Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Gangguan kebiasaan dan kontrol impuls kedua-duanya memiliki penyebab neurologis


dan lingkungan, serta diketahui diperburuk oleh stres. Tindakan akibat gangguan ini biasanya
didahului oleh individu tersebut merasakan satu perasaan ketegangan dan kegembiraan dan
diikuti oleh rasa lega dan kepuasan, sering-tapi tidak selalu, disertai dengan rasa bersalah atau
penyesalan.3
Beberapa gangguan telah diidentifikasi sebagai gangguan kebiasaan dan impuls.
Contohnya adalah judi patologis, bakar patologis atau piromania, kleptomania yakni curi
patologis, dan trikotilomania.6
Prevalensi kleptomania tidak diketahui, tetapi DSM-IV-TR melaporkan bahwa itu
terjadi dalam waktu kurang dari 5 persen dari pengutil diidentifikasi. Rasio laki-keperempuan 1:3 dalam sampel klinis.5
Kleptomania merupakan gangguan kebiasaan dan impuls yang tidak terkendalikan
(impulse control disorder). Kleptomania diartikan sebagai bentuk gangguan impuls yang
tidak dapat dikendalikan oleh individu untuk memiliki barang-barang yang dilihatnya dengan
cara mencuri. Gangguan ini dilakukan secara berulang (kompulsi) dengan berbagai alasan
yang tidak rasional untuk memiliki benda-benda tersebut.1
Individu yang mempunyai gangguan kleptomania ditandai oleh kegagalan menahan
dorongan yang timbul untuk mencuri sesuatu yang tidak dibutuhkan atau tidak menghasilkan
uang, ketika dorongan untuk mencuri itu muncul, ia akan merasa tidak nyaman, gelisah dan
dorongan tersebut akan semakin kuat, setelah perilaku tersebut tersalurkan, individu tersebut
akan merasakan kepuasaan. Pada saat-saat tertentu individu dapat merasakan penyesalan
terhadap kebiasaan tersebut, akan tetapi penyesalan tersebut tidak dapat menghentikan
kebiasaan buruk tersebut, justru ketika muncul dorongan itu kembali, ia akan kembali
mencuri.2
Beberapa penelitian psikoanalisa menyebutkan bahwa kleptomania disebabkan oleh
berbagai permasalahan dan fase masa anak-anak yang tidak berjalan dengan semestinya,
akibatnya dorongan mencuri merupakan salah satu cara untuk mengembalikan masa tersebut.
Secara pasti sebab-sebab kemunculan kleptomania masih dalam perdebatan, namun
diperkirakan ketidakseimbangan zat kimia serotonin di dalam otak diduga menjadi penyebab
bentuk abnormalitas ini.1,2
Meskipun tidak ada data epidemiologi yang dilaporkan, tampaknya kleptomania lebih
banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan rasio laki-laki-perempuan
2

adalah 1:3. Prevalensi kleptomania diperkirakan sekitar 0,6%, dimana 3,8%-24% ditangkap
karena mencuri di toko. DSMIV menyebutkan bahwa kleptomania muncul kurang dari 5%
dari kasus pencurian toko yang teridentifikasi.3
Sebuah studi terkini pada pada pasien dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan
gangguan jiwa multipel (n=240) ditemukan bahwa 7,8% (n=16) terdapat gejala konsisten
dengan diagnosis kleptomania, dan 9,3% (n=19) mempunyai diagnosis kleptomania seumur
hidup. Dalam studi pada 102 remaja yang dirawat karena berbagai macam gangguan jiwa
ditemukan bahwa 8,8% (n=9) menderita kleptomania. Karena angka kejadian pada remaja
dan dewasa hampir sama, menunjukkan bahwa jika kleptomania tidak ditanganin maka akan
menjadi kronis. Hasil temuan ini sesuai dengan studi selanjutnya. Suatu studi dimana
diperiksa 107 pasien dengan depresi ditemukan 3,7% nya menderita kleptomania. Dalam
studi pada pasien dengan ketergangtungan alkohol, dilaporkan 3,8% ditemukan gejala
kleptomania yang konsisten.4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

