Sk3 Blok Panca Dimas (1102012067)
Sk3 Blok Panca Dimas (1102012067)
SELANGKANGAN
1102012067
Daerah yang paling tebal (66 mm), pada telapak tangan dan telapak kaki
dan paling tipis (0,5 mm) pada daerah penis.
keterangan:
A
Melanocyt
Langerhans cell
Merkels cell
Nervnda
= Stratum corneum
= Stratum granulosum
= Stratum spinosum
= Stratum basale
= Basalmembran
Sitoplasma berbutir kasar yang terdiri atas keratohialin dan terdapat inti
diantaranya
Mukosa tidak mempunyai lapisan ini
d. Stratum spinosum / lapisan Malphigi
Lapisan epidermis yang paling tebal
Terdiri dari sel polygonal, besarnya berbeda-beda karena ada proses mitosis
Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen dan inti terletak
ditengah
Terdapat jembatan antarsel (intecelluler bridges) yg tdd: protoplasma dan
tonofibril
Perlekatan antar jembatan membentuk nodulus Bizzozero
Terdapat juga sel langerhans yang berperan dalam respon respon antigen
kutaneus. Seperti ditunjukan dibawah
e. Stratum basale
Terdiri dari sel sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis
Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade
Lapisan terbawah dari epidermis
Mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif
Terdapat melanosit (clear cell) yaitu sel dendritik yang yang membentuk
melanin melindungi kulit dari sinar matahari. Dengan sitoplasma yang
basofilik dan inti gelap, mengandung butir pigmen (melanosomes)
Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu protein fibrous insoluble
yang membentuk barier terluar kulit yang berfungsi:
Mengusir mikroorganisme patogen
o Pleksus profunda
Adneksa Kulit
1) Kelenjar-Kelenjar Pada Kulit
a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)
Terdapat di lapisan dermis. Diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
-
Kelenjar Apokrin
2) Kelenjar Sebasea
Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut dan
batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi halus lentur dan lunak.
Turunan Kulit
Rambut
Rambut merupakann bangunan berzat tanduk yang diproduksi oleh folikel rambut
yang merupakan pertumbuhan epitel permukaan kedalam lapisan dermis
dibawahnya.Pertumbuhan rambut berlangsung dalam bagian pangkal folikel yang
menggelembung dan disebut bulbus pili, yang terdiri atas sel-sel epitelial yang aktif
membelah dan mengitari suatu papila jaringan ikat yang banyak mengandung pembuluh
darah, dan saraf yang penting bagi kelangsungan hidup folikel rambut.Papila dermis dalam
bulbus pili ini disebut papila pili.Batang rambut dibentuk oleh sel folikel yang paling dalam
yang membatasi papila yang disebut sel matriks.Sel-sel folikel rambut merupakan lanjutan
dari startum basal dan spinosum epidermis kulit. Pada permulaan perkembangan semua sel
pada folikel aktif bermitosis akan tetapi seltelah folikel terdiferensiassi sempurna hanya
tinggal sel-sel matriks yang aktif bermitosis dan menghasilkan berbagai bagian rambut yaitu,
medula, korteks, dan kutikula rambut. Pigmen melanin ditemukan terjepit diantara dan di
dalam sel tersebut sehingga mewarnai rambut.M. arector pili melekat ke sarung folikel dan
berinsersi di daerah papila dermis pada epidermis.Kontraksi ini menyebabkan rambut
menegak dan menarik ke dalam daerah tempat insersinya pada papila sehingga terjadi
keadaan yang tampak pada kulit yang merinding.Muskulus arektor pili dipersarafi oleh sistem
saraf simpatis dan penegakan rambut terjadi apabila kedinginan atau ketakutan.
Kuku
Kuku berasal dari sel yang sama pada epidermis, mempunyai matriks yang aktif
bermitosis menghasilkan dasar kuku, yang merupakan lanjutan stratum germinatif kulit.
Bagian pangkal kuku diliputi suatu lipatan kulit yang disebut eponikium atau
kutikula.Lempeng kuku tumbuh dari dasar kuku sebagai suatu lempeng zat tanduk.Dasar
kuku merupakan lanjutan stratum germinatif, terdiri atas sel-sel basal di atas membran basal
dan dua atau tiga lapisan spinosum. Di bagian proksimal kuku terdapat daerah putih yang
berbentuk bulan , disebut lunula. Stratum korneum yang mengeras di bawah ujung bebas
kuku disebut hiponikium.Pertumbuhan kuku bersifat kontinu dan bisa digunakan sebagai
indikator kesehatan seseorang seperti, adanya lekukan dan kekeruhan sering ditemukan pada
infeksi kuku.Kuku yang tipis, mudah sobek, konkaf atau kuku sendok, menandakan adanya
penyakit seperti anemia kronik, sifilis dan demam rematik. Kuku yang kering dan rapuh
menunjukan defisiensi vitamin atau keadaan hipotiroid.
