Anda di halaman 1dari 19

Hendra WIjaya 4061470

12

DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3
2.1 Anatomi Mata.................................................................................................3
2.2. Pendahuluan Trauma Kimia..........................................................................5
2.3. Epidemiologi.................................................................................................5
2.4. Etiologi..........................................................................................................6
2.4.1. Trauma Asam.........................................................................................6
2.4.2. Trauma Basa / Alkali..............................................................................7
2.5. Patofisiologi..................................................................................................8
2.6. Klasifikasi.....................................................................................................9
2.7. Diagnosa......................................................................................................10
2.7.1. Anamnesa.............................................................................................10
2.7.2. Gejala Klinis.........................................................................................11
2.7.3. Pemeriksaan Fisik................................................................................11
2.7.4. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................12
2.8. Diagnosis Banding......................................................................................12
2.9. Penatalaksanaan..........................................................................................12
2.9.1. Penatalaksanaan Gawat Darurat...........................................................13
2.9.2. Medikamentosa....................................................................................13
2.9.3. Pembedahan.........................................................................................15
2.10. Komplikasi................................................................................................16
2.11. Prognosis...................................................................................................17
KESIMPULAN......................................................................................................18

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

Hendra WIjaya 4061470


12

BAB I
PENDAHULUAN
Trauma kimia pada mata merupakan kedaruratan di bidang penyakit mata,
terutama yang melibatkan kornea. Trauma kimia pada mata memerlukan
perawatan segera, sebelum dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
lengkap. Trauma kimia dapat disebabkan oleh bahan asam kuat maupun bahan
alkali kuat.1,2
Sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami gangguan penglihatan
akibat trauma. Tujuh puluh lima persen dari kelompok tersebut buta pada satu
mata, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan
setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di Amerika Serikat menerima
pengobatan medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000
kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya.3,4
Para pekerja yang mengalami trauma mata kebanyakan adalah pekerja
waktu penuh (full time). Para pekerja ini 80% nya adalah laki-laki. Dibandingkan
dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih besar.
Pada 70% kasus, trauma disebabkan oleh kontak dengan objek atau peralatan
tertentu. Lima belas persen dari kasus tersebut disebabkan oleh bahan kimia.4
Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera karena dapat
menimbulkan kebutaan. Maka dari itu tindakan seperti irigasi daerah yang terkena
trauma kimia harus segera dilakukan untuk mengurangi timbulnya penyulit yang
lebih berat.1

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

Hendra WIjaya 4061470


12

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Mata
Mata merupakan salah satu alat indra yang terdiri atas susunan yang
komplek. Mata terdiri atas bola mata, rongga orbita, kelopak mata, pembuluh
darah dan sistem persarafan. Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal
24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelenkungan yang lebih
tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.1

Gambar 1. Anatomi Mata


Bola mata dibungkus oleh 3 lapisan jaringan, yaitu:1
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

Hendra WIjaya 4061470


12

1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan
sinat masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar
dibanding sklera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular yang terdiri dari iris, badan
siliar, dan koroid. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang
potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa
yang disebut perdarahan suprakoroid. Badan siliar yang terletak di
belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (aqueous humor), yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas
kornea dan sklera.
3. Retina terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapisan sebanyak 10
lapisan yang merupakan lapisan membran neurosensoris yang akan
mengubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke
otak. Lapisan retina dari dalam ke luar terdiri atas (1) membran limitan
interna, (2) lapisan serabut saraf, (3) lapisan sel ganglion, (4) lapisan
pleksiform dalam, (5) lapis nukleus dalam, (6) lapisan pleksiform luar, (7)
lapisan nukleus luar, (8) membran limitan eksterna, (9) lapisan
fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut, dan (10) epitel
pigmen retina. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid
sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.
Kornea berasal dari bahasa latin cornum yang artinya seperti tanduk.
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya,
merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri
atas lapisan: (1) epitel, (2) membran bowman, (3) stroma, (4) membran
Descement, dan (5) endotel. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris.
Kornea juga merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