33

Kleptomania
2.1. Definisi gangguan kebiasaan
Gangguan kebiasaan dan impuls adalah sebuah gangguan psikologis yang ditandai
oleh pengulangan ketidakmampuan untuk menahan diri dari melakukan suatu tindakan
tertentu yang berbahaya, baik untuk diri sendiri atau orang lain.3
Sebelum melakukan hal tersebut, individu biasanya merasakan satu keinginan yang
kuat untuk melakukannya. Kadang-kadang, tidak konsisten dan masih sadar karena hal
tersebut dianggap suatu kesenangan. Setelah melakukannya, individu tersebut akan merasa
lega. Sesudah itu, baru individu tersebut akan mengalami penyesalan. Perasaan ini bisa
berasal dari konflik bawah sadar yang tidak jelas dengan kesadaran individu atas dampak
perbuatan itu pada orang lain.5
2.2. Etiologi gangguan kebiasaan
Faktor psikodinamik, psikososial, dan biologis semua memainkan peran penting dalam
gangguan ini. Namun, faktor penyebab utama masih belum diketahui sampai sekarang.
Terdapat beberapa dari gangguan ini yang mungkin memiliki penyebab neurobiologis yang
mendasari mekanisme umum. Kelelahan, stimulasi terus-menerus, dan trauma psikis dapat
menurunkan resistensi seseorang untuk mengontrol impuls.5

Faktor psikodinamik
Impuls adalah suatu disposisi untuk bertindak mengurangi ketegangan yang
disebabkan oleh penumpukan kemauan, atau karena pertahanan ego berkurang
terhadap ketegangan yang dirasakan. Gangguan impuls ini memiliki kesamaan upaya
untuk mempengaruhi individu, dengan bertindak pada lingkungan.5

Faktor psikososial
Faktor psikososial dalam gangguan ini berhubungan dengan peristiwa-peristiwa
kehidupan individu. Anak yang tumbuh tersebut mungkin memiliki model yang tidak
tepat untuk identifikasi, seperti orang tua yang kesulitan mengendalikan impuls.
Faktor psikososial lainnya yang terkait dengan gangguan mencakup kekerasan dalam
rumah tangga, penyalahgunaan alkohol, pergaulan bebas, dan perilaku antisosial.5

Faktor biologis

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Jiwa


Rumah Sakit Jiwa DharmaGraha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 14 Desember 2015 -16 Januari 2015

Page 4

Kleptomania
Banyak bukti kajian yang menunjukkan bahwa sistem neurotransmitter serotonin
berpengaruh dalam gejala gangguan ini. Selain itu, sistem dopaminergik dan
noradrenergik juga dikatakan turut terlibat. Hormon tertentu, terutama testosteron,
juga telah dikaitkan dengan perilaku kekerasan dan agresif.5
2.3

BENTUK-BENTUK GANGGUAN KEBIASAAN


Menurut PPDGJ III, gangguan kebiasaan dan impuls dibedakan atau diklasifikasikan

atas beberapa pergolongan yaitu :6


F63.0 Judi Patologis
F63.1 Bakar Patologis ( Piromania )
F63.2 Curi Patologis ( Kleptomania )
F63.3 Trikotilomania
F63.8 Gangguan Kebiasaan dan Impuls Lainnya
F63.9 Gangguan Kebiasaan dan Impuls YTT
Kleptomania
2.3.1 Definisi
Kleptomania pertama kali dijelaskan pada tahun 1816 oleh Andre Matthey seorang
psikiater dari Swiss, pada saat itu disebut dengan klopemanie yang yang dijelaskan sebagai
suatu tindakan mencuri kompulsif barang tidak berharga dan tidak dibutuhkan. Pada 1838,
Marc dan Esquirol, dalam menggambarkan sebuah kasus, membuat istilah kleptomania.
Esquirol melaporkan bahwa individu dengan gangguan ini sering mencoba untuk
menghindari perilaku mencuri. Pada akhir 1800an, beberapa penulis menghubungkan
kleptomania dengan intoksikasi suasana dari penemuan terbaru pusat perbelanjaan di
perkotaan. Pada abad ke 19 dan awal abad 20, diskusi tentang kleptomania menjadi
perdebatan terus menerus dalam bidang kedokteran. Psikoanalis menginterpretasikan gejalagejala kleptomania sebagai refleksi dari pertahanan ego bawah sadar terhadap kecemasan,
naluri yang terlarang, konflik yang tidak diselesaikan, atau dorongan seksual.2
Dalam

kamus The

Advanced

Learner s of Current

English

, kata

kleptomania diberi batasan sebagai irressistable tendency to steal not from poverty
but from weakness of mind ( dalam Kaplan & Sadock,1997) ( kecenderungan yang tidak
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Jiwa
Rumah Sakit Jiwa DharmaGraha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 14 Desember 2015 -16 Januari 2015