LI.1.2. MM FISIOLOGI KULIT
Kulit berfungsi untuk :
1.Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, gangguan
kimiawi, gangguan bersifat panas, serta gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri
maupun jamur.
Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis,
tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar
tubuh.Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut.
Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari
kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan
dalam mengatasi banyak mikroba yang ingin masuk ke dalam kulit.
2.Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat.tetapi cairan
yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak.
Permeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan kemungkinan kulit
mempunyai peran dalam fungsi respirasi.Kemampuan absorpsi tersebut dipengaruhi oleh
tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme dan jenis vehikulum.
3.Eksresi
4.Persepsi
Rangsang panas : badan-badan Ruffini di dermis dan subkutis.
Rangsang dingin : badan-badan Krause yang terletak di dermis.
Rangsang rabaan : badan taktil Meissner di papilla dermis dan badan Merkel Ranvier di
epidermis.
Rangsang tekan : badan Paccini di epidermis.
5.Pengaturan suhu tubuh
Termoregulasi kulit dilakukan dengan mengeluarkan keringat dan mengerutkan
pembuluh darah kulit.
6.Pembentukan pigmen
Perbandingan jumlah sel basal : melanosit adalah 10 : 1. Jumlah melanosit dan jumlah
serta besarnya butiran pigmen menentukan warna kulit ras maupun individu.Pajanan sinar
matahari mempengaruhi produksi melanosom.Pigmen disebar ke epidermis melalui tangantangan dendrite, sedangkan pada dermis melalui sel melanofag.Warna kulit juga dipengaruhi
oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.
7.Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain
akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas makin
gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti menghilangdan keratinosit
ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung normal selama kira-kira 14-21 hari
dan member perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.
8.Pembentukan vitamin D
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
9.Fungsi Ekspresi Emosi
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi
sebagai alat untuk menentukan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan dapat
dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum, kesedihan diutarakan oleh
kelenjar air mata yang meneteskan air matanya, ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar
keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat
dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit
tampak semakin merah, berminyak, dan menyebarkan bau khas.Semua fungsi kulit pada
manusia berguna untuk mempertahankan kehidupannya sama seperti organ tubuh lain.
LI.3. MM EFLORESENSI KULIT
1. EFLORESENSI PRIMER
A. MAKULA
Perubahan warna kulit yang tegas dengan ukuran dan bentuk bervariasi tanpa
disertai perubahan konsistensi dan permukaannya. Makula berukuran < 1 cm, jika
> 1 cm : patch
B. PAPULA
Penonjolan kulit yang solid dengan diameter < 1 cm dan bagian terbesarnya
berada diatas permukaan kulit
C. PLAQUE
Kelainan kulit seperti papula dgn permukaan datar & diameter > 1 cm
Plak dapat terjadi karena perluasan suatu papula, tetapi juga dapat karena
gabungan dari beberapa papula
D. NODUL
Penonjolan pada kulit berbatas tegas, letaknya dalam, diameternya > 1 cm
E. URTIKARIA
Penonjolan kulit dengan batas tegas, timbulnya cepat dan hilangnya juga cepat.
Biasanya berwana kemerahan dan pucat di bagian tengah
F. VESIKEL
Penonjolan kulit berbatas tegas, berisi cairan & diameternya < 1 cm Bila pecah
menjadi Erosi, bila bergabung menjadi Bula
G. BULA
Penonjolan kulit berbatas tegas, seperti vesikel dengan ukuran > 1 cm
H. PUSTULA
Penonjolan kulit berbatas tegas, diameter < 1 cm, berisi cairan pus/ nanah
I. PURPURA
Perubahan warna kulit menjadi kemerahan yang terjadi karena perdarahan di
dalam kulit Berdasarkan diameter :
a. Petechie : < 1 cm
b. Echymosis: > 1 cm
J. KISTA
Suatu rongga yang dibatasi oleh epitel dan di dalamnya berisi massa cair atau
solid
K. TELEANGIEKTASIS
Terjadinya pelebaran pembuluh darah kapiler, venulae, atau arteriole yang nampak
pada permukaan kulit
L. KOMEDO
Penonjolan kulit karena adanya pelebaran infundibulum folikel rambut yang terisi
masa keratin, sebum & mikroorganisme
2. EFLORESENSI SEKUNDER
A. SKUAMA : Stratum korneum yang terkelupas dan tampak pada permukaan
Dapat kering/ berminyak, tipis/ tebal, warna putih keabuan kuning coklat
B. KRUSTA : Bahan cair, eksudat, darah atau serum maupun jaringan nekrotik yang
mengering
C. EROSI : Defek pada sebagian atau seluruh epidermis tetapi tidak sampai pada
membrana basalis, sehingga pada proses penyembuhannya tidak meninggalkan
bekas sikatrik
Aktinomikosis
2.
Nokardiosis
3.
Antinomikosis misetoma
4.
Blastomikosis
5.
Parakoksidiodomikosis
6.
Lobomikosis
7.
