Anda di halaman 1dari 13

MM 1.

Plasmodium
1.1 Morfologi
a) Plasmodium vivax :
Pada trofozid muda terdapat bentuk cincin, eritrosit membesar, dan mulai tampak titik
schuffner. Pada trofozoid tua sitoplasma berbentuk ameboid, titik schuffner jelas. Pada skizon
muda, inti membelah 4-8 skizon matang inti membelah 12-24 buah, dan pigmen kuning tengguli.
Pada makrogametosit bulat, sitoplasma berwarna biru, initi kecil, padat berwarna merah. Pada
mikrogametosit bulat, sitoplasma pucat, biru kelabu inti pucat.
Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana (malaria tertiana begigna).
b) Plasmodium falciparum :
Trofoid muda (bentuk cincin) eritrosit tidak membesar dan terdapat titik maurer. Hanya
ada satu parasit dalam sebuah eritrosit. Pada trofozid (multipel) terdapat lebih dari satu parasit
dalam sebuah eritrosit. Skizon muda jumlah inti 2-6, pigmen sudah menggumpal warna hitam.
Skizon matang inti membelah 8-24. Makrogametosit bentuk pisang, agak lonjong, plasma biru,
inti padat kecil, pigmen di sekitar inti. Mikrogametosit bentuk sosis, plasma pucat, merah muda,
inti tidak padat, pigmen tersebar.
Plasmodium falciparum menyebabkan malaria topika (malaria tertiana maligna)
c) Plasmodium malariae :
stadium trofozoid muda dalam darah tepi tidak berbeda dengan plasmodium vivax,
meskipun sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan giemza lebih gelap. Trofozoid yang lebih
tua bila membulat besarnya setengah eritrosit. Pada sediaan darah tipis, stadium trofozoid dapat
melintang di sepanjang sel darah merah dan membentuk seperti pita.
Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana
d) Plasmodium Ovale
trofozoid muda berukuran kira-kira 2 mikron (1/3 eritrosit). titik schufner terbentuk saat dini dan
tampak jelas. stadium trofozoid berbentuk bulat dan kompak dengan granula pigmen yang lebih
kasar tetapi tidak sekasar pigmen P.malariae.pada stadium ini eritrosit agak membesar dan
sebagian besar berbentuk lonjong.Stadium gamettosit betina bentuk bulat.puna inti kecilkompak
dan sitoplasma warna biru.gametosit jantan punya inti difus.sitoplasma warna pucat kemerahmerahan berbentuk bulat.
Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale.

1.2 Klasifikasi
Plasmodium merupakan genus protozoa parasit. Penyakit yang disebabkan oleh genus ini
dikenal sebagai malaria. Parasit ini sentiasa mempunyai dua inang dalam siklus hidupnya:
vektor nyamuk dan inang vertebrata.
Taksonomi dari Plasmodium.
Kingdom
Kelompok
Phylum
Kelas
Ordo
Family
Genus

: Protista
: Protozoa
: Apicomplexa
: Coccidia
: Eucococidiorida
: Plasmodidae
: Plasmodium sp.

Terdapat 4 spesies:
Plasmodium falciparum
Plasmodium vivax
Plasmodium malariae
Plasmodium ovale