Page 5

Kleptomania
bisa ditahan untuk mencuri, bukan disebabkan karena kemiskinan tetapi karena kelemahan
jiwa ).
Ciri penting dari kleptomania adalah kegagalan rekuren untuk menahan impuls untuk
mencuri benda-benda yang tidak diperlukan untuk pemakaian pribadi atau yang memiliki arti
ekonomi. Benda-benda yang diambil seringkali dibuang, dikembalikan secara rahasia, atau
disimpan bahkan disembunyikan.1,2
Seperti gangguan pengendalian impuls lainnya, kleptomania ditandai oleh ketegangan
yang memuncak sebelum tindakan, diikuti oleh pemuasan dan peredaan ketegangan dengan
atau tanpa rasa bersalah, penyesalan, atau depresi selama tindakan. Biasanya mecuri pada
kleptomania adalah tidak direncanakan dan tidak melibatkan orang lain.1,2,3
Kebanyakan orang dengan kleptomania tidak mencuri untuk kebutuhan pribadi dan
seringkali mempunyai uang yang cukup untuk membeli barang barang yang mereka beli.
Lebih lanjut mereka menyadari bahwa itu merupakan perilaku kriminal. Beberapa orang
dapat mengidentifikasi pemicu spesifik terhadap dorongan untuk mencuri. Sebagai tambahan,
peningkatan ketegangan dan tekanan untuk mencuri diikuti dengan kepuasan atau kelegaan
segera, mereka juga sering mengalami perasaan bersalah dan malu.5
Pada dasarnya pencurian bisa terdapat dalam episode tertentu atau lebih kronis. Selain
itu juga ada periode remisi yang lama antar episode pencurian. Banyak penderita kleptomania
membuat strategi tersendiri dalam usahanya untuk menahan diri dari perilaku tersebut.
Mereka biasanya menghindari pusat perbelanjaan, mereka hanya pergi berbelanja jika ada
yang menemani atau bahkan berhenti pergi berbelanja sama sekali. Mereka juga bisa
menjauhkan diri secara sosial sebagai usaha untuk mengurangi kesempatan dalam mencuri.5
2.3.2. Epidemiologi
Meskipun tidak ada data epidemiologi yang dilaporkan, tampaknya kleptomania lebih
banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki dengan rasio laki-laki-perempuan
adalah 1:3. Prevalensi kleptomania diperkirakan sekitar 0,6 persen, dimana 3,8-24 persen
ditangkap karena mencuri di toko. DSMIV menyebutkan bahwa kleptomania muncul
kurang dari 5% dari kasus pencurian toko yang teridentifikasi.3
Sebuah studi terkini pada pada pasien dewasa yang dirawat di rumah sakit dengan
gangguan jiwa multipel (n=240) ditemukan bahwa 7,8% (n=16) terdapat gejala konsisten
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Jiwa
Rumah Sakit Jiwa DharmaGraha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 14 Desember 2015 -16 Januari 2015

Page 6

Kleptomania
dengan diagnosis kleptomania, dan 9,3% (n=19) mempunyai diagnosis kleptomania seumur
hidup. Dalam studi pada 102 remaja yang dirawat karena berbagai macam gangguan jiwa
ditemukan bahwa 8,8% (n=9) menderita kleptomania. Karena angka kejadian pada remaja
dan dewasa hampir sama, menunjukkan bahwa jika kleptomania tidak ditanganin maka akan
menjadi kronis. Hasil temuan ini sesuai dengan studi selanjutnya. Suatu studi dimana
diperiksa 107 pasien dengan depresi ditemukan 3,7% nya menderita kleptomania. Dalam
studi pada pasien dengan ketergangtungan alkohol, dilaporkan 3,8% ditemukan gejala
kleptomania yang konsisten.4
2.3.3. Etiologi
Etiologi kleptomania pada dasarnya belum diketahui, beberapa penelitian psikoanalisa
menyebutkan bahwa kleptomania disebabkan oleh berbagai permasalahan dan fase masa
anak-anak yang tidak berjalan dengan semestinya, akibatnya dorongan mencuri merupakan
salah satu cara untuk mengembalikan masa tersebut.1
Walaupun etiologi kleptomania masih belum jelas namun ada beberapa hipotesis yang
menyatakan adanya disfungsi serotogenik pada korteks prefrontal ventromedial yang
mendasari kegagalan pengendalian impuls pada individu kleptomania. Pada suatu studi yang
meneliti individu kleptomania dilaporkan bahwa jumlah dari 5-HT transporter pada individu
kleptomania adalah lebih sedikit jika dibandingkan dengan individu yang normal.2
Faktor Psikososial
Gejala kleptomania cenderung muncul pada saat adanya stress berat, seperti
kehilangan, perpisahan, dan berakhirnya sebuah hubungan yang penting. Beberapa
psikoanalis menekankan munculnya impuls yang agresif pada kleptomania, penulis lainnya
menemukan adanya aspek dari libido.3
Penulis psikoanalisis memfokuskan pada pencurian yang dilakukan oleh anak-anak
dan remaja. Anna freud