Hendra WIjaya 4061470


12

di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40


dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.1

2.2. Pendahuluan Trauma Kimia


Trauma kimia adalah trauma yang disebabkan oleh bahan kimia, baik
berupa cairan, benda padat, maupun gas. Zat kimia penyebab trauma dibagi
menjadi 2 golongan, yaitu asam dan basa atau alkali. Trauma kimia mempunyai
derajat keparahan dari yang ringan sampai yang berpotensi menimbulkan
kebutaan. Secara keseluruhan, banyak trauma kimia yang terjadi secara tidak
disengaja, dan hanya sebagian yang terjadi akibat tindak kriminal. Dua per tiga
dari trauma kimia yang tidak disengaja ini terjadi saat di tempat kerja dan di
rumah.1,2,5
Kejadian trauma alkali dua kali lebih banyak dari trauma asam karena
bahan alkali lebih banyak digunakan di dalam rumah dan di industri. Derajat
keparahan trauma kimia bergantung pada sifat bahan kimia, area permukaan mata
yang terkena, durasi pajanan, dan efek yang berhubungan seperti kerusakan
termal. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera. Irigasi
daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang segera harus
dilakukan karena dapat memberikan penyulit yang lebih berat.1,2

2.3. Epidemiologi
Berdasarkan data-data dari US hospital emergency departments, sekitar
7% dari trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan disebabkan oleh trauma
kimia. Lebih dari 60% trauma kimia terjadi di tempat kerja, 30% di rumah, dan
10% terjadi karena penyerangan. Sembilan puluh persen terpapar secara tidak
disengaja. Kacamata pengaman dapat membantu mencegah trauma, namun
kecelakaan industri sering berupa bahan kimia di bawah tekanan tinggi. Dalam
keadaan ini kacamata pengaman tidak banyak membantu.6

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

Hendra WIjaya 4061470


12

Sebanyak 20% dari trauma kimia mengakibatkan kecacatan pada


penglihatan dan kosmetik secara signifikan. Hanya 15% pasien dengan trauma
kimia berat dapat dilakukan rehabilitasi fungsi penglihatan.6
Tidak ada predileksi untuk ras secara keseluruhan, akan tetapi, pria
berkulit hitam yang berusia muda lebih cenderung terkena trauma alkali sekunder
karena penyerangan. Pria lebih sering terkena trauma kimia daripada wanita
dengan perbandingan 3:1. Trauma kimia dapat mengenai usia berapapun, namun
usia yang paling sering adalah antara 16-45 tahun.6

2.4. Etiologi
Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau
terpercik pada wajah. Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia
disebabkan oleh 2 macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan
kimia yang bersifat basa. Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai
pH < 7 dan dikatakan bersifat basa bila mempunyai pH > 7.7
2.4.1. Trauma Asam
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik
(asetat, forniat), dan organik anhidrat (asetat). Bila bahan asam mengenai mata
maka akan segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan
sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti
trauma alkali. Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada bagian superfisial saja,
karena protein yang menggumpal dapat menjadi penghalang untuk mencegah
penetrasi lebih lanjut. Bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi
seperti terhadap trauma basa sehingga kerusakan yang diakibatkannya akan lebih
dalam.1,8
Bahan asam yang paling sering menyebabkan trauma kimia adalah sulfat,
sulphurous, hidrofluorat, asetat, kromat, dan hidroklorida. Asam hidrofluorat
dapat ditemukan di rumah pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum, dan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

Hendra WIjaya 4061470


12

cairan pembersih yang kuat, asam ini cenderung berpenetrasi ke mata secara cepat
dan dapat menyebabkan kerusakan segmen anterior yang signifikan. Sedangkan
trauma asam sulfat pada ledakan baterai mobil, mungkin dapat dipengaruhi oleh
efek termal dan benturan kecepatan tinggi setelah ledakan.2,6,8

Gambar 2. Trauma Asam

2.4.2. Trauma Basa / Alkali


Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat
gawat pada mata. Bahan alkali bersifat lipofilik sehingga dengan cepat dapat
menembus kornea, bilik mata depan, dan sampai pada jaringan retina. Pada
trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia
alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan
dehidrasi. Bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam
waktu 7 detik.1,8
Pada trauma alkali akan terbentuk enzim proteolitik yaitu kolagenase yang
akan menambah kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menembus ke dalam bola
mata akan merusak retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita.1,8
Alkali yang paling sering menyebabkan trauma kimia adalah amonia,
natrium hidroksida, dan kalsium hidroksida. Selain itu bahan kimia lainnya yang
bersifat basa adalah magnesium hidroksida, freon atau bahan pendingin lemari es,
sabun, shampoo, tiner, lem, dan cairan pembersih rumah tangga. Amonia dan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

