12
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3
2.1 Anatomi Mata.................................................................................................3
2.2. Pendahuluan Trauma Kimia..........................................................................5
2.3. Epidemiologi.................................................................................................5
2.4. Etiologi..........................................................................................................6
2.4.1. Trauma Asam.........................................................................................6
2.4.2. Trauma Basa / Alkali..............................................................................7
2.5. Patofisiologi..................................................................................................8
2.6. Klasifikasi.....................................................................................................9
2.7. Diagnosa......................................................................................................10
2.7.1. Anamnesa.............................................................................................10
2.7.2. Gejala Klinis.........................................................................................11
2.7.3. Pemeriksaan Fisik................................................................................11
2.7.4. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................12
2.8. Diagnosis Banding......................................................................................12
2.9. Penatalaksanaan..........................................................................................12
2.9.1. Penatalaksanaan Gawat Darurat...........................................................13
2.9.2. Medikamentosa....................................................................................13
2.9.3. Pembedahan.........................................................................................15
2.10. Komplikasi................................................................................................16
2.11. Prognosis...................................................................................................17
KESIMPULAN......................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma kimia pada mata merupakan kedaruratan di bidang penyakit mata,
terutama yang melibatkan kornea. Trauma kimia pada mata memerlukan
perawatan segera, sebelum dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang
lengkap. Trauma kimia dapat disebabkan oleh bahan asam kuat maupun bahan
alkali kuat.1,2
Sekitar 1 juta orang di Amerika Serikat mengalami gangguan penglihatan
akibat trauma. Tujuh puluh lima persen dari kelompok tersebut buta pada satu
mata, dan sekitar 50.000 menderita cedera serius yang mengancam penglihatan
setiap tahunnya. Setiap hari lebih dari 2000 pekerja di Amerika Serikat menerima
pengobatan medis karena trauma mata pada saat bekerja. Lebih dari 800.000
kasus trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi setiap tahunnya.3,4
Para pekerja yang mengalami trauma mata kebanyakan adalah pekerja
waktu penuh (full time). Para pekerja ini 80% nya adalah laki-laki. Dibandingkan
dengan wanita, laki-laki memiliki rasio terkena trauma mata 4 kali lebih besar.
Pada 70% kasus, trauma disebabkan oleh kontak dengan objek atau peralatan
tertentu. Lima belas persen dari kasus tersebut disebabkan oleh bahan kimia.4
Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera karena dapat
menimbulkan kebutaan. Maka dari itu tindakan seperti irigasi daerah yang terkena
trauma kimia harus segera dilakukan untuk mengurangi timbulnya penyulit yang
lebih berat.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Mata
Mata merupakan salah satu alat indra yang terdiri atas susunan yang
komplek. Mata terdiri atas bola mata, rongga orbita, kelopak mata, pembuluh
darah dan sistem persarafan. Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal
24 mm. Bola mata di bagian depan (kornea) mempunyai kelenkungan yang lebih
tajam sehingga terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda.1
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian
terdepan sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan
sinat masuk ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar
dibanding sklera.
2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular yang terdiri dari iris, badan
siliar, dan koroid. Jaringan sklera dan uvea dibatasi oleh ruang yang
potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada ruda paksa
yang disebut perdarahan suprakoroid. Badan siliar yang terletak di
belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (aqueous humor), yang
dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas
kornea dan sklera.
3. Retina terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapisan sebanyak 10
lapisan yang merupakan lapisan membran neurosensoris yang akan
mengubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke
otak. Lapisan retina dari dalam ke luar terdiri atas (1) membran limitan
interna, (2) lapisan serabut saraf, (3) lapisan sel ganglion, (4) lapisan
pleksiform dalam, (5) lapis nukleus dalam, (6) lapisan pleksiform luar, (7)
lapisan nukleus luar, (8) membran limitan eksterna, (9) lapisan
fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan kerucut, dan (10) epitel
pigmen retina. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan koroid
sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.
Kornea berasal dari bahasa latin cornum yang artinya seperti tanduk.
Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus cahaya,
merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri
atas lapisan: (1) epitel, (2) membran bowman, (3) stroma, (4) membran
Descement, dan (5) endotel. Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris.
Kornea juga merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata
2.3. Epidemiologi
Berdasarkan data-data dari US hospital emergency departments, sekitar
7% dari trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan disebabkan oleh trauma
kimia. Lebih dari 60% trauma kimia terjadi di tempat kerja, 30% di rumah, dan
10% terjadi karena penyerangan. Sembilan puluh persen terpapar secara tidak
disengaja. Kacamata pengaman dapat membantu mencegah trauma, namun
kecelakaan industri sering berupa bahan kimia di bawah tekanan tinggi. Dalam
keadaan ini kacamata pengaman tidak banyak membantu.6
2.4. Etiologi
Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau
terpercik pada wajah. Trauma pada mata yang disebabkan oleh bahan kimia
disebabkan oleh 2 macam bahan yaitu bahan kimia yang bersifat asam dan bahan
kimia yang bersifat basa. Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai
pH < 7 dan dikatakan bersifat basa bila mempunyai pH > 7.7
2.4.1. Trauma Asam
Bahan asam yang dapat merusak mata terutama bahan anorganik, organik
(asetat, forniat), dan organik anhidrat (asetat). Bila bahan asam mengenai mata
maka akan segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan protein permukaan
sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti
trauma alkali. Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada bagian superfisial saja,
karena protein yang menggumpal dapat menjadi penghalang untuk mencegah
penetrasi lebih lanjut. Bahan asam dengan konsentrasi tinggi dapat bereaksi
seperti terhadap trauma basa sehingga kerusakan yang diakibatkannya akan lebih
dalam.1,8
Bahan asam yang paling sering menyebabkan trauma kimia adalah sulfat,
sulphurous, hidrofluorat, asetat, kromat, dan hidroklorida. Asam hidrofluorat
dapat ditemukan di rumah pada cairan penghilang karat, pengkilap aluminum, dan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016
cairan pembersih yang kuat, asam ini cenderung berpenetrasi ke mata secara cepat
dan dapat menyebabkan kerusakan segmen anterior yang signifikan. Sedangkan
trauma asam sulfat pada ledakan baterai mobil, mungkin dapat dipengaruhi oleh
efek termal dan benturan kecepatan tinggi setelah ledakan.2,6,8
Gambar 3. Trauma Basa. Perhatikan reaksi konjungtiva yang berat dan opasifikasi
stroma yang mengaburkan gambaran iris daerah inferior.6
2.5. Patofisiologi2
Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu
fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan:
1. Fase kerusakan. Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat
dapat diikuti oleh hal-hal sebagai berikut:
Nekrosis pada epitel konjungtiva dan kornea disertai gangguan dan
oklusi pembuluh darah limbus. Hilangnya stem sel limbus dapat
berdampak pada vaskularisasi dan konjungtivalisasi permukaan
kornea atau menyebabkan kerusakan yang menetap pada epitel
kornea dengan perforasi dan ulkus kornea yang bersih. Efek jangka
panjang lainnya termasuk gangguan dalam membasahi permukaan
Hipotoni dan ptisis bulbi mungkin terjadi pada kasus yang berat.
2. Fase penyembuhan. Penyembuhan epitel dan stroma kornea diikuti oleh
proses-proses sebagai berikut:
Jaringan epitelium sembuh dengan cara migrasi dari sel-sel
2.6. Klasifikasi
Trauma kimia pada mata dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat
keparahan yang ditimbulkan akibat bahan kimia penyebab trauma. Klasifikasi ini
bertujuan untuk merencanakan penatalaksanasaan yang sesuai dengan kerusakan
yang muncul serta menentukan prognosis. Klasifikasi ditetapkan berdasarkan
tingkat kejernihan kornea dan keparahan iskemik limbus. Selain itu klasifikasi ini
juga untuk menilai patensi dari pembuluh darah limbus (superfisial dan profunda).
