
20,0 g
Hijau berlian P
25 ml
Air
1000 ml
pH akhir 7,6 0,2
Prosedur :
Panaskan campuran bahan padat dan air sambil diaduk, hingga tepat mencapai titik
didih. Tidak boleh dipanaskan berlebihan atau disterilkan. Pindahkan segera ke dalam
tangas air pada suhu lebih kurang 50, dan tuang ke dalam cawan setelah dingin.
Media TSIA (Triple-Sugar-Iron-Agar Medium)
Digesti pankreatik kasein P
Digesti peptik jaringan hewan
10,0 g
10,0 g
P
Laktosa P
10,0 g
Sukrosa P
10,0 g
Dekstrosa P
1,0 g
Besi(II) amonium sulfat P
200 mg
Natrium klorida P
5,0 g
Natrium tiosulfat P
200 mg
Indikator bismut sulfit
8,0 g
Agar P
13,0 g
Merah fenol P
25 mg
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 7,3 0,2
Media MCA (MacConkey Agar Medium)
Digesti pankreatik gelatin
17,0 g
Digesti pankreatik kasein P
1,5 g
Digesti peptik jaringan hewan P
1,5 g
Laktosa P
10,0 g
Campuran garam empedu
1,5 g
Natrium klorida P
5,0 g
Agar P
13,5 g
Merah netral P
30 mg
Kristal violet P
1,0 mg
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 7,1 0,2
Prosedur :
Didihkan campuran bahan padat dan air selama 1 menit hingga larut.
Media LEMBA (Levine Eosin-Methylen Blue Agar Medium)
Digesti pankreatik gelatin
Kalium fosfat dibasa P
Agar P
Laktosa P
10,0 g
2,0 g
15,0 g
10,0 g
Eosin Y P
Biru metilena P
Air
400 mg
65 mg
1000 ml
pH setelah sterilisasi 7,1 0,2
Prosedur :
Larutkan digesti pankreatik gelatin P, kalium fosfat dibasa P dan agar P di dalam air,
hangatkan dan biarkan hingga dingin. Sesaat sebelum digunakan, cairkan larutan agar
yang berbentuk gel, dan untuk tiap 100 ml larutan agar yang telah meleleh tambahkan
berturut-turut 5 ml larutan laktosa P(1 dalam 5), 2 ml larutan eosin Y P ( 1 dalam 50),
dan 2 ml larutan biru metilena P (1 dalam 300), dan campur. Media yang diperoleh
tidak jernih.
Media SDA (Sabouraud Dextrose Agar Medium)
Dekstrosa P
40,0
g
10,0
kasein p
Agar P
15,0
Air
g
1000
ml
300g
15 g
20 g
Prosedur :
Masak 300 g kentang yang telah dikupas dan dipotong-potong di dalam 500 ml air
suling, saring melalui penyaring katun kasar, tambahkan air suling hingga 1000 ml,
dan tambahkan agar dan glukosa. Sesaat sebelum dituang ke dalam cawan, terhadap
media yang telah mencair dan didinginkan hingga 45 C , pH diatur hingga 3,5 0,1
menggunakan larutan asam tartrat P steril (1 dalam 10). Media dengan pH 3,5 tidak
boleh dipanaskan lagi.
PROSEDUR UJI BATAS MIKROBA
1. Pengambilan Contoh
Siapkan 10 ml atau 10 g contoh untuk setiap uji seperti yang tertera pada
masing-masing monografi.
2. Prosedur uji batas mikroba
Spesimen yang akan diuji disiapkan sesuai dengan sifat fisiknya dan tidak
mengubah jumlah dan jenis mikroba yang semula ada hingga diperoleh larutan
suspensi dari semua atau sebagian spesimen dalam bentuk yang sesuai dengan
Pindahkan sejumlah tertentu bahan uji yang diperlukan untuk pengujian. Jika
10 g atau 10 ml spesimen tidak dapat diperoleh dari 10 wadah dalam bentuk
aerosol, pindahkan seluruh isi dari 10 wadah yang diinginkan ke dalam media
biakan, biarkan propelan terbebas, dan lanjutkanpengujian menggunakan
residu.
Jika hasil pengujian tidak dapat disimpulkan atau meragukan, ulangi pengujian
dengan menggunakan 20 wadah atau lebih.
dari tabung A ke tabung B dan campur. Tabung A dan tabung B masing-masing akan
berisi 100 mg dan 10 mg spesimen. Ke dalam masing-masing tabung kelompok 2
tambahkan 1 ml dari tabung A, dan dalam masing-masing tabung kelompok 3
tambahkan 1 ml dari tabung B. Buang sisa dari tabung A dan B. Tutup semua tabung
dan inkubasi. Amati adanya pertumbuhan dalam tabung, ketiga tabung kontrol akan
tetap jernih, dan berdasarkan ada tidaknya pertumbuhan di kelompok 1, kelompok 2,
dan kelompok 3 menggunakan acuan pada tabel 1, nyatakan Nilai Duga Terdekat
(MPN) mikroba tiap g atau ml spesimen.
Tabel 1 Nilai Duga Terdekat pada Metode Tabung Ganda
Kombinasi tabung yang menunjukkan pertumbuhan pada tiap
kelompok yang diamati
Jumlah spesimen dalam mg atau ml tiap tabung
100 mg
10 mg
1 mg
(0,1 ml)
3
(0,01 ml)
3
(0,001 ml)
3
1100
500
3
3
3
2
0
3
200
290
210
150
3
3
2
1
0
3
90
160
120
70
3
3
1
0
0
`3
40
95
60
40
23
Uji Koagulase
hitam pada tusukan sebagai penanda adanya hidrogen sulfida, spesimen dinyatakan
bebas dari genus Salmonella.
Uji Escherichia coli. Dengan sengkelit, goreskan sebagian dari sisa media
FLM pada permukaan media MCA, tutup cawan, balikkan, dan inkubasi. Amati, jika
tidak terdapat koloni dengan pemerian pada tabel 5, spesimen memenuhi syarat bebas
Escherichia coli. Jika terdapat koloni, lanjutkan pengujian dengan memindahkan
koloni ke permukaan media LEMBA pada cawan petri. Jika koloni yang dipindahkan
banyak, bagi permukaan tiap lempeng menjadi 4 bagian, tiap bagian diinokulasi
dengan koloni terpisah. Tutup cawan, balikkan, dan inkubasi. Jika tidak terdapat
koloni yang menunjukkan kilauan logam khas di bawah cahaya yang dipantulkan dan
warna biru hitam pada cahaya yang diteruskan, spesimen dinyatakan memenuhi syarat
bebas Escherichia coli, dapat dikonfirmasi dengan uji biakan lain dan uji biokimia
yang sesuai.