Hendra WIjaya 4061470


12

natrium hidroksida dapat mengakibatkan kerusakan berat karena penetrasi yang


cepat.2,6

Gambar 3. Trauma Basa. Perhatikan reaksi konjungtiva yang berat dan opasifikasi
stroma yang mengaburkan gambaran iris daerah inferior.6

2.5. Patofisiologi2
Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu
fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:
1. Fase kerusakan. Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat
dapat diikuti oleh hal-hal sebagai berikut:
Nekrosis pada epitel konjungtiva dan kornea disertai gangguan dan
oklusi pembuluh darah limbus. Hilangnya stem sel limbus dapat
berdampak pada vaskularisasi dan konjungtivalisasi permukaan
kornea atau menyebabkan kerusakan yang menetap pada epitel
kornea dengan perforasi dan ulkus kornea yang bersih. Efek jangka
panjang lainnya termasuk gangguan dalam membasahi permukaan

mata, terbentuknya simblefaron, dan entropion sikatrik.


Penetrasi zat kimia yang lebih dalam menyebabkan kerusakan dan

presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi stroma kornea.


Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat

menyebabkan kerusakan iris dan lensa


Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang
dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

Hendra WIjaya 4061470


12

Hipotoni dan ptisis bulbi mungkin terjadi pada kasus yang berat.
2. Fase penyembuhan. Penyembuhan epitel dan stroma kornea diikuti oleh
proses-proses sebagai berikut:
Jaringan epitelium sembuh dengan cara migrasi dari sel-sel

epitelial yang berasal dari stem sel limbus.


Kolagen stroma yang rusak difagositosis oleh keratosit sehingga
kolagen yang baru terbentuk.

2.6. Klasifikasi
Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat
keparahan yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma. Klasifikasi ini
bertujuan untuk merencanakan penatalaksanasaan yang sesuai dengan kerusakan
yang muncul serta menentukan prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan
tingkat kejernihan kornea dan keparahan iskemik limbus. Selain itu klasifikasi ini
juga untuk menilai patensi dari pembuluh darah limbus (superfisial dan profunda).
Menurut klasifikasi Ropper hall:2

Derajat 1: Kornea jernih (kerusakan hanya di epitel) dan tidak ada iskemik
limbus.

Derajat 2: Kornea keruh tetapi iris masih terlihat jelas dan kurang dari 1/3
limbus mengalami iskemik

Derajat 3: Hilangnya epitel kornea, dan kornea keruh, iris tidak terlihat
jelas. Limbus mengalami iskemik dengan luas kurang dari bagian

Derajat 4: Kornea sangat keruh dan lebih dari bagian limbus mengalami
iskemik
Kriteria lain yang perlu dinilai pada penilaian awal adalah seberapa luas

hilangnya epitel kornea dan konjungtiva, perubahan iris, keberadaan lensa dan
tekanan intraokular.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

Hendra WIjaya 4061470


12

Gambar 4. Derajat keparahan trauma kimia. (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat
3, (d) derajat 4.2

2.7. Diagnosa
Diagnosa pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis,
anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak
dilakukan dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat
sehingga hanya diperlukan anamnesa singkat.
2.7.1. Anamnesa
Pada anamnesa sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan
atau tersemprot gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata.
Perlu diketahui apa persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut
(misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) serta
kapan terjadinya trauma tersebut.7,9