Koksidiodomikosis
8.
Histoplasmosis
9.
Histoplasmosis Afrika
10.
Kriptokokosis
11.
Kandidiosis
12.
Geotrikosis
13.
Aspergillosis
14.
Fikomikosis
15.
Sporotrikosis
16.
Maduromikosis
17.
Rinosporidiosis
18.
Kromoblastomikosis
19.
serologic dan pemeriksaan imunologik yang lain. Pemeriksaan tambahan ini diperlukan untuk
memastikan atau menyingkirkan mikosis profunda dan penyakit yang disebut sebagai
diagnosis banding.Sebagai contoh, pemeriksaan lapangan gelap, histopatologik, dan
pemeriksaan tes serologic untuk sifilis yang spesifik, maupun yang non spesifik.Demikian
pula pemeriksaan pemeriksaan khusus untuk penyakit tertentu.
MISETOMA
Definisi:
Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif granulomatosa yang dapat disebabkan
Actinomyces, Nocardia , dan Eumycetes atau jamur berpigmen.
Etiologi :
Gejala klinis :
Pembengkakan
Abses
Fistel multiple
Gejala klinis biasanya merupakan lesi kulit yang sirkumskrip dengan pembengkakan
seperti tumor jinak dan ahrus disertai butir-butir.Inflamasi dapat menjalar dari permukaan
sampai ke bagian dalam dan dapat menyerang subkutis, fasia, otot dan tulang.Sering
terbentuk fistel, yang mengeluarkan eksudat. Butir butir sering bersama sama eksudat
mengalir ke luar dari jaringan.
Diagnosis:
Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan uraian diatas. Namun
bila disokong dengan gambaran histologic dan hasil biakan, diagnosis akan lebih mantap.
Lagi pula penentuan spesies penyebab sangat penting untuk terapi dan prognosis
Tatalaksana:
Pengobatan misetoma biasanya harus disertai radikal, bahkan amputasu kadang
kadang perlu dipertimbangkan. Obat obat , misalnya kombinasi kotrimoksazol dengan
streptomisin dapat bermanfaat , bila penyakit yang dihadapi adalah misetoma aktinomikotik,
tetapi pengobatan memerlukan waktu lama ( 9bulan-1tahun) dan bila kelainan belum meluas
benar. Obat obat baru antifungal , misalnya itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk
misetoma maduromikotik.
Prognosis:
Quo ad vitam umumnya baik.Pada maduromikosis prognosis quo ad sanationam tidak
begitu baik bila dibandingkan dengan aktinomikosis/botriomikosis. Diseminasi limfogen atau
hematogen dengan lesi pada alat alat dalam merupakan kecualian
SPOROTRIKOSIS
Infeksi koronis yang disebabkan Sporotrichium schenkii dan ditandai dengan
pembesaran kelenjar getah bening.Kulit dan jaringan subkutis di atas nodus sering melunak
dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Penyakit jamur ini mempunyai insidens yang
cukup tinggi pada daerah tertentu, dan ditemukan pada pekerja hutan maupun petani
(HUTAPEA,1978;SIREGAR dan THAHA 1978)
Bila tidak terjadi diseminasi melalui saluran getah bening diagnosis agak sukar
dibuat.Selain gejala klinis, yang dapat menyokong diagnosis adalah pembiakan terutama pada
mencit atau tikus, dan pemeriksaan histopatologik. Pernah dilaporkan sekali-sekali selain
bentuk kulit yang khas, beberapa bentuk di paru dan alat dalam lain. Pada kasus-kasus ini
rupanya terjadi infeksi melalui inhalasi.
Pengobatan yang memuaskan biasanya dicapai dengan pemberian larutan kalium
yodida jenuh oral.Dalam hal yang rekalsitran pengobatan dengan amfoterisin B atau
itrakonazol dapat diberikan.
KROMOMIKOSIS
Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah penyakit
jamur yang disebabkan bermacam-macam jamur berwarna (dematiaceous).Penyakit ini
ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang perlahan-lahan, sehingga akhirnya
membentuk vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbahan ini dapat menjadi ulkus atau
tidak, biasanya ada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi di tempat lain pernah ditemukan,
misalnya pada tangan, muka, telinga, leher, dada, dan bokong. Penyakit ini kadang-kadang
dilihat di Indonesia.Sumber penyakit biasanya dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma.
Penyakit tidak ditularkan dari manusia ke manusia dan belum pernah dilaporkan
terjadi pada binatang.Diseminasi dapat terjadi melalui autoinokulasi, ada juga kemungkinan
penyebaran melalui darah dengan terserangnya susunan saraf sentral pernah
dilaporkan.Walaupun penyakit jamur ini biasanya terbatas pada kulit, bila lesinya luas dapat
mengganggu kegiatan penderita sehari-hari.