Angka kapang dan khamir. Lakukan metode lempeng seperti pada angka
mikroba aerob total, kecuali penggunaan jumlah yang sama Media SDA atau media
PDA sebagai pengganti Media SCDA. Inkubasi cawan dengan tidak dibalik, pada
suhu 20 sampai 25 selama 5-7 hari. Untuk tujuan konfirmasi, dapat dilakukan uji
ulang dengan 25 g spesimen. Lakukan seperti pada prosedur dengan memperhatikan
jumlah spesimen yang lebih besar.
Tabel 2 Ciri khas morfologi Staphylococcus aureus pada Media Agar Selektif
Media Selektif
Vogel Johnson
Agar Medium
Mannitol Salt
Pewarnaan Gram
Positif, berbentuk bulat dalam
tandan
Agar Medium
Baird Parker
Agar Medium
Tabel 3 Ciri khas morfologi Pseudomonas aeruginossa pada Media Agar Selektif
dan diagnostik
Media
Ciri khas
Cetrimide
Umumnya
Agar Medium
kehijauan
Pseudomonas
Umumnya
Agar Medium
tidak berwarna
Untuk deteksi
hingga ke-
Fluoresin
kuningan
Pseudomonas
Umumnya
Agar Medium
kehijauan
Fluoresensi
Uji oksidase
Pewarnaan
morfologi
di bawah cahaya
gram
koloni
Kehijauan
ultra violet
Positif
Negatif, berbentuk
batang
Kekuningan
Positif
Negatif, berbentuk
batang
Biru
Positif
Negatif, berbentuk
batang
Untuk deteksi
piosianin
Tabel 4 Ciri khas morfologi Salmonella sp pada Media Agar Selektif
Media
Pemerian koloni
Brillian Green
Agar Medium
Xylose-
Lysine-
berwarna hitam
Desoxycholat
e
Agar Medium
Bismuth
Sulfite
Agar Medium
Tabel 5 Ciri khas morfologi Escherichia coli pada MacConkey Agar Medium
koloni
Pewarnaan Gram
niger
(ATCC
No.16404),
Escherichia
coli
(ATCC
No.8739),
Pseudomonas aeruginosa (ATCC No. 6538) dan dapat juga digunakan mikroba lain
jika dianggap dapat merupakan kontaminan selama penggunaan sediaan tersebut.
Media yang digunakan yakni SCDM
Inkubasi biakan bakteri pada suhu 30 hingga 35 selama 18-24 jam, jamur
pada suhu 20 sampai 25 selama 1 minggu. Sebagai alternatif, mikroba dapat
ditumbuhkan dalam media cair dan panenan sel dengan cara sentrifugasi, dicuci dan
disuspensikan dalam larutan natrium klorida P 0,9% hingga angka mikroba atau spora
yang dikehendaki.
Jika wadah sediaan dapat ditembus secara aseptik dengan jarum suntik melalui
sumbat karet, uji dilakukan pada 5 wadah asli sediaan. Jika tidak dapat ditembus,
pindahkan 20 ml sampel ke dalam masing-masing 5 tabung bakteriologik tertutup,
gunakan campuran inokulasi dengan perbandingan 0,10 ml inokula setara dengan 20
ml sediaan. Mikroba uji ditambahkan antara 100.000 dan 1.000.000 per ml. Inkubasi
wadah pada suhu 20 sampai 25, amati tabung hari ke 7, 14, 21, dan 28. Catat
perubahan, tetapkan jumlah mikroba viable dan hitung perubahan kadar dalam persen
tiap mikroba selama pengujian.
Penfsiran hasil. Suatu pengawet dinyatakan efektif jika jumlah bakteri pada
hari ke 14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari jumlah awal, jumlah kapang
dan khamir viable selama 14 hari pertama tetap atau kurang dari jumlah awal, dan
jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah tetap atau
kurang dari bilangan yang disebut sebelumnya.
UJI STERILITAS
Pengujian digunakan untuk bahan, sediaan, alat sesuai dengan farmakope yang
dipersyaratkan harus steril.
0,5 g
2,5 g
5,5/5,0g
0,75 g
5,0 g
15,0 g
0,5 g
0,3 ml
1,0 ml
1000 ml
Bacillus subtilis
Pseudomona aeruginosa1
Bakteri Anaerob
Clostridium sporogenes2
Kapang
Aspergillus brasiliensis
(Aspergillus niger)
Jumlah
minimum
yang
digunakan
kurang dari 1 ml
tidak lebih dari 100 ml 20 ml
10% isi wadah, tetapi tidak kurang dari
20 ml
Larutan antibiotik
1 ml
Sediaan larut dalam air lainnya atau dalam Seluruh isi tiap wadah, sebanding dengan
isopropyl miristat
Sediaan yang tidak larut, krim,dan salep, yang Gunakan isi tiap wadah yang sebanding
tersuspensi atau teremulsi
Zat Padat
Kurang dari 50 mg
50 mg atau lebih, tetapi kurang dari 300mg
kurang dari 50 mg
300 mg 5 g
150 mg
Lebih besar dari 5 g
500 mg
Benang bedah dan peralatan bedahlainnya untuk 3 potongan untuk helai (panjang tiap
penggunaan dokter hewan
potong 30 cm)
Tabel 3 Jumlah Minimum Bahan yang diuji sesuai dengan Jumlah Bahan dalam
Bets
Jumlah wadah dalam Bets*
Sediaan parenteral
Tidak lebih dari 100 wadah
besar
10 wadah
2% atau 20 wadah, diambil yang lebih
kecil
2% atau 10 wadah, diambil yang lebih
kecil
Zat Padat antibiotik
Produk ruahan dalam kemasan <5g
20 wadah
Produk ruahan dalam kemasan >5g
6 wadah
Produk ruahan dan campuran
lihat Produk ruahan padat
Sediaan mata dan sediaan lain yang tidak disuntikkan
Tidak lebih dari 200 wadah
5% atau 2 wadah, diambil yang lebih
Lebih dari 200 wadah
besar
10 wadah
Jika
sediaan
dalam
bentuk
wadah
dosis
tunggal,gunakan
skema diatas untuk sediaan parenteral
Benang bedah dan peralatan bedah lainnya untuk 2% atau 5 kemasan, diambil yang lebih
penggunaan dokter hewan
besar,
sampai
total
maksimum
20
kemasan
10% atau 4 bahan,diambil yang lebih
besar
10 bahan
2% atau 20 bahan, diambil yang lebih
kecil
besar
2% atau 10 wadah, diambil yang lebih
besar
*Jika besarnya bets tidak diketahui, gunakan jumlah maksimum
**Jika isi satu wadah cukup untuk diinokulasikan ke dalam dua media, kolom ini
menyatakan jumlah wadah yang diperlukan untuk kedua media.
