A. Arteri
Jantung mendapat vaskularisasi dari arterie coronaria dextra dan
sinistra, yang berasal dari aorta ascendens tepat diatas valva aortae. Arteri
coronaria dan percabangannya, utama terdapat dipermukaan jantung
terletak di dalam jaringan ikat subepicardial.
Arteri coronaria dextra
Berasal dari sinus anterior aorta dan berjalan ke depan di antara
trunkus pulmonalis dan auricula dextra
o Arteri marginalis : Cabang yang terbesar dan berjalan
sepanjang pinggir bawah fasies kostalis untuk mencapai apex
cordis (ramus). Memperdarahi atrium dan ventrikel dextra.
o Arteri interventrikularis posterior : Memberikan cabang ke
ventrikulus dexter dan sinister termasuk dinding inferiornya
& percabangan untuk bagian posterior septum ventrikulare.
Memperdarahi
kedua dinding
belakang
ventrikel,
epikardium, atrium dextra, & SA node.
B. Vena
Sebagian besar darah dari jantung kembali ke artrium kanan
melalui sinus coronaria, yang terletak pada bagian posterior sulkus
atrioventrikular dan merupakan lanjutan dari vena cordis magna.
Pembuluh ini bermuara ke atrium kanan sebelah kiri vena cava inferior.
Vena cordis parva dan vena cordis media merupakan cabang sinus
coronarius. Sisanya dialikan ke atrium kanan melalui vena ventrikuli
dextra anterior dan melalui vena vena kecil yang langsung bermuara ke
ruang ruang jantung.
Sinus coronaries : tempat muara dari vena-vena jantung
Vena cordis magna
Vena cordis parva
Vena cordis media
Vena cordis obliq
C. Persyarafan
Jantung dipersarafi oleh serabut simpatis dan parasimpatis
susunan saraf otonom melalui plexus cardiacus yang terletak di
bawah arkus aorta.
Saraf simpatis berasal dari bagian cervicale dan thoracale bagian
atas truncus symphaticus. Serabut serabut post ganglionik simpatis
berakhir di nodus sinusatrial dan nodus atrioventrikular, serabut seerabut
otot jantung dan arteria coronaria.
Perangsangan saraf simpatis mengakibatkan akselerasi jantung,
meningkatkan denyut jantung(daya kontraksi otot jantung) dan dilatasi
arteria koroner. Serabut serabut aferen yang berjalan bersama saraf
simpatis membawa implus saraf yang biasanya tidak dapat disadari. Akan
tetapi bilai pasokan darah kurang ke otot jantung terganggu maka implus
rasa nyeri dapat dirasakan melalui lintasan tersebut.
Persarafan parasimpatis berasal dari nervus vagus.Serabut
serabut post ganglionik parasimpatis berakhir di SA node, AV node dan
arteria coronaria. Perangsangan saraf parasimpatis mengakibatkan
berkurangnya denyut jantung (daya kontraksi otot jantung) dan konstriksi
arteria koroner.Serabut serabut aferen yang berjalan bersama nervus
vagus mengambil bagian dalam refleks kardiovaskular. (Raden, Inmar.
2010)
3. KLASIFIKASI
Jenis
Angina
Tidak
(APTS)
Pectoris
Stabil
NonST
elevasi
Miocard Infark
ST elevasi Miocard
Infark
Temuan EKG
Depresi segmen T
Inversi gelombang T
Tidak ada gelombang Q
Enzim Jantung
Tidak meningkat
Depresi segmen ST
Inversi gelombang T
Meningkat minimal
2 kali nilai batas atas
normal
Hiperakut T
Elevasi segmen T
Gelombang Q
Inversi gelombang T
Meningkat minimal
2 kali nilai batas atas
normal
Biasanya disertai peningkatan beban kerja jantung akibat arterosklerosis koroner, yang
ditandai oleh trombus yang tumbuh dan mudah mengalami spasme.
INFARK MIOKARD
1) Nekrosis miokard akibat gangguan aliran darah ke otot jantung.
2) Oklusi koroner lengkap
3) Sering berupa serangan mendadak
4) Umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan.