Pengobatannya sulit.Terapi sinar x pernah dilakukan dengan hasil yang berbedabeda.Kadang-kadang diperlukan amputasi. Pada kasus lain reseksi lesi mikotik disusul
dengan skin graft memberi hasil yang memuaskan. Obat-obatan biasanya memberikan hasil
yang kurang memuaskan dan harus diberikan dalam waktu yang lama.
Pada akhir-akhir ini hasil pengobatan yang memuaskan dicapai dengan kombinasi
amfoteresin B dan 5-fluorositosin.Demikian pula pengobatan dengan kantong-kantong panas
di JEpang.Prognosis, seperti diuraikan oada hasil terapi di atas.Itrakonazol pada akhir-akhir
ini memberikan harapan baru pada penyakit ini, terutama bila penyebabnya adalah
Cladosporium carrionii.
Pitriasis versikolor
Piedra hitam
Piedra putih
Otomikosis
Keratomikosis
LI.5. MM DERMATOFITOSIS
5.1 Definisi
Setiap infeksi fungal superfisial yang disebabkan oleh dermatofit dan mengenai
stratum korneum kulit, rambut dan kuku, termasuk onikomikosis dan berbagai macam bentuk
tinea.Disebut juga epidermomycosis dan epidermophytosis. 4
Jamur dermatofit dinamai sesuai dengan genusnya (mycrosporum, trichophyton, dan
epidermophyton) dan spesiesnya misalnya, microsporum canis, t. rubrum).Beberapanya
hanya menyerang manusia (antropofilik), dan yang lainya terutama menyerang hewan
(zoofilik), walau kadang bisa menyerang manusia.Apabila jamur hewan menimbulkan lesi
dikulit pada manusia, keberadaaan jamur tersebut sering menyebabkan suatu reaksi inflamasi
yang hebat (misalnya, cattle ringworm).
5.2 Epidemiologi
Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga dapat
ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna MS, insidensi penyakit jamur yang
terjadi di berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia bervariasi antara 2,93%-27,6%.
Meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum.
Dermatomikosis atau mikosis superfisialis cukup banyak diderita penduduk negara
tropis.Di Indonesia angka yang tepat, berapa sesungguhnya insiden dermatomikosis belum
ada. Di Denpasar, golongan penyakit ini menempati urutan kedua setelah dermatitis. Angka
insiden tersebut diperkirakan kurang lebih sama dengan di kota-kota besar Indonesia lainnya.
Di daerah pedalaman angka ini mungkin akan meningkat dengan variasi penyakit yang
berbeda.
Sebuah penelitian retrospektif yang dilakukan pada penderita dermatomikosis yang
dirawat di IRNA Penyakit Kulit Dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya dalam kurun
waktu antara 2 Januari 1998 sampai dengan 31 Desember 2002. Dari pengamatan selama 5
tahun didapatkan 19 penderita dermatomikosis. Kasus terbanyak terjadi pada usia antara 1524 tahun (26,3%), penderita wanita hampir sebanding dengan laki-laki(10:9).
Dermatomikosis terbanyak ialah Tinea Kapitis, Aktinomisetoma, Tinea Kruris et Korporis,
Kandidiasis Oral, dan Kandidiasis Vulvovaginalis.
Jenis organisme penyebab dermatomikosis yang berhasil dibiakkan pada beberapa
rumah sakit tersebut yakni: T.rubrum, T.mentagrophytes, M.canis, M.gypseum, M.tonsurans,
E.floccosum, Candida albicans, C.parapsilosis, C.guilliermondii, Penicillium, dan
Scopulariopsis. Menurut Rippon tahun 1974 ada 37 spesies dermatofita yang menyebabkan
penyakit di dunia.9
Di luar seperti India, berdasarkan penelitian di India yang mengambil sampel
sebanyak 121 kasus (98 pria & 23 perempuan), dermatomikosis menempati urutan pertama
untuk kasus penyakit kulit, 103 kasus (70,5%), diikuti candidiasis 30 kasus (20,5%) dan
pitiriasis versikolor. Di Amerika endemik dermatomikosis di daerah Utara dan barat
Venezuela, brasil, dan beberapa kasus di laporkan di Columbia dan argentina. Di Eropa
infeksi tinea adalah hal yang umum.Perkiraan insidensi penyakit ini sekitar 10-20%.Di Eropa
dermatomikosis merupakan penyakit kulit yang menempati urutan kedua.Penyakit ini
disebabkan oleh tinea pedis, tinea corporis, tinea cruris, dan tinea rubrum. Tinea rubrum
ditemukan pada 76,2% kasus dermatomikosis melalui pemeriksaan sampel di Eropa.
Onset usia terjadi pada anak kecil yang baru belajar berjalan (toddlers) dan anak usia
sekolah. Paling sering menyerang anak berusia 6-10 tahun dan juga pada usia dewasa.9
Frekuensi infeksi pada spesies tertentu antara lain:
Sekitar 58% dermatofita yang terisolasi adalah trichophyton rubrum
27% Trichophyton mentagrophytes
7% Trichophyton verrucosum
3% Trichophyton tonsurans
Kecil dari 1 % yang terisolasi: Epidermophyton floccosum, Microsporum audouinii,
Microsporum canis, Microsporum equinum, Microsporum nanum, Microsporum versicolor,
Trichophyton equinum, Trichophyton kanei, Trichophyton raubitschekii, and Trichophyton
violaceum.