PENYARINGAN MEMBRAN
Gunakan penyaring membran dengan porositas tidak lebih dari 0,45 m yang
telah terbukti efektif menahan mikroba. Teknik pengujian di bawah ini menggunakan
membrane berdiameter lebih kurang 50 mm. Peralatan penyaring dan membran
disterilisasi dengan cara yang sesuai. Peralatan dirancang hingga larutan uji dapat
dimasukkan dan disaring pada kondisi aseptik, membrane dapat dipindahkan secara
aseptik ke dalam media, atau dapat dilakukan inkubasi setelah media dimasukkan ke
dalam alat penyaring itu sendiri.
diuji ke dalam satu membran atau beberapa membrane. Saring segera. Jika sediaan
mempunyai daya antimikroba. Setiap pencucian tidak lebih dari 5 kali 100 ml per
membrane. Pindahkan seluruh membran utuh ke dalam media atau potong menjadi
dua bagian yang sama secara aseptik dan pindahkan masing-masing bagian ke dalam
dua media yang sesuai. Inkubasi media selama tidak kurang dari 14 hari.
Zat Padat Yang Dapat Larut
Larutkan dalam pelarut yang sesuai, air steril untuk injeksi, natrium klorida
steril, atau larutan steril yang sesuai seperti Cairan A dan lakukan uji seperti tertera
pada Larutan dalam Air menggunakan penyaring membran yang sesuai untuk pelarut
yang telah dipilih.
Minyak Dan Larutan Minyak
Minyak dan larutan minyak viskositas rendah dapat disaring melalui membran
kering tanpa pengenceran. Minyak kental dapat diencerkan dengan pengencer steril
seperti isopropil miristat P yang tidak mempunyai daya antimikroba pada kondisi
pengujian.. Cuci membran tidak kurang dari tiga kali dengan cara menyaring, tiap kali
dengan 100 ml larutan steril yang sesuai, misalnya polisorbat 80 P dengan kadar 10 g
per liter (Cairan K ). Pindahkan membran atau beberapa membran ke dalam media
seperti tertera pada Larutan dalam Air, dan inkubasi pada suhu dan waktu yang sama.
Salep Dan Krim
Salep dengan basis lemak dan emulsi air dalam minyak dapat diencerkan
sampai 1% dalam isopropil miristat P seperti metode diatas, jika perlu dengan
pemanasan tidak lebih dari 40. Pada kasus tertentu, mungkin diperlukan pemanasan
tidak lebih dari 44. Saring sesegera mungkin, dan lakukan seperti pada Minyak dan
Larutan minyak.
pengumpul yang terpisah untuk dipindahkan lagi. Jika jarum steril menyatu dengan
alat suntik, keluarkan langsung isi tiap alat suntik seperti diatas dan lakukan uji seperti
tertera pada Larutan dalam Air. Uji sterilitas jarum menggunakan prosedur Inokulasi
Langsung
Zat Padat Untuk Injeksi Selain Antibiotik
Konstitusi bahan uji seperti tertera pada etiket dan lakukan pengujian seperti
tertera pada Larutan dalam Air atau Larutan Minyak. Jika perlu, dapat ditambahkan
pengencer berlebih untuk membantu konstitusi dan penyaringan
Zat Padat Antibiotik Untuk Injeksi
Produk ruahan yang dikemas <5 g
Dari 20 wadah, pindahkan secara aseptik masing-masing lebih kurang 300 mg
zat padat ke dalam labu Erlenmeyer steril 500 ml, larutkan dalam lebih kurang 200 ml
Cairan A; atau konstitusi masing-masing dari 20 wadah, pindahkan sejumlah larutan
atau suspense setara dengan 300 mg zat padat ke dalam labu Erlenmeyer steril 500 ml,
larutkan dalam lebih kurang 200 ml Cairan A. Lakukan uji seperti tertera pada Larutan
dalam Air atau Minyak dan Larutan Minyak.
Produk ruahan yang dikemas 5 g
Dari 6 wadah pindahkan secara aseptik masing-masing lebih kurang 1 g zat
padat ke dalam labu Erlenmeyer steril 500 ml, larutkan dalam lebih kurang 200 ml
Cairan A dan campur; atau konstitusi masing-masing dari 6 wadah seperti tertera pada
etiket, pindahkan sejumlah larutan yang setara dengan lebih kurang 1 g zat padat ke
dalam labu Erlenmeyer steril 500 ml, larutkan dalam lebih kurang 200 ml Cairan A.
Lakukan uji seperti tertera pada Larutan dalam Air.
memungkinkan, biarkan propelan menguap sebelum wadah dibuka secara aseptik, dan
pindahkan isinya ke dalam labu pengumpul steril, tambahkan 100 ml Cairan D ke
dalam labu pengumpul, dan campur perlahan-lahan. Lakukan uji seperti tertera pada
Larutan dalam Air atau Minyak dan Larutan Minyak.
Alat Kesehatan Dengan Lumen Beretiket Steril
Secara aseptik alirkan Cairan D sejumlah tidak kurang dari 10 kali volume
lumen alat yang akan diuji. Kumpulkan cairan ke dalam labu steril yang sesuai, dan
lakukan uji seperti tertera pada Larutan dalam Air atau Minyak dan Larutan Minyak.
Pada kasus alat suntik steril kosong, ambil pengencer steril melalui jarum, jika jarum
terpasang pada alat, atau melalui jarum steril yang khusus dipasangkan untuk
pengujian ini, dan tekan isi ke dalam labu pengumpul steril. Lakukan uji seperti diatas
INOKULASI LANGSUNG KE DALAM MEDIA
Pindahkan sejumlah sediaan uji seperti tertera pada Tabel 2 dan Tabel 3
langsung ke dalam media hingga volume sediaan tidak lebih dari 10% volume media.
Jika sediaan uji mempunyai aktifitas antimikroba, lakukan uji setelah dinetralisasi
dengan bahan penetral yang sesuai atau dengan cara mengencerkan dalam sejumlah
media yang cukup
Larutan Minyak
Gunakan media yang telah ditambahkan bahan pengemulsi yang sesuai dengan
kadar. misalnya polisorbat 80 P dengan kadar 10 g per liter.
Salep Dan Krim
Encerkan dengan bahan pengemulsi yang sudah dipilih ke dalam pengencer
steril yang sesuai, seperti Cairan A. Pindahkan sediaan yang telah diencerkan ke
dalam media yang tidak mengandung bahan pengemulsi. Inkubasi media yang telah
diinokulasi selama tidak kurang dari 14 hari. Amati biakan beberapa kali, selama masa
inkubasi. Pada saat pengamatan, kocok secara perlahan biakan pada sediaan yang
mengandung minyak setiap hari. Jika digunakan Media Cair Tioglikolat untuk
mendeteksi mikroba anaerob, tidak boleh dikocok atau campur perlahan dengan
maksud untuk mempertahankan kondisi anaerob.