5) Derajat gangguan fungsional bergantung pada beberapa faktor
1. Ukuran infark
Bila melebihi 40% miokardium berhubungan dengan tinggi insiden syok
kardiogenik
a Infark subendokardium : infark terbatas pada sebagian miokardium,20 menit
setelah sumbatan
b Infark transmural: infark mengenai seluruh permukaan endokardium sampai
epikardium,berlanjut dr 20menit sampai 4jam
2. Lokasi infark
Infark dinding anterior (ventrikel kiri) lebih menggangu fungsi mekanis daripada
infark dinding inferior
a Left anterior descenden dinding anterior ventrikel kiri sampai septum
b Left cirkumfleksuslateral atau posterior kiri
c Right posterior descenden dinding inferior dari ventrikel kiri dan juga bisa
septumd dan ventrikel kanan
3. Fungsi miokardium yang tak terlibat
Infark lama membahayakan fungsi miokardium sisanya
4. Sirkulasi kolateral
Baik dengan anastomosis kolateral intrakoroner atau kolateral interkoroner
5. Mekanisme kompensasi dari kardiovaskuler
Mekanisme refleks kompensasi untuk mempertahankan curah jantung dan perfusi
perifer
6) Klasifikasi infark berdasarkan segmen ST
Patofisiologi
Infark miokard akut dengan elevasi ST (STEMI) umumnya terjadi jika aliran darah koroner
menurun secara mendadak setelah oklusi thrombus pada plak sterosklerotik yang sudah ada
sebelumnya. Stenosis arteri koroner berat yang berkembang secara lambat biasanya tidak
memicu STEMI karena berkembangnay banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika
thrombus arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular, dimana injuri ini
dicetuskan oleh faktor seperti merokok, hipertensi dan akumulasi lipid.
Pada sebagian besar kasus, infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau
ulserasi dan jika kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus
mural pada lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner.
Selanjutnya pada lokasi rupture plak, berbagai agonis (kolagen, ADP, epinefrin, serotonin)
memicu aktivasi trombosit yang selanjtkan akan memproduksi dan melepaskan tromboksan A2
(vasokontriktor local yang poten). Selain itu aktivasi trombosit memicu perubahan konfirmasi
reseptor glikoprotein IIb/IIIa. Setelah mengalami konversi fungsinya, reseptor mempunyai
afinitas tinggi terhadap sekuen asam amino pada protein adhesi yang larut (integrin) seperti
faktor von Willebrand (vWF) dan fibrinogen dimana keduanya adalah molekul multivalent yang
dapat mengikat 2 platelet yang berbeda secara simultan, menghasilkan ikatan silang platelet dan
agregasi.
Kaskade agregasi diaktivasi oleh pajanan tissue factor pada sel endotel yang rysak. F. VII dan F.
X diaktivasi, mengakibatkan konversi protrombin menjadi thrombin, yang kemudian
mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin. Arteri koroner yang terlibat akan mengalami oklusi oleh
thrombus yang terdiri agregat trombosit dan fibrin.
Pada kondisi yang jarang, STEMI dapat juga disebabbkan oleh oklusi arteri koroner yang
disebabkan oleh emboli koroner, abnormalitas kongenital, spasme koroner dan berbagai penyakit
inflamasi sistemik.
C. INFARK MIOKARD NON ELEVASI
akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan baji dalam kapiler paru-paru akan meningkatdinding
yang kurang lentur memperberat peningkatan tekanan pada volume ventrikel tertentu
Iskemia miokardium secara khas disertai oleh dua perubahan EKG akibat perubahan
elektrofisiologi selular, yaitu gelombang T terbalik dan depresi segmen ST. Elevasi segmen ST
dikaitkan dengan sejenis angina yang dikenal dengan nama angina Prinzmetal.
Serangan iskemi biasanya mereda dalam beberapa menit apabila ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen sudah diperbaiki. Perubahan metabolik, fungsional,
hemodinamik dan elektrokardiografik yang terjadi semuanya bersifat reversibel.
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Penyakit jantung koroner (PJK) terjadi akibat dari proses atreosklerotik pada pembuluh darah
koroner. Timbulnya lesi di lapisan pembuluh darah (tunika intima dan media) akan menjadi
pencetus gangguan aliran darah dan mencetuskan terjadinya thrombosis. Thrombosis merupakan
penyebab utama dari komplikasi aterosklerosis, khususnya pada angina tidak stabil dan infark
miokardium. Thrombosis kebanyakan terjadi karena adanya rupture pada selubung fibrosa dari
plak aterosklerosis, bisa juga oada sebagian kecil dikarenakan adanya erosi superfisial intima
tanpa adanya rupture. Dengan hilangnya sel endothelial, maka matriks subendotelial yang
bersifat trombogenik akan terpapar dan memacy proses thrombosis.
Oklusi total dari arteri koroner tanpa perfusi arteri kolateral akan menyebabkan infak
miokardium yang irreversible dan menyebabkan meningkatnya segmen ST pada EKG dan
keluarnya enzim sel jantung (troponin), menyebabkan kondisi yang disebut ST Elevation
Myocardial Infarction (STEMI). Konsidi oklusi yang lebih ringan tidak menyebabkan kematian
sel namum cukup untuk mengakibatkan kondisi iskemia sehingga aka nada penampakan ST
depresi dan T inversi pada EKG.
Mekanisme thrombus sendiri dibagi menjadi tahapan-tahapan:
1. paparan faktor jaringan
2. aktivasi faktor koagulasi
3. adesi, aktivasi dan agregasi platelet
4. formasi thrombus
Pada penatalaksaan PJK, terdapat 3 golongan obat yang diakui, yaitu:
1. Inhibitor platelet/antiplatelet
2. antikoagulan
3. fibrinolitik
1. MANIFESTASI
1) Nyeri
Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut iskemi),
maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang berlebihan
menyebabkan kram atau kejang.