menemukan bahwa pencurian pertama dari dompet ibu

mengindikasikan semua pencurian berasal dari hubungan ibu dan anak. Karl Abraham
menulis adanya perasaan anak yang diabaikan, disakiti, dan tidak diinginkan. Sebuah teori
membuat tujuh kategori pencurian pada anak-anak yang dilakukan secara kronis, yaitu :3
1. Sebagai cara memulihkan hubungan ibu dan anak yang hilang.
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Jiwa
Rumah Sakit Jiwa DharmaGraha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 14 Desember 2015 -16 Januari 2015

Page 7

Kleptomania
2. Sebagai suatu tindakan yang agresif.
3. Sebagai suatu pertahanan melawan rasa takut dilukai.
4. Sebagai cara mencari hukuman.
5. Sebagai cara memulihkan atau menambah harga diri.
6. Berhubungan dengan dan sebagai reaksi terhadap rahasia keluarga.
7. Sebagai rangsangan dan pengganti untuk tindakan seksual.
Faktor Biologis
Penyakit pada otak dan retardasi mental telah dihubungkan dengan kleptomania,
dimana juga berhubungan dengan gangguan kontrol impuls lainnya. Tanda-tanda neurologis
fokal, atrophy cortical, dan pembesaran ventrikel lateral ditemukan pada beberapa pasien
kleptomania. Telah ditemukan juga teori mengenai gangguan pada metabolisme monoamin,
khususnya serotonin.3
Meskipun patogenesis neurobiologi bisa dibilang indikator paling valid dari gangguan
terkait, hanya ada sejumlah kecil penelitian tentang kemungkinan neurobiologi kleptomania.
Dalam sebuah penelitian pengangkutan platelet serotonin, disfungsi yang sama terlihat pada
subjek dengan kleptomania dibandingkan individu dengan gangguan obsesif-kompulsif.6
Sebuah laporan kasus menemukan bahwa kerusakan jaras orbitofrontal-subkortikal
dapat mengakibatkan kleptomania. Laporan kasus lain menemukan kleptomania berasal dari
trauma kepala dan defisit perfusi pada lobus temporal kiri. Selain itu, penelitian baru-baru ini
dilakukan pemeriksaan mikrostruktur pada materi putih lobus frontal dan ditemukan bahwa
penderita kleptomani, integritas materi putih di daerah frontal inferiornya telah menurun
signifikan dan karena itu berakibat gangguan konektivitas pada traktus dari limbik ke daerah
thalamus dan prefrontal.6
Selain itu, respon terhadap intervensi farmakologi juga dapat menginformasikan
tentang kemungkinan yang mendasari mekanisme biologi dari kleptomania. Semula ada
pendapat dari laporan kasus bahwa penderita kleptomania atau gangguan obsesif kompulsif,
mungkin menunjukkan respon khusus terhadap serotonin reuptake inhibitor (SRI). Namun,
telah dapat disimpulkan, dengan beberapa kasus menunjukkan kleptomania yang merespon
obat serotonergik dan lain-lain tidak mendukung hipotesis.6

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Jiwa


Rumah Sakit Jiwa DharmaGraha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 14 Desember 2015 -16 Januari 2015