Benang Bedah Dan Alat Bedah Lain Untuk Penggunaan Dokter Hewan
Buka kemasan tersegel secara aseptik, dan masukkan tiga bagian helaian pada
tiap media, lakukan seperti tertera pada Larutan dalam Air. Lakukan uji terhadap tiga
bagian, panjang masing-masing 30 cm, yang dipotongm dari awal, tengah dan ujung
helaian. Gunakan seluruh helaian dari kemasan yang baru dibuka. Pindahkan tiap
bagian helaian ke dalam media yang sesuai. Gunakan media yang cukup untuk bahan
yang diuji (20 - 150 ml).
Zat Padat
Ambil sejumlah sediaan dalam bentuk kering padat (atau yang terlebih dahulu
dibuat suspensi dalam pengencer steril dalam kemasan langsung), sesuai dengan
jumlah yang tertera pada Tabel 2 dan Tabel 3. Pindahkan bahan yang diperoleh ke
dalam 200 ml Media Cair Tioglikolat, dan campur. Dengan cara sama, pindahkan
sejumlah sama ke dalam 200 ml Soybean Casein Digest Medium, dan campur.
Lakukan uji seperti diatas.
Kapas Murni, Perban, Pembalut Bedah Dan Bahan Sejenisnya
Ambil secara aseptik dua bagian atau lebih masing-masing 100 - 500 mg dari
bagian paling dalam. Untuk bahan dengan kemasan tunggal, ambil secara aseptik
seluruh bahan. Rendam bagian dari bahan ke dalam tiap media, dan lakukan uji seperti
diatas.
Alat Kesehatan Steril
Bahan dapat direndam langsung atau diuraikan. Untuk menjamin bahwa lumen
juga kontak dengan media, rendam sejumlah unit yang sesuai ke dalam sejumlah
volume media yang cukup untuk merendam alat dengan sempurna, dan lakukan uji
seperti diatas. Untuk alat kesehatan yang sangat besar, rendam bagian alat yang kontak
langsung dengan pasien ke dalam sejumlah volume media secukupnya yang dapat
membasahi seluruh bagian tersebut. Untuk kateter yang mempunyai lumen dan bagian
luarnya harus steril, potong menjadi bagian-bagian sehingga media dapat kontak
dengan keseluruhan lumen atau isi lumen dengan media, dan kemudian rendam unit
yang utuh.
Pengamatan dan Penafsiran Hasil Uji
Pada interval waktu tertentu dan akhir periode inkubasi, amati secara visual
adanya pertumbuhan mikroba dalam media. Jika bahan uji menimbulkan kekeruhan
pada media sehingga tidak dapat ditetapkan secara visual ada atau tidaknya
pertumbuhan mikroba, 14 hari sejak mulai inkubasi, pindahkan sejumlah media (tiap
tabung tidak kurang dari 1 ml) ke dalam media segar yang sama, kemudian inkubasi
bersama-sama tabung awal selama tidak kurang dari 4 hari. Jika tidak terjadi
pertumbuhan mikroba, maka bahan uji memenuhi syarat sterilitas. Jika terbukti terjadi
pertumbuhan mikroba, maka bahan uji tidak memenuhi syarat sterilitas, Uji dikatakan
tidak absah jika satu atau lebih kondisi dibawah ini dipenuhi:
a. Data pemantauan mikrobiologi terhadap fasilitas uji sterilitas menunjukkan
ketidaksesuaian
b. Pengkajian prosedur uji yang digunakan selama pengujian menunjukkan
ketidaksesuaian
c. Pertumbuhan mikroba ditemukan pada kontrol negatif
d. Setelah dilakukan identifikasi mikroba yang diisolasi dari hasil uji, pertumbuhan
mikroba (beberapa mikroba) dapat dianggap berasal dari kesalahan pada bahan uji,
atau teknik pengujian yang digunakan pada prosedur uji sterilitas.
Jika pengujian dinyatakan tidak absah, lakukan uji ulang dengan jumlah bahan
yang sama dengan uji awal.
Media biakan.
0,1 g
0,05 g
10 ml
5 ml
5 ml
10 ml
10 ml
5 ml
5 ml
5 ml
25 ml
10 g
5g
1g
5 ml
pendingin.
Inokulum.
Pindahkan sel dari biakan induk Lactobacillus leichmannii, ke dalam 2 tabung
steril yang berisi 10ml media biakan. Inkubasi biakan selama 16-24 jam pada suhu
antara 30 dan 40, pertahankan suhu tetap dalam 0,5. Sentrifus biakan dan
enaptuangkan beningan. Suspensikan sel dari biakan dalam 5 ml media suspensi steril
dan campur. Tepatkan volume dengan media suspensi steril hingga enceran dalam
larutan natrium klorida P 0,9% memberikan transmitans 70% pada panjang
gelombang lebih kurang 530 nm, larutan natrium klorida P 0,9% sebagai blanko. Buat
pengenceran (1 dalam 400) suspensi yang telah diukur dengan larutan persediaan
media basal dan gunakan inokulum uji.
Sebelum membaca setiap pengujian, kalibrasi spektrofotometer untuk
transmitans 0% dan 100% dengan air pada panjang gelombang 530 nm. Bersihkan
semua alat, panaskan pada suhu 250 selama 2 jam untuk tabung reaksi kaca tahan
panas. Tambahkan dalam tiap tabung dari 2 seri tabung reaksi berturut-turut 1 ml, 1,5
ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml dan 5 ml larutan baku. Pada tiap tabung ini dan 4 tabung kosong
yang serupa tambahkan 5 ml larutan persediaan media basal dan air hingga 10 ml. Ke
dalam 2 seri tabung lain, tambahkan berturut-turut 1; 1,5; 2; 3; dan 4 ml larutan uji.
Ke dalam tiap tabung tambah 5 ml larutan persediaan media basal dan air hingga 10
ml. Letakkan 1 seri tabung berisi larutan baku dan larutan uji di dalam satu rak dan
seri kedua dalam rak lain, letakkan urutan taung secara acak. Tutup tabung, lalu
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 selama 5 menit, dinginkan secepat
mungkin.
Secara aseptik tambahkan ke dalam tiap tabung 0,5 ml inokulum kecuali 2 dari
4 tabung yang tidak berisi larutan baku. Inkubasi tabung pada suhu antara 30 dan 40
pertahankan tetap dalam 0,5 selama 16-24 jam. Dengan mengatur transmitans pada
100% untuk blanko tidak terinokulasi, baca transmitans dari blanko terinkulasi. Jika
perbedaan lebih besar dari 5% atau jika terkontaminasi dengan jasad renik lain,
abaikan hasil penetapan. Dengan mengatur transmitans pada 100% untuk blanko tidak
terinokulasi, baca transmitans tiap tabung lain. Abaikan hasil penetapan bila
kemiringan kurva baku menunjukkan masalah sensitivitas.