1.3 Transmisi
Malaria ditransmisikan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi malaria atau
melalui inokulasi langsung dari sel darah yang terinfeksi.Seperti melalui transfusi darah,
penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi, dari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya, dan
dari transplantasi organ. (repository usu.ac.id)
MM 2. Malaria
2.1. Definisi dan Etiologi
Definisi : Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa yang disebut Plasmodium,
yang dalam salah satu tahap perkembang biakannya akan memasuki dan menghancurkan sel-sel
darah merah yang ditularkan oleh nyamuk malaria ( Anopheles ). Plasmodium ini merupakan
protozoa obligat intraseluler. Penularan pada manusia dilakukan oleh nyamuk betina Anopheles
ataupun ditularkan langsung melalui transfusidarah atau jarum suntik yang tercemar serta dari
ibu hamil kepada janinnya. (Harijanto P.N.2000).
Etiologi : Malaria disebabkan oleh parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina infektif. Sebagian besar nyamuk anopheles akan menggigit pada waktu
senja atau malam hari, pada beberapa jenis nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam
sampai fajar.
2.2 Epidemiologi
Malaria merupakan penyakit endemis atau hiperendemis di daerah tropis maupun subtropis dan
menyerang negara dengan penduduk padat.Kini Malaria terutama dijumpai di Meksiko, sebagian
Karibia, Amerika Tengah dan Selatan, Afrika Sub-sahara, Timur tengah, India, Asia Selatan,
Indo Cina, dan pulau-pulau di Pasifik Selatan.Diperkirakan prevalensi malaria di seluruh dunia
berkisar antara 160-400 juta kasus pertahun. Di Indonesia malaria tersebar di seluruh pulau
dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dengan ketinggian sampai 1800 meter di atas
permukaan laut. Di Indonesia terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38000 kematian setiap tahun
dan diperkirakan 35% penduduk Indonesia tinggal di daerah yang beresiko tertular malaria.

2.3 Patogenesis
Patogenesis malaria berat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu pejamu (host), agen (agent),dan lingkungan
(environment ).
Dari sisi agen, parasit malaria, protein Pf EMP-1 (Plasmodium falciparum erythrocyte membrane protein1) diduga berperan penting dalam patogenesis malaria. Protein tersebut diekspresikan pada eritrosit yang
terinfeksi parasit. Protein ini berperan dalam proses cytoadherens yaitu sekuestrasi di mikrosirkulasi,
rosseting , dan aggregasi eritrosit terinfeksi dengan trombosit. Proses-proses tersebut mengakibatkan
obstruksi mikrosirkulasi yang kemudian mengakibatkan gangguan fungsi organ.

Dari sisi pejamu, yang berperan dalam patogenesis adalah sitokin pro-inflamasi (TNF- dan IFN-).
Sitokin itu secara tidak langsung menghambat perkembangan parasit. Akan tetapi, tingginya sitokin
dalam suatu organ akan mengganggu fungsi organ tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung
dengan cara meningkatkan ekspresi dari molekul adhesi sehingga memacu proses cytoadherens seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Manusia : Pada waktu nyamuk anopheles infektif mengisap darah manusia, sporozoit berada dikelenjar
liur nyamuk akan masuk kedalam peredaran darah manusia selama setengah jam. Setelah itu akan masuk
kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati.
Demam : Mulai timbul saat pecahnya skizon darah yang mengeluarkan bermacam-macam antigen.
Antigen akan merangsang makrofag, monosit, atau limfosit yang mengeluarkan berbagai sitokin (al:
tumor nekrosis faktor TNF). TNF akan di bawa ke hipotalamus (pusat pengatur suhu) dan terjadi demam
Siklus hidup plasmodium sangat kompleks,makanan nyamuk ialah darah manusia.Pada saat nyamuk
mengisap darah,maka sporozoit masuk dari saliva nyamuk dan dalam beberapa menit terjadi infeksi pada
sel hati .Pada sel hati ,parasite berkembang biak secara cepat membentuk skizon yang mengandung ribuan
merozoit.Setalah beberapa hari sampai beberapa minggu (bergantung pada spesies plasmodium),sel hepar
yang terinfeksi akan melepaskan sel merozoit ,yang dengan cepat menginfeksi sel darah merah.Didalam
sel darah merah ,parasite dapat meneruskan reproduksi aseksual membentuk lebih banyak merozoit atau
menjadi gametosit yang mamou menginfeksi nyamuk lain yang menghisap darah.Selama perkembangan
aseksual tiap jenis malaria berkembang menjadi tropozoit yang bentuknya berbeda beda.Fase aseksual
selesai apabila trofozoit sudah membentuk merozoit yang baru dan keluar dengan menghancurkan
eritrosit.(Buku Ajar Patologi Robbins,2015)
2.4 Penegakkan Diagnosis