5.3 Klasifikasi
Klasifikasi yang paling sering dipakai oleh para spesialis kulit adalah berdasarkan lokasi:
a. Tinea kapitis, tinea pada kulit dan rambut kepala
b. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jengggot.
c. Tinea kruris, dermatofita pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadangkadang sampai perut bagian bawah.
d. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.
e. Tinea unguium, tinea pada kuku kaki dan tangan.
f. Tinea facialis, tinea yang meliputi bagian wajah
g. Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk 5 bentuk tinea
diatas.
Selain 6 bentuk tinea di atas masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu:
1.
2.
Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh tricophyton
schoenleini: secara klinis antara lain berbentuk skutula dan berbau seperti tikus
(mousy odor).
3.
4.
Tinea incognito: dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah
diobati dengan steroid topical kuat.
5.4 Etiologi
Microsporum audouinii
Anthropophilic
Microsporum canis
Microsporum cooeki
Microsporum ferrugineum
Anthropophilic
Microsporum gallinae
Zoophilic (fowl)
Microsporum gypseum
Microsporum nanum
Microsporum persicolor
Natural Reservoir
Ajelloi
Geophilic
Concentricum
Anthropophilic
Equinum
zoophilic (horse)
Erinacei
zoophilic (hedgehog)
Flavescens
geophilic (feathers)
Gloriae
Geophilic
Interdigitale
Anthropophilic
Megnini
Anthropophilic
Mentagrophytes
Phaseoliforme
Geophilic
Rubrum
Anthropophilic
Schoenleinii
Anthropophilic
Simii
Soudanense
Anthropophilic
Terrestre
Geophilic
Tonsurans
Anthropophilic
Vanbreuseghemii
Geophilic
Verrucosum
Violaceum
Anthropophilic
Yaoundei
anthropophilic
5.5 Patofisiologi
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung.Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia,
binatang, atau tanah.Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi
jamur, pakaian debu.Agen penyebab juga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan
pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea pedis, tinea inguium, dan
tinea manum.
Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat
memudahkan invasi ke stratum korneum.Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabangcabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang
berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan. Pertumbuhannya
dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi kulit dengan batas yang
jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula berbentuk papula yang berkembang
menjadi suatu reaksi peradangan.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah:
a. Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik, zoofilik, geofilik.
Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu dengan yang lain dalam hal
afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh misalnya: Trichopyhton
rubrum jarang menyerang rambut, Epidermophython fluccosum paling sering menyerang
liapt paha bagian dalam.
b. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
c. Faktor suhu dan kelembapan
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi
atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela jari paling sering
terserang penyakit jamur.
d. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat insiden penyakit
jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah sering ditemukan daripada
golongan ekonomi yang baik
e. Faktor umur dan jenis kelamin (Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003)
Infeksi dermatofita melibatkan tiga langkah utama: perlekatan ke keratinosit, penetrasi
melalui dan diantara sel, dan perkembangan respon host.
1. Perlekatan.
Jamur superfisial harus melewati berbagai rintangan untuk bisa melekat pada jaringan
keratin diantaranya sinar UV, suhu, kelembaban, kompetisi dengan flora normal dan
sphingosin yang diproduksi oleh keratinosit.Asam lemak yang diproduksi oleh glandula
sebasea juga bersifat fungistatik.
2. Penetrasi.
Setelah terjadi perlekatan, spora harus berkembang dan menembus stratum korneum pada
kecepatan yang lebih cepat daripada proses desquamasi. Penetrasi juga dibantu oleh
sekresi proteinase, lipase dan enzim mucinolitik, yang juga menyediakan nutrisi untuk
jamur.Trauma dan maserasi juga membantu penetrasi jamur kejaringan.Fungal mannan
didalam dinding sel dermatofita juga bisa menurunkan kecepatan proliferasi
keratinosit.Pertahanan baru muncul ketika begitu jamur mencapai lapisan terdalam dari
epidermis.
3. Perkembangan respons host.
Derajat inflamasi dipengaruhi oleh status imun pasien dan organisme yang terlibat.Reaksi
hipersensitivitas tipe IV, atau Delayed Type Hipersensitivity (DHT) memainkan peran
yang sangat penting dalam melawan dermatofita.Pada pasien yang belum pernah
terinfeksi dermatofita sebelumnya, infeksi primer menyebabkan inflamasi minimal dan
trichopitin tes hasilnya negative.infeksi menghasilkan sedikit eritema dan skuama yang
dihasilkan oleh peningkatan pergantian keratinosit.