Buat kurva baku antara konsentrasi dan respon dengan cara periksa dan
abaikan tiap transmitans yang menyimpang. Untuk tiap tingkat kurva baku, hitung
respon dari jumlah harga duplikasi transmitans () sebagai selisih y = 2,00 . Buat
kurva dengan respon pada ordinat kertas grafik terhadap logaritma dari jumlah volume
larutan baku dalam ml tiap tabung pada absis, sehingga diperoleh garis mendekati
lurus yang lebih baik.
Hitung respon y, dengan menambah bersama dua transmitans untuk tiap kadar
larutan uji. Baca dari kurva baku logaritma volume larutan baku yang sesuai untuk
tiap harga y yang terletak dalam rentang titik terendah dan tertinggi dari baku.
Kurangkan dari tiap logaritma yang diperoleh dari logaritma volume dalam ml dari
larutan uji untuk memperoleh perbedaan, x, untuk tiap tingkat dosis. Hitung rata-rata
dari x untuk tiap 3 atau lebih tingkat dosis untuk memperoleh
= M, log potensi
relatif dari larutan uji. Hitung jumlah dalam g, Sianokobalamin BPFI sesuai dengan
sianokobalamin dalam sediaan uji dengan persamaan antilog M = antilog (M + log
R), R adalah jumlah dalam g sianokobalamin dalam tiap mg (kapsul atau tablet)
yang digunakan.
Ulangi seluruh penetapan minimal 1 kali menggunakan larutan uji yang dibuat
terpisah. Jika perbedaan antara dua log potensi M kurang dari 0,08, harga rata-rata M,
adalah log potensi sediaan uji. Namun, jika lebih dari 0,08, dilakukan satu atau lebih
penetapan tambahan. Dari harga rata-rata dua atau lebih harga M yang tidak berbeda
lebih dari 0,15, hitung potensi rata-rata larutan uji.
Kalsium Pantotenat BPFI; lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam
sebelum digunakan.
Larutan baku persediaan.
Timbang seksama 50 mg kalsium pentotenat BPFI yang telah dikeringkan dan
disimpan di tempat gelap, di atas fosfor pentoksida P, hindari penyerapan uap air
selama penimbangan. Larutkan dengan 500 ml air dalam labu terukur 1000 ml.
Tambahkan 10 ml asam asetat 0,2 N dan 100 ml larutan natrium asetat P (1
dalam 60), encerkan dengan air sampai tanda. Tiap ml larutan setara dengan 50
g kalsium pentotenat BPFI. Simpan di bawah lapisan toluena P dalam lemari
pendingin.
Larutan baku.
Pada hari pengujian, encerkan larutan baku persediaan yang diukur seksama
dengan air hingga kadar antara 0,01 g dan 0,04 g kalsium pentotenat per ml,
gunakan kadar yang tepat hingga respons yang diperoleh seperti tertera pada
prosedur, 2 ml dan 4 ml larutan bak yang digunakan berada dalam garis lurus
25 ml
25 ml
0,25 ml
10 g
5g
5 ml
Larutan Riboflavin-Tiamin.Hidroksida
Biotin
Larutan Asam para-aminobenzoatNiasin-piridoksin Hidroksida
5 ml
Larutan garam A
Larutan garam B
5 ml
5 ml
Media biakan.
5 ml
Pada tiap seri tabung berisi 5 ml larutan persediaan media basal tambahkan 5 ml
air yang mengandung 0,2 g kalsium pentotenat. Sumbat tabung dengan kapas,
inokula.
Prosedur.
Pada dua seri tabung reaksi ukuran sama masukkan 1 ml dan atau 1,5 ml; 2 ml; 3 ml;
4 ml dan 5 ml larutan baku. Pada tiap tabung dan 4 tabung sejenis yang tidak berisi
larutan baku tambahkan 5 ml larutan persediaan media basal dan air secukupnya
hingga 10 ml. Pada dua seri tabung reaksi sejenis masukkan sejumlah larutan uji
setara dengan 3 atau lebih kadar larutan baku meliputi tingkat 2 ml; 3 ml dan 4 ml.
Pada masing-masing tabung tambahkan 5 ml larutan persediaan media basal dan air
secukupnya hingga 10 ml. Tempatkan dua seri tabung larutan baku dan larutan uji
bersama-sama dalam rak tabung dan sebaiknya tempatkan tabung secara acak.
Tutup tabung untuk mencegah kontaminasi jasad renik dan panaskan dalam
otoklaf pada suhu 121 selama 5 menit. Dinginkan dan tambahkan 1 tetes inokula
pada tiap tabung kecuali 2 dari 4 tabung yang tidak berisi larutan baku dan campur.
Inkubasi tabung pada suhu antara 30 dan 37 0,0 selama 16-24 jam hingga tidak
terbentuk kekeruhan dalam waktu 2 jam.
Tentukan transmitans tabung dengan cara campur isi tiap tabung, ukur
transmitans pada panjang gelombang antara 540 nm dan 660 nm, setelah tercapai
keadaan stabil selama 30 detik atau lebih. Gunakan interval waktu yang relatif sama
untuk setiap pembacaan tabung.
Buat kurva baku antara kadar dan respons dengan cara untuk tiap tingkat kadar
larutan baku, hitung respons dari jumlah harga duplikasi transmitans () sebagai
selisih, Y = 2,00 transmitans. Gambarkan kurva dengan respons pada ordinat
kertas grafik terhadap log dari volume larutan baku dalam ml tiap tabung pada absis,
gunakan skala artimatika atau logritmik sehingga diperoleh mendekati garis lurus.
Hitung respons y dengan menambah bersama dua transmitans untuk tiap kadar
larutan uji. Baca dari kurva baku logaritma volume larutan baku yang sesuai untuk
tiap harga y yang terletak dalam rentang titik terendah dan tertinggi dari baku.
Kurangkan dari tiap logaritma yang diperoleh, logaritma dari volume dalam ml larutan
uji untuk memperoleh perbedaan, x untuk tiap tingkat dosis. Harga rata-rata x untuk
masing-masing tiga atau lebih tingkat dosis untuk memperoleh x = M, log-potensi
relatif larutan uji. Hitung jumlah dalam mg kalsium pentotenat dalam sejumlah bahan
yang digunakan untuk pengujian sebagai antilog:
M= antilog (M + log R)
R adalah jumlah mg kalsium pentotenat yang di perkirakan ada dalam tiap mg (kapsul
atau tablet) yang digunakan untuk uji.
Ulangi seluruh penetapan sekurang-kurangnya satu kali, denga larutan uji yang
dibuat terpisah. Jika perbedaan antara dua log-potensi M kurang dari 0,08, harga ratarata M adalah log potensi sediaan uji . Jika lebih dari 0,08, lakukan satu atau lebih
penetapan tambahan. Dari harga rata-rata dua atau lebih harga M yang tidak berbeda
lebih dari 0,15, hitung potensi rata-rata larutan uji.