a) Anamnesis
Keluhan utama, yaitu demam, menggigil, berkeringat dan dapatdisertai sakit kepala,
mual, muntah, diare, nyeri otot dan pegal-pegal
Riwayat berkunjung dan bermalam lebih kurang 1-4 minggu yang laluke daerah endemik
malaria.
Riwayat tinggal di daerah endemik malaria.
Riwayat sakit malaria.
Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
Riwayat mendapat transfusi darah.
Selain hal-hal tersebut di atas, pada tersangka penderita malaria berat,dapat ditemukan keadaan
di bawah ini:

Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.


Keadaan umum yang lemah.
Kejang-kejang.
Panas sangat tinggi.
Mata dan tubuh kuning.13
Perdarahan hidung, gusi, tau saluran cerna.
Nafas cepat (sesak napas).

Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum.


Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai kehitaman.
Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada.
Telapak tangan sangat pucat.

b) Pemeriksaan Fisik

Demam (37,5C)
Kunjunctiva atau telapak tangan pucat
Pembesaran limpa
Pembesaran hatiPada penderita tersangaka malaria berat ditemukan tanda-tanda
klinissebagai berikut:
Temperature rectal 40C.
Nadi capat dan lemah.
Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan <50 mmHg pada anak-anak.
Frekuensi napas >35 kali permenit pada orang dewasa atau >40 kali permenit pada balita,
dan >50 kali permenit pada anak dibawah 1tahun.

c) Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal penderita apakah
dari daerah endemic malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riawayat pengobatan kuratip maupun
preventif.

Pemeriksaan tetes darah untuk malaria

Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting
untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali denganhasil negative tidak mengenyampingkan
diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative maka diagnosa malaria dapat
dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui
a) Tetesan preparat darah tebal.
Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup
banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan.
Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit
dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat
dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700 - 1000 kali
tidak ditemukan parasit. Hitung parasite dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah
parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50
merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.
b) Tetesan preparat darah tipis.
Digunakan untuk identifikasi jenis Plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan.
Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasite (parasite count), dapat dilakukan berdasar jumlah
eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah
menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria.
Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishmans, atau Fields dan juga Romanowsky.

Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan pengecatan yang
mudah dengan hasil yang cukup baik

Tes Antigen : p-f test

Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5
menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi
untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi
laktat dehydrogenase dari Plasmodium (pLDH) dengan cara immune chromatographic telah dipasarkan
dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat
membedakan apakah infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah
lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).

Tes Serologi

Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect fluorescent
antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada keadaan
dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru
terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi
atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan
positif . Metode metode tes serologi antara lain indirect haemagglutination test, immunoprecipitation
techniques, ELISA test, radio-immunoassay.

Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)

Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat
dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit
dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum
untuk pemeriksaan rutin.

c) Diagnosis
Terjadinya demam, anoreksia, nyeri sendi dan otot, sakit kepala, daire ringan, panas ireguler,
anemia, splenomegali, parasitemia, dan sering terjadi komplikasi, masa inkubasi 9-14 hari.
Terjadinya hiperpireksia (yaitu panas diatas 40oC). gejala lain berupa pneumonia aspirasi, nadi
cepat, mual dan muntah, splenomegali lebih sering dijumpai daripada hepatomegali, kelainan
urin yaitu albuminuria.
Relaps. : berulangnya gejala klinik yg lebih lama dari waktu diantara serangan periodic dari
infeksi primer yaitu setelah periode yg lama, biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau
oleh bentuk diluar eritrosit hati pada malaria vivax atau ovale.
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting
untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak
mengenyampingkan diagnosis malaria. Pemeriksaan pada saat penderita demam atau panas dapat
meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasite

d) Diagnosis Banding
1. Malaria tanpa komplikasi harus dapat dibedakan dengan penyakit infeksi lain sebagai berikut:
a. Demam tifoid
b. Demam dengue
c. lnfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
d. Leptospirosis ringan
e. lnfeksi virus akut lainnya.
2. Malaria berat atau malaria dengan komplikasi dibedakan dengan penyakit infeksi lain :
a. Radang Otak (meningitis/ensefalitis)
b. Stroke (gangguan serebrovaskuler)
c. Tifoid ensefalopati
d. Hepatitis
e. Leptospirosis berat
f. Glomerulonefritis akut atau kronik
g. Sepsis
h. Demam berdarah dengue atau Dengue Shock Syndrome
(Buku Pedoman Penatalaksanaan Malaria di Indonesia,Depkes,2008)
2.5 Penatalaksanaan

a) Klorokuin
Farmakodinamik : klorokuinhanyaefektifterhadap parasite dalam fase eritrosit, sama sekali tidak
efektif terhadap parasite di jaringan. Efektifitasnya sangat tinggi terhadap P.vivax, P.malariae,
P.ovale dan P.falciparum yang sensitive klorokuin. Klorokuin efektif terhadap ketiga gamet
plasmodium selain P.falciparum. klorokuin efektif menekan serangan akut malaria vivax, tetapi
bisa relaps jika diberhentikan, sehingga untuk mengeradikasi inveksi P.vivax perlu diberikan
bersama primakuin. Gejala klinik dan parasiteemia serangan akut malaria akan cepat
dikendalikan, demam akan hilang dalam 24 jam dan sediaan apus darah umumnya negative
dalam waktu 48-72 jam. Bila tidak ada perbaikan sampai hari kedua mungkin telah terjadi
resistensi khususnya pada falciparum. Mekanisme kerja klorokuin masih kontroversial, salah
satu mekanisme yang penting adalah penghambatan aktivitas polymerase heme plasmodia yang
berperan mendetoksifikasi hemeferriprotoporphyrin IX menjadi bentuk hemozoid yang tidak
toksik. Peningkatan heme dalam parasite menimbulkan lisis membrane parasite.
Farmakokinetik: absorpsi klorokuin setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan
makanan mempercepat absorpsi ini. Sedangkan kaolin dan antacid dapat menggaggu absorpsi
klorokuin. Kadar puncak dalam plasma 3-5 jam. Metabolismenya berlangsung lambat sekali dan
metabolitnya di ekskresi melalui urin. Waktu paruh terminalnya berkisar antara 30-60 hari,
Sejumlah kecil klorokuin masih ditemukan dalam urin bertahun-tahun setelah pemberian di
hentikan. Dosis oralnya 0,5 gram tiap minggu. Jumlah ini berada dalam batas kadar terapi untuk
P.falciparum dan P.vivax.