Dihipotesakan bahwa antigen dermatofita diproses oleh sel langerhans epidermis dan
dipresentasikan dalam limfosit T di nodus limfe.Limfosit T melakukan proliferasi dan
bermigrasi ketempat yang terinfeksi untuk menyerang jamur.Pada saat ini, lesi tiba-tiba
menjadi inflamasi, dan barier epidermal menjadi permeable terhadap transferin dan selsel yang bermigrasi. Segera jamur hilang dan lesi secara spontan menjadi sembuh
5.6 Manifestasi klinis
Tinea Pedis
Infeksinya anthropophilic dermatophytes biasanya disebabkan oleh adanya elemen
hifa dari jamur yang mampu menginfeksi kulit.Skala desquamasi kulit bisa terinfeksi di
lingkungan selama berbulan-bulan atau tahun.Oleh karena itu transmisi bisa terjadi dengan
kontak tidak langsung lama setelah infeksi terjadi.Bahan seperti karpet yang kontak dengan
kulit vektor sempurna.Begitu, transmisi dermatophytes suka Trichophyton rubrum, T.
interdigitale dan Epidermophyton floccosum yang biasnya pada kaki.infeksi di sini sering
kronis dan tidak menimbulkan keluhan selama beberapa tahun dan hanya ketika menyebar
kebagian lain, biasanya di kulit.
Tinea unguium (dermatophytic onycomicosis, ringworm of the nail)
Trichophyton rubrum dan T. interdigitale adalah spesies yang sering menyebabkan
tinea unguium.Dermatofita jenis unguium digolongkan menjadi dua bagian utama: (1).
Superficial white-onycomycosis yang menempel atau membuat lubang pada permukaan
kuku. (2). Invasif, subungual dermatofita yang lateral dari proximal atau pun distal. Diikuti
dengan menetapnya infeksi pada dasar kuku.Onycomycosis subungual distal adalah bentuk
umum dari onycomycosis dermatofita.Jamur menyerang bagian distal bantalan jari yang
menyebabkan hiperkeratosis dari bantalan kuku dengan onycolisis dan menyebabkan
penebalan lempeng kuku.
Seperti namanya onycomycosis subungual lateral dimulai dari bagian lateral kuku dan
sering menyebar melibatkan semua lempeng kuku. Pada onycomycosis subungual proximal
jamur menginvasi kebawah kutikula dan menginfeksi bagian proximal daripada bagian distal
karena spot yellow-white akan menyerang lunula terlebih dahulu kemudian meluas ke
lempeng kuku.
Gray patch ring-worm, merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus
microsporum dan sering ditemukan pada anak-anak. Penyakit mulai dengan papul
merah yang kecil di sekitar rambut. Papul ini melebar dan membentuk bercak, yang
menjadi pucat dan bersisik. Keluhan penderita adalah rasa gatal. Warna rambut
menjadi abu-abu dan tidak berkilat lagi. Rambut mudah patah dan terlepas dari
akarnya sehingga mudah dicabut dengan pinset tanpa rasa nyeri. Semua rambut di
daerah tersebut terserang oleh jamur dan menyebabkan alopesia setempat. Tempattempat terlihat sebagai gray patch, yang pada klinik tidak menunjukan batas daerah
sakit dengan pasti. Pada pemeriksaan lampu wood terlihat fluoresensi hijau
kekuningan pada rambut yang sakit, melampaui batas dari gray patch tersebut. Tinea
kapitis disebabkan oleh microsporum audouini biasanya disertai tanda peradangan,
hanya sesekali berbentuk kerion.
2.
Kerion, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh Microsporum canis
(Mulyono, 1986). Bentuk yang disertai dengan reaksi peradangan yang hebat. Lesi
berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan sebukan radang di
sekitarnya. Kelainan ini menimbulkan jaringan parut yang menetap.
3.
Black dot ring-worm, merupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh
Trichophyton tonsurans dan Trichophyton violaceum (Mulyono, 1986). Gambaran
klinis berupa terbentuknya titik-titik hitam pada kulit kepala akibat patahnya rambut
yang terinfeksi tepat di muara folikel. Ujung rambut yang patah dan penuh spora
terlihat sebagai titik hitam. Diagnosis banding pada tinea kapitis adalah alopesia
areata, dermatitis seboroik dan psoriasis (Siregar, 2005). 13
Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, scherende flechte, kurap, herpes sircine
trichophytique)
Merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut (glabrous skin).
1.
Kelainan yang dilihat dalam klinik merupakan lesi bulat atu lonjong, berbatas tegas
terdiri dari eritema, squama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul ditepi. Daerah
tengah biasanya tenang. Kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi
pada umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Dapat
terlihat sebagai lesi dengan tepi polisiklik, karena beberapa lesi kulit menjadi satu.
2.
Tinea korporis yang menahun tanda radang yang mendadak biasanya tidak terlihat
lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama-sama dengan
kelainan pada sela paha. Dalalm hal ini disebut tinea korporis et kruris atau sebaliknya
tinea kruris et korporis. Bentuk menahun dari trichophyton rubrum biasanya dilihat
bersama-sama dengan tinea unguium.