Menurut klasifikasi Ropper hall:2
Derajat 1: Kornea jernih (kerusakan hanya di epitel) dan tidak ada iskemik
limbus.
Derajat 2: Kornea keruh tetapi iris masih terlihat jelas dan kurang dari 1/3
limbus mengalami iskemik
Derajat 3: Hilangnya epitel kornea, dan kornea keruh, iris tidak terlihat
jelas. Limbus mengalami iskemik dengan luas kurang dari bagian
Derajat 4: Kornea sangat keruh dan lebih dari bagian limbus mengalami
iskemik
Kriteria lain yang perlu dinilai pada penilaian awal adalah seberapa luas
hilangnya epitel kornea dan konjungtiva, perubahan iris, keberadaan lensa dan
tekanan intraokular.
Gambar 4. Derajat keparahan trauma kimia. (a) derajat 1, (b) derajat 2, (c) derajat
3, (d) derajat 4.2
2.7. Diagnosa
Diagnosa pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis,
anamnesis dan pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak
dilakukan dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat
sehingga hanya diperlukan anamnesa singkat.
2.7.1. Anamnesa
Pada anamnesa sering sekali pasien menceritakan telah tersiram cairan
atau tersemprot gas pada mata atau partikel-partikelnya masuk ke dalam mata.
Perlu diketahui apa persisnya zat kimia dan bagaimana terjadinya trauma tersebut
(misalnya tersiram sekali atau akibat ledakan dengan kecepatan tinggi) serta
kapan terjadinya trauma tersebut.7,9
10
Perlu diketahui apakah terjadi penurunan visus setelah cedera atau saat
cedera terjadi. Onset dari penurunan visus apakah terjadi secara progresif atau
terjadi secara tiba tiba. Nyeri, lakrimasi, dan pandangan kabur merupakan
gambaran umum trauma. Harus dicurigai adanya benda asing intraokular apabila
terdapat riwayat salah satunya apabila trauma terjadi akibat ledakan.10
2.7.2. Gejala Klinis
Tanpa memperhatikan mekanisme spesifik dari trauma, keluhan pasien
seringkali berhubungan dengan derajat keparahan dari paparan. Keluhan umum
yang timbul dapat berupa nyeri hebat, sensasi adanya benda asing, penglihatan
kabur, epifora, fotofobia, dan mata merah. Trauma akibat bahan yang bersifat
asam biasanya dapat segera terjadi penurunan penglihatan akibat nekrosis
superfisial kornea. Sedangkan pada trauma basa, kehilangan penglihatan sering
bermanifestasi beberapa hari sesudah kejadian. Namun sebenarnya kerusakan
yang terjadi pada trauma basa lebih berat dibanding trauma asam.10
2.7.3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang seksama sebaiknya ditunda sampai mata yang terkena
zat kimia sudah terigasi dengan air dan pH permukaan bola mata sudah netral.
Obat anestesi topikal atau lokal sangat membantu agar pasien tenang, lebih
nyaman dan kooperatif sebelum dilakukan pemeriksaan. Setelah dilakukan irigasi,
pemeriksaan dilakukan dengan perhatian khusus untuk memeriksa kejernihan dan
keutuhan kornea, derajat iskemik limbus, tekanan intra okular, konjungtivalisasi
pada kornea, neovaskularisasi, peradangan kronik dan defek epitel yang menetap
dan berulang.9,11
11
atopik,
benda
asing
di
kornea,
ulkus
kornea,
2.9. Penatalaksanaan2
Penatalaksanaan pada trauma mata bergantung pada berat ringannya
trauma ataupun jenis trauma itu sendiri. Namun demikian ada empat tujuan utama
dalam mengatasi kasus trauma okular adalah memperbaiki penglihatan, mencegah
terjadinya infeksi, mempertahankan struktur dan anatomi mata, mencegah sekuele
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016
12
jangka panjang. Trauma kimia merupakan satu-satunya jenis trauma yang tidak
membutuhkan anamnesa dan pemeriksaan secara teliti. Tatalaksana trauma kimia
mencakup penatalaksanaan gawat darurat, medikamentosa, dan pembedahan.