PENETAPAN POTENSI ANTIBIOTIK SECARA MIKROBIOLOGI
Aktivitas (potensi) suatu antibiotik dapat ditunjukkan pada kondisi sesuai
dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas
antimikroba juga akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat
ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologi atau biologi
biasanya merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan
hilangnya aktivitas.
Ada dua metode umum yang dapat digunakan, yaitu penetapan dengan cara
lempeng-silinder dan cara tabung atau turbidimetri. Metode lempeng berdasarkan
difusi antibiotik dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam
cawan petri, sehingga mikroba yang ditambahkan dihambat pertumbuhannya pada
daerah berupa lingkaran disekeliling silinder yang berisi larutan antibiotik. Metode
turbidimetri berdasarkan atas hambatan pertumbuhan biakan mikroba dalam larutan
antibiotik, dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroba dengan cepat bila
tidak terdapat antibiotik.
Peralatan
Semua peralatan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah digunakan.
Peralatan gelas untuk menyimpan dan memindahkan mikroba uji, disterilkan dengan
pemanasan kering atau dengan uap air.
Pengendalian Suhu
Pengendalian termostatik diperlukan dalam beberapa tahap penetapan secara
mikrobiologi, waktu membiakan mikroba dan penyimpanan inokulanya, selama
inkubasi dalam penetapan pada lempeng dan tabung. Suhu pada penetapan dengan
cara lempeng dipertahankan pada lebih kurang 0,5 dari suhu yang dipilih.
Pengendalian suhu yang lebih dekat sangat penting untuk inkubasi pada penetapan
dengan cara tabung, hal ini dapat diperoleh dengan sirkulasi udara atau air, kapasitas
panas dari air yang lebih besar lebih menguntungkan daripada sirkulasi udara.
Spektrofotometer
Pengukuran transmitans dalam pita frekuensi yang sempit, menumbuhkan
spektrofotometer yang sesuai dan mempunyai sumber cahaya panjang gelombang
yang dapat diubah atau dibatasi menggunakan filter 580 nm untuk penyiapan inokula
dengan kerapatan tertentu, atau filter 530 nm untuk pengukuran serapan pada
pengujian dengan cara tabung. Atur serapan dengan blanko untuk serapan nol
menggunakan media cair yang jernih tanpa inokula yang disiapkan seperti dinyatakan
untuk masing-masing antibiotik, termasuk sejumlah yang sesuai larutan uji dan
formaldehida dalam tiap contoh.
Wadah Untuk Penetapan Secara Lempeng-Silinder
Untuk cara lempeng, gunakan cawan petri kaca atau plastik (lebih kurang 20
mm x 100 mm) yang mempunyai tutup dari bahan yang sesuai. Untuk silinder,
gunakan silinder besi tahan karat dengan toleransi ukuran masing-masing lebih kurang
0,1 mm; diameter luar 8 mm, diameter dalam 6 mm, dan tinggi 10 mm. Cara silinder
dengan saksama untuk membersihkan semua residu, kadang-kadang diperlukan suatu
asam seperti asam nitrat 2 N atau asam kromat.
Wadah Untuk Penetapan Secara Turbidimetri
Untuk penetapan dengan cara tabung, gunakan tabung reaksi kaca atau plastik
dengan ukuran misalnya 16 mm x 125 mm atau 18 mm x 150 mm yang panjang,
diameter dan ketebalannya relatif seragam serta permukaannya tidak cacat dan tidak
tergores. Tabung yang ditempatkan pada spektofotometer harus sesuai, tanpa goresan
dan tidak cacat. Bersihkan seksama tabung dari semua residu antibiotik dan sisa
larutan pembersih, dan sterilkan sebelum digunakan untuk penetapan berikutnya.
Media dan Pengencer
Media
Media yang diperlukan untuk penyiapan inokula mikroba uji terbuat dari
bahan-bahan yang tertera di bawah ini. Sedikit modifikasi dari masing-masing bahan,
atau media kering yang direkonstitusi, dapat dilakukan dengan syarat media yang
dihasilkan mempunyai daya menumbuhkan yang sama atau lebih baik dan
memberikan respon kurva baku yang sama.
Larutkan bahan-bahan dalam air hingga 1L, dan atur pH dengan NaOH 1N
atau HCl 1N, hingga sesudah sterilisasi uap air pH media sesuai dengan yang tertera.
Media 1
Pepton P
6g
Digesti pankreatik kasein P
4g
Ekstrak ragi P
3g
Ekstrak daging P
1,5 g
Glukosa P
1g
Agar P
15 g
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 6,6 0,1
Media 2
Pepton P
6g
Ekstraks ragi P
3g
Ekstrak daging P
1,5 g
Agar P
15 g
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 6,6 0,1
Media 3
Pepton P
5g
Ekstrak ragi P
1,5 g
Ekstrak daging P
1,5 g
Natrium klorida P
3,5 g
Glukosa P
1g
Kalium fosfat dibasa P
3,68 g
Kalium fosfat monobosa P
1,32 g
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 7,0 0,05
Media 5
Pepton P
6g
Ekstraks ragi P
3g
Ekstrak daging P
1,5 g
Agar P
15 g
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 7,9 0,1
Media 8
Pepton P
6g
Ekstraks ragi P
3g
Ekstrak daging P
1,5 g
Agar P
15 g
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 5,9 0,1
Media 9
Digesti pankreatik kasein P
17 g
Digesti papaik kedele P
3g
Natrium klorida P
5g
Kalium fosfat dibasa P
2,5 g
Glukosa P
2,5 g
Agar P
20 g
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 7,2 0,1
Media 10
Digesti pankreatik kasein P
17 g
Digesti papaik kedele P
3g
Natrium klorida P
5g
Kalium fosfat dibasa P
2,5 g
Glukosa P
2,5 g
Agar P
12 g
Polisorbat 80 P
10 ml
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 7,2 0,1
Media 11
Pepton P
6g
Digesti pankreatik kasein P
4g
Ekstrak ragi P
3g
Ekstrak daging P
1,5 g
Glukosa P
1g
Agar P
15 g
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 8,3 0,1
Media 13
Glukosa P
20 g
Pepton P
10 g
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 5,6 0,1
Media 19
Pepton P
9,4 g
Ekstrak ragi P
4,7 g
Ekstrak daging P
2,4 g
Natrium klorida P
10 g
Glukosa P
10 g
Agar P
23,5 g
Air
1000 m
lpH setelah sterilisasi 6,1 0,1
Media 32
Pepton P
6g
Digesti pankreatik kasein P
4g
Ekstrak ragi P
3g
Ekstrak daging P
1,5 g
Glukosa P
1g
Agar P
15 g
Mangan sulfat P
300 mg
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 6,6 0,1
Media 34
Gliserin P
Pepton P
Ekstrak daging P
Natrium klorida P
Air
pH setelah sterilisasi 7,0 0,1
10 g
10 g
10 g
3g
1000 g
Media 35
Gliserin P
Pepton P
Ekstrak daging P
Natrium klorida P
Agar P
Air
pH setelah sterilisasi 7,0 0,1
10 g
10 g
10 g
3g
17 g
1000 g
Media 36
Digesti pankreatik kasein P
Digesti papaik kedele P
Natrium klorida P
Agar P
Air
pH sterilisasi 7,3 0,1
15 g
5g
5g
15 g
1000 ml
Media 39
Pepton P
5g
Ekstrak ragi P
1,5 g
Ekstrak daging P
1,5 g
Natrium klorida P
3,5 g
Glukosa P
1g
Kalium fosfat dibasa P
3,68 g
Kalium fosfat monobosa P
1,32 g
Air
1000 ml
pH setelah sterilisasi 7,9 0,1
Dapar Fosfat Dan Larutan Lain
Dapar nomor 1
1%; pH 6,0. Larutkan 2 g kalium fosfat dibasa P dan 8 g kalium fosfat
monobasa P dalam 1000 ml air. Atur pH hingga 6,0 0,05 dengan
NaOhH 10 N.