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

10

Hendra WIjaya 4061470


12

Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat
cedera terjadi. Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau
terjadi secara tiba tiba. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan
gambaran umum trauma. Harus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila
terdapat riwayat salah satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan.10
2.7.2. Gejala Klinis
Tanpa memperhatikan mekanisme spesifik dari trauma, keluhan pasien
seringkali berhubungan dengan derajat keparahan dari paparan. Keluhan umum
yang timbul dapat berupa nyeri hebat, sensasi adanya benda asing, penglihatan
kabur, epifora, fotofobia, dan mata merah. Trauma akibat bahan yang bersifat
asam biasanya dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis
superfisial kornea. Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering
bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan
yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma asam.10
2.7.3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena
zat kimia sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral.
Obat anestesi topikal atau lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih
nyaman dan kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi,
pemeriksaan dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan
keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular, konjungtivalisasi
pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang menetap
dan berulang.9,11

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

11

Hendra WIjaya 4061470


12

2.7.4. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dalam kasus trauma kimia mata adalah
pemeriksaan pH bola mata secara berkala dengan kertas lakmus atau pH meter.
Irigasi pada mata harus dilakukan sampai tercapai pH normal. Pemeriksaan bagian
anterior mata dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka.
Pemeriksaan oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat
pula dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraokular9,11

Gambar 5. Kertas lakmus dan pH meter

2.8. Diagnosis Banding6


Beberapa penyakit yang menjadi diagnosis banding trauma kimia pada
mata, antara lain: konjungtivitis hemoragik akut, konjungtivitis alergik,
keratokonjungtivitis

atopik,

benda

asing

di

kornea,

ulkus

kornea,

keratokonjungtivitis sika, dan erosi kornea rekuren.

2.9. Penatalaksanaan2
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya
trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama
dalam mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah
terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

12

Hendra WIjaya 4061470


12

jangka panjang. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak
membutuhkan anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia
mencakup penatalaksanaan gawat darurat, medikamentosa, dan pembedahan.
2.9.1. Penatalaksanaan Gawat Darurat
Trauma kimia merupakan satu-satunya trauma pada mata yang
memerlukan tatalaksana gawat darurat tanpa melakukan anamnesa dan
pemeriksaan terlebih dahulu. Penanganan segera adalah sebagai berikut:
1. Irigasi berulang penting untuk meminimalkan durasi dari kontak dengan
bahan kimia dan menormalkan pH pada sakus konjungtiva secepatnya.
Kecepatan dan kemanjuran dari irigasi adalah faktor yang terpenting untuk
prognostik. Larutan normal saline atau Ringer laktat harus digunakan
untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit atau hingga pH menjadi
normal (air keran dapat digunakan jika perlu untuk menghindari
penundaan). Anestesi topikal harus diberikan sebelum irigasi agar lebih
nyaman dan kooperatif. Sebuah spekulum kelopak mata dapat membantu.
2. Double eversi pada kelopak mata atas dilakukan agar setiap partikel
yang terperangkap dalam forniks dapat diidentifikasi dan disingkirkan.
3. Debridemen pada area dari epitel kornea yang nekrotik harus dilakukan
untuk membantu re-epitelisasi dan menyingkirkan residu bahan kimia
yang terkait.
4. Rawat inap di rumah sakit biasanya diperlukan pada trauma kimia berat
(derajat 3-4) agar dapat memastikan pemberian tetes mata yang adekuat
pada tahap awal.
2.9.2. Medikamentosa
Hampir semua trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) diobati dengan
antibiotik topikal (ointment) selama 7 hari, dengan steroid topikal dan sikloplegik
bila diperlukan. Sedangkan pada trauma kimia berat, tujuan utama pengobatan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