Efek samping dan kontraindikasi: efek samping yang mungkin ditemukan pada pemberian
klorokuin ialah sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, dan gatalgatal. Klorokuin harus digunakan secara hati-hati pada pasien dengan penyakit hati, pada pasien
gangguan sal.cerna, neurologic. Pada pasien defisiensi G6PD, klorokuin dapat menyebabkan
hemolysis. Dermatitits dapattimbul pada pemberian klorokuin bersama fenilbutazon atau
preparat yang mengandung emas.
b) Pirimetamin
Farmakodinamik: pirimetamin merupakan skizontosid darah kerja lambat yang mempunyai efek
anti malaria yang mirip dengan efek proguanil tetapi lebih kuat karena bekerja langsung, waktu
paruhnya pun lebih panjang. Dalam bentuk kombinasi, pirimetamin dan sulfadoksin digunakan
secara luas untuk profilaksis dan supresi malaria terutama yang disebabkan oleh strain
P.falciparum yang resisten klorokuin.
Farmakokinetik: penyerapan pirimetamin di sal.cerna lambat tetapi lengkap. Setelah pemberian
oral, kadar, kadar puncak plasma dicapai Dalam waktu 4-6 jam. Obat ini ditimbun terutama di
ginjal, paru, hati, dan limpa kemudian di ekskresi lambat dengan waktu paruh kira-kira 4 hari.
Metabolitny adiekskresi melalui urin.
Efek samping dan kontraindikasi: dengan dosis besar dapat terjadi anemia makrositik yang
serupa dengan yang terjadi pada defisiensi asam folat. Pemberian pirimetamin sebaiknya disertai
pemberian suplemen asamfolat.
c) Primakuin
Farmakodinamik: manfaat kliniknya yang utama adalah penyembuhan malaria vivax dan ovale,
karena bentuk latenjaringan plasmodia ini di hancurkan oleh priakuin. Beberapa strain P.vivax di
beberapa negara termasuk Asia Tengggara relative telah menjadi resisten terhadap primakuin.
Bentuk skizon jaringan dari strain ini tidak dapat lagi dimusnahkan, tetapi memerlukan
pengobatan ulang dengan dosis yang di tinggikan.
Farmakokinetik:setelah diberikan per oral primakuin segera di absorpsi dan didistribusi luas
kejaringan, tidak pernah di berikan parenteral karena dapat mencetuskan terjadinya hipotensi
yang nyata. Waktu paruh eliminasinya 6 jam.
Efek samping dan kontraindikasi: efek samping yang paling berat adalah anemia hemolitik
karena defisiensi enzim G6PD. Dengan dosis yang lebih tinggi dapat timbul spasme usus dan
gangguan lambung. Primakuin di kontraindikasikan pada pasien dengan penyakit sistemik yang
berat dan cenderung mengalami granulosit openiam misalnya arthritis rheumatoid

d) Kina
Farmakodinamik: Untuk terapi supresi dan pengobatan serangan klinis. Kedudukan kina sudah
tergeser oleh anti malarial lain yang lebih aman dan efektif misalnya klorokuin. Walaupun
demikian kina bersama pirimetamin dan sulfadoksin masih merupakan regimen terpilih untuk
P.falciparum yang resisten terhadap klorokuin. Kina terutama berefek skizontosid darah dan juga
gametositosid terhadap P.vivax dan P.malariae, tetapi tidak untuk P.falciparum. akan tetapi,
untuk terapi supresi dan pengobatan serangan klinik, obat ini kurang efektif dan lebih toksik
dibandingkan dengan klorokuin.kina tidak digunakan untuk profilaksis malaria. Kina dan
alkaloid sinkona lain meningkatkan respons terhadap rangsang tunggal maksimal yang di berikan
langsung atau melalui saraf, tetapi juga menyebabkan perpanjangan masa refrakter sehingga
mencegah terjadinya tetani.
Farmakokinetik: kina danturunannya di serapbaikterutamamelaluiusushalusbagiannatas. Kadar
puncaknyadalam plasma di capaidalam 1-3 jam setelahdosistunggal. Distribusinyaluas,
terutamakehatitetapikurrangkeparu, ginjaldanlimpa, kina
jugamelaluisawaruri.waktuparuheliminasi kina pada orang sehat 11 jam, sedangpadapasien
malaria berat 18 jam
Efek samping dan kontraindikasi: Dosis terapi kina sering menyebabkan sinkronisme, gejalanya
mirip salisilismus yaitu sakit kepala, gangguan pendengaran, pandangan kabur ,diare dan mual.
Gejala ringan lebih dahulu tampak di system pendengaran dan penglihatan pada keracunan yang
lebih berat terlihat gangguan gastrointestinal, saraf, kardiovaskular dan kulit. Lebih lanjut lagi
bingung, gelisah dan delirium. Dosis fatal kina per oral untuk orang dewasa 2-8 gram
(Syarif A, et al. 2012. Farmakologi dan Terapi ed.5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.)
2.6 Pencegahan
Gebrak Malaria
Gerakan berantas kembali malaria (Gebrak Malaria) merupakan bentuk oprasional dari Roll Back Malaria
(RBM). Gerakan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan tiap orang dalam mengatasi penyakit
malaria untuk mewujudkan lingkungan yang terbebas dari penularan malaria melalui penanggulangan
yang bermutu untuk menurunkan kesakitan dan kematian. Program pemberantasan malaria yang saat ini
dilakukan di Indonesia :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Diagnosis awal dan pengobatan yang tepat