3.
Bentuk khas dari tinea korporis yang disebabkan oleh trichophyton concentricum
disebut tinea imbrikata. Tinea imbrikata dimulai dengan bentuk papul berwarna
coklat, yang perlahan menjadi besar. Stratum korneum bagian tengah ini terlepas dari
dasarnya dan melebar. Proses ini setelah beberapa waktu mulai lagi dari bagian
tengah, sehingga terbentuk lingkaran-lingkaran berskuama yang kosentris.
Bentuk tinea korporis yang disertai kelainan pada rambut adalah tinea favosa atau
favus.Penyakit ini biasanya dimulai dikepala sebagai titik kecil di bawah kulit yang berwarna
merah kuning dan berkembang menjadi krusta berbentuk cawan (skutula) dengan berbagai
ukuran.Krusta tersebut biasanya tembus oleh satu atau dua rambut dan bila krusta diangkat
terlihat dasar yang cekung merah dan membasah.Rambut tidak berkilat lagi dan terlepas.Bila
tidak diobati, penyakit ini meluas keseluruh kepala dan meninggalkan parut dan botak.
Berlainan dengan tinea korporis yang disebabkan oleh jamur lain, favus tidak menyembuh
pada usia akil balik. Biasanya tercium bau tikus (mousy odor) pada para penderita favus.Tiga
spesies dermatofita yang menyebabkan favus, yaitu trichophyton schoenleini, trichophyton
violaceum, dan microsporum gypseum. Berat ringan bentuk klinis yang tampak tidak
bergantung pada spesies jamur penyebab, akan tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat
kebersihan, umur, dan ketahanan penderita penderita.
5.7 Diagnosis dan diagnosis banding
1. Pemeriksaan Lampu Wood
Prinsip:
-
Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah
mungkin.
Interpretasi
2. Pemeriksaan KOH
Cara pengambilan spesimen :
a) Kulit tidak berambut :
c) Kuku
Interpretasi
-
Tinea capitis
Ciri-ciri case:
Botak/allopecia (rambut mudah patah)
Rambut kusam, rapuh, tidak mengkilat
Kulit bersisik abu-abu (gray patch type)
Papul yang eritem
Ada faktor resiko (kontak dengan teman, hewan, dll)
Diagnosis Banding
Gejala
Skuama
Allopecia
Areata
+
+
(pd kepala)
(Pd kepala, alis,
janggut)
Tegas,
Tegas,
eromatous
bulat/lonjong
Kusam, mudah patah
patah
+
-
Nyeri
Gatal
Papul eritem
-/+
+
+
Allopecia
Batas
Rambut
Tinea capitis
Trikotilomania
+
Dermatitis
Seboroik
+
Tidak tegas
Tegas,
tidak
erimatous
putus tidak tepat Tidak patah
pd kulit kepala
Berminyak dan
kekuningan
eritema
disebabkan
oleh
dermatofita
jenis
Microsporum
dan
Epidemiologi paling sering terjadi pada anak-anak umur 3-14 tahun, dan
perempuan lebih banyak menderita penyakit ini.
Faktor resiko:
-
kulit kepala bersisik, rambut mudah putus, warna rambut menjadi abuabu, mudah dicabut dari akarnya, kemudian terjadi alopesia.
Gatal, dan sensari terbakar pada daerah inguinal, lipatan paha, anus,
bawah perut.
Tinea Kruris
Ciri-ciri kasus:
Diagnosis Banding
1. Dermatitis Seboroik peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat kelenjar
sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak berwarna
kekuningan, dan batasnya tidak tegas.
2. Erythrasma batas lesi tegas, jarang disertai infeksi, pada fluoresensi berwarna
merah bata yang khas dengan sinar Wood.
3. Candidiasis lesi relativ lebih basah, berbatas jelas disertai lesi-lesi satelit
4. Psoriasis skuama lebih tebal dan berlapis-lapis
Diagnosis Kerja
Tinea Cruris: inflamasi yang disebabkan jamur dermatofita pada superfisial terutama di
daerah inguinal, gluteal, dan suprapubik.
Etiologi T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum
Epidemiologi:
-
Laki:perempuan = 3:1
Faktor Resiko:
Manifestasi klinis
-
Lesi pada genitokrural saja, atau meluas ke anus, gluteal, atau perut
bagian bawah
Lesi berbatas tegas dan inflamasi pada bagian tepi lebih nyata
Kulit telapak serta jari mengelupas dan ada lesi putih di sela-sela jari
Tinea Manum
Ciri-ciri case:
Diagnosis Banding
1. Psoriasis :
2. Keratoderma palmaris
3. Dermatitis
Diagnosis Kerja
Tinea Manus
Merupakan dermatofitosis pada daerah palmar dan interdigital di tangan.
Etiologi
Penyebab tersering adalah Trichophyton rubrum, T. mentagrophytes, dan Epidermophyton
floccosum.