13

Hendra WIjaya 4061470


12

adalah untuk mengurangi inflamasi, membantu regenerasi epitel dan mencegah


ulkus kornea.
1. Steroid mengurangi inflamasi dan infiltrasi neutrofil. Akan tetapi,
pemberian steroid juga mengganggu penyembuhan stroma dengan
menurunkan sintesis kolagen dan menghambat migrasi fibroblas. Maka
dari itu steroid topikal dapat digunakan di awal (biasanya 4-8 kali sehari)
dan di tappering off setelah 7-10 hari dimana ulkus kornea steril paling
sering terjadi. Steroid dapat diganti dengan NSAID topikal yang tidak
mengganggu fungsi keratosit.
2. Sikloplegia dapat meningkatkan rasa nyaman
3. Antibiotik topikal (tetes) digunakan sebagai profilaksis terhadap infeksi
bakteri (contoh: kloramfenikol 4 kali sehari).
4. Asam askorbat mengembalikan keadaan jaringan skorbutik dan
meningkatkan penyembuhan luka, membantu sintesis dari kolagen matur
oleh fibroblas kornea. Natrium askorbat 10% topikal diberikan setiap 2
jam sebagai tambahan terhadap vitamin C (asam L-askorbat) dosis
sistemik 1-2 gram, 4 kali sehari (tidak pada pasien dengan penyakit
ginjal).
5. Asam sitrat merupakan penghambat yang kuat untuk aktivitas neutrofil
dan menurunkan intensitas dari respon inflamasi. Kelasi dari kalsium
ekstraseluler oleh sitrat juga menghambat kolagenase. Natrium sitrat 10%
topikal diberikan setiap 2 jam selama 10 hari, dan dapat juga diberikan
secara oral (2 gram, 4 kali sehari). Tujuannya adalah untuk mengeliminasi
fagosit-fagosit gelombang kedua yang biasanya muncul 7 hari setelah
trauma. Asam askorbat dan sitrat dapat di tappering off bila epitel sudah
sembuh.
6. Tetrasiklin merupakan penghambat kolagenase yang efektif dan juga
menghambat aktivitas neutrofil serta mengurangi pembentukan ulkus.
Dapat diberikan bersamaan antara topikal (tetrasiklin ointment 4 kali
sehari) dan sistemik (doksisiklin 100 mg 2 kali sehari di tappering off
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

14

Hendra WIjaya 4061470


12

menjadi 1 kali sehari). Asetilsistein 10% tetes 6 kali sehari merupakan


agen alternatif antikolagenase topikal.
7. Pembentukan simblefaron harus dicegah dengan menghancurkan adhesi
yang terbentuk menggunakan batang kaca steril atau cotton bud basah.
8. Monitor TIO dan obati jika perlu; direkomendasikan asetazolamid oral.
9. Trauma kulit periokular mungkin perlu dirujuk ke spesialis kulit.
10. EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic) diberikan setelah 1 minggu
trauma basa, diperlukan untuk menetralisir kolagenase yang terbentuk
pada hari ketujuh.
2.9.3. Pembedahan
1. Segera. Pembedahan segera mungkin diperlukan untuk membantu
revaskularisasi

limbus,

mengembalikan

populasi

sel

limbus

dan

membangun kembali forniks. Prosedur berikut dapat digunakan untuk


pembedahan:

Pengembangan kapsul Tenon dan penjahitan limbus bertujuan


untuk mengembalikan vaskularisasi limbus sehingga mencegah

perkembangan ulkus kornea.


Transplantasi stem sel limbus dari mata pasien yang lain
(autograft)

atau

dari

donor

(allograft)

bertujuan

untuk

mengembalikan epitel kornea menjadi normal.


Graft membran amnion untuk membantu epitelisasi dan menekan

fibrosis
Gluing atau keratoplasti mungkin dibutuhkan untuk perforasi yang
sudah terjadi atau yang akan datang.

2. Lanjut. Penanganan bedah pada tahap lanjut dapat menggunakan metode


berikut:

Pemisahan bagian-bagian yang menyatu pada kasus conjungtival

bands dan simblefaron.


Pemasangan graft membran mukosa atau konjungtiva.
Koreksi apabila terdapat deformitas pada kelopak mata.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

15

Hendra WIjaya 4061470


12

Keratoplasti dapat ditunda sampai 6 bulan. Makin lama makin baik,

hal ini untuk memaksimalkan resolusi dari proses inflamasi.


Keratoprosthesis bisa dilakukan pada kerusakan mata yang sangat
berat dikarenakan hasil dari graft konvensional sangat buruk.

2.10. Komplikasi6
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya
trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi primer termasuk inflamasi
konjungtiva, abrasi kornea, kornea berkabut dan edema, peningkatan TIO akut,
dan corneal melting serta perforasi.
Komplikasi sekunder termasuk glaukoma sekunder, katarak sekunder, scar
konjungtiva, penipisan kornea dan perforasi, gangguan permukaan okular komplit
dengan corneal scarring dan vaskularisasi, ulkus kornea (steril atau infeksious),
complete globe atrophy (ptisis bulbi), mata kering sekunder (jangka panjang)
karena sel goblet konjungtiva berkurang, serta pembentukan simblefaron dan
entropion atau ektropion sikatrik.