Page 8

Kleptomania
Faktor Genetik dan Keluarga
Dalam sebuah penelitian, 7% dari keluarga pasien generasi pertama mempunyai
gangguan obsesive kompulsif. Selain itu juga ditemukan adanya mood yang meningkat pada
anggota keluarga pasien kleptomania.3
Hubungan antara kleptomania dengan gangguan obsesif-kompulsif bisa juga
diperlihatkan dengan meenunujukkan bahwa gangguan obsesif-kompulsif biasanya
berhubungan dengan penderita kleptomania. Penelitian tentang riwayat keluarga kleptomania
sangat terbatas. Dua penelitian tanpa kontrol menemukan bahwa 7% sampai 25% anggota
keluarga penderita kleptomania bisa menderita gangguan obsesif kompulsif. Hanya pada
penelitian dengan menggunakan kelompok kontrol, tidak ditemukan perbedaan yang berarti
pada rasio gangguan obsesifkompulsif antara keluarga generasi pertama dari penderita
kleptomania dibandingkan kontrol.6
2.3.4. Gambaran Klinis
Ciri penting dari kleptomania terdiri dari dorongan atau impus yang rekuren, intrusif
dan tidak dapat ditahan untuk mencuri benda-benda yang tidak diperlukan. Pasien
kleptomania mungkin juga mengalami depresi atau kecemasan. Pasien kleptomania tidak
selalu mempertimbangkan kemungkinan penangkapan mereka, kendatipun penahanan yang
berulang menyebabkan penderitaan dan rasa malu. Pasien kleptomania mungkin merasa
bersalah dan cemas setelah mencuri namun hal ini tidak dapat menghentikannya. Sebagian
besar pasien kleptomania mencuri dari toko, tetapi mereka juga dapat mencuri dari anggota
keluarga atau teman mereka sendiri.1,2,3,4
Individu dengan kleptomania menyebutkan bahwa barang curian biasanya dengan
nilai yang kecil dan mudah didapat. Setelah mencuri barang tersebut, penderita kemudian
akan

membuang,

menimbun,

mengembalikan

secara

sembunyi-sembunyi,

atau

menghadiahkannnya kepada orang lain. Penderita mungkin bisa menghindar saat tertangkap,
tetapi tantangan biasanya tidak sepenuhnya dalam jumlah. Meskipun perasaan senang,
kepuasan atau pembebasan pengalaman dialami pada waktu mencuri, penderita akan
mengalami perasaan bersalah, depresi atau penyesalan segera.6
Rata-rata onset usia perilaku mencuri adalah selama masa remaja, meskipun ada
laporan baru bahwa onset usia perilaku mencuri terjadi paling cepat saat usia 4 tahun dan
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Jiwa
Rumah Sakit Jiwa DharmaGraha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 14 Desember 2015 -16 Januari 2015

Page 9

Kleptomania
paling lambat pada usia 77 tahun. Usia yang penting untuk evaluasi adalah paling lambat
pada usia 30 tahun. Wanita biasanya memperlihatkan evaluasi pada usia yang lebih muda
daripada pria. Panjangnya masa antara onset dan waktu evaluasi memperkuat rasa bersalah,
malu dan kerahasiaan yang terlibat dalam gangguan ini.6
Mayoritas luas individu dengan kleptomania mencuri di toko. Dalam sebuah
penelitian, 68,2% individu dilaporkan bahwa nilai barang curian meningkat diatas durasi
gangguan dengan toleransi. Sebagian besar individu dengan kleptomania selalu tidak berhasil
dalam menghentikan perilakunya. Ketidakmampuan menghentikan perilakunya membawa
penderita pada perasaan malu dan rasa bersalah. Banyak penderita kleptomania (64-87%)
kadang-kadang telah mengerti akibat dari perilaku mencuri mereka, dengan presentase sedikit
(15-23%) masuk penjara.6
Sekitar sepuluh tahun yang lalu, para peneliti menyarankan bahwa salah satu cara
untuk memahami gangguan kontrol impuls seperti kleptomania, merupakan bagian dari
spektrum obsesif-kompulsif. Konsep ini didasarkan pada apa yang kemudian dikenal tentang
karakteristik klinis dari gangguan, transmisi keluarga dan respons baik farmakologi dan
pengobatan intervensi psikososial. Selama 5 tahun terakhir, telah terjadi peningkatan dramatis
dalam penelitian tentang kleptomania. Hasil penelitian ini adalah lebih rinci pemahaman
kleptomania dan gambaran kompleks dihubungkan dengan gangguan obsesif-kompulsif.
Selain itu, model lain untuk memahami kleptomani telah disarankan dan penelitian
menunjukkan bahwa diagnosa perilaku kleptomania mungkin jauh lebih heterogen dari
pikiran awal.6
2.3.5. Diagnosis
Kriteria untuk mendiagnosa kleptomania berdasarkan Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders, edisi keempat, teks revisi (DSM-IV-TR), yaitu :3
1. Kegagalan berulang dalam menahan impuls untuk mencuri benda-benda yang
tidak diperlukan untuk keperluan pribadi atau untuk nilai ekonominya.
2.