Epidemiologi:
o Merupakan dermatofitosis terbanyak di dunia
o Ditularkan melalui kontak langsung dengan orang atau hewan yang terinfeksi, dari
tanah atau melalui autoinokulasi.
o Hampir selalu bersamaan dengan tinea pedis/unguinum
Faktor resiko:
o Menderita dermatofitosis jenis lainnya seperti tinea pedis
o Higienitas kurang terjaga
Manifestasi Klinis
o Gatal (++)
o Telapak tangan yang hiperkeratotik kalau sudah kronik
o Kulit kering
o Skuama (+)
o Biasanya unilateral
o Inflamasi berupa vesikel atau bullae yang jarang ditemukan
o Bisa dikatakan tinea pedis yang bermanifestasi klinis di tangan
5.8 Tata laksana
Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis.Sebagai contoh lesi tunggal
pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan antijamur topikal.walaupun pengobatan
topikal pada kulit kepala dan kuku sering tidak efektif dan biasanya membutuhkan terapi
sistemik untuk sembuh. Infeksi dermatofitosis yang kronik atau luas, tinea dengan implamasi
akut dan tipe "moccasin" atau tipe kering jenis t.rubrum termasuk tapak kaki dan dorsum kaki
biasanya juga membutuhkan terapi sistemik.Idealnya, konfirmasi diagnosis mikologi
hendaknya diperoleh sebelum terapi sistemik antijamur dimulai.
Pengobatan oral, yang dipilih untuk dermatofitosis adalah
Infeksi
Rekomendasi
Tinea capitis
Alternatif
Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau 400
mg/hr seminggu per bulan selama 3-4 bulan
berturut-turut.
Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d sembuh (612 bln) Griseofulvin 500-1000 mg/hr s.d
sembuh (12-18 bulan)
Griseofulvin
Terbinafine
250
mg/hr/4
mgg
500mg/day
Itraconazole
100
mg/hr/4mgg
( 10mg/kgBB/hari) Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg
sampai sembuh (6-8
minggu)
Tinea corporis
Griseofulvin
500
mg/hr sampai sembuh
(4-6 minggu), sering
dikombinasikan
dengan imidazol.
Tinea cruris
Griseofulvin
500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
mg/hr sampai sembuh Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau 200
(4-6 minggu)
mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300
mg/hr selama 4 mgg.
Tinea pedis
Chronic and/or Terbinafine 250 mg/hr Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6 mgg.
widespread
selama 4-6 minggu
Griseofulvin 500-1000 mg/hr sampai sembuh
non-responsive
(3-6 bulan).
tinea.
Tabel 2.3 Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulit
Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik sebagai
antiinflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau prednisolone 3x4 mg sehari selama dua minggu,
bersamaaan dengan pemberian grisiofulvine yang diberikan berlanjut 2 minggu setelah lesi
hilang. Terbinafine juga diberikan sebagai pengganti griseofulvine selama 2-3 minggu dosis
62,5-250 mg sehari tergantung berat badan.
Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama ialah
sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping lain berupa gangguan traktus
digestifus yaitu: nausea, vomitus, dan diare. Obat tersebut bersifat fotosensitif dan dapat
mengganggu fungsi hepar.
Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita, yang tersering
gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diarea, konstipasi,
umumnya ringan. Efek samping lain berupa ganguan pengecapan, persentasinya kecil. Rasa
pengecapan hilang sebagian atau keseluruhan setelah beberapa minggu minum obat dan
hanya bersifat sementara. Sefalgia ringan dilaporrkan pula 3,3%-7% kasus.
Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazol sebagai terapi
sistemik 200 mg per hari selam 10 hari sampai 2 minggu pada pagi hari setelah makan.
Ketokonazol kontraindikasi untuk kelainan hepar.
Pengobatan topical yang diberikan adalah :
a. Obat antifungal Topikal
Imidazol:
o Miconazol : 1-2x /hari, selama 2-3 minggu
Sediaan : krim 2%, bedak kocok ataupun bedak
o Klotrimazol : 2x /hari, selama 4 minggu
Sediaan: krim 1%, solusio, atau bedak kocok
o Ketokonazol : 2-4x /hari, selama 2-4 minggu
Sediaan: krim 1%
Allilamin
o Nafritin : 4x /hari selama 4 minggu
Sediaan : krim, gel, atau solusio 1%
o Terbinatin : 4x /hari selama 1-4 minggu
Catatan :
1.Obat topikal kurang efektif digunakan pada tinea capitis & cruris
2.Untuk tinea capitis
Rehabilitasi : shampoo Selenium menurunkan penyebaran spora dan hifa
5.9 Prognosis
DUBIA AD BONAM, bila penatalaksaan dilakukan dengan rutin dan tepat maka
dermatofitosis dapat sembuh total.
5.10 Komplikasi
5.11 Pencegahan
Tinea capitis
Tinea Cruris
Tinea Manus