Program kelambu dengan insektisida
Penyemprotan
Pengawasan deteksi aktif dan pasif
Survei demam dan pengawasan migrant
Deteksi dan control epidemic

7.
8.

Langkah-langkah lain seperti larva ciding (merupakan kegiatan penyemprotan rawarawa yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria)
Peningkatan kemampuan masyarakat (capacity building).

Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal merupakan salah satu langkah yang penting
untuk mencegah gigitan nyamuk yang aktif di malam hari ini. Keberhasilan langkah ini sangat
ditentukan oleh kesadaran masyarakat setempat. Pencegahan tanpa obat, yaitu dengan
menghindari
gigitan
nyamuk
dapat
dilakukan
dengan
cara
:
1. Menggunakan kelambu (bed net) pada waktu tidur, lebih baik lagi dengan kelambu
berinsektisida.
2. Mengolesi badan dengan obat anti gigitan nyamuk (repellent).
3. Menggunakan pembasmi nyamuk, baik bakar, semprot maupun lainnya.
4. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi.
5. Letak tempat tinggal diusahakan jauh dari kandang ternak.
6.Mencegah penderita malaria dan gigitan nyamuk agar infeksi tidak menyebar.
7. Membersihkan tempat hinggap/istirahat nyamuk dan memberantas sarang nyamuk.
8. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang bergantungan serta
genangan air.
9. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obat anti larva (bubuk abate) pada
genangan air atau menebarkan ikan atau hewan (cyclops) pemakan jentik.
10. Melestarikan hutan bakau agar nyamuk tidak berkembang biak di rawa payau sepanjang
pantai.
2.7 Komplikasi
Komplikasi malaria umumnya di sebabkan oleh plasmodium falciparum dan sering di sebut pernicious
manifestations. Sering terjadi mendadak dan tanpa gejala-gejala sebelumnya dan sering terjadi pada
penderita yang tidak imun dan wanita hamil. Komplikasi sering terjadi 5-10% dan 20% merupakan kasus
yg fatal. Malaria dengan komplikasi umumnya di golongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO di
golongkan sebagai infeksi plasmodium falciparum dengan 1 atau lebih komplikasi sebagai berikut:

1. Malaria serebal (coma)


Pada sebagian penderita terjadi ganguan kesadaran yang lebih ringan seperti apati
somonolen delirium dan perubahan tingkah laku kejang kaku kuduk dan hemiparese
dapat terjadi walau cukup jarang. Dalam pemeriksaan divergen, pupil ukuran normal dan
reaktif, funduskopi normal atau dapat terjadi pendarahan ,sedangkan anal reflex dapat
hilang. Keadaan ini sering di sertai dengan hiverpentilasi. Lama koma pada orang dewasa
2-3 hari dan pada anak 1 hari. Diduga pada malaria serebral terjadi sumbatan kapiler
pembuluh darah otak sehingga terjadi anoksia otak. Sumbatan tersebut terjadi karena
eritrosit yng mengandung parasit sulit melalui pembuluh kapiler proses sitoaderensi dan
sekuekstrasi parasit.
2. Gagal ginjal
Kelainan fungsi ginjal pada penderita orang dewasa. Kelainan ini dapat pre renal karena
dehidrasi dan hanya 5-10% di sebabkan oleh nekrosis tubulus akut. Ganguan ini diduga
karena anoksia karena penurunan aliran darah ke ginjal akibat sumbatan kapiler sebagai