Gambar 6. Conjunctival Bands (kiri); Simblefaron (kanan).2

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

16

Hendra WIjaya 4061470


12

2.11. Prognosis6
Secara umum, prognosis dari trauma kimia pada mata berhubungan
langsung dengan beratnya kerusakan pada bola mata dan struktur adneksanya.
Banyak sistem klasifikasi dan revisi yang telah ditujukan untuk
mengelompokkan trauma kimia dalam kaitannya dengan prognosisnya, termasuk
sistem berikut: Hughes, Roper-Hall, dan Pfister. Pada intinya, semua sistem
bertujuan untuk mengukur derajat dari keterlibatan epitel kornea, derajat
hilangnya stem sel limbus, dan derajat dari keterlibatan konjungtiva.
Trauma kimia pada mata derajat 1 dan 2 diharapkan dapat sembuh dengan
baik dengan pemantauan dan perawatan yang tepat. Sedangkan derajat 3 dan 4
lebih sulit untuk sembuh dan mungkin membutuhkan pembedahan, seperti
transplantasi stem sel limbus atau keratoplasti, untuk memperbaiki permukaan
kornea. Kasus seperti derajat 3 dan 4 memiliki prognosis yang jauh lebih buruk,
dan trauma dengan derajat keparahan yang lebih besar, lebih rentan terhadap
komplikasi sekunder.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

17

Hendra WIjaya 4061470


12

BAB III
KESIMPULAN
Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam
dengan pH < 7 dan bahan yang bersifat basa atau alkali dengan pH > 7. Trauma
basa biasanya memberikan dampak yang lebih berat daripada trauma asam, karena
bahan-bahan basa bersifat lipolifik sehingga dengan cepat dapat menembus
kornea, bilik mata depan, dan bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan
menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu barier
pelindung sehingga zat asam tidak penetrasi lebih dalam lagi. Gejala umum yang
muncul dapat berupa nyeri yang hebat, sensasi adanya benda asing, penglihatan
kabur, epifora, fotofobia, dan mata merah. Trauma kimia merupakan satu-satunya
jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.
Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata
dengan segera sampai pH mata kembali normal serta diikuti dengan terapi
medikamentosa. Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada
pasien. Trauma kimia pada mata derajat 1 dan 2 diharapkan dapat sembuh dengan
baik, sedangkan derajat 3 dan 4 mungkin membutuhkan pembedahan. Menurut
data statistik, 90% kasus trauma dapat dicegah apabila dalam menjalankan suatu
pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

18

Hendra WIjaya 4061470


12

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas HS, Trauma Mat. Dalam : Ilmu Penyakit Mata, 3rd Ed. Ilyas HS,
Utama H. Jakarta: FKUI, 2009:p.259-276.
2. Kanski JJ, Bowling B, Trauma. Dalam : Clinical Ophthalmology: A
Systematic Approach, 7th Ed. Kanski JJ, Bowling B, Nischal K, et al.
Edinburgh: Elsevier, 2011:p.871-895.
3. Augsburger J, Asbury T. Trauma Mata dan Orbita. Dalam : Oftalmologi
Umum, 17th Ed. Vaughan DG, Asbury T, et al. Editor Susanto D. EGC,
2010:p.372-381.
4. Work-related Eyes Injuries. Centers for Disease Control and Prevention.
(Updated 2011, accessed on October 2015). Available at: 2011.
http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye/
5. Supartono, Agus, Trauma Mata dan Rekonstruksi. Dalam : Ilmu Kesehatan
Mata. Hartono, Suhardjo. Jogjakarta: FK UGM, 2007.
6. Ventocilla M, Sheppard JD, Law SK, et al. Ophthalmologic Approach to
Chemical Burns. Medscape. (Updated 2015, accessed on October 2015).
Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1215950-overview
7. Lin M, Colina D, Management of Ocular Complaints. American College
of Emergency Physicians. (Updated 2007, accessed on October 2015).
8. Trief D, Chodosh J, Colby K, Chemical (Alkali and Acid) Injury of the
Conjunctiva and Cornea. Eye Wiki. (Updated 2014, accessed on October
2015).
Available
at
:
http://eyewiki.aao.org/Chemical_(Alkali_and_Acid)_Injury_of_the_Conju
nctiva_and_Cornea
9. Chemical Eye Burns Emergency Care. Cohlmia Eye Center. (Acessed on
October 2015). Available at : http://www.samcohlmia.com/wichitachemical-eye-burns.php
10. Lang GK. Ophthalmology: A Pocket Textbook Atlas, 2nd Ed. New York:
Thieme, 2006.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016