Dapar nomor 6
10%; pH 6,0. Larutkan 20 g kalium fosfat dibasa P dan 80 g kalium
fosfat monobasa P dalam 1000 ml air. Atur pH hingga 6,0 0,05
gan
cara digunaka
Turbidimetri
(T)]
Y = Ya
Larutan persediaan
Pelarut
awal Kadar
Batas
Enceran uji
Pengenc Dosis
(kadar
waktu
eran
tenga
akhir
h (ug
awal persedi
yang
aan
penggun
ditetapkan)
akhir
aan
[pengencer
per ml
aktivi
tas
selanjutnya bila
unit
berbeda]
per
Amfoterisin B Y
Dimetil
1mg
D.10
ml)
1,0 ug
(CL)
Amikasin (T)
T\
T
sulfoksida
Air
Air
1mg
100 ug
14 hari
7 hari
Air
D.3
10 ug
0,1 ug
D16
2U
14 hari
D.16
0,04
90 hari
D.3
U
1,0 ug
T
Tidak
Ampisilin
(CL)
Bleomisin
(CL)
Daktinomisin
Metanol
1mg
(CL)
Demeklosiklin Y
(10mg/ml)
Asam klorida 1mg
4 hari
Air
0,1 ug
(T)
Dihidrostrepto
0,1 N
D3
1mg
30 hari
D.1
1,0 ug
misin (CL)
Dihidrostrepto
Air
1mg
30 hari
Air
30 ug
misin (T)
Diklosasilin
D1
1mg
7 hari
D.3
5,0 ug
(CL)
Doklisiklin
Asam
1mg
5 hari
D.3
0,1 ug
(T)
hidroklorida
Eritromisin
0,1N
Metanol
1mg
14 hari
Air
1,0 ug
(CL)
Gentamisin
(10mg/ml)
D3
1mg
30 hari
D.1
0,1 ug
(CL)
Kanamisn (T)
Karbenisilin
T
T
Air
D1
1mg
1mg
30 hari
14 hari
D.3
D.1
10 ug
20 ug
(CL)
Klindamisin
Air
1mg
30 hari
D.3
1,0 ug
(CL)
Kloksasilin
D1
1mg
7 hari
D.1
5,0 ug
30 hari
Air
2,5 ug
(CL)
Kloramfenikol T
Alcohol
(T)
Klortetrasiklin
mg/ml)
Asam klorida 1mg
4 hari
Air
0,06
(T)
Kolistin (CL)
0,1 N
Air
1mg
14 hari
D.6
ug
1,0 ug
Linkomisin
(10mg/ml)D6
Air
1mg
30 hari
Air
0,5 ug
2 hari
Air
0,085
(10 1mg
(T)
Minosiklin (T) T
Asam
Mitomisin
0,1 N
D1
1mg
14 hari
D.1
ug
1,0 ug
(CL)
Neomisin
D3
100 ug
14 hari
D.3
1,0 ug
(CL)
Neomisin (T)
Nistatin (CL)
Y
Y
D3
Dimetil
1000 U
1mg
14 hari
*
D.3
D.6
1,0 ug
20 U
Oksitetrasiklin T
sulfoksida
Asam klorida 1mg
4 hari
Air
0,24
(T)
Paromomisin
0,1 N
D3
1000 U
21 hari
D.3
ug
1,0 ug
D1
10.000
4 hari
D.1
1,0 U
Air;D.6
U
1mg
14 hari
D.6
10 U
(CL)
Penisilin
G T
(CL)
Polimiksin B Y
klorida 1mg
(CL)
Rifampisn
Methanol
1mg
1 hari
D.1
5,0 ug
(CL)
Sefaleksin
D.1
1mg
7 hari
D.1
20 ug
(CL)
Sefradin (CL)
Steptomisin
T
Y
D.1
Air
1mg
1mg
5 hari
30 hari
D.1
air
10 ug
30 ug
(T)
Tetrasiklin (T)
Asam
1 hari
Air
0,24
Tobramisin
0,1 N
Air
1mg
14 hari
Air
ug
2,5 ug
(T)
Vankomisin
Air
1mg
7 hari
D.4
10 ug
(CL)
Zink
Asam
D.1
1,0 ug
Basitrasin CL
klorida 1mg
klorida 100 U
0,1 N
Mikroba Uji
Saccharomyces cerevisiae
Staphylococcus aureus
Micrococcus luteus
Micrococcus luteus
Mycobacterium smegmatis
Bacillus subtilis
Staphylococcus aureus
Bacillus subtilis
Klebsiella pneuminiae
Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus
Micrococcus luteus
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus aureus
Pseudomonas aeruginosa
Micrococcus luteus
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Staphylococcus aureus
Nomor ATCC
9763
29737
9341
10240
607
6633
29737
6633
10031
29737
29737
9341
12228
29737
25619
9341
29737
10536
29737
Kolistrin
Linkomisin
Minosiklin
Mitomisin
Neomisin (CL)
Neomisin (T)
Nistatin
Oksitetrasiklin
Paramomisin
Penisilin G
Polomiksin B
Sefaleksin
Sefradin
Streptomisin (T)
Tetrasiklin
Tobramisin
Vankomisin
Bordetella bronchiseptica
Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus
Bacillus subtilis
Staphylococcus epidermidis
Klebsiella pneuminiae
Saccharomyces cerevisiae
Staphylococcus aureus
Staphylococcus epidermidis
Staphylococcus aureus
Bordetella bronchiseptica
Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus
Klebsiella pneuminiae
Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus
Bacillus subtilis
4617
29737
29737
6633
12228
10031
2601
29737
12228
29737
4617
29737
29737
10031
29737
29737
6633
Penetapan menggunakan 5 tingkat dosis contoh pada kadar perkiraan sama dengan
aras dosis tengah baku.