Meningkatnya perasaan ketegangan segera sebelum melakukan pencurian.


3. Rasa senang, puas, atau redanya rasa ketegangan pada saat bersamaan melakukan
pencurian.

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Jiwa


Rumah Sakit Jiwa DharmaGraha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 14 Desember 2015 -16 Januari 2015

Page 10

Kleptomania
4. Mencuri tidak dilakukan untuk mengekspresikan kemarahan atau balas dendam,
dan bukan sebagai respon suatu waham atau halusinasi.
5. Mencuri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan konduksi, episode
manik, atau gangguan kepribadian antisosial.

Kriteria untuk mendiagnosa kleptomania (curi patologis) berdasarkan PPDGJ-III, yaitu :7


1. Adanya peningkatan rasa tegang sebelum, dan rasa puas selama dan segera
sesudah melakukan tindakan pencurian
2. Meskipun upaya untuk menyembunyikan biasanya dilakukan, tetapi tidak setiap
kesempatan yang ada digunakan.
3. Pencurian basanya dilakukan sendiri (solitary act), tidak bersama-sama dengan
pembantunya.
4. Individu mungkin tampak cemas, murung dan rasa bersalah pada waktu diantara
episode pencurian tetapi hal ini tidak mencegahnya mengulangi perbuatan
tersebut.
Curi patologis harus dibedakan dari:
1. Pencurian berulang di toko tanpa gangguan jiwa yang nyata, dimana perbuatannya
direncanakan dengan lebih hati-hati dan terdapat motif keuntungan pribadi yang jelas.
2. Gangguan mental organik (F00-F09), dimana berulang kali gagal untuk membayar
belanjaan sebagai konsekuensi berkurangnya daya ingat dan kemerosotan fungsi
intelektual lain
3. Gangguan depresif dengan pencurian (F30-F33), beberapa penderita depresi
melakukan pencurian dan mungkin akan tetap mengulanginya selama gangguan
depresif masih ada.
2.3.6. Diagnosis Banding
Perbedaan utama antara kleptomania dengan bentuk mencuri lainnya adalah untuk
suatu diagnosis kleptomania, mencuri harus selalu mengikuti kegagalan untuk menahan
impuls dan harus merupakan tindakan yang tersendiri, dan benda-benda yang dicuri tidak
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Jiwa
Rumah Sakit Jiwa DharmaGraha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 14 Desember 2015 -16 Januari 2015

Page 11

Kleptomania
dipergunakan dan tidak memiliki arti ekonomi. Pada mencuri tanpa gangguan jiwa biasanya
tindakan itu direncanakan dan benda yang dicuri biasanya untuk digunakan atau memiliki
nilai ekonomi.1
Episode pencurian kadang-kadang terjadi pada masa gangguan psikotik, seperti pada
episode manik akut, depresi berat dengan gejala psikotik, atau skizoprenia. Pencurian
psikotik merupakan hasil dari peningkatan atau penurunan patologis dari mood atau perintah
dari halusinasi atau delusi. Pencurian pada individu dengan gangguan kepribadian antisosial
merupakan suatu yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan percaya diri, dengan beberapa
tingkat persiapan dan perencanaan, biasanya dilakukan dengan orang lain. Pencurian
antisosial biasanya melibatkan perilaku yang membahayakan atau kekerasan, khususnya
menghindari penangkapan. Rasa bersalah dan penyesalan jarang sekali muncul, atau pasien
selalu berbohong. Intoksikasi akut obat dan alkohol bisa memicu pencurian pada individu
dengan gangguan jiwa lainnya atau tanpa psikopatologi yang berat. Pasien dengan Alzheimer
atau penyakit organik demensia lainnya bisa saja meninggalkan toko tanpa membayar, yang
lebih mengarah pada kelalaian daripada pencurian.3
2.3.7. Penatalaksanaan
Kebanyakan pasien menolak untuk mendapatkan bantuan sampai mereka terlibat
dalam proses hukum. Tidak ada terapi yang paling efektif dalam penyembuhan gangguan ini,
walaupun demikian beberapa terapi dapat diberikan. Terapi yang dapat diberikan adalah
secara farmakologis dan psikoterapi.1,2
a. Psikofarmaka
Ada beberapa obat yang dilaporkan berhasil dan dapat digunakan pada penderita
kleptomania, yaitu :
1) Antidepressant
Karena kleptomania pada awalnya merupakan suatu bentuk gangguan obsesif
kompulsif, pendekatan farmakologis pertama adalah penggunaan Selective Serotonin
Reuptake inhibitors (SSRIs). Beberapa laporan kasus menunjukkan SSRIs mempunyai
beberapa kamanjuran dalam pengobatan kleptomania.6