akibat penurunan filtrasi pada glomerulus. Secara klinis dapat terjadi fase oliguria atau
pun polyuria
3. Kelainan hati (Malaria biliosa)
Jaundice atau ikterus di jumpai pada infeksi malaria falsiparum.
4. Hipoglikemia
Hal ini di sebabkan karena kebutuhan metabolic dari parasit telah menghabiskan
cadangan glikogen dalam hati. Hipoglikemia dapat tanpa gejala pada penderita dengan
keadan umum yang berat artaupun penurunan kesadaran. Penyebab hipoglikemi karena
pemberian terapi kina yg bnyak, kegagalan glukogeneogenesis pada penderita dengan
ikterik, hiperparasitemia oleh karena parasit mengkonsumsi karbohidrat, dan pada
malaria tanpa komplikasi hipoglikemia dapat terjdi dan sulit di obati secara konvensionil
karena hipoglikemia yg persisten karena hiperinsulinemia akibat kina.
5. Blackwater Fever (Malaria Haemoglobinuria)
Suatu syndrome dengan gejala dengan karakteristik serangan akut, menggigil, demam,
hemolisis, intravascular, hemoglubinuri, dan gagal ginjal. Terjadi karena p.falcifarum
yang tidak imun yang beulang-ulang dapat terjadi pada penderrita tanpa kekurangan
ansim G-6-PD dan parasit falsifarum atau pun dengan penderita kekurangan G-6-PD yg
biasanya disebabkan pemberian Primakuin.
6. Malaria Algid
Terjadi syok paskular ditandai dengan hipotensi, perubahan pertahan perifer dan
berkurangnya ferfusi jaringan, gambaran klinik berupa perasaan dingin, basah kulit,
temperatur rektal tinggi, kulit tidak elastic, pucat pernapasan dangkal, nadi cepat, tekanan
darah turun, tekanan sistolik tidak teratur sering dikaitkan dengan septisemia gram
negative.
7. Edema paru
Sering terjadi pada malaria dewasa dan jarang terjadi pada anak. Komplikasi paling berat
di banding malaria tropika dan sering menyebabkan kematian. Dapat terjadi karena
kelebihan cairan atau adult respiratory distress syindrom, kehamilan, malaria serebral,
hiperparasitemi, hipotensi, asidosis, dan uremi. Adanya peningkatan respirasi adalah
gejala awal. Pemeriksaan radiologic di jumpai peningkatan gambaran bronkovaskuler
tanpa pembesaran jantung.
2.8 Prognosis
1. Prognosis malaria berat tergantung pada kecepatan dan ketepatan diagnosis serta pengobatan.
(Depkes RI, 2006)
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak
15%, dewasa 20% dan pada kehamilan meningkat sampai 50% (Depkes RI,2006)
3. Prognosis malaria berat dengan gangguan satu fungsi organ lebih baik daripada gangguan 2 atau
lebih fungsi organ. (Depkes RI, 2006)
MM 3. Vektor Malaria (Anopheles sp.)

3.1 Morfologi
a).Stadium telur
:
-Berbentus seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya
konfaks.
- Mempunyai sepasang pelampung yang terletak pada sebelah lateral.
b).Stadium larva
:
- Spirakel pada bagian posterior abdomen,
- Tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen
- Bulu palma pada bagian lateral abdomen
c).Stadium pupa
- Mempunyai tabung pernafasan(respiratory trumpet)yang berbentuk lebar
dan pendek
d).Stadium dewasa
- Pulpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang hampir sama dengan
panjang probosisnya
- Nyamuk jantan ruas palpus bagian apikal berbentuk gada(club form),nyamuk betina ruas
palpusnya mengecil
- Sayap pada bagian pinggir(kosta dan vena I)ditumbuhi sisik sayap yang berkelompok
membentuk gambaran belang-belang hitam putih dan bagian ujung sisk sayap membentuk
lengkung(tumpul)
- Bagian posterior abdomennya sedikit lancip