2) Angina
Merupakan perasaan sesak di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang
timbul jika otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan
beratnya nyeri atau ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang.
Beberapa orang yang mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak
merasakan nyeri sama sekali (suatu keadaan yang disebut silent ischemia).
3) Sesak nafas
Gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung. Sesak merupakan akibat dari
masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-paru (kongesti pulmoner atau
edema pulmoner).
4) Kelelahan atau kepenatan
Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran darah ke otot selama
melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan penderita merasa lemah
dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk mengatasinya, penderita
biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap atau mengira gejala ini
sebagai bagian dari penuaan.
5) Palpitasi (jantung berdebar-debar)
Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung
yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa
menyebabkan pusing dan pingsan
6) Beberapa hari atau minggu sebelumnya tubuh terasa tidak bertenaga, dada
tidak enak, waktu olahraga atau bergerak jantung berdenyut keras, napas
tersengal-sengal, kadang-kadang disertai mual, muntah dan tubuh
mengeluarkan banyak keringat.
7) Dalam kondisi sakit : nyeri terutama di dada sebelah kiri tulang bagian atas
dan tengah sampai ke telapak tangan.
8) Terjadinya sewaktu dalam keadaan tenang
Demam, suhu tubuh umumnya sekitar 38 derajat celcius
Mual-mual dan muntah, perut bagian atas kembung dan sakit
Debar jantung abnormal
Tekanan darah rendah atau stroke
Muka pucat pasi
Kulit menjadi basah dan dingin badan bersimbah peluh
Gerakan menjadi lamban (kurang semangat)
Pingsan
Tenaga dan pikiran menjadi lemah, ketakutan yang tidak ada
alasannya.
Nyeri dada yang menjalar hingga ke ekstremitas superior kiri, keringat
dingin, mual, muntah, sakit kepala, pada pemeriksaan fisik ditemukan
kardiomegali, hipertensi, bising jantung dan kelainan bunyi jantung. Tak jarang
pula pasien langsung mati mendadak.
2. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING
ANAMNESIS
Bila dijumpai pasien dengan nyeri dada akut perlu dipastikan secara cepat
dan tepat apakah pasien menderita infark miokard atau tidak. Diagnosis yang
terlambat atau salah, dalam jangka panjang dapat menyebabkan konsekuensi yang
berat. Nyeri dada tipikal (angina) merupakan gejala kardinal pasien infark
miokard. Seorang dokter harus mampu mengenal nyeri dada angina dan mampu
membedakan dengan nyeri dada lainnya, karena gejala ini merupakan petanda
awal dalam pengelolaan pasien infark miokard. Sifat nyeri dada angina sebagai
berikut:
lokasi: substernal, retrosternal, dan perikordial.
sifat nyeri: rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat,
seperti ditusuk, rasa diperas, dan dipelintir.
penjalaran: biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah,
gigi, punggung/interskapula, perut, dan dapat juga ke lengan kanan.
nyeri membaik atau hilang dengan istirahat, atau obat nitrat.
faktor pencetus: latihan fisik, stress emosi, udara dingin, dan sesudah
makan.
durasi: lebih dari 30 menit.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Angina merupakan kunci diagnosis
2. Stigmata hiperlipidemia
1) Arkus senilis kornea dapat bermakna pada pasien usia
muda, namun dapat merupakan temuan normal pada pasien
berusia lebih dari 40 tahun dan belum tentu merupakan
tanda hiperlipidemia.
2) Xantelasma berkaitan dengan kadar trigliserid namun
sering didapatkan pada pasien dengan kadar lipid normal.
3) Xantoma tuberosa, tendinosa, dan eruptif harus dicari di
siku, lutut, tendon achilles, dorsum manus, dan tempat lain
karena merupakan tanda hiperlipidemia.
3. Peningkatan tekan darah sistemik
4. Denyut nadi sering normal
5. Tekanan vena pada angina tanpa komplikasi biasanya normal
6. Palpasi precordial
1) Apeks yang mengalami diskinesia atau pergeseran letak dapat merupakan
tanda infark miokard sebelumnya dengan dilatasi ventrikel atau adanya
aneurisma ventrikel kiri
2) Pemeriksaan prekordium normal
7. Auskultasi
1) Selama serangan angina, penurunan kompians ventrikel menyebabkan
peningkatan tekanan atrium kiri dengan S4 yang dapat terdengar.
2) Ejeksi ventrikel yang memanjang dapat menghasilkan pemisahan
paradoksal (terbalik) bunyi jantung kedua (S2).
3) S3 tidak umum didapatkan pada pasien dengan angina kecuali telah ada
kerusakan miokard sebelumnya
4) Iskemi otot papilaris atau abnormalitas konfigurasi otot papilaris bisa
menyebabkan murmur akhir sistolik akibat MR ringan.