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Jiwa


Rumah Sakit Jiwa DharmaGraha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 14 Desember 2015 -16 Januari 2015

Page 12

Kleptomania
Fluoxentine, fluvotamine, dan proxetine telah digunakan sebagai monoterapi dalam
pengobatan kleptomania. Pemilihan penggunaan SSRIs pada pengobatan kleptomania karena
diyakini bahwa pada penderita kleptomania terjadi disfungsi serotogenik. Respon
penggunaan SSRIs pada pasien kleptomania berupa penurunan keinginan mencuri, perilaku
mencuri, dan peningkatan fungsi social serta fungsi pekerjaan.6
Beberapa SSRIs telah dilaporkan keberhasilannya pada beberapa kasus : fluoxentine
pada 2 dari 10 pasien, dengan remisi 3 dan 11 bulan (McElroy et al. 1991) dan pada 4 pasien
mengalami remisi 7, 12, 18, dan 20 bulan (Lepkifker et al. 1999); fluvotamine, dengan remisi
selama 9 bulan (Chong and Low 1996); dan paroxetine, dengan remisi selama 3 bulan
(Krause 1999; Lepkifker et al. 1999).2
2) Atypikal antipsikotik
Merupakan Psikofarmaka untuk gejala psikotik dengan efek samping ekstrapiramidal
yang ringan.
Obat-obat atypikal antipsikotik antara lain :
Clozapine
Risperidone
Olanzapine
Quetiapine
3) Mood stabilizers
Obat ini memberikan ketenangan bila terjadi perubahan mood berupa dorongan
dorongan kuat untuk mencuri timbul secara mendadak.
4) Naltrexone
Merupakan opioid antagonis competitif kerja lama, khususnya pada reseptor mu, dan
juga reseptor kappa dan lamba. Pasien yang mendapatkan naltrexone sering melaporkan
berkurangnya keinginan yang mendesak untuk mencuri. Keinginan mencuri yang mendesak
tidak mungkin hilang tetapi berkurang sehingga pasien dapat menolak/menekan keinginan
tersebut dengan lebih mudah. Naltrexone digunakan dalam studi pengobatan pertama

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Jiwa


Rumah Sakit Jiwa DharmaGraha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 14 Desember 2015 -16 Januari 2015

Page 13

Kleptomania
kleptomani dan menunjukkan penurunan yang signifikan dalam intensitas dorongan untuk
mencuri dan perilaku mencuri.2,6
Dannon et al melaporkan dua pasien kleptomania yang memberi respon terhadap
naltrexone. Pasien merupakan pasien yang tidak dirawat inap, satu pasien diberikan
50mg/hari, yang lainnya 100mg/hari. Dalam satu sampai tiga minggu, kedua pasien ini
melaporkan adanya pengurangan gejala kleptomania, khususnya pengurangan dorongan
untuk mencuri. Laporan kasus lainnya pada remaja dengan kleptomania menunjukkan bahwa
naltrexone 50mg/hari efektif untuk mengurangi dorongan untuk mencuri. Dosis rata-rata
untuk naltrexone yang efektif adalah 148mg/hari.6
b. Psikoterapi
Terapi yang digunakan dalam penyembuhan kleptomania adalah CognitiveBehavioral Therapy (CBT). Pada CBT individu diharapkan dapat mengindentifikasi perilaku
yang salah, pikiran negatif dan mengubah pikiran dan perilaku tersebut secara lebih sehat.
Pada