2.9.1. Penatalaksanaan Gawat Darurat
Trauma kimia merupakan satu-satunya trauma pada mata yang
memerlukan tatalaksana gawat darurat tanpa melakukan anamnesa dan
pemeriksaan terlebih dahulu. Penanganan segera adalah sebagai berikut:
1. Irigasi berulang penting untuk meminimalkan durasi dari kontak dengan
bahan kimia dan menormalkan pH pada sakus konjungtiva secepatnya.
Kecepatan dan kemanjuran dari irigasi adalah faktor yang terpenting untuk
prognostik. Larutan normal saline atau Ringer laktat harus digunakan
untuk mengirigasi mata selama 15-30 menit atau hingga pH menjadi
normal (air keran dapat digunakan jika perlu untuk menghindari
penundaan). Anestesi topikal harus diberikan sebelum irigasi agar lebih
nyaman dan kooperatif. Sebuah spekulum kelopak mata dapat membantu.
2. Double eversi pada kelopak mata atas dilakukan agar setiap partikel
yang terperangkap dalam forniks dapat diidentifikasi dan disingkirkan.
3. Debridemen pada area dari epitel kornea yang nekrotik harus dilakukan
untuk membantu re-epitelisasi dan menyingkirkan residu bahan kimia
yang terkait.
4. Rawat inap di rumah sakit biasanya diperlukan pada trauma kimia berat
(derajat 3-4) agar dapat memastikan pemberian tetes mata yang adekuat
pada tahap awal.
2.9.2. Medikamentosa
Hampir semua trauma kimia ringan (derajat 1 dan 2) diobati dengan
antibiotik topikal (ointment) selama 7 hari, dengan steroid topikal dan sikloplegik
bila diperlukan. Sedangkan pada trauma kimia berat, tujuan utama pengobatan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016
13
14
limbus,
mengembalikan
populasi
sel
limbus
dan
atau
dari
donor
(allograft)
bertujuan
untuk
fibrosis
Gluing atau keratoplasti mungkin dibutuhkan untuk perforasi yang
sudah terjadi atau yang akan datang.
15
2.10. Komplikasi6
Komplikasi dari trauma mata juga bergantung pada berat ringannya
trauma, dan jenis trauma yang terjadi. Komplikasi primer termasuk inflamasi
konjungtiva, abrasi kornea, kornea berkabut dan edema, peningkatan TIO akut,
dan corneal melting serta perforasi.
Komplikasi sekunder termasuk glaukoma sekunder, katarak sekunder, scar
konjungtiva, penipisan kornea dan perforasi, gangguan permukaan okular komplit
dengan corneal scarring dan vaskularisasi, ulkus kornea (steril atau infeksious),
complete globe atrophy (ptisis bulbi), mata kering sekunder (jangka panjang)
karena sel goblet konjungtiva berkurang, serta pembentukan simblefaron dan
entropion atau ektropion sikatrik.
16
2.11. Prognosis6
Secara umum, prognosis dari trauma kimia pada mata berhubungan
langsung dengan beratnya kerusakan pada bola mata dan struktur adneksanya.
Banyak sistem klasifikasi dan revisi yang telah ditujukan untuk
mengelompokkan trauma kimia dalam kaitannya dengan prognosisnya, termasuk
sistem berikut: Hughes, Roper-Hall, dan Pfister. Pada intinya, semua sistem
bertujuan untuk mengukur derajat dari keterlibatan epitel kornea, derajat
hilangnya stem sel limbus, dan derajat dari keterlibatan konjungtiva.
Trauma kimia pada mata derajat 1 dan 2 diharapkan dapat sembuh dengan
baik dengan pemantauan dan perawatan yang tepat. Sedangkan derajat 3 dan 4
lebih sulit untuk sembuh dan mungkin membutuhkan pembedahan, seperti
transplantasi stem sel limbus atau keratoplasti, untuk memperbaiki permukaan
kornea. Kasus seperti derajat 3 dan 4 memiliki prognosis yang jauh lebih buruk,
dan trauma dengan derajat keparahan yang lebih besar, lebih rentan terhadap
komplikasi sekunder.