5) Yang menarik adalah murmur mid-diastolik yang terdengar pada batas
sternal kiri dan di apeks akibat stenosis arteri koroner proksimal.
Cara mendiagnosis IMA, ada 3 komponen yang harus ditemukan, yakni:
1) Sakit dada
2) Perubahan EKG, berupa gambaran STEMI/ NSTEMI dengan atau tanpa
gelombang Q patologik
3) Peningkatan enzim jantung (paling sedikit 1,5 kali nilai batas atas normal),
terutama CKMB dan troponin-T /I, dimana troponin lebih spesifik untuk
nekrosis miokard. Nilai normal troponin ialah 0,1--0,2 ng/dl, dan dianggap
positif bila > 0,2 ng/dl.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG, Foto rontgen dada, Petanda biokimia: darah rutin, CK, CKMB,
Troponin . profit lipid, gula darah, ureum kreatinin, Ekokardiografi, Tes Treadmil
(untuk stratifikasi setelah infark miokard) Angiografi koroner.
PEMERIKSAAN EKG
A. STEMI
Sebagian besar pasien dengan presentasi awal elevasi segmen ST
mengalami evolusi menjadi gelombang Q pada EKG yang akhirnya didiagnosa
infark miokard gelombang Q sebagian kecil menetap menjadi infark miokard
gelombang non Q. Jika obstruksi trombus tidak total, obstruksi bersifat sementara
atau ditemukan banyak kolateral, biasanya tidak ditemukan elevasi segmen ST.
Pasien tersebut biasanya mengalami UAP atau NSTEMI. Pada sebagian pasien
tanpa elevasi ST berkembang tanpa menunjukkan gelombang Q disebut infark
non Q. Sebelumnya, istilah infark transmural digunakan jika EKG menunjukkan
gelombang Q atau hilangnya gelombang R dan infark miokard non transmural
jika EKG hanya menunjukkan perubahan sementara segmen ST dan gelombang T,
namun ternyata tidak selalu ada korelasi gambaran patologis EKG dengan lokasi
infark (mural/transmural) sehingga terminologi infark miokard gelombang Q dan
non Q menggantikan infark miokard mural/transmural.
B. NSTEMI
Gambaran EKG, secara spesifik berupa deviasi segmen ST merupakan hal
penting yang menentukan risiko pada pasien. Pada Trombolysis in Myocardial
Infarction (TIMI) III Registry; adanya depresi segmen ST baru sebanyak 0,05 mV
merupakan prediktor outcome yang buruk. Kaul et al, menunjukkan peningkatan
risiko outcome yang buruk meningkat secara progresif dengan memberatnya
depresi segmen ST, dan baik depresi segmen ST maupun perubahan troponin T,
keduanya memberikan tambahan informasi prognosis pasien-pasien dengan
NSTEMI.
C. UAP
Pemeriksaan EKG sangat penting baik untuk diagnosis maupun stratifikasi
risiko pasien UAP. Adanya depresi segmen ST yang baru menunjukkan
kemungkinan adanya iskemia akut. Gelombang T negatif juga salah satu tanda
iskemia atau NSTEMI. Perubahan gelombang ST dan T yang nonspesifik seperti
depresi segmen ST kurang dari 0,05 mm dan gelombang T negatif kurang dari 2
mm, tidak spesifik untuk iskemia, dan dapat disebabkan karena hal lain. Pada
UAP, sebanyak 4% mempunyai EKG yang normal, dan pada NSTEMI, sebanyak
1-6% EKG juga normal.
Tabel 1. Letak Infark Berdasarkan Temuan EKG
Letak infark
EKG
A.Koronaria
Cab A.Koronaria
Anterior ektensif
I, aVL, V1-6
Kiri,LAM
LAD, LCx
Anteroseptal
V 1-3
Kiri
LAD
Anterolateral
I, aVL, V4-6
Kiri
LCx
Inferior
PDA
Posterior murni
V 1-2
Bervariasi kiri dan
LCx, PLA
(resiprok)
kanan
LAM = left main artery, LAD = left anterior descending, LCX = left circumflex,
PDA = posterior descending artery, PLA = posteriolateral artery
PEMERIKSAAN ANGIOGRAFI
Angiografi berfungsi untuk memperlihatkan tumpukan plak pada
pembuluh darah jantung, mendeteksi plak pada arteri carotis di leher yang
menggangu aliran darah ke otak yang menyebabkan stroke, mengetahui kelainan
pada pembuluh darah di otak, serta mengidentifikasi aneurisma intracranial atau
bahkan adanya aneurisma pembuluh darah aorta.
TUJUAN ANGIOGRAFI
1. Untuk mendeteksi problem pada pembuluh darah yang ada di dalam atau yang
menuju otak (contohnya, aneurysma, malformasi pembuluh datah, trombosis,
penyempitan atau penyumbatan)
2. Untuk mempelajari pembuluh darah otak yang letaknya tidak normal (karena
tumor, gumpalan darah, pembengkakan, spasme, tekanan otak meningkat, atau
hydrocephalus)
3. Untuk menentukan pemasangan penjepit pembuluh darah pada saat
pembedahan dan untuk mencek kondisi pembuluh tersebut.
Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiogram (EKG)
Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan angina sering
masih normal. Gambaran EKG dapat menunjukkan bahwa pasien pernah
mendapat infark miokard di masa lampau. Kadang-kadang menunjukkan
pembesaran ventrikel kiri pada pasien hipertensi dan angina; dapat pula
menunjukkan perubahan segmen ST dan gelombang T yang tidak khas. Pada saat
serangan angina, EKG akan menunjukkan depresi segmen ST dan gelombang T
dapat menjadi negatif.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis angina
pektoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut
sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan
meningkat kadarnya pada infark jantung akut sedangkan pada angina kadarnya
masih normal. Pemeriksaan lipid darah seperti kolesterol, HDL, LDL, trigliserida
dan pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti
hiperlipidemia dan/atau diabetes melitus.
Penanda
Kreatinin Kinase (CK)
Kreatinin Kinase (CK-MB)
Cardiac-Specific Troponin T (cTnT)
Cardiac-Specific Troponin I (cTnT)
Meningkat
4-6 jam
4-6 jam
4-6 jam
4-6 jam
Memuncak
18-24 jam
18-24 jam
18-24 jam
18-24 jam
Durasi
2-3 hari
2-3 hari
10 hari
10 hari
melintang yang merupakan subunit troponin yang penting, terdiri dari dua
miofilamen. Yaitu filamen tebal terdiri dari miosin, dan filamen tipis terdiri dari
aktin, tropomiosin dan troponin. Kompleks troponin yang terdiri atas: troponin T,
troponin I, dan troponin C. cTnT merupakan fragmen ikatan tropomiosin. cTnT
ditemukan di otot jantung dan otot skelet, kadar serum protein ini meningkat
di penderita infark miokardium akut.
Bila penderita yang tidak disertai perubahan EKG yang karakteristik
ditemui cTnT positif, hal tersebut merupakan risiko serius yang terjadi dan
terkait koroner. Dengan demikian cTnT dapat digunakan sebagai kriteria dalam
menentukan keputusan terapi.
Di samping CK, CK-MB, aktivitas LDH muncul dan turun lebih lambat
melampaui kadar normal dalam 36 sampai 48 jam setelah serangan infark, yang
mencapai puncaknya 4 sampai 7 hari dan kembali normal 814 hari setelah
infark.
EKG NORMAL
Kertas EKG adalah kertas grafik terdiri dari kotak-kotak kecil dan besar yang
diukur dalam milimeter. Garis horisontal merupakan waktu (1 kotak kecil = 1mm
= 0,1 mV). Pada rekaman EKG standar dibuat dengan kecepatan 25 mm/ detik.
Gelombang P
Berukuran kecil dan merupakan hasil depolarisasi atrium kanan dan kiri.
Segmen PR
Takikardia
DIAGNOSIS BANDING
4. PENATALAKSANAAN
Kepada pasien yang menderita PJK maupun keluarga, perlu diterangkan
tentang perjalanan penyakit, pilihan obat yang tersedia. Pasien perlu diyakinkan
bahwa kebanyakan kasus angina dapat mengalami perbaikan dengan
pengobatandan modifikasi gaya hidup sehingga kualitas hidup lebih baik.
Kelainan penyerta seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, dll. Perlu ditangani
secara baik (lihat selanjutnya pada bab pencegahan).
Cara pengobatan PJK yaitu, (i) pengobatan farmakologis, (ii) revaskularisasi
miokard. Perlu diingat bahwa tidak satu pun cara di atas sifatnya menyembuhkan.
Dengan kata lain tetap diperlukan modifikasi gaya hidup dan mengatasi faktor
penyebab agar progresi penyakit dapat dihambat.
1. Umum
Penjelasan mengenai penyakitnya; pasien biasanya tertekan, khawatir
terutama untuk melakukan aktivitas.
Pasien harus menyesuaikan aktivitas fisik dan psikis dengan keadaan
sekarang
Pengendalian faktor risiko
Pencegahan sekunder.
Karena umumnya sudah terjadi arteriosklerosis di pembuluh darah
lain, yang akan berlangsung terus, obat pencegahan diberikan untuk
menghambat proses yang ada. Yang sering dipakai adalah aspirin
dengan dosis 375 mg, 160 mg, 80mg.
Penunjang yang dimaksud adalah untuk mengatasi iskemia akut, agar
tak terjadi iskemia yang lebih berat sampai infark miokardium.
2. Pengobatan Farmakologik
ANTIANGINA
1. Nitrat organik
Nitrat organik adalah ester alkohol polisakarida dengan nitrat, sedangkan nitrit
organik adalah ester asam nitrit. Amilnitrit, ester asam nitrit dengan alkohol
merupakan cairan yang mudah menguap dan biasa diberikan melalui inhalasi.
Sedangkan ester nitrat lainnya yang berat molekulnya lebih tinggi (misalnya
pentaeritrol tetranirat dan isosorbit dinitrat berbentuk padat).
Farmakodinamik:
o Nitrat organik (prodrug) yakni menjadi aktif setelah dimetabolisme dan
mengeluarkan mitrogen monoksida.
o Biotransfromasi berlangsung di intraseluler, Mekanisme kerja dari nitrat dibagi
menjadi 2:
a. vasodilatasi non-endothelium dependent dengan cara nitrat organik melepas nitrit
oksida, lalu merangsang penglepasan cGMP yang memperantarai defosforilasi miosin
sehingga terjadilah relaksasi otot polos.
o
o
o
Farmakokinetik
Nitrat organik diabsorpsi baik lewat kulit, mukosa sublingual dan oral. Metabolisme
obat dalam hati dilakukan oleh nitrat reduktase.
Masa kerja lebih panjang bila menggunakan nitrat organik oral (isosorbid mononitrat,
isosorbid dinitrat, eritritil tetranitrat)
Nitrat organik dengan preparat transdermal (salep, plester). Plester nitrogliserin
(penggunaan 24jam-melepaskan 0.2-0.8 mg obat tiap jam). Bentuk salep nitrogliserin
(2%-pada kulit 2.5-5 cm) biasanya untuk mencegah angina yang timbul pada malam
hari.
Amilnitrit mempunyai bentuk cairan yang mudah menguap (volatile) cara inhalasi,
lebih cepat diabsorpsi dan menghindari efek metabolisme pertama dihati)
Tabel 2. Sediaan Nitrat Organik
Sediaan Nitrat
Interval
Nitrat Kerja Singkat
0,18-0,3 ml
Amilnitrit inhalasi
Preparat sublingual
1. Nitrogliserin
0,5-0,6 mg
2. Isosorb dinitrat
2,5-5 mg
Nitrat Kerja Panjang
Isoisorb dinitrat oral
10-60 mg
Nitrogliserin oral
6,5-13 mg
Lama kerja
3-5 menit
10-30 menit
10-60 menit
4-6 jam
6-8 jam
Kontraindikasi
Efek samping nitrat organik berhubungan dengan efek vasodilatasinya. Pada
awalnya ditemukan sakit kepala, flushing karena dilatasi arteri serebral. Bila
hipotensi berarti terjadi bersama refleks takikardi yang akan memperburuk
keadaan.
Pada pasien stenosis aorta / kardiomiopati hipertrofik, nitrat organik menyebabkan
penurunan curah jantung dan hipotensi refrakter. Pemberian nitrat organik
dikontraindikasikan pada pasien yang mendapat slidenafil.
Indikasi
a. Angina pektoris
Untuk angina tidak stabil nitrat organik diberikan secara iv (dapat terjadi
toleransi cepat 24-48jam). Untuk angina variant diperlukan nitrat organik kerja
panjang dikombinasikan dengan antagonis Ca
b. Infark jantung
Nitrat organik dapat mengurangi luas infark dan memperbaiki fungsi jantung
c. Gagal jantung kongesif
Nitrat organik untuk GJK dalam bentuk kombinasi dengan hidralazin (lini
kedua), sedangkan lini pertama menggunakan vasodilator. Penggunaan nitrat
organik sebagai obat tunggal memperbaiki gejala dan tanda gagal jantung
terutama pasien tersebut menderita jantung iskemik
2. Penghambat Adrenoreseptor Beta (-Bloker)
-Bloker bermanfaat untuk mengobati angina pektoris stabil kronik. Golongan obat ini
dapat menurunkan angka mortalitas infark jantung efek aritmianya. -Bloker
menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung dengan menurunkan frekuensi denyut
jantung, tekanan darah dan kontraktilitass. Efek kurang menguntungkan -Bloker
peningkatan volume diastolik akhir yang meningkatkan kebutuhan oksigen.
Sifat farmakologi
o -Bloker diklasifikasikan sebagai kardioselektif , namun bisa menghilang
sifatnya bila dosis ditinggikan. Sifat larut lemak menentukan tempat
metabolisme (hati) dan waktu paruh memendek.
o -Bloker mempunyai aktivitas simpatomimetik intrinsik yakni kurang
menimbulkan bradikardi atau penekanan kontraksi jantung.
Tabel 3. Sediaan Obat -Bloker
Obat
Kelarutan
Eliminasi
Dalam
lemak
Asebutolol
Hati
Labetalol
Bisoprol
Nadolol
Atenolol
Metoprolol
Hati
Sedang
Ginjal
Ginjal
Hati
Pindolol
Sedang
Propanolol
Ginjal
hati
Hati
Penbutolol
hati
&
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Efek Samping
Farmakologi : bradikardi, blok AV, gagal jantung, bronkospasme
Sal cerna
: mual, muntah, diare, konstipasi
Sentral
: mimpi buruk, insomnia, halusinasi, rasa capai, pusing, depresi
Alergi
: rash, demam dan purpura
Kontraindikasi
hipotensi
bradikardi simptomatik
blok AV derajat 2-3
gagal jantung kongesif
ekserbasi serangan asma (bronkospasme)
diabetes melitus dengan hipoglikemia
Indikasi
Angina pectoris, aritmia, hipertensi, infark miokard
ini dapat mengganggu hemostasis pada tindakan operasi dan bila diberikan bersama
heparin atau antikoagulan oral dapat meningkatkan risiko perdarahan.
2. Dipiridamol
Dipiridamol menghambat ambilan dan metabolisme adenosin oleh eritrosit dan
sel endotel pembuluh darah, dengan demikian meningkatkan kadarnya dalam
plasma. Adenosin menghambat fungsi trombosit dengan merangsang adenilat siklase
dan merupakan vasodilator. Dipiridamol juga memperbesar efek antiagregasi
prostasiklin. Dipiridamol sering digunakan bersama heparin pada pasien dengan
katup jantung buatan. Obat ini juga banyak digunakan bersama aspirin pada pasien
infark miokard akut untuk prevensi sekunder dan pada pasien TIA untuk mencegah
stroke.
Efek samping yang paling sering yaitu sakit kepala; biasanya jarang
menimbulkan masalah dengan dosis yang digunakan sebagai antitrombotik. Bila
digunakan untuk pasien angina pektoris, dipiridamol kadang-kadang memperberat
gejala karena terjadinya fenomena coronary steal. Efek samping lain ialah pusing,
sinkop, dan gangguan saluran cerna.
Bioavailabilitas obat ini sangat bervariasi. Lebih dari 90% dipiridamol terikat
protein dan mengalami sirkulasi enterohepatik. Masa paruh eliminasi bervariasi: 1
12 jam. Dosis untuk profilaksis jangka panjang pada pasien katup jantung buatan
400 mg/hari bersama dengan warfarin. Untuk mencegah aktivasi trombosit selama
operasi by-pass, dosisnya 400 mg dimulai 2 hari sebelum operasi.
3. Tiklopidin
Tiklopidin menghambat agregasi trombosit yang diinduksi oleh ADP. Berbeda
Tiklopidin menghambat agregasi trombosit yang diinduksi oleh ADP. Berbeda dari
aspirin, tiklopidin tidak mempengaruhi metabolisme prostaglandin. Dari uji klinik
secara acak, dilaporkan adanya manfaat tiklopidin untuk pencegahan kejadian
vaskular pada pasien TIA, stroke, dan angina pektoris tidak stabil.
Efek samping yang paling sering mual, muntah, dan diare. Yang dapat terjadi
sampai pada 20% pasien. Selain itu, antara lain, dapat terjadi perdarahan (5%), dan
yang paling berbahaya leukopenia (1%). Leukopenia dideteksi dengan pemantauan
hitung jenis leukosit selama 3 bulan pengobatan. Trombositopenia juga dilaporkan,
sehingga perlu dipantau hitung trombosit.
Tiklopidin terutama bermanfaat untuk pasien yang tidak dapat mentoleransi
aspirin. Karena tiklopidin mempunyai mekanisme kerja yang berbeda dari aspirin,
maka kombinasi kedua obat diharapkan dapat memberikan efek aditif atau
sinergistik.
4. Klopidogrel
5. -bloker
Banyak uji klinik dilakukan dengan -bloker untuk profilaksis infark miokard
atau aritmia setelah mengalami infark pertama kali. Dari The Norwegian Multicenter
Study, dengan timolol didapatkan bahwa obat ini dapat mengurangi secara bermakna
jumlah kematian bila diberikan pada pasien yang telah mengalami infark miokard.
Akan tetapi, tidak dapat dipastikan apakah hal tersebut disebabkan oleh efek
langsung timolol terhadap pembekuan darah.
6. Penghambat Glikoprotein IIb/IIIa
Rekomendasi pengobatan untuk memperbaiki prognosis pasien dengan angina
stabil menurut ESC 2006 sbb.:
1. Pemberian Aspirin 75 mg per hari pada semua pasien tanpa kontraindikasi
yang spesifik (cth. Perdarahan lambung yang aktif, alergi aspirin, atau riwayat
intoleransi aspirin) (level evidence A).
2. Pengobatan statin untuk semua pasien dengan penyakit jantung coroner (level
evidence A).
3. Pemberian ACE inhibitor pada pasien dengan indikasi pemberian ACE
inhibitor, seperti hipertensi, disfungsi ventrikel kiri, riwayat miokard infark
dengan disfungsi ventrikel kiri, atau diabetes (level evidence A).
4. Pemberian Beta-blocker secara oral pada pasien gagal jantung atau yang
pernah mendapat infark miokard (level evidence A).
3. Revaskularisasi Miokard
Ada dua cara revaskularisasi yang telah terbukti baik pada PJK stabil yang
disebabkan aterosklerotik koroner yaitu tindakan revaskularisasi pembedahan,
bedah pintas coroner (coronary artery bypass surgery = CABG), dan tindakan
intervensi perkutan (percutneous coronary intervention = PCI). Akhir-akhir ini
kedua cara tersebut telah mengalami kemajuan pesat yaitu diperkenalkannya
tindakan, off pump surgery dengan invasif minimal dan drug eluting stent
(DES).
Tujuan revaskularisasi adalah meningkatkan survival ataupun mencegah
infark ataupun untuk menghilangkan gejala. Tindakan mana yang dipilih,
tergantung pada risiko dan keluhan pasien.
Indikasi untuk Revaskularisasi
Terapi :
Manajemen fisioterapi dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu pada tahap in
patient, tahap out patient, dan yang terakhir tahap long-term maintenance. Selama
fase inpatient, tujuan intervensi fisioterapi adalah mencegah atau menangani
sequelae dari bed rest. Teknik-teknik yang digunakan bertujuan untuk mencegah
kolaps paru dan membantu mengembalikan aktivitas secara mandiri dengan
bantuan sederhana. Aktivitas harus ditingkatkan secara perlahan dan
mencakupkan program latihan dan mobilisasi sehingga pada saat pasien keluar
dari rumah sakit, pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Pada tahap outpatient, lanjutan fisioterapi untuk pasien jantung bisa
dilakukan dengan edukasi dan sesi latihan sekali atau lebih per minggu selama 1-2
bulan, yang disertai dengan latihan di rumah, atau bisa juga dibuatkan program
latihan berbasis-rumah agar lebih memudahkan pasien.
Latihan long term maintenance untuk pasien jantung sekarang telah
banyak tersedia. Banyak pasien yang termotivasi untuk melakukan program
latihan bersama pasien jantung lainnya.
Adapun modalitas fisioterapi yang dapat digunakan dalam penanganan
pasien gagal jantung kongestif antara lain:
1) Breathing exercise. Merupakan latihan yang bertujuan untuk memberikan
latihan pernafasan, pada kasus ini untuk meningkatkan volume paru
selama bed rest, pemberian breathing exercise dapat memperlancar
Gambar 5. Perubahan patologis progresif pada aterosklerosis koroner. Bercak lemak merupakan salah satu lesi
paling awal pada aterosklerosis. Sebagian bercak lemak ini akan mengalami regresi tetapi sebagian akan terus
berkembang menjadi plak fibrosa dan akhirnya menjadi ateroma.
lipoprotein lain bisa melakukan ekstravasasi melalui endotel yang rusak/bocor dan masuk
ke ruang subendotelial. LDL yang aterogenik (Ox LDL0 akan tertahan dan berubah
menjadi bersifat sitotoksik, proinflamasi, khemotaktik, dan proaterogenik. Karena
perngatuh aterogenesis dan stimuli inflamasi tersebut endotel menjadi aktif. Endotel akan
mengeluarkan sitokin. NO (Nitrogen monoksida) yang dihasilkan endotel menjadi
berkurang sehingga fungsi dilatasi endotelpun akan berkurang, selain itu juga akan
mengeluarkan sel-sel adesi (Vascular Cell Adhesion Molecule-1, InterCellular Adhesion
Molecule-1, E selectin, P selectin) dan menangkap monosit dan sel T. monosit akan
berubah menjadi makrofag yang akan menangkap Ox LDL dan berubah menjadi sel busa
(foam cell) yang kemudian akan berkembang menjadi inti lemak (lipid core) dan
mempunyai pelindung fibrosa (Fibrouse cap). Pelindung fibrosa (PF) ini bisa rapuh
sehingga memicu proses trombogenesis yang berakibat terjadinya sindrom koroner akut
(SKA). Gangguan fungsi dilatasi endotel inilah yang dianggap sebagai disfungsi endotel.
Dan sel apoptotic yang dihasilkan Ox LDL akan menyebabkan instabilitas/plak dan
memicu terbentuknya thrombus.
Kadar trigliserida (TG) yang tinggi (hipertrigliseridemia) juga merupakan faktor
risiko tersendiri yang lepas dari faktor risiko yang lain. Karena sebagian besar merupakan
trigliserida yang kaya akan lipoprotein (TG rich lipoprotein) terutama kilomikron
remnant dan Very-Low Density Lipoprotein (VLDL) remnant. Remnant lipoprotein ini
ukuranya kecil sehingga dapat masuk sub endotel dan selanjutnya akan menyebabkan
aterosklerosis. Dari sisi lain, kadar High-Density Lipoprotein cholesterol (kolestrol-HDL)
yang tinggi dapat menurunkan risiko KV. HDL akan menyebabkan transport kolestrol
balik (reverse cholesterol transport) yang merupakan mekanisme protektif dari progesi
aterosklerosis.
4. Memahami dan Menjelaskan Morfologi Oklusi/sumbatan pada Pembuluh Darah