Cognitive-Behavioral

sensitization,

Therapy

diberikan

beberapa

perlakuan

seperti

covert

dimana individu diminta untuk membangkitkan hal-hal yang tidak

mengenakkan saat akan mencuri misalnya pasien di intruksikan untuk membayangkan jika
diri nya mencuri dan membayangkan efek negatifnya seperti tertangkap atau perasaan mual
dan sesak nafas. Aversion therapy merupakan sesi dimana individu berusaha mengatur
pernafasan secara tepat, menahan nafas untuk beberapa saat ketika rasa tidak nyaman muncul
yang akan melawan dorongan-dorongan untuk mencuri tersebut untuk kembali muncul.
Systematic desensitization, membantu pasien untuk mencapai keadaan relaksasi melalui
relaksasi otot dan memerintahkan pasien untuk membayangkan tindakan selain episode
mencuri, juga menyarankan bahwa pasien lebih baik mengontrol dorongan untuk mencuri
dengan mengontrol kecemasan.7
Penatalaksanaan yang mengkombinasikan CBT dengan obat telah menunjukkan
keuntungan pada pasien dalam suatu laporan kasus. Seorang pasien pria 43 tahun dengan
cedera tumpul pada regio fronto temporal kepala yang menyebabkan timbulnya gejala mirip
kleptomania diterapi dengan citalopram dan CBT dan dilaporkan adanya pengurangan dari
seluruh gejala kleptomania. Seorang pasien wanita 77 tahun dengan onset kleptomania yang
lambat (usia 73 tahun) dilaporkan berhentinya semua pencurian yang dilakukan setelah terapi
Kepaniteraan Ilmu Penyakit Jiwa
Rumah Sakit Jiwa DharmaGraha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 14 Desember 2015 -16 Januari 2015

Page 14

Kleptomania
dengan pemberian kombinasi CBT, sertraline 50mg/hari, terapi menasehati diri sendiri, dan
membuat larangan sendiri dalam berbelanja.7
2.3.8. Prognosis
Kleptomania dapat mulai muncul pada masa anak-anak, walaupun kebanyakan anakanak dan remaja yang mencuri tidak akan menjadi kleptomania pada saat dewasa. Onset
gangguan ini sering muncul pada masa remaja akhir. Wanita lebih sering mencari pertolongan
psikiatri daripada pria. Pria lebih sering dimasukkan ke penjara. Pria cenderung
memeperlihatkan gangguan ini pada usia 50 tahun dan wanita usia 35 tahun.3
Perjalanan penyakit ini bisa bertambah dan berkurang tapi cenderung menjadi kronis.
Angka kesembuhan spontan tidak diketahui. Pada pasien dengan penyakit yang serius
biasanya sering tertangkap dan ditahan. Kebanyakan pasien biasanya secara sadar
mempertimbangkan konsekuensi dari perilaku mereka. Prognosis dengan pengobatan bisa
baik, tapi sedikit pasien yang datang secara sadar untuk mencari pertolongan.3

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Jiwa


Rumah Sakit Jiwa DharmaGraha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 14 Desember 2015 -16 Januari 2015

Page 15

Kleptomania
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & Sadock. 2007. Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical


Psychiatry. 10th Edition : Jilid 1. Penerbit : Lippincott Williams & Wilkins
2. Sadock, Benjamin J. dan Sadock, Virginia A. 2000. Kaplan & Sadock's Comprehensive
Textbook of Psychiatry 7th edition. Lippincott Williams & Wilkins Publishers.
3. Maslim, Rusdi. 2002. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas Dari
PPDGJ-III. Jakarta.
4. Raja, Yuva. Kleptomania. http://www.scribd.com/doc/57561602/Kleptomania
5. Sudibio. Kleptomania. http://www.scribd.com/doc/43614579/Kleptomania
6. Basyaruddin. Kleptomania. http://www.scribd.com/doc/56233521/Kleptomania
7. Grant, Jon E. dan Odlaug, Brian L. 2008. Kleptomania: Clinical Characteristics and
Treatment. Rev. Bras. Psiquiatr. 30 (S11-5).

Kepaniteraan Ilmu Penyakit Jiwa


Rumah Sakit Jiwa DharmaGraha
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 14 Desember 2015 -16 Januari 2015
Page 16

Anda mungkin juga menyukai