17
BAB III
KESIMPULAN
Trauma kimia pada mata dapat berasal dari bahan yang bersifat asam
dengan pH < 7 dan bahan yang bersifat basa atau alkali dengan pH > 7. Trauma
basa biasanya memberikan dampak yang lebih berat daripada trauma asam, karena
bahan-bahan basa bersifat lipolifik sehingga dengan cepat dapat menembus
kornea, bilik mata depan, dan bahkan sampai retina. Sementara trauma asam akan
menimbulkan koagulasi protein permukaan, dimana merupakan suatu barier
pelindung sehingga zat asam tidak penetrasi lebih dalam lagi. Gejala umum yang
muncul dapat berupa nyeri yang hebat, sensasi adanya benda asing, penglihatan
kabur, epifora, fotofobia, dan mata merah. Trauma kimia merupakan satu-satunya
jenis trauma yang tidak memerlukan anamnesa dan pemeriksaan yang lengkap.
Penatalaksanaan yang terpenting pada trauma kimia adalah irigasi mata
dengan segera sampai pH mata kembali normal serta diikuti dengan terapi
medikamentosa. Selain itu dilakukan juga upaya promotif dan preventif kepada
pasien. Trauma kimia pada mata derajat 1 dan 2 diharapkan dapat sembuh dengan
baik, sedangkan derajat 3 dan 4 mungkin membutuhkan pembedahan. Menurut
data statistik, 90% kasus trauma dapat dicegah apabila dalam menjalankan suatu
pekerjaan menggunakan pelindung yang tepat.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas HS, Trauma Mat. Dalam : Ilmu Penyakit Mata, 3rd Ed. Ilyas HS,
Utama H. Jakarta: FKUI, 2009:p.259-276.
2. Kanski JJ, Bowling B, Trauma. Dalam : Clinical Ophthalmology: A
Systematic Approach, 7th Ed. Kanski JJ, Bowling B, Nischal K, et al.
Edinburgh: Elsevier, 2011:p.871-895.
3. Augsburger J, Asbury T. Trauma Mata dan Orbita. Dalam : Oftalmologi
Umum, 17th Ed. Vaughan DG, Asbury T, et al. Editor Susanto D. EGC,
2010:p.372-381.
4. Work-related Eyes Injuries. Centers for Disease Control and Prevention.
(Updated 2011, accessed on October 2015). Available at: 2011.
http://www.cdc.gov/features/dsworkPlaceEye/
5. Supartono, Agus, Trauma Mata dan Rekonstruksi. Dalam : Ilmu Kesehatan
Mata. Hartono, Suhardjo. Jogjakarta: FK UGM, 2007.
6. Ventocilla M, Sheppard JD, Law SK, et al. Ophthalmologic Approach to
Chemical Burns. Medscape. (Updated 2015, accessed on October 2015).
Available at: http://emedicine.medscape.com/article/1215950-overview
7. Lin M, Colina D, Management of Ocular Complaints. American College
of Emergency Physicians. (Updated 2007, accessed on October 2015).
8. Trief D, Chodosh J, Colby K, Chemical (Alkali and Acid) Injury of the
Conjunctiva and Cornea. Eye Wiki. (Updated 2014, accessed on October
2015).
Available
at
:
http://eyewiki.aao.org/Chemical_(Alkali_and_Acid)_Injury_of_the_Conju
nctiva_and_Cornea
9. Chemical Eye Burns Emergency Care. Cohlmia Eye Center. (Acessed on
October 2015). Available at : http://www.samcohlmia.com/wichitachemical-eye-burns.php
10. Lang GK. Ophthalmology: A Pocket Textbook Atlas, 2nd Ed. New York:
Thieme, 2006.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode 22 Februari 26 Maret 2016
19