Anda di halaman 1dari 27

Trauma Kimia

pada Mata
HENDRA WIJAYA
406147012
Anatomi Mata
Mata terdiri atas bola mata, rongga orbita, kelopak mata, pembuluh
darah dan sistem persarafan
Bola mata dibungkus oleh 3 lapisan jaringan:
◦ Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
◦ Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular yang terdiri dari iris, badan siliar,
dan koroid
◦ Retina terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapisan sebanyak 10
lapisan
Epidemiologi
Trauma kimia adalah trauma yang disebabkan oleh bahan kimia, baik
berupa cairan, benda padat, maupun gas.
Zat kimia penyebab trauma dibagi menjadi 2 golongan, yaitu asam dan
basa atau alkali.
Secara keseluruhan, banyak trauma kimia yang terjadi secara tidak
disengaja, dan hanya sebagian yang terjadi akibat tindak kriminal.
Kejadian trauma alkali dua kali lebih banyak dari trauma asam karena
bahan alkali lebih banyak digunakan di dalam rumah dan di industri.
Berdasarkan data-data dari US hospital emergency departments, sekitar
7% dari trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan disebabkan
oleh trauma kimia:
◦ >60% tempat kerja
◦ 30%  rumah
◦ 10% terjadi karena penyerangan
Etiologi
Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau
terpercik pada wajah.
Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia disebabkan oleh
2 macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan kimia
yang bersifat basa.
Trauma Asam
Bahan kimia bersifat asam mengenai mata

Terjadi koagulasi protein

Berfungsi sebagai barrier agar bahan kimia


tidak masuk lebih dalam

Asam hidroflurat berbeda dengan asam lainnya karena jenis asam ini
langsung penetrasi dengan cepat saat kontak dengan mata sehingga dapat
menyebabkan kerusakan pada segmen anterior bola mata.
Trauma Basa (Alkali)
Trauma Basa (Alkali)
Lipofilik  memberikan efek yang lebih berat daripada trauma asam
karena lebih cepat menembus lapisan bola mata bahkan sampai ke
retina.
Enzim proteolitik  Proses yang terjadi yaitu koagulasi sel dan
persabunan (saponifikasi) disertai dehidrasi.
Patofisiologi
Secara garis besar proses yang terjadi dibagi menjadi 2 yaitu:
◦ Fase kerusakan
◦ Fase penyembuhan

Kerusakan yang disebabkan bahan kimia tergantung seberapa dalam


bahan tersebut penetrasi ke dalam mata
• Nekrosis epitel konjungtiva dan kornea + gangguan
dan oklusi pembuluh darah limbus  Hilangnya
stem sel limbus
• kerusakan dan presipitasi glikosaminoglikan dan
Fase Kerusakan opasifikasi stroma kornea
• kamera okuli anterior kerusakan iris dan lensa
• Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi
askorbat  produksi kolagen dan memperbaiki
kornea
• Hipotoni dan ptisis bulbi mungkin terjadi pada
kasus yang berat

Fase • Jaringan epitelium sembuh dengan cara migrasi dari sel-sel


epitelial yang berasal dari stem sel limbus
Penyembuhan • Kolagen stroma yang rusak difagositosis oleh keratosit
sehingga kolagen yang baru terbentuk
Klasifikasi
Diagnosis
• apa jenis bahan kimianya, bagaimana proses terjadinya, dan kapan
waktu kejadian
Anamnesis • Kapan terjadinya↓visus, dan onset dari ↓ visusnya

• Keluhan umum pasien


• Trauma asam ↓visus segera
Gejala klinis • Trauma basa  ↓visus beberapa hari setelah kejadian

• ditunda sampai mata yang terkena zat kimia sudah terigasi dengan
air dan pH permukaan bola mata sudah netral
Pemeriksaan • memeriksa kejernihan dan keutuhan kornea, derajat iskemik
Fisik limbus, tekanan intra okular
• Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah pemeriksaan pH
bola mata secara berkala dengan kertas lakmus atau pH meter
• slit lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka
Pemeriksaan • pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraokular
Penunjang
Penatalaksanaan
memperbaiki penglihatan

Tujuan mencegah terjadinya


infeksi

mempertahankan struktur
dan anatomi mata

mencegah sekuele jangka


panjang
Penatalaksanaan Gawat
Darurat
Irigasi berulang
◦ Larutan normal saline atau Ringer laktat harus digunakan untuk mengirigasi
mata selama 15-30 menit atau hingga pH menjadi normal

Double eversi pada kelopak mata atas


◦ dilakukan agar setiap partikel yang terperangkap dalam forniks dapat
diidentifikasi dan disingkirkan

Debridemen
◦ area dari epitel kornea yang nekrotik harus dilakukan untuk membantu re-
epitelisasi dan menyingkirkan residu bahan kimia yang terkait

Rawat inap
◦ diperlukan pada trauma kimia berat (derajat 3-4) agar dapat memastikan
pemberian tetes mata yang adekuat pada tahap awal
Medikamentosa
Steroid
Sikloplegia
Antibiotik topikal (tetes)
Asam askorbat
Asam sitrat
Tetrasiklin
Monitor TIO dan obati jika perlu
Trauma kulit periokular
EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic)
Pembedahan
Segera
Mungkin diperlukan untuk membantu revaskularisasi limbus,
mengembalikan populasi sel limbus dan membangun kembali forniks.
Prosedur:
◦ Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan untuk
mengembalikan vaskularisasi limbus sehingga mencegah perkembangan
ulkus kornea.
◦ Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain (autograft) atau dari
donor (allograft) bertujuan untuk mengembalikan epitel kornea menjadi
normal.
◦ Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan fibrosis
◦ Gluing atau keratoplasti mungkin dibutuhkan untuk perforasi yang sudah
terjadi atau yang akan datang
Lanjut.
Penanganan bedah pada tahap lanjut dapat menggunakan metode
berikut:
◦ Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival bands dan
simblefaron.
◦ Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.
◦ Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.
◦ Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik, hal ini
untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.
◦ Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat berat
dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk
Komplikasi
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya
trauma, dan jenis trauma yang terjadi

Komplikasi primer Komplikasi sekunder

• inflamasi konjungtiva • glaukoma sekunder


• abrasi kornea • katarak sekunder
• kornea berkabut dan • penipisan kornea dan
edema perforasi
• peningkatan TIO akut • ulkus kornea (steril atau
• perforasi infeksious)
• ptisis bulbi
• mata kering sekunder
• pembentukan simblefaron
dan entropion atau
ektropion sikatrik
Prognosis
Trauma kimia pada mata derajat 1 dan 2 diharapkan dapat sembuh
dengan baik dengan pemantauan dan perawatan yang tepat.
Sedangkan derajat 3 dan 4 lebih sulit untuk sembuh dan mungkin
membutuhkan pembedahan
TeRiMa KaSiH

Anda mungkin juga menyukai