19

Anda mungkin juga menyukai

  • Presentasi Kasus Geriatri
    Presentasi Kasus Geriatri
    Dokumen29 halaman
    Presentasi Kasus Geriatri
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Presentasi Kasus Geriatri
    Presentasi Kasus Geriatri
    Dokumen29 halaman
    Presentasi Kasus Geriatri
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • SNM
    SNM
    Dokumen19 halaman
    SNM
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • SIROSIS HATI
    SIROSIS HATI
    Dokumen16 halaman
    SIROSIS HATI
    dookie_dy
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • SIROSIS HATI
    SIROSIS HATI
    Dokumen16 halaman
    SIROSIS HATI
    dookie_dy
    Belum ada peringkat
  • Referat Trakeostomi 4
    Referat Trakeostomi 4
    Dokumen22 halaman
    Referat Trakeostomi 4
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Bab I DK DBD
    Bab I DK DBD
    Dokumen3 halaman
    Bab I DK DBD
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Trauma Kimia Pada Mata
    Trauma Kimia Pada Mata
    Dokumen27 halaman
    Trauma Kimia Pada Mata
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • SNM
    SNM
    Dokumen19 halaman
    SNM
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Gizi
    Gizi
    Dokumen5 halaman
    Gizi
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • SNM
    SNM
    Dokumen19 halaman
    SNM
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Trakeostomi
    Trakeostomi
    Dokumen17 halaman
    Trakeostomi
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • SNM
    SNM
    Dokumen19 halaman
    SNM
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Trauma Alkali Mte Vinda Beneran
    Trauma Alkali Mte Vinda Beneran
    Dokumen24 halaman
    Trauma Alkali Mte Vinda Beneran
    linapratiwi825
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen2 halaman
    Jurnal
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • TRAKEOSTOMI
    TRAKEOSTOMI
    Dokumen11 halaman
    TRAKEOSTOMI
    YazAulia
    Belum ada peringkat
  • REFERAT Trauma Kimia
    REFERAT Trauma Kimia
    Dokumen29 halaman
    REFERAT Trauma Kimia
    Lili Nurhidayati
    Belum ada peringkat
  • TRAKEOSTOMI
    TRAKEOSTOMI
    Dokumen11 halaman
    TRAKEOSTOMI
    YazAulia
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen2 halaman
    Cover
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Psikiatri Pada ODHA
    Gangguan Psikiatri Pada ODHA
    Dokumen30 halaman
    Gangguan Psikiatri Pada ODHA
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Kleptomania
    Kleptomania
    Dokumen23 halaman
    Kleptomania
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Psikotik Organik
    Psikotik Organik
    Dokumen19 halaman
    Psikotik Organik
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Referat Kleptomania
    Referat Kleptomania
    Dokumen17 halaman
    Referat Kleptomania
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Referat
    Referat
    Dokumen25 halaman
    Referat
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Efek Samping Psikotropik
    Efek Samping Psikotropik
    Dokumen17 halaman
    Efek Samping Psikotropik
    Adiwena Swardhani Rahayu
    Belum ada peringkat
  • ODHA Gangguan Psikiatrik
    ODHA Gangguan Psikiatrik
    Dokumen12 halaman
    ODHA Gangguan Psikiatrik
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • ISI Referat Bipolar
    ISI Referat Bipolar
    Dokumen18 halaman
    ISI Referat Bipolar
    Hendra王Wijaya
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Neuroleptik Maligna
    Sindrom Neuroleptik Maligna
    Dokumen9 halaman
    Sindrom Neuroleptik Maligna
    William Louis
    0% (1)