Mikroba dan Inokula
Mikroba Uji
Mikroba uji untuk tiap antibiotik tertera pada tabel 2 beserta nomor identifikasi
Americans Type Culture Collection (ATCC) yang bersangkutan. Metode penetapan
dengan mikroba uji tersebut tertera pada tabel 1. Pelihara biakan pada biakan agar
miring dengan kondisi inkubasi seperti yang tertera pada tabel 3 dan pindahkan setiap
minggu pada agar miring yang baru. Untuk Klebsiella pneumoniae gunakan biakan
tidak berkapsul.
Penyiapan Inokula
Untuk persiapan penetapan, inokulasikan biakan segar mikroba dari agar
miring atau biakan lain ke permukaan 250 ml media agar yang tertera pada tabel 3
dalam sebuah botol Roux, kecuali untuk Streptococcus faecium dibiakkan media cair.
Sebarkan suspensi secara merata ke atas permukaan agar dengan bantuan butiran kaca
steril dan inkubasikan pada suhu yang ditetapkan selama waktu tertentu. Pada akhir
periode inkubasi, buat suspensi persediaan dengan mengumpulkan biakan permukaan
ke dalam 50 ml larutan natrium klorida P 0,9% steril kecuali untuk Bleomisin
(gunakan 50 ml Media 34).
Untuk penetapan, encerkan sebagian suspensi persediaan dengan penambahan
sejumlah volume air steril atau larutan atau larutan natrium klorida P 0,9% steril
seperti tertera pada tabel 3 dan ukur transmitansnya pada 580 nm. Atur perbandingan
hingga inokula mempunyai transmitans 25% terhadap larutan natrium klorida P 0,9%
sebagai blanko. Untuk penetapan secara turbidimetri.
Untuk penetapan dengan cara lempeng-silinder tetapkan dengan percobaan
untuk mengatur jumlah suspensi persediaan yang dimasukkan untuk inokula, dimulai
dengan volume yang tertera pada tabel 3 hingga menghasilkan batas daerah hambatan
yang memuaskan dengan diameter lebih kurang 14 mm sampai 16 mm dan
memberikan suatu hubungan dosis yang reprodusibel. Buat inokula dengan
menambahkan sejumlah suspensi persediaan ke dalam media agar yang telah
dicairkan dan didinginkan hingga suhu 45 sampai 50, putar hingga diperoleh
suspensi homogen.
Tabel 3
PENYIAPAN INOKULA
Kondisi inkubasi
Pengenc
Komposisi
eran
inokula yang
suspense
dianjurkan
Antibiotic
persediaa
n hingga
diperoleh
25% T
medi Suhu
Waktu
media
a
Bacillus subtilis
(6633)
32
Jumlah
(ml per
32-35
5 hari
100 ml)
**
Daktinomisin
Dihidrostreptomisin
Rifampisin
24
1:20
0,5
Mitomisin
8
10
**
0,1
vankomisin
Kolistin
Bordetella
bronciseptica
(4617)
Escherichia coli
(10536)
Klebsiella
pneumonia
(10031)
Micrococcus
luteus (9341)
Micrococcus
luteus (10240)
Mycobacterium
smegmatis 607)
32-35
24
1:35
11
1
1,5
0,3
36
36-
48
35
1,0
Pseudomonas
Aeruginosa
(25619)
Saccharomyces
cerevisiae
(9763)
Saccharomyces
32-35
Polimiksin B
1
32-35
24
1:20
0,7
Kloramfenikol
36-
24
1:25
0,1
Streptomisin
37,5
32-35
Dihidrostreptomisin
24
1:40
39
11
2
0,5
Neomisin
Ampisilin
Klindamisin
eritromisin
Basitrasin
37,5
1
36-
24
1:25
10
0,5
Bleomisin
karbenisilin
37,5
19
29-31
48
19
1,0
Amfoterisin B
19
29-31
48
1:30
19
1,0
Nistatin
cerevisiae
(2601)
Staphylococcus
aureus (29737)
32-35
24
1:20
0,05
Sefaleksin, sefradin
0,1
Kloksasilin,
1,0
Dikloksasilin
0,1
Penisilin G
Amikasin,
Klortetrasiklin
Demeklosiklin,
0,2
DoksisiklLin,
0,15
Linkomisin,
Oksitetrasiklin,
Tetrasiklin
Kanamisin,
Minosiklin
Staphylococcus
epidermidis
(12228)
32-35
24
1:14
11
0,03
Tobramisin
Gentamisin
1:25
11
0,4
Neomisin
11
2,0
Paromomisin
Cara Pengujian
Penetapan secara mikrobiologi memperoleh presisi yang meyakinkan melaui
pemisahan sumber sumber penyebab kesalahan potensial serta bias yang relative besar
dengan menggunakan desain penetapan yang sesuai. Pada penetapan dengan metode
lempeng silinder, perbandingan pokok dibatasi pada hubungan pengukuran diameter
hambatan antar lempeng. Dan pada penetapan dengan metode tabung diamati
perbedaan kekeruhan yang menggambarkan perbedaan kadar antibiotic, diperlukan
keseragaman suhu tabung pada incubator. Dianjurkan menggunakan desain penetapan
dengan suatu kurva baku, dengan dibuat pengenceran sebanyak 5 , 6 atau lebih.
Metode turbidimetri
Pada hari penetapan siapkan dosis yang diperlukan dengan mengencerkan
larutan persediaan baku dan tiap larutan uji seperti pada tabel 1. Tambah 1ml tiap
dosis pada masing-masing 3 tabung reaksi yang telah dipersiapkan dan tempatkan 3
replika tabung dengan posisi acak pada rak tabung. Lalu buat tabung untuk kontrol
berisi 1 ml pengencer tanpa antibiotik. Lalu tambah inokula 9 ml kedalam tiap tabung
pada rak dan letakkan pada incubator dengan suhu yang telah ditentukan sebelumnya.
Selama 2-4 jam setelah inkubasi tambah larutan formaldehid 0,5 ml kedalam tiap
tabung dan ukur transmitan pada serapan 530 nm
Cara Perhitungan
Untuk menghitung potensi dari data yang diperoleh dengan metode lempeng
silinder atau turbidimetri lakukan seperti yang tertera pada potensi hasil interpolasi
dari kurva baku dan pada desain dan analisis penetapan hayati dengan metode garis
lurus transformasi log. Jika lebih dari satu penetapan dilakukan untuk bahan uji yang
sama dengan kurva baku berbeda, buat rata2 dari dua atau lebih nilai potensi