3.2 dan 3.3 Habibat dan Perilaku


Vektor

Tempat perindukan

Perilaku nyamuk dewasa

Penyebaran

An.sundaicus

Muara sungai yang mendangkal pada musim


kemarau, tambak ikan yang kurang
terpelihara, parit di sepanjang pantai bekas
galian yang terisi air payau, tempat
penggaraman (Bali) di air tawar ( Kal Tim
dan Sum)
Sawahdansaluranirigrasi, kolam, rawa, mata
air, sumurdan lain-lain.

Antropofilik > zoofilik, menggigit sepanjang


malam. Tit : di dalam dan luar rumah

Sum Jawa

Antropofilik(Sul&NT) Zoofilik(Jawa&Sum)
Eksofagik>endofagikmengigitmalam. Tit :
diluarrumah (padatanaman)
Zoofilik > antropofilik menggigit senja - malam.
Tit : di luar rumah ( kandang)
Antropofilik>zoofilik.
Tit : bagianbawahatap di luarrumah
Zoofilik > antropofilik menggigit malam. Tit : di
luar rumah (sekitar kandang)

Sul-NT

An.barbirostris

An.sinensis

Sawah, kolam dan rawa yang ada tanaman air

An.letifer

Air tergenang (tahanhidup di


tempatasamterutamadatarantinggipantai)
Mata air dan sungai dengan air jernih yang
mengalir lambat di daerah pegunungan,
perkebunan teh (di Jawa)
Kumpulan air yang permanen/sementara,
celah tanah bekas kaki binatang, tambak ikan
dan bekas galian di pantai (pantai utara pulau
Jawa)
Bekas roda yang tergenang air, bekas jejak
kaki binatang pada tanah yang berlumpur,
tepi sungai pada musim kemarau, kolam atau
kali yang berbatu di hutan atau daerah

An.maculatus

An.subpictus

An.balabacencis

Sum Jawa
Sum-Kal
Sum Jawa

Antropofilik > zoofilik menggigit di waktu


malam. Tit : di dalam dan luar rumah (kandang)

Jawa

Antropofilik < zoofilik. Endofilik menggigit


pada malam hari. Tit : di luar rumah (sekitar
kandang)

Jawa

pedalaman
An.aconitus

An.bancrofti
An.barbumbrosus

Persawahan dengan saluran irigasi, tepi


sungai pada musim kemarau, kolam ikan
dengan tanaman rumput di tepinya
Danaudengantumbuhanbakung, air tawar
yang tergenang, rawadengantumbuhanpakis
Di pinggirsungai yang terlindungidengan air
yang mengalirlambatdekathutan di
datarantinggi

Zoofilik > antropofilik. Eksofagik menggigit di


waktu senja sampai dini hari. Tit : di luar rumah

Jawa

Zoofilik>antropofilik
Tit : belumjelas
BionomiknyabelumbanyakdipelajariAntropofilik

3.4 Pengendalian Vektor


Pengendalian vector terpadu dilaksanakan secara bersamadari beberapa metode,meliputi
pengendalian fisik,biologi,kimia,danpemberdayaan masyarakat.
a) Pengendalian Fisik
Pengendalian fisik dapat berupa penimbunan kolam,pengangkatan tumbuhan air,pengeringan
swah secara berkala setidaknya setiap dua minggu sekali dan pemasangan kawat kasa pada
jendela.
b) Pengendalian Biologi
Pengendalian biologi dapat berupa penebaran ikan dan Bacillus thuringiensis serta predator larva
lainnya.
c) Pengendalian Kimia
Pengendalian kimia dapat menggunakan kelambu berinsektisida,indoor
spray,repellent,insektisida rumah tangga dan penaburan larvasida.
(depkes.go.id)

residual

Anda mungkin